Anda di halaman 1dari 56

FISIKA STATISTIK

“Termodinamika, Teori Kinetik, dan Statistik


Termodinamika”

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK I

Febriana s ahmad A24117002


Ine irahmadani a24117004
Mutmainah kadir a241 17007
Sri wahyuni syaiful a24117014
Sakinah nur al-jufri a24117024
Yandri piter rorora a24117031
Risky mbayowo a24117032
Hasniar a24117040
Suci safitri a24117058
Siska rini hidayati a24117064
Rastinalda tomini a24117106
Mustika a24117115
Desti mulia wardana a24117121

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
BAB I
KONSEP DASAR

1.1 Ruang Lingkup Termodinamika

Termodinamika adalah ilmu eksperimen yang didasarkan pada prinsip yang dibuat
secara generalisasi. hanya memperhatikan sifat materi makroskopis atau berskala besar dan
struktur materi berskala kecil atau mikroskopis. Termodinamika adalah pelengkap teori
kinetik dan termodinamika statistik. Termodinamika mempunyai hubungan antara sifat-sifat
fisik sistem. teori kinetik dan termodinamika statistik adalah untuk menghitung besarnya sifat-
sifat untuk sistem yang keadaan energinya dapat ditentukan.

1.2 Sistem Termodinamika


Istilah sistem, yang digunakan dalam termodinamika, mengacu pada bagian
tertentu dari sistem. Yaitu benda padat, cair, atau gas, atau kumpulan dipol magnetik, atau
bahkan kumpulan energi radiasi atau foton dalam ruang hampa udara. Setiap sistem yang
dapat menukar energi dengan sistem yang diberikan disebut lingkungan sistem itu. sebuah
sistem dan lingkungannya bersama-sama dikatakan membentuk alam semesta.

1.3 Keadaan Suatu Sistem

keadaan sistem termodinamika ditentukan oleh nilai kuantitas yang disebut


variabel keadaan. contoh sifat adalah suhu sistem, tekanan yang diberikan, dan volume yang
ditempuh. sifat lain yang menarik adalah magnetisasi benda bermagnet, polarisasi dielektrik,
dan luas permukaan cairan.

nilai spesifik didefinisikan sebagai rasio nilai tersebut dengan massa sistem, atau
nilainya per unit massa. Dengan demikian total volume sistem V dan volume spesifik v, maka:
𝑉
v=𝑚

volume spesifik adalah kebalikan dari kepadatan, didefinisikan sebagai massa per
satuan volume
𝑚 1
p= =𝑉
𝑉

1.4 Tekanan

Tekanan P didefinisikan sebagai nilai dari gaya per satuan area dan satuan dari tekanan
dalam sistem MKS adalah 1 newton1 per square meter (1 N m-2). Tekanan dengan jumlah 105
N m-2 (= 106 dyne cm-2) disebut dengan 1 bar, dan tekanan 10-1 N m-2 (= 1 dyne cm-2) disebut
sebagai 1 microbar (µ bar).
Tekanan 1 standar atmosfer (atm) didefinisikan sebagai jumlah tekanan yang
dihasilkan kolom raksa vertical dengan tinggi 76 cm, massa jenis ρ= 13.5951 g cm -3, pada
titik dimana g memiliki nilai 980.665 cm s-2. Dari persamaaan 𝑃 = 𝜌𝑔ℎ dapat ditentukan
1 atmosfer = 1.01325 × 106 dyne cm−2 = 1.01325 × 105 N m−2
Oleh sebab itu 1 atmosfer mendekati nilai 1 bar, dan 1 µ bar sangat dekat dengan 10 -6 atm.
Satuan dari tekanan yang umum digunakan dalam eksperimen dengan tekanan rendah
adalah 1 Torr (dinamai sesuai Torricelli2) dan didefinisikan sebagai tekanan yang dihasilkan
oleh kolom raksa tepat dengan tinggi 1 millimeter, dibawah kondisi-kondisi di atas; oleh
karena itu 1 Torr = 133.3 N m-2.

1.5 Hukum ke-0. Kesetimbangan Termal dan Suhu


Langkah pertama dalam mengukur suhu adalah menentukan kriteria persamaan suhu.
Anggap jika terdapat dua balok metal, metal A dan metal B, dengan bahan yang sama,
andaikan perasa suhu yang kita miliki mengatakan bahwa A lebih panas dibandingkan B. Jika
kita menghubungkan balok A dan B dan menutupinya dengan lapisan tebal bulu atau wool
kaca, dapat ditemukan bahwa setelah waktu yang cukup lama keduanya terasa memiliki
kehangatan yang sama. Pengukuran dari beberapa besaran dari benda, seperti volume,
resistivitas listrik, atau modulus elastisitas, akan menunjukkan besaran-besaran tersebut
berubah ketika kedua benda disentuhkan pertama kali namun kemudian akan menjadi konstan
seperti semula.
Sekarang anggap kedua benda terbuat dari bahan yang berbeda, sebagai contoh balok
metal dan balok kayu, dihubungkan menjadi satu. Kita kembali dapat melihat bahwa dalam
waktu yang cukup, besaran yang dapat diukur dari benda tersebut, seperti volume, berhenti
untuk berubah. Bagaimanapun juga, kedua benda tidak akan sama hangatnya dengan titik
persentuhan, sebagai bukti bahwa balok metal dan balok kayu keduanya tidak akan memiliki
suhu yang sama walaupun ditempatkan pada ruang yang sama untuk waktu yang lama. Efek
tersebut merupakan efek dari konduktivitas termal dan merupakan contoh dari ketidakpastian
dari perasa suhu kita.
Sifat tersebut yang umum untuk kedua benda, tanpa menghiraukan jenis bahan dari kedua
benda apakah sama atau tidak, adalah keadaan akhir yang dicapai ketika tidak ada lagi
perubahan yang dapat terlihat dalam besaran terukur dari benda. Keadaan ini disebut dengan
kesetimbangan termal.

1.6 Suhu Empiris dan Termodinamis

Properti thermometric dari termometer hambatan adalah resistansinya yaitu R, untuk


sensitivitas yang baik, perubahan dalam properti thermometric dari termometer, untuk
perubahan yang diberikan dalam suhu harus sebesar mungkin. pada suhu yang tidak terlalu
rendah, termpmeter hambatan yang terdiri dari kawat platinum pada bingkai isolasi yang tepat.
Pada suhu yang sangat rendah resistivitas perubahan platinum hanya sedikit dengan perubahan
suhu, tetapi telah ditemukan bahwa campuran arsenik yang didoping dengan germanium
membuat sensor suhu dapat mengukur pada suhu yang sangat rendah.
Thermocouple terdiri dari lintasan elektrik yang ditunjukan pada gambar 1-1(a).
Ketika kawat atau lebih logam atau campuran digabungkan menjadi lintasan yang sempurna
akan ditemukan bahwa emf ε pada sambungan A dan B mempunyai suhu yang berbeda , dan
emf adalah properti thermometrik dari termokopel. Pengukuran emf dapat menggunakan
galvanometer atau potensio meter yang dimasukan pada rangkaian, dan harus terpasang pada
persimpangan di titik di mana instrumen lead terhubung. Jika lead ini terbuat dari bahan yang
sama, biasanya tembaga, dan jika kedua persimpangan tersebut pada suhu yang sama, yang
disebut temperatur referensi, emf adalah sama seperti dalam rangkaian sederhana, salah satu
perismpangan memiliki suhu acuan. Gambar 1-1 ( b ) menunjukkan rangkaian khas
termokopel. Persimpangan Band tetap disimpan pada temperatur referensi diketahui ,
misalnya dengan memasukkan mereka dalam tabung Dewar3 yang mengandung es dan air.
Sambungan A, persimpangan yang dites, ditempatkan dalam kontak dengan benda yang
suhunya akan dicari.

Gambar 1-1 Rangkaian termokopel: (a) rangkaian sederhana (b) Rangkaian praktis yang
menunjukan uji sambungan dan refersi sambungan.

1.7 Skala Suhu Praktis Internasional (IPTS)

Untuk mengatasi kesulitan praktis penentuan langsung suhu termodinamika oleh


thermometry gas dan untuk menyatukan skala suhu nasional yang ada, skala suhu
internasional diadopsi pada tahun 1927 oleh Konferensi Umum Bobot dan Ukuran ketujuh.
Tujuannya adalah untuk memberikan skala praktis suhu yang mudah dan diproduksi berulang
dengan akurat dan yang memberi sedekat mungkin suhu termodinamika. Skala suhu
internasional direvisi pada tahun 1948, tahun 1960 dan yang terbaru pada tahun 1968, yang
disebut sebagai International Practical Temperature Scale of 1968 (IPTS-68).
Suhu Kelvin internasional diwakili oleh simbol T68, dan suhu celsius praktis
internasional oleh simbol t68. Hubungan antara T68 dan t68 adalah:

t_68=T_68-273.15 K

Satuan dari T68 dan t68 adalah kelvin (K) dan derajat selsius (˚C), sebagai dalam kasus
dari suhu termodinamika T dan suhu selsius t.

Dalam batas-batas akurasi eksperimental, suhu ditempatkan pada titik tetap sama
dengan nilai-nilai eksperimental terbaik pada tahun 1968 dari suhu titik tetap termodinamika.
Interpolasi antara suhu titik tetap disediakan oleh rumus yang digunakan untuk menetapkan
hubungan antara indikasi instrumen standar dan nilai-nilai dari IPTS. Beberapa dari keadaan
kesetimbangan, dan nilai-nilai dari Suhu Praktis Internasional yang ditetapkan pada hal
tersebut, diberikan dalam Tabel 1- 2.

1.8 Kesetimbangan Termodinamika

Ketika sistem terisolasi berubah-ubah dan dibiarkan sendiri, sifat-sifat umumnya akan
berubah terhadap waktu. Jika awalnya terdapat perbedaan suhu antara bagian-bagian dalam
sistem, maka setelah waktu yang cukup lama suhu akan menjadi sama pada semua titik dan
sistem kemudian dalam keadaan kesetimbangan termal.

Jika ada variasi dalam tekanan atau tegangan elastik dalam sistem, bagian dari sistem
dapat berpindah, memperluas, atau menyusut. Pada akirnya gerakan, ekspansi, atau kontraksi
akan berhenti, dan ketika hal ini terjadi kita mengatakan bahwa sistem dalam kesetimbangan
mekanis. Ini tidak berarti bahwa tekanan akan sama di semua titik.

1.9 Proses

Ketika salah satu dari sifat-sifat sistem berubah, perubahan dari keadaan sistem dan
sistem dikatakan menjalani proses. Jika proses dilakukan sedemikian rupa pada saat sistem
hanya memiliki perbedaan yang kecil dengan keadaan seimbang, proses disebut kuasi-statis
(yaitu, hampir statis). Jadi proses kuasi-statik mendekati keberhasilan keadaan seimbang. Jika
ada permulaan yang terbatas dari kesetimbangan, proses ini adalah non kuasi-statik.

Bayangkan gas dalam silinder dilengkapi dengan piston yang dapat bergerak. Biarkan
dinding-dinding silinder dan piston menjadi batas adiabatik dan abaikan efek dari medan
gravitasi bumi. Dengan piston dalam keadaan tetap, gas nantinya akan mencapai keadaan
setimbang di mana suhu, tekanan, dan masa jenis yang sama di semua titik. Jika piston tersebut
kemudian tiba-tiba ditekan ke bawah, tekanan, suhu, dan masa jenis di bawah piston akan
meningkat dengan jumlah yang terbatas atas nilai-nilai keseimbangan mereka, dan proses ini
tidak kuasi-statik. Untuk memampatkan gas secara kuasi-statik, piston harus ditekan sangat
pelan agar proses perambatan gelombang, redaman viskos, dan konduksi termal dapat
membawa semua keadaan yang pada dasarnya adalah salah satu dari keadaan mekanik dan
kesetimbangan termal.

Semua proses yang sebenarnya non kuasi-statik dikarenakan mereka berlangsung


dengan terbatasnya perbedaan tekanan, suhu, dll, di antara bagian-bagian dari sistem. Namun
demikian, proses kuasi-statik adalah konsep yang berguna dan penting di thermodinamika.

Sebuah proses reversibel dapat didefinisikan sebagai proses yang "arah"-nya dapat dibalik
dengan perubahan kecil dalam beberapa properti dari sistem. Sehingga jika suhu sistem dalam
batas diathermal selalu sedikit lebih rendah dari sekitarnya, akan ada aliran panas dari
lingkungan yang masuk ke dalam sistem; sedangkan jika suhu sistem sedikit lebih besar dari
lingkungan, akan ada aliran panas dalam arah yang berlawanan. Proses seperti itu karena itu
reversibel serta quasistatic.

Jika terdapat perbedaan suhu antara sistem dan lingkungan, arah aliran panas tidak
dapat dibalik dengan perubahan kecil pada temperatur sistem, dan proses ini disebut
irreversible serta non kuasi-statik. Meskipun hampir ada batas dalam sistem, tapi proses ini
tidak sepenuhnya adiabatik, sehingga aliran panasnya sangat kecil bahkan dengan terdapat
perbedaan suhu. Sistem ini hampir mendekati kesetimbangan termal di setiap saat dan
prosesnya kuasi-statik meskipun tidak reversible.
BAB II
PERSAMAAN KEADAAN

2.1 Persamaan Keadaan

Persamaan ini ditemukan oleh percobaan yang hanya didapat dari sedikit jumlah sifat-
sifat zat murni tertentu yang dapat diberikan nilai yang berubah-ubah. Nilai sifat-sifat yang
tersisa kemudian ditentukan secara alamiah dari zat tersebut.hubungan tertentu antara sifat
𝑃, 𝑉, 𝑇, dan 𝑚 yang dapat dinyatakan secara umum sebagai
𝑓 (𝑃, 𝑉, 𝑇, 𝑚) = 0
Hubungan ini dikenal sebagai persamaan keadaan substansi. Jika ada tiga sifat yang sudah
diketahui, sifat keempat dapat ditentukan.
kita hanya akan mempertimbangkan sistem yang keadaan bisa dideskripsikan secara
menyeluruh oleh sifat 𝑃, 𝑉, 𝑇,dan 𝑚.
Persamaan keadaan dapat ditulis dalam bentuk yang hanya tergantung pada zat alami,
dan bukan pada berapa banyak substansi yang ada, jika semua sifat ekstensif digantikan oleh
nilai-nilai tertentu yang sesuai, per unit massa atau per mol. Jadi jika sifat 𝑉 dan 𝑚
digabungkan dalam satu sifat intensif 𝑣 = 𝑉/𝑚, persamaan keadaan menjadi
𝑓 (𝑃, 𝑣, 𝑇, ) = 0
Persamaan keadaan bervariasi dari satu substansi ke substansi yang lain. Secara umum,
itu adalah hubungan sangat rumit dan sering dinyatakan sebagai deret pangkat
konvergen. Sebuah gambaran umum tentang sifat fungsi sering disampaikan dengan
menghadirkan data dalam bentuk grafik.

2.2 Persamaan Keadaan Gas Ideal .


Gambar. 2-1 Nilai batasi dari 𝑃𝑣 /𝑇 tidak bergantung pada 𝑇 untuk semua gas. Untuk gas
ideal, 𝑃𝑣/𝑇 adalah konstan.
Oleh karena itu pada tekanan yang cukup rendah kita dapat dituiskan, untuk semua gas,
𝑃 𝑣/𝑇 = 𝑅, atau 𝑃𝑣 = 𝑅𝑇.
Hal ini mudah untuk mendalilkan gas ideal untuk, yang menurut definisi, rasio 𝑃𝑣 / 𝑇
adalah persis sama dengan 𝑅 pada semua tekanan dan suhu. Oleh karena itu persamaan
keadaan dari gas ideal adalah
𝑃𝑣 = 𝑅𝑇,
(2-3)
atau, sejak 𝑣 = 𝑉/𝑛,
𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇.
(2-4)
Untuk gas ideal, kurva pada Gambar. 2- 1 menyatu menjadi garis lurus horisontal
tunggal di ketinggian 𝑅 di atas sumbu tekanan.

2.3 Permukaan 𝑃 − 𝑣 − 𝑇 Untuk Gas Ideal

Setiap keadaan ekuilibrium gas ideal yang mungkin diwakili oleh sebuah titik pada
permukaan 𝑃𝑣 − 𝑇, dan setiap titik pada permukaan grafik merupakan keadaan ekuilibrium
yang mungkin terjadi. Sebuah proses quasistatis, sebagai contoh, sebuah suksesi keadaan
setimbang, diwakili oleh garis di permukaan. Garis penuh pada Gambar. 2-2 merupakan
proses pada suhu konstan, atau proses isotermal. Garis titik-titik mewakili / proses isokhorik,
dan garis putus-putus, mewakili proses isobarik.
Gambar 2-3 (a) dan 2-3 (b) adalah proyeksi dari garis pada Gambar. 2-2 ke P-v dan
bidang P · T.

Gambar. 2-2 permukaan 𝑃 − 𝑣 − 𝑇 untuk gas ideal.


Dalam proses isotermal, untuk gas ideal dengan massa tetap,
𝑃𝑣 = 𝑅𝑇 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛.
(2-5)
Robert Boyle* , pada tahun 1660, secara eksperimental menemukan bahwa hasil
dari tekanan dan volume hampir konstan untuk massa tetap dari gas nyata pada suhu konstan.
Fakta tersebut dikenal sebagai Hukum Boyft. Hal ini, tentu saja, sepenuhnya benar untuk gas
ideal. Kurva pada Gambar. 2-3 (a) adalah grafik dari persamaan. (2-5) untuk temperatur yang
berbeda dan karena itu untuk nilai yang berbeda dari konstantanya. Mereka hiperbola sama
sisi.

Gambar. 2.-3 Proyeksi permukaan gas ideal 𝑃𝑣𝑇 ke (a)bidang 𝑃 − 𝑣, dan (b)bidang 𝑃 − 𝑇.
Dalam proses ketika volume konstan, massa tetap untuk gas ideal,
𝑛𝑅
𝑃 = ( 𝑉 ) 𝑇 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 × 𝑇, (2-6)

Artinya, tekanan adalah fungsi linier dari T. Garis putus-putus di Gambar. 2- 3 (b) adalah
grafik dari persamaan. (2-6) untuk volume yang berbeda dan konstanta yang berbeda.
Jika tekanan dari massa gas ideal yang tetap adalah konstan,
𝑛𝑅
𝑉 = ( 𝑃 ) 𝑇 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 × 𝑇 (2-7)

dan volume adalah fungsi linear dari suhu pada tekanan konstan.
• Robert Boyle, ahli kimia Inggris (1627-1691).
2.4. Persamaan Keadaan Gas Nyata

Hubungan 𝑃 − 𝑣 − 𝑇 pada gas nyata lebih akurat daripada persamaan gas ideal, Paling
tidak ada dua alasan yang menjelaskan hal ini. Peratama, definisi temperatur absolut
didasarkan asumsi bahwa volume gas real sangat kecil sehingga bisa diabaikan. Molekul gas
pasti memiliki volume nyata walaupun mungkin sangat kecil. Selain itu, ketika jarak
antarmolekul semakin kecil, beberapa jenis interaksi antarmolekul akan muncul.

Vander Waals, pada tahun 1873, diturunkan dari persamaan berikut :


𝑎
(𝑃 + 2 ) (𝑣 − 𝑏) = 𝑅𝑇.
𝑣

a dan b adalah nilai yang ditentukan secara eksperimen untuk setiap gas dan disebut
dengan tetapan van der Waals (Tabel 2-1). Semakin kecil nilai a dan b menunjukkan bahwa perilaku
gas semakin mendekati perilaku gas ideal. Besarnya nilai tetapan ini juga berhbungan denagn
kemudahan gas tersebut dicairkan.

Tabel 2-1 Konstanta a dan b dalam persamaan van der Waals.

𝑃 dalam 𝑁𝑚−2 ,
v dalam 𝑚3 𝑘𝑖𝑙𝑜𝑚𝑜𝑙 −1 ,
𝑇 dalam Kelvin,
𝑅 = 8.31 × 103 𝐽 𝑘𝑖𝑙𝑜𝑚𝑜𝑙 −1 𝐾 −1 .
Pada volume tertentu yang cukup besar, istilah 𝑎/𝑣 2 menjadi diabaikan dibandingkan
dengan 𝑃, dan 𝑏 menjadi diabaikan dibandingkan dengan 𝑣. Persamaan van der Waals
kemudian tereduksi menjadi persamaan keadaan gas ideal, yang setiap persamaan keadaan
harus dilakukan pada volume besar tertentu.

2.5 𝑃 − 𝑣 − 𝑇 Permukaan Untuk Zat Nyata

Gambar 2-4 adalah diagram dari sebagian permukaan 𝑃 − 𝑣 − 𝑇 dari gas van der
Waals, dan Gambar. 2-5 adalah proyeksi dari sejumlah isoterm ke bidang 𝑃 − 𝑣.

Gambar. 2-4 P-v-T permukaan untuk gas van der Waals.

Gambar. 2-5 Isoterm dari gas van der Waals.

2.6 Persamaan Keadaan Zat Pada Sistem P-V-T

Prinsip dari termodinamika adalah tentang aplikasi umum dan ketidakterbatasan dari
gas,cairan,zat padat di bawah keragaman tekanan hidrostatis.Tergantung pada sistem alami
,kita juga tertrik pada pasangan intensive dan extensive dari peralatan lainnya ,atau lebih dari
itu ,tekanan dan volume pada sistem .tidak peduli dengan sifat alami.Bagaimanapun
temperatur dari sistem merupakan pokok dari sifat termodinamika .

Anggaplah,untuk contoh kawat logam atau batang bertegangan rendah ,kedua ujung kawat
tergantung dengan tegangan F dan temperatur T ,dan hubungan yang ditunjukkan panjang
dengan suhu ,merupakan besaran kuantitas pada persamaan keadaan kawat.Jika kawat tidak
meregang melebihi ukuran batas elastis dan jika temperatur tidak terlalu jauh dari temperatur
To ,persamaan keadaan kawat adalah sebagai berikut:
𝐹
L=Lo[ 1+ 𝑌𝐴 + 𝛼(T-To)] (2-12)

Dimana Lo adalah panjang dengan tegangan dibawah nol pada temperatur To ,Y adalah
isotermal

Pada modulus regangan(modulus young)A merupakan area sekat bersilang dan 𝛼


merupakan ekspansi koefisien linear atau ekspansi linear. Pada contoh variabel intensif adalah
tegangan F dan variabel ekstensif adalah panjang

Momen magnet M pada bahan paramagnetik didalamnya terdapat keseragaman


intensitas medan magnet H keduanya bergantung pada H dan temperatur T .kecuali saat
temperatur sangat rendah pada medan yang besar ,momen magnetiknya dapat ditunjukkan
dengan akurasi yang cukup pada persamaan

(2-13)

Dimana Co merupakan konstanta karakteristik dari bahan yang disebut konstanta curiet
,hubungan yang diketahui disini adalah hukum curies .momen magnetikM adalah variabel
ekstensif dan intensitas medan H adalah variabel intensif

Jumlah momen dipole P dari dielektrik pada medan listrik luar E di dapat dari
persamaan
(2-14)

Pencucian permukaan film dapat dianggap sebagai sistem termodinamika ,meskipun


itu bukan sistem tertutup karena area permukaan diberi massa cairan yang berubah ,molekul
berpindah dari cairan masuk ke film atau sebaliknya .sifat intensif terdapat pada tarikan pada
tegangan permukaan 𝜎 .yang mana ditegaskan pada gaya dibagi panjang yang digunakan oleh
film pada batasanya .sifat ekstensif bersesuaian dengan area pada film,tapi tidak sama dengan
sistem yang mengangap itu jauh(dan tidak sama dengan regangan membran)tegangan
permukaan pada area film yang berdiri sendiri dan hanya pada temperatur tertentu.tegangan
permukaan pada semua cairan berkurang seiring dengan temperatur naik dan dengan
temperatur kritis Te mendekati nol(lihat sesi 8-4),untuk taksiran pertama ,tegangan
permukaan capat ditunjukkan dengan persamaan

(2-15)

dimana 𝜎o adalah tegangan permukaan pada temperatur To

Sistem termodinamik lainnya, satu yang merupakan sangat penting pada fisika kimia

adalah sel elektron.gaya elektromotif sel adalah sifat intensif yang menarik ,dan yang
berhubungan dengan sifat ekstensif adalah beban Z,dimana nilai mutlak tidak penting tapi itu
dapat mengubah banyak proses persamaan kuantitas berubah mengikuti nilai yang telah
berlalu pada lintasan tersebut sel saling berhubungan ,yang mana itu merupakan bagian dari
angka pada reaksi molekul dalam sel pada proses ,sel elektrolisis menyerupai permukaan film
pada emf diberikan hanya saat sel bergantung pada temperatur tidak pada perubahan Z.emf
dapat ditulis dengan persamaan deret pada temperatur dan biasanya ditulis

(2-16)
Dimana t adalah temperatur celsius , adalah emf pada 200 C dan dan, adalah
konstanta yang bergantung pada material penyusun sell.

2-7 Turunan Parsial, Pemuaian dan Tekanan

Persamaan keadaan sistem P VT adalah hubungan antara nilai-nilai tekanan ,volume,


dan suhu untuk setiap keadaan ekuilibrium dari sistem . persamaan mendefinisikan sistem ,
dan Gambar permukaan dalam persegi panjang koordinat . Mewakili skematis PV · T
permukaan padat atau cair . ( Skala vertikal sangat berguna)Volume meningkat dengan
meningkatnya suhu jika tekanan konstan , dan menurun dengan meningkatnya tekanan jika
suhu konstan . A P - V – T permukaan untuk padat atau cair . Perhatikan bahwa V sumbu
sekarang vertikal dan telah sangat dibesar-besarkan. Jika persamaan keadaan diselesaikan
untuk V , sehingga mengekspresikan Vas fungsi dari dua variabel independen P dan T , nilai
V sesuai dengan vertikal ketinggian permukaan atas pesawat p-T , setiap pasangan diberikan
nilai dari P dan T. permukaan dapat dijelaskan dengan memberikan kemiringannya pada setiap
titik . Lebih spesifik, kita bisa menspesipikasi kemiringannya , pada setiap titik , garis
persimpangan permukaan dengan pesawat tekanan konstan dan suhu konstan .
Kurva pada Gambar . 2-1 S adalah grafik persimpangan permukaan pada Gambar . 2- 14
dengan bidang di mana tekanan memiliki nilai konstan P1 .Artinya, itu adalah grafik dari
volume V sebagai fungsi suhu T , untuk kurva isobarik bersama
yang tekanannya sama dengan P1 .kemiringan kurva pada titik tertentu berarti tangent dari
kurva pada titik tersebut dan ini ditunjukkan oleh turunan dari V sehubungan dengan titik T .
Pada Gambar. 2 - IS , tangen telah dibangun di titik I , di mana pada suhu T1 , dan tekanan P1
,. Namun, volume V adalah fungsi dari P serta dari T , dan karena P adalah konstan sepanjang
kurva , turunan disebut turunan parsial dari V sehubungan dengan T pada tekanan konstan dan
ditulis :

Jika persamaan keadaan diketahui, mengungkapkan V dengan fungsi dari T dan P,


derivatif parsial dihitung dengan cara yang sama sebagai turunan biasa dari suatu fungsi
dari variabel tunggal , kecuali juka P dianggap konstan . Sehingga jika sistem adalah gas ideal
, maka V = nRT / P , kuantitas nR / P dianggap konstan dan

Dalam matematika , turunan parsial akan ditulis hanya sebagai .Dalam


termodinamika ,dimasukkan nilai P karena , seperti yang kita akan lihat selamjutnya, Sistem
PVT memiliki banyak sifat-sifat lainnya selain tekanan , volume, dan temperature , dan
volume dapat dinyatakan dalam setiap dua pengertian. Hal ini tidak hanya menunjukkan
bahwa P tetap konstan , tapi V juga harus dinyatakan dalam hal P dan T.
Poin 2 , pada Gambar . 2- 14 dan 2- 15 , adalah titik kedua pada kurva isobarik di mana
volume adalah V2 , dan suhu adalah T2 ,. Kemiringan chord dari titik satu ke titik 2 adalah

Sekali lagi bahwa P menunjukkan bahwa pressnre konstan . Kemiringan


chord tidak sama dengan kemiringan tangen , tetapi jika titik 2 diambil lebih dekat dan lebih
dekat ke titik satu , sehingga ∆𝑇1 mendekati nol , kemiringan chord dan tangen menjadi lebih
dan lebih hampir sama . Oleh karena itu kita dapat mengatakan

Sudut pandang yang lain adalah sebagai berikut. Misalkan volume sistem yang
meningkat seiring dengan suhu , tidak menunjukkan kurva yang sebenarnya tapi menunjukkan
tangen pada titik 1. Volume akan meningkat saat suhu meningkat sehingga kenaikannya ∆𝑇𝑝
yang kemudian akan diwakili oleh panjang intercept dari garis singgung pada garis vertikal
melalui titik 2 , atau akan diunjukkan oleh

Hasil dari kemiringan garis singgung , ,dan basis ∆𝑇𝑝.


Seperti dapat dilihat dari Gambar . 2- 15 , intercept tidak sama dengan ∆𝑇𝑝,, tetapi
keduanya mendekati kesetaraan sebagai ∆𝑇𝑝 yang mendekati nol . kemudian
yang sama dengan Persamaan (2-17) . karena jika kita memisalkan dVp dan dTp ditunjukkan
mendekati nilai ∆𝑉𝑝, dan ∆𝑇𝑝, dimana ∆𝑇𝑝 − 0, kita dapat menulis

Jika nilai kemiringan diberikan sendiri pada setiap titik , akan lebih mudah untuk

mendapat nilai kemiringan , , dibagi dengan volume V pada titik tersebut.hasil

baginya disebut koefisien dari ekspansi volume pad bahan ,atau disebut ekspansi ,yang
didefinisikan sebagai berikut

Sedangkan untuk gas ideal,

Dan pada ekspansi yang hanya bergantung pada suhu ,persamaanya berbanding terbalik
dengan temperatur,satuan ekspansinya adalah 1 per kelvin(1𝐾 −1 ).
Persamaan (2-20) juga dapat ditulis pada suhu dengan volume yang sepesifik :

Itu juga mengikuti dari persamaan (2-20)bahwa untuk kedua bahan yang saling
berimpit pada sistem dengan tekanan sama,
Ekspansi juga dapat didiskripsikan sebagai nilai yang berdekatan pada sebagian pertambahan

volume , per satuan suhu yang berubah pada tekanan konstan

Artinya ekspansi melewati batas temperatur yang berada diantara T1 dan T2 yang
didefinisikan

Itu adalah ,berarti persamaan ekspansi kemiringan pada penghubung ditunjukkan pada gambar
(2-15), dibagi dengan volume V1.

Pertemuan dari kemiringn isobarik dan volume V pada umumnya berasal dari titik ke
titik ,fungsi ekspansinya dari pertemuan temperatur dan tekanan.gambar 2-16 memperlihatkan
bagaimana ekspansi β dari variasi tembaga terhadap temperatur pada tekanan tetap yaitu1
atm,dari nilai 0 sampai suhu mencapai 1200K.Ordinat dari grafik tersebut adalah temperatur
,persamaan kemiringan pada grafik yaitu V banding T .Pada gambar 2-15 ,pembaginya adalah
volume .Kenyataan yang istimewa sngat menarik pada grafik pada gambar 2-16 bahwa
ekspansinya mendekati nol pada temperatur yang mendekati nol.bahan yang berbeda juga
memperlihatkan variasi yang mirip
Gambar 2-17 memperlihatkan bagaimana ekspansi dari merkuri dengan tekanan bervariasi
pada suhu konstan yaitu 0𝑜 C tertulis bahwa sekala berasal dari β pada gambar 2-17tidak
tersaji dalam diagram:perubahan ekspansi hanya sedikit dengan perubahan tekanan,dengan
tekanan tertingi 7000 atm.

Air mempunyai massa jenis yang besar dan volume yang kecil pada suhu 4𝑜 C .dengan rentang
temperatur 0𝑜 C sampai 4𝑜 C volume dalam hal itu akan berkurang dengan kenaikan suhu dan
ekspansinya akan menjadi negatif ,ketika pada 4𝑜 C itu akan bernilai nol.
gambar 2-16 pemampatan k dan ekspansi β dari fungsi tembaga terhadap temperatur pada
tekanan konstan yaitu 1 atm

Tabel sifat bahan biasanya menyajikan nilai dari ekspasi linear dri padatan α,yang
berhubungan dengan persamaan β

Β=3α

Tabulasi nilai,biasnya nilai berarti,melewati interval temperatur mendekati temperatur


ruangan dan tekanan atmosfer, dan tidak hanya memberikan deskripsi yang jelas tentang
kerumitan ketergantungan volume terhadap temperatur dan tekanan .

Gambar 2-17 pemampatan kdan ekspansi β dari merkuri dengan fungsi terhadap tekanan pada
temperatur tetap yaitu 0𝑜 C.

Selanjutnya perubahan volume terhadap bahan ketika tekanan dirubah pada tekanan
konstan ,untuk contoh ,ketika keadaan sistem pada gambar 2-14 dirubah dari titik 2 ke titik 3
,kira-kira kurva isotermal berada pada temperatur T2.itu akanlebih jelas tanpa pembahasan
yang mendalam bahwa kemiringan pada garis tangen pada kurva isotermal berada di semua
titik ,sehingga ditulis

Karenanya jika dVt dan dPt ditulis mendekati nilai volume dan tekanan berbeda antara dua
keadaan yang berdekatan pada temperatur yang sama ,

Untuk gas ideal yang menganggap T konstan,kita mendapatkan

Pemampatan isotermal k pada bahan ,didefinisikan sama dengan ekspansinya ,sehingga


kemiringan kurva isotermal pada setiap titik ,pembaginya adalah volume

Tanda negatif dimasukkan karena volume selalu berkurang seiring dengan kenaikan tekanan

pada temperatur konstan sehingga menjadi negatif.pemmpatan itu sendiri


merupakan kuantitas positif .satuan dari pemampatan sebanding dengan stuan tekanan ,dan
pad sistem MKS itu adalah 1 meter kadrat per newton (1𝑚2 /𝑁 −1 .

Untuk gas ideal

Arti dari mampatan k didefinisikan sebagaio berikut


Kompresibilitas bahan , seperti muai , adalah secara umum fungsi dari suhu dan tekanan
Grafik k terhadap T untuk tembaga diberikan dalam Gambar . 2-16 , dan grafik K terhadap P
untuk merkuri pada Gambar . 2-17 .
Dalam pembahasan sebelumnya , kita telah menganggap dua keadaan pada tekanan yang sama
,seperti kedaan 1 dan 2 pada Gambar . 2-14 , atau dua keadaan pada suhu yang sama , seperti
keadaan 2 dan 3. Misalkan , bagaimanapun, bahwa dua keadaan dari sistem yang tidak diberi
tekanan yang sama dan pada suhu yang sama , seperti keadaan 1 dan 3 pada Gambar . 2-14
.perbedaan volume antara keadaan hanya bergantung pada keadaan tersebut dari setiap proses
tertentu dimana sistem ini diambil dari satu keadaan ke yang lain .Karena itu sistem diambil
dari keadaan 1 dan 3 .pertama mendekati garis edar 1-2,pada tekanan konstan P1 .diikuti
dengan garis edar 2-3 pada temperatur konstan T2 ,perbedaan volume ∆𝑉 antara dua keadaan
sesuai dengan persamaan penjumlahan perubahan volume ∆𝑉𝑝 pada proses 1-2 dan perubahan
∆𝑉𝑡 pada proses 2-3.pada ∆𝑃𝑡 dan ∆𝑇𝑝 mendekati nol pada persamaan (2-19)dan(2-
26)perbdaan volume dV adalah

Pada β dan k

Atau

Sekarang anggapan bahwa derivatif parsial dari V ( atau jumlah β dan k ) dapat dihitung jika
persamaan keadaan diketahui, kita membalikkan titik ini. Artinya, jika β dan K telah diukur
secara eksperimen dan dikenal sebagai fungsi dari suhu dan tekanan , kita dapat menemukan
persamaan dari keadaan dengan mengintegrasikan Eq ( 2-30 ) atau ( 2-31 ) . Jadi misalkan
kita telah menemukan eksperimental , untuk gas pada tekanan rendah , yang β=1/T dan K =
1/P . Kemudian dari Persamaan( 2-31 )

yang merupakan persamaan keadaan gas ideal jika kita mengidentifikasi konstanta sebagai nR
.Jika Persamaan ( 2-30 ) terintegrasi dari beberapa referensi keadaan V0 , P0 , T0 , beberapa
keadaan berubah-ubah V , P , T , kita memperoleh

Perubahan volume zat padat atau cair relatif kecil ketika tekanan dan suhu berubah dan untuk
pertama kita dapat bergantung pada V konstan danpersamaan integral Vo pada sebelah
kanannya.jika βdan k dapat juga bernilai konstan maka

2-8 Konstanta Kritis Gas Van Der Waals

Disini persamaan van der waals cukup sederhana, gas van der Waah menunjukkan titik kritis
dan pada P-v-T menunjukkan spesifikasi yang sama dengan uap air pada area gas nyata. Titik
itu kebetulan tiga nilai dari v untuk gas van der waals dengan titik krits(lihat gambar 2-4 dan
2-5). Pada suhu di bawah suhu kritis,van der Waals isotermal tidak menunjukkan bagian
horizontal yang mendekati fase cair dan uap dari gas nyata dapat berdampingan. Satu bisa,
bagaimanapun, membenarkan pembangunan garis horisontal di abc Gambar. 2-5 dengan
menggambar sebagai tekanan sehingga daerah yang diarsir adalah sama. Titik a dan c
kemudian masing-masing sesuai dengan volume tertentu cairan jenuh dan uap.
Sejak isotermal mewakili keadaan kesetimbangan di mana suhu
adalah konstan, kemiringan kurva isotermal diproyeksikan pada bidang P-v diberikan oleh

. Pemeriksaan Gambar. 2-S akan ditunjukkan bahwa pada titik kritis tidak hanya
kemiringan nol, tapi karena isoterm adalah cekung ke atas di sebelah kiri dan cekung ke bawah
di sebelah kanan, titik kritis juga merupakan titik infleksi. Oleh karena itu pada titik tersebut,

Salah satu sifat yang berguna dari persamaan van der Waals adalah bahwa hal itu mungkin
dipecahkan untuk P , dan karenanya turunan parsial dari P mudah dihitung . Kami menemukan

Karena

Ketika T = Te, temperatur kritis , dan v=ve, volume kritis , masing-masing


nilai di atas adalah nol . Memecahkan dua persamaan simultan untuk ve,
dan Te. dan memasukkan nilai-nilai ini dalam persamaan asli, kita mendapatkan

Persamaan-persamaan ini biasanya digunakan untuk menentukan nilai-nilai a dan b untuk gas
tertentu , dalam hal nilai-nilai yang diukur dari konstanta kritis . Namun,ada tiga persamaan
untuk dua tidak diketahui a dan b , maka ini melebihi determinan.ini, kita temukan dari kedua
persamaan di atas tentang

Ketika dari pertama dan ketiga solusinya digabung

Ketika nilai-nilai percobaan dari Pe,ve,dan Te, dimasukkan dalam duapersamaan


sebelumnya, kita tidak mendapatkan nilai yang sama untuk b . Dengan kata lain, tidak
mungkin untuk menyatakan P-v-T van der waals dengan sebuah substansi yang nyata pada
titik kritis .Setiap dua variabel dapat dibuat bertepatan , tetapi tidak untuk tiga . karena Volume
kritis akan lebih sulit untuk diukur secara akurat dari tekanan kritis dan suhu , akhirnya
digunakan dua untuk menentukan nilai-nilai adan b pada Tabel 2-1
Cara lain untuk membandingkan persamaan van der Waals dengan equuion dari
keadaan zat sebenarnya adalah dengan membandingkan nilai-nilai kuantitas Pv/RT dititik
kritis . Untuk gas van der Waals ,

dan menurut persamaan van der Waals rasio ini harus memiliki nilai 3/8
untuk semua zat pada titik kritis . ( Untuk gas ideal , tentu saja, rasio
sama dengan persamaan satuan . ) nilai-nilai eksperimental diberikan dalam Tabel 2-4 .
Keduanya tidak sama ,meskipun perbedaannya tidak besar
Persamaan van der waals bisa didapat digunakan untuk setiap substansi dengan
memperkenalkan pengurangan tekanan, volume, dan suhu , yaitu,rasio tekanan , volume, dan
suhu untuk tekanan,volume,dan suhu kritis:

Kombinasi dari persamaan (2-34)dan(2-8) persamaan van der waals,kita mendapat

kuantitas a dan b telah menghilang dan persamaan yang sama berlaku untuk setiap van der
Waals gas . Titik kritis memiliki koordinat 1, 1 , 1 , dalam diagram Pr,vr,Tr.Persamaan ( 2-
38) disebut hukum keadaan yang sesuai . Ini adalah " hukum , " tertentu,hanya sebatas bahwa
gas nyata mematuhi persamaan van der Waals . perbedaan dua zat dikatakan di " keadaan
sesuai" jika tekanan , volume , dan suhu zat fraksi yang mereka sama ( atau lebih) dari tekanan
kritis, volume,dan suhu dari dua zat .

2-9 Hubungan antara Turunan Parsial


𝜕𝑉 𝜕𝑉
𝑑𝑉 = ( ) 𝑑𝑇 + ( ) 𝑑𝑃
𝜕𝑇 𝑃 𝜕𝑃 𝑇

Diasumsikan dalam persamaan ini bahwa volume V dinyatakan sebagai fungsi dari T dan P.
Tapi dapat juga diasumsikan bahwa tekanan P dinyatakan sebagai fungsi dari V dan T,
sehingga persamaanya menjadi sebagai berikut
𝜕𝑃 𝜕𝑃
𝑑𝑃 = ( ) 𝑑𝑇 + ( ) 𝑑𝑃
𝜕𝑇 𝑉 𝜕𝑉 𝑇

Eiminasi dP antara persamaan sebelumnya dan mengelompokkan koefisien dV dan dT.


Hasilnya adalah

𝜕𝑉 𝜕𝑃 𝜕𝑉 𝜕𝑃 𝜕𝑉
[1 − ( ) ( ) ] 𝑑𝑉 = ⌊( ) ( ) + ( ) ⌋ 𝑑𝑇
𝜕𝑃 𝑇 𝜕𝑉 𝑇 𝜕𝑃 𝑇 𝜕𝑇 𝑉 𝜕𝑇 𝑃

Persamaan ini harus berlaku untuk setiap dua keadaan keseimbangan. Secara khusus, untuk
dua keadaan pada suhu yang sama tetapi memiliki volume yang berbeda, dT = 0, dV ≠ 0, dan
untuk memenuhi persamaan di atas kita harus memiliki

𝜕𝑉 𝜕𝑃
1−( ) ( ) =0
𝜕𝑃 𝑇 𝜕𝑉 𝑇

Atau

𝜕𝑉 1
( ) =
𝜕𝑃 𝑇 (𝜕𝑃⁄𝜕𝑉 ) 𝑇

Demikian pula, karena kita memiliki dV = 0, dT ≠ 0, maka

𝜕𝑉 𝜕𝑃 𝜕𝑉
( ) ( ) +( ) =0
𝜕𝑃 𝑇 𝜕𝑇 𝑉 𝜕𝑇 𝑃

Dengan menggabungkan pers. (2-39) dan (2-40) persamaan sebelumnya dapat dimasukkan ke
dalam bentuk yang lebih simetris,

𝜕𝑉 𝜕𝑃 𝜕𝑇
( ) ( ) ( ) = −1
𝜕𝑃 𝑇 𝜕𝑇 𝑉 𝜕𝑉 𝑃

Perhatikan bahwa dalam persamaan ini denominator dalam setiap turunan parsial menjadi
pembilang dari depan, dan bahwa simbol V, P, T terjadi siklis di setiap turunan parsial.
Untuk menggambarkan penggunaan persamaan sebelumnya, misalkan kita ingin
menghitung peningkatan tekanan ketika suhu sistem meningkat tetapi sistem tidak
diperbolehkan untuk memperluas. Artinya, kita ingin memiliki nilai turunan parsial
(𝜕𝑃⁄𝜕𝑇)𝑉 . Setelah mengukur muai dan kompresibilitas material, tidak perlu untuk
melakukan serangkaian percobaan ketiga untuk menemukan hubungan tekanan pada
temperatur pada volume konstan. Hal ini berdsarkan Persamaan. (2-41)

𝜕𝑃 (𝜕𝑉 ⁄𝜕𝑇)𝑃 𝛽𝑉 𝛽
( ) = − = − =
𝜕𝑇 𝑉 (𝜕𝑉 ⁄𝜕𝑃 ) 𝑇 −𝑘𝑉 𝑘

dan turunan parsial yang diinginkan adalah rasio dari muai untuk kompresibilitas tersebut.
Semakin besar muai dan kecil kompresibilitas, semakin besar peningkatan tekanan untuk
peningkatan yang diberikan suhu.

Perubahan tekanan dalam perubahan terbatas dalam suhu pada volume konstan adalah
sebagai berikut
𝑃2 𝑇2
𝛽
∫ 𝑑𝑃 = 𝑃2 − 𝑃1 = ∫ 𝑑𝑇
𝑃1 𝑇1 𝑘

dan jika 𝛽 dan k dapat dianggap konstan,

𝛽
𝑃2 − 𝑃1 = (𝑇2 − 𝑇1)
𝑘

hubungan yang juga dapat diperoleh dari Persamaan. (2-32) dengan menetapkan V = Vo

Sepanjang hal tersebut, kami hanya memperhatikan sistem PVT sehingga


memberikan analisis fisik bukan hanya secara matematis. Mari kita menulis ulang persamaan
penting dalam bentuk yang lebih umum. Misalkan kita memiliki tiga variabel persamaan

𝑓 (𝑥, 𝑦, 𝑧) = 0

Kemudian persamaan (2-39) dan (2-41) menjadi

𝜕𝑥 1
( ) = (2 − 43)
𝜕𝑦 𝑧 (𝜕𝑦⁄𝜕𝑥 )𝑧

𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
( ) ( ) ( ) = −1 (2 − 44)
𝜕𝑦 𝑧 𝜕𝑧 𝑥 𝜕𝑥 𝑦
Varibel x, y, dan z dapat dikaitkan dengan salah satu dari tiga variabel yang nilainya
menentukan keadaan sistem apapun.

2.10. Diferensial Exact

Karena selisih volume antara dua keadaan sistem kesetimbangan adalah independen
dari sifat proses antara beberapa keadaan, kami juga mengevaluasi selisih volume antara
keadaan 1 dan 3 pada Gambar 2-14 sepanjang jalan 1-4-3. Dalam derivatif kami sebelumnya,
di mana kami menggunakan jalur 1-2-3, tekanan di sepanjang bagian 1-2 bernilai konstan P1
dan temperatur sepanjang bagian 2-3 bernilai konstan T2. Oleh karena itu kita menulis
Persamaan. (2-29) secara eksplisit sebagai berikut
𝜕𝑉 𝜕𝑉
𝑑𝑉1−2−3 = ( ) 𝑑𝑇 + ( ) 𝑑𝑃
𝜕𝑇 𝑃1 𝜕𝑃 𝑇2
Pada bagian 1-4-3,
𝜕𝑉 𝜕𝑉
𝑑𝑉1−4−3 = ( ) 𝑑𝑝 + ( ) 𝑑𝑇
𝜕𝑃 𝑇1 𝜕𝑇 𝑃3
Karena perubahan volume ini adalah sama, maka
𝜕𝑉 𝜕𝑉 𝜕𝑉 𝜕𝑉
[( ) − ( ) ] [( ) − ( ) ]
𝜕𝑇 𝑃3 𝜕𝑇 𝑃1 𝜕𝑃 𝑇2 𝜕𝑃 𝑇1
= (2 − 45)
𝑑𝑃 𝑑𝑇
Dalam limit, dP dan dT mendekati nol, kita dapat mempertimbangkan bahwa turunan
parsial (𝜕𝑉 ⁄𝜕𝑇 )𝑃3 dievaluasi pada titik 4, dan turunan parsial (𝜕𝑉 ⁄𝜕𝑇 )𝑃1 dievaluasi pada
titik 1, pada suhu yang sama seperti titik 4. Pembilang di sisi kiri dari persamaan (2-45)
adalah perubahan nilai derivatif parsial ketika tekanan berubah oleh dP, dari P1 ke P3, pada
suhu konstan. Ketika dibagi dengan dP, hasil baginya adalah laju perubahan tekanan, pada
suhu konstan, dari turunan parsial (𝜕𝑉 ⁄𝜕𝑇)1 atau yang disebut campuran turunan parsial
kedua V terhadap P dan T dan tertulis
𝜕 𝜕𝑉 𝜕 2𝑉
[ ( ) ] 𝑜𝑟
𝜕𝑃 𝜕𝑇 𝑃 𝑇 𝜕𝑃 𝜕𝑇
Dengan cara yang sama, sisi kanan Persamaan (2-45) adalah

𝜕 𝜕𝑉 𝜕2𝑉
[ ( ) ] 𝑜𝑟
𝜕𝑇 𝜕𝑃 𝑇 𝑃 𝜕𝑇 𝜕𝑃
Oleh karena itu, hasilnya adalah
𝜕 2𝑉 𝜕2𝑉
= (2 − 46)
𝜕𝑃 𝜕𝑇 𝜕𝑇 𝜕𝑃
Artinya, nilai dari campuran turunan parsial kedua adalah independen dari urutan diferensiasi.
BAB III
HUKUM PERTAMA KEADAAN TERMODINAMIKA

3.1 Pendahuluan
Di dalam mekanik, prinsip usaha energi adalah konsekuensi dari hukum gerak
Newton. Keadaan kerja dari suatu resultan gaya di atas partikel adalah sebanding dengan
perubahan energi kinetik dari suatu partikel. Apabila gayanya konservatif, maka usaha atas
gaya tersebut dapat seimbang dengan mengganti gaya potensial suatu partikel, dan usaha
semua gaya
Usaha dapat dikatakan berhasil dalam proses ketika tidak adanya perubahan dalam
energi kinetik maupun energi potensial. Usaha dapat berjalan ketika gas memadat atau
meluaskan, atau ketika sel elektrolit berubah atau tidak berubah, atau ketika sebuah batang
paramagnetik menjadi magnet atau tidak, tetap gas, atau sel, atau batang sisa berhenti pada
ketinggian yang sama. Ilmu termodinamika adalah sebagian besar (tetapi tidak eksklusif)
terkait dengan proses.
Di dalam mekanika, usaha d’W, gaya F ketika aplikasi dalam poin itu digantikan a,
jarak ds didefinisikan sebagai F cos 𝜃 ds, dimana 𝜃 adalah sudut antara vektor F dan ds. Ketika
F dan ds sama arahnya, 𝜃 = 0°, cos 𝜃 = 1, dan usaha sama dengan F ds. Di termodinamika,
dan untuk sebab itu akan dijelaskan singkat, biasanya digunakan untuk cadangan perjanjian
tanda dan menetapkan bahwa usaha sama dengan d’W = -F cos 𝜃 𝑑𝑠. Lalu ketika F dan ds itu
berlainan arah, 𝜃 = 180°, cos 𝜃 = −1, dan usaha ≠ F ds. Itulah alasan untuk menggunakan
d’W daripada dW yang akan dijelaskan di bagian 3-4.
Ketika sistem termodinamika di bawah proses, usaha di dalam proses dapat menjadi
menelusur balik dan akhirnya kembali ke gaya yang sama. Bagaimanapun, itu adalah tepat
untuk mengungkapkan usaha di dalam sistem termodinamika dan kita akan memulai dengan
usaha dalam perubahan volume.

3.2 Usaha Dalam Perubahan Volume


Dalam aliran penuh di gambar 3-1 mewakili batas dari suatu sistem volume V dan
bentuk yang sembarang, yang berlaku tekanan hidrostatik luar P0 . Andaikan sistem diperluas
berlawanan dengan bentuk tekanan memperlihatkan bahwa garis titik-titik. Gaya terluar
bekerja pada elemen batas area dA adalah dF0 = P0 dA. Ketika elemen berpindah keluar ke
jarak ds., gaya dan perpindahan berlawanan dengan arah dan usaha dalam gaya tersebut dF0
ds = P0 dAds. Ketika semua permukaan elemen dimasukkan, usaha d’W dalam proses
ditemukan dengan cara mengintegrasikan produk P0 dA ds berakhir segala permukaan :
d’W = P0 ∫ 𝑑𝐴 𝑑𝑠
Integral sama dengan volume antara 2 batas atau kenaikan dV di dalam volume sistem. Oleh
karena itu :
d’W = P0 dV
Demikian ketika sistem meluas berlawanan dengan tekanan luar, dV positif, usaha
positif dan kita dapat mengatakan bahwa usaha bekerja oleh sistem. Ketika sistem
memampatkan, dV negatif, usaha negatif dan kita dapat mengatakan bahwa usaha ekerja pada
sistem. Ketika termodinamika alam pertama kali dikembangkan, banyaknya minat
pendahuluan telah selesai bekerja oleh sistem di dalam proses dimana uap air di silinder
diperluas melawan pengisap. Itu telah cocok menjadi pertimbangan usaha menjadi positif,
dimana alasannya untuk ketentuan tanda seperti yang dijelaskan. Beberapa teks di
termodinamika menahan ketentuan mekanika dan sebab itu jelas usaha di perubahan volume
berubah menjadi d’W= -P0dV. Kemudian usaha positif cocok dengan usaha bekerja pada
sistem dan usaha negatif ke usaha bekerja oleh sistem. dF = P dA

dA
ds
Gambar 3-1

Unit tekanan dalam MKS adalah 1 newton per meter kuadrat dan unit volume adalah
1 meter kubik. Unit usaha adalah 1 newton meter atau 1 joule.
Usaha dalam gaya terluar menggunakan pada batas sistem sering dibicarakan sebagai
usaha terluar. Usaha terluar dalam perubahan volume diberikan oleh Contoh 3-1 apapun
proses alaminya. Apabila prosesnya dapat dibalik,sistemnya sangat utama dalam
keseimbangan mekanika dalam semua waktu dan tekanan terluar P0 sama dengan tekanan P
menggunakan melawan batas sistem. Sebab itu dibaliknya proses kita dapat mengatakan
bahwa
d’W = P dV
Di dalam terbalik terbatasnya proses dimana volume berubah dari Va menjadi Vb
usaha kesemuanya adalah
𝑉𝑏
W =∫𝑉𝑎 𝑃𝑑𝑣
Ketika proses alaminya adalah spesifik, P dapat memperlihatkan sebagai fungsi dari
V melalui persamaan dari bagian sistem dan integral dapat dievaluasi.
Hubungan antara tekanan dan volume pada sistem, di setiap terbaliknya proses, dapat
mewakili dengan kurva di P-V grafik. Usaha di dalam sedikit perubahan volume dV dapat
mewakili grafik dengan area P dV bagian sempit vertikal garis seperti yang telah ditunjukkan
di Gambar 3-2. Usaha keseluruhan W di proses tek terbatas adalah proporsional untuk area
diantara kurva mewakili proses dan garis horizontal, loncatan garis vertikal Va dan Vb. Usaha
positif jika prosesnya memulai di setiap arah, dari bagian a menuju bagian b. Jika prosesnya
memulai dari arah sebaliknya maka usaha yang didapat negatif.
Gambar 3-2

P
P dV

KitaVadapat mengevaluasi
Vb ∫ 𝑃 𝑑𝑉 untuk beberapa kasus terbalik.

Usaha di setiap proses isokorik adalah dengan jelas 0 sejak setiap proses V = konstan.
Di setiap proses isobarik tekanan konstan dan
𝑉𝑏
W = P ∫𝑉𝑎 𝑑𝑉 = 𝑃 (𝑉𝑏 − 𝑉𝑎)
Usaha mewakili dengan area yang segitiga bayangan di gambar 3-3(a) oleh Vb-Va dan tinggi
P.
Jika P tidak konstan, itu wajib memperlihatkan sebagai fungsi V melalui bagian pembagian.
Jika sistem adalah gas ideal
P = nRT/V

Va Vb
Untuk kasus special seperti proses isotermal, T adalah konstan dan
𝑉𝑏 𝑑𝑉 𝑉𝑏
W= nRT∫𝑉𝑎 𝑉
= 𝑛𝑅𝑇𝑙𝑛 𝑉𝑎
Usaha diwakili dengan area yang diarsir di bagian gambar 3-3(b). Jika Vb > Va di dalam
proses adalah perluasan. Di dalam (Vb/Va) adalah positif, dan usaha positif. Jika Vb < Va
prosesnya memampat, di (Vb/Va) adalah negatif, dan usaha adalah negatif.
Yang kiri adalah masalah untuk mengkalkulasikan usaha adalah perubahan isotermal dalam
perubahan volume oleh gas Van der Waals

3.3 Bentuk Lain dari Usaha

Bentuk 3-4 mewakili tegangan bawah kawat. Bagian kiri dari kawat adalah fix dan
bagian tegang terluar F, adalah sebelah kanan. Ketika kawat tersebut melonggarkan sehingga
menjadi kecil ds = dl, F dan dl menjadi di tempat yang sama dan usaha di dalam gaya F, adalah
d’W = -F dL. Jika proses tersebut terbalik, gaya terluar F, dibagi F di kawat tersebut dan

d’W = -F dL.

Jika dL positif, dW negatif dan usaha telah bekerja pada kawat. Apabila kawat tersebut
pendek, dL negatif, dW positif, dan gaya bekerja oleh kawat. Dalam MKS, tegangan adalah 1
newton dan unit panjang adalah 1 meter.

Gambar 3-4L

dL

Satu yang terpenting aplikasi dari termodinamika adalah substansi paramagnetik yang
suhunya lebih rendah. Biarkan L mewakili panjang dari batang dan A adalah area tersekat
palang dan andaikata itu angin dengan angin yang dimagnetisasi yang resistansi tak berarti,
mempunyai N yang kembali dan membawa I. Biarkan B mewakili efek kerapatan fluks di
dalam batang dan ∅ = 𝐵𝐴 dari total fluks. Ketika arus habis dinaikkan oleh dl menjadi waktu
dt, fluks berubah oleh d∅ dan induksi emf adalah

𝑑∅ 𝑑𝐵
𝛿 = −𝑁 = −𝑁𝐴
𝑑𝑡 𝑑𝑡

Kekuatan input 𝜕 untuk sistem diberikan oleh 𝜕 = 𝛿 𝐼, dan usaha d’W waktu dt adalah

d’W = 𝜕 𝑑𝑡 = 𝛿 𝐼 𝑑𝑡

Intensitas magnetik 𝜗 produksi oleh arus I adalah


𝑁𝐼
𝜕= ;
𝐿

dan mengeliminasi I, kita dapat

𝑑 ′ 𝑊 = 𝑉 𝜕 𝑑𝐵;

Dimana V = AL adalah volume pada batang

Jika 𝜑 adalah batang yang dimagnetisasi, atau momen magnetisasi per volume, densitas fluks
B adalah

B =𝜇0(𝜕 + 𝜑)

Ketika ekspresi untuk B memasukkan di gambar (3-7), kita dapat

d’W = −𝜇0 𝑉 𝜕 𝑑𝜕 − 𝜇0 𝑉𝜕 𝑑𝜑

Istilah pertama yang tepat untuk usaha adalah akan terpenuhi untuk menaikkan bidang dalam
ruang hampa, jika batang tidak ada, sejak di sebuah kasus 𝜑 𝑑𝑎𝑛 𝑑𝜑 dapat menjadi 0. Istilah
kedua adalah ketika usaha terkait dengan sebuah perubahan magnetik pada batang.

Peristiwa magnetisasi M contoh dari volume M = V𝜑, tetapi untuk mengapresiasi konstan
magnetik 𝜇0 = 4𝜋 𝑥10-7 henry m-1 di persamaan kita, mari kita definisikan momen magnetik
sebagai :

𝑀 = 𝜇0 𝑉 𝜑

Ketika usaha yang dimagnetisasi, eksklusif usaha vakum, sederhananya

d’W = - 𝜕 𝑑𝑀

Unit dari 𝜕 dalam MKS adalah 1 amperemeter per meter. Satuan dari magnetisasi 𝜑 juga 1
amperemeter per meter. Oleh karena itu satuan dari momen magnetik didefinisikan di gambar
(3-9) adalah 4𝜋 𝑥 10-7 henry ampere meter.

Alasan yang sama untuk mendapatkan hasil ketika intensitas elektrik E di dalam lempeng
dielektrik berubah, maka usaha yang didapatkan

d’W= - E dP

dimana P adalah momen dipol dari sebuah lempengan, sama dengan produk yang
dipolarisasikan (momen dipol per satuan volume) dan itu adalah volume V.
MKS dari satuan E adalah 1 volt per meter dan satuan dari polarisasi adalah 1 coulomb
per meter kubik. Sedangkan satuan dari momen dipol P adalah 1 coulomb meter (1 C m) dan
satuan dari usaha adalah 1 volt coulomb.

Mempertimbangkan yang akan lanjut, sel elektronik dari emf dan resistansi internal.
Mari sel terminal dikoneksikan masing masing ke satu resistor dan geser kontak b dengan
resistor seperti gambar (3-5). Resistor yang terkonekkan menyilang dengan sel kedua dari
emf, lebih besar turunannya.

Jika posisi dari kontak geser disesuaikan dengan diferensial potensial V ab karena saat ini
resistor persis dengan 𝛿, akan menjadi arus dalam sel 0. Jika Vab kurang dari 𝛿, akan menjadi
arus yang arah terbalik. Sejak arah dari arus dalam sel dapat terbalik dengan perubahan dalam
Vab, proses dapat dibalik menjadi termodinamika. Jika di penjumlahan, substansi memberi
reaksi di dalam sel dipilih dengan baik, arah dari reksi kimia di dalam sel dapat dilindungi
ketika arus diam, dan dapat kita katakan bahwa sel disebut sel yang dapat dibalik.

d’W = 𝜕 𝑑𝑡 = 𝜗 𝐼 𝑑𝑡

Di bagian 2, kita definisikan jumlah kuantitas Z berubah dZ adalah kuantitas muatan I


dt aliran di dalam sel dalam dt. Untuk mempercayai dengan tanda termodinamika, kita harus
menulis

d’W = - 𝜗𝑑𝑍

Jika Z meningkat, sama seperti itu ketika sel menjadi “muatan”, dZ positif, dW negatf dan
usaha bekerja pada sel.

Satuan dalam MKS dari 𝜗 adalah 1 volt dan satuan Z adalah 1 coulomb. Satuan dari Z
adalah 1 joule.

Seperti contoh terakhir, kita dapat mengkalkulasikan usaha ketika permukaan area
berubah. Gambar 3-6 menjelaskan bahwa metode keadaan biasa untuk mendemonstrasikan
tegangan permukaan. Bentuk dari lapisan sabun berdasarkan pipa U yang dapat disilangkan.
Kedua permukaannya menggunakan batas pada lapisan dan tonggak menjaga di equilibrium
dengan gaya terluar 𝜗. Tegangan permukaan, per satuan panjang batas. Sebab itu L adalah
panjang dari tonggak, total dari gaya keatas adalah 2𝜎L (ada 2 lapisan permukaan) dan sebab
itu gaya terluar = 2 x gaya keatas. Ketika tonggak kebawah dan berjarak dx, usaha dari gaya
tersebut:

d’W = −𝐹0 𝑑𝑥 = −2𝜎𝐿 𝑑𝑥

Ketika tanda negatif masuk karena F0 dan dx di arah yang sama. Maka total dari lapisan atas
adalah A = 2Lx, lalu

dA = 2Ldx

dan oleh sebab itu

d’W = −𝜎𝑑𝐴

Satuan dari 𝜎 adalah 1 newton per meter dan satuan dari A adalah 1 meter kubik lalu satuan
dari usaha adalah 1 newton meter.

3.4 Usaha Tergantung Jalur

Misalkan sistem PVT diambil dari awal keadaan a setimbang untuk final
kesetimbangan keadaan b oleh dua proses reversibel yang berbeda, diwakili oleh dua jalur I
dan II pada Gambar. 3- 7. Ekspresi untuk usaaha W dalam proses baik adalah

besarnya W kerja bersih adalah

Hal ini berbeda dengan integral dari diferensial yang tepat di sekitar jalan tertutup, yang selalu
sama dengan nol, seperti yang ditunjukkan dalam Bagian 2-10.
3.5 Konfigurasi Usaha Dan Usaha Dispatif

Dalam semua contoh di bagian sebelumnya, pekerjaan dalam proses reversibel adalah
diberikan oleh produk dari beberapa variabel intensif dan perubahan beberapa
variabel yang luas (V, M, Z, A). Biarkan Y mewakili variabel intensif dan X untuk merespon
variabel luas. Dalam kasus yang paling umum, di mana lebih dari satu pasang variabel
mungkin terlibat,

dengan pengertian bahwa setiap produk yang akan diambil dengan aljabar yang tepat
menandatangani: dll Variabel ekstensif X1, X2, dll, dikatakan untuk
menentukan konfigurasi sistem dan usaha disebut konfigurasi kerja. Ada
kemungkinan bahwa konfigurasi sistem dapat mengubah kecerdasan kinerja pekerjaan. Pada
Gambar. 3-8, kapal dibagi menjadi dua bagian oleh diafragma. Ruang di atas diafragma
dievakuasi dan di bawah diafragma mengandung gas. Jika diafragma ditusuk, gas berekspansi
dievakuasi wilayah dan memenuhi seluruh kapal. Keadaan akhirnya akan sama jika diafragma
adalah piston sangat ringan, awalnya diikat di tempat dan kemudian dilepaskan. Proses
dikenal sebagai ekspansi bebas.
Karena ruang di atas diafragma dievakuasi, tekanan P eksternal, pada diafragma adalah nol.
Oleh karena itu pekerjaan dalam ekspansi bebas

dan bekerja adalah nol meskipun volume gas meningkat. Contoh lain yang umum dari
pekerjaan disipatif adalah pekerjaan yang diperlukan untuk mempertahankan I arus listrik di
sebuah resistor perlawanan R. pekerjaan Listrik besarnya J I'R dt harus dilakukan pada
resistor, terlepas dari arah arus. Tidak seperti pekerjaan konfigurasi, pekerjaan disipatif dalam
proses tidak dapat dinyatakan dalam hal perubahan di beberapa properti dilakukan dari sistem
yang bekerja. Ada hubungan erat antara pekerjaan disipatif dan aliran panas, seperti kita akan
lihat nanti. Setiap proses di mana pekerjaan disipatif dilakukan adalah selalu ireversibel.
Perubahan kecil dalam tegangan terminal dari sebuah sumber mengirimkan arus melalui
resistor tidak akan menghasilkan pekerjaan yang dilakukan oleh resistor. Dalam kasus umum,
hal ini bekerja konfigurasi dan bekerja disipatif mungkin dilakukan dalam suatu proses. Total
pekerjaan dalam proses didefinisikan sebagai jumlah aljabar pekerjaan konfigurasi dan
pekerjaan disipatif. Jika proses ini menjadi reversibel, kerja disipatif tha harus nol. Sejak
proses reversibel adalah tentu kuasi statis, kemudian untuk menentukan bahwa proses
reversibel menyiratkan (a) bahwa proses ini statis quasi dan (b) bahwa pekerjaan disipatif
adalah nol. Dalam proses reversibel, maka,total pekerjaan sama dengan pekerjaan konfigurasi.
3.6 Hukum Pertama Termodinamika

Seluruh struktur termodinamika konsisten dengan kesimpulan bahwa apa pun sifat
proses, total kerja sama dalam semua proses adiabatik antara dua kesetimbangan
keadaan memiliki tbc energi kinetik dan potensial yang sama.
Pernyataan sebelumnya disebut hukum pertama termodinamika.

3.7 Energi Dalam

Untuk dua keadaan yang berbeda dengan jumlah yang terbatas,

atau

Artinya, total usaha 𝑊𝑎𝑑 dilakukan oleh sistem dalam proses adiabatik antara
dua keadaan a dan b memiliki energi kinetik dan potensial yang sama adalah sama dengan
turunan (Ua - Ub) dalam energi internal sistem. Sehingga gas memperluas
terhadap piston, dalam proses adiabatik, dapat melakukan pekerjaan meskipun tidak ada
mengubah energi kinetik atau potensial; pekerjaan dilakukan dengan mengorbankan dari
energi internal gas. Jelaslah bahwa unit energi internal sama dengan unit kerja, dan bahwa
dalam sistem MKS unit adalah 1 joule (1J). Perhatikan bahwa tidak ada asumsi atau
pernyataan yang perlu dibuat mengenai alam dari energi internal, dari sudut pandang molekul
pandang. Kita akan lihat nanti bagaimana metode teori kinetik dan termodinamika statistik
memungkinkan untuk menafsirkan energi internal dari suatu sistem dalam hal energi dari
partikel dari yang sistem terdiri. Dari sudut pandang termodinamika itu cukup untuk
mengetahui bahwa properti dari energi internal ada, dan untuk mengetahui bagaimana hal ini
didefinisikan.

3.8 Aliran Panas


Hukum pertama termodinamika memungkinkan untuk menentukan energi internal
sistem U sebagai properti dari sistem yang berubah antara dua kesetimbangan
keadaan sama dengan negatif dari total pekerjaan dalam setiap proses adiabatik antara
keadaan. Kita sekarang mempertimbangkan proses antara sepasang diberikan keadaan
keseimbangan yang tidak adiabatik. Artinya, sistem ini tidak termal terisolasi dari yang
sekitarnya tapi membuat kontak melalui batas non adiabatik dengan satu atau lebih sistem lain
Suhu yang berbeda dari sistem yang sedang dipertimbangkan. Di bawah
keadaan ini kita mengatakan bahwa ada aliran panas Q (untuk singkatnya, aliran panas Q)
antara sistem dan sekitarnya.

Aliran panas Q didefinisikan secara kuantitatif dalam hal pekerjaan dalam proses sebagai
berikut. Total W kerja dalam proses non adiabatik antara sepasang tertentu
negara ekuilibrium berbeda dari satu proses seperti yang lain, dan berbeda juga dari
pekerjaan 𝑊𝑎𝑑 . dalam setiap proses adiabatik antara pasangan yang sama dari keadaan. Kita
mendefinisikan aliran panas Q ke dalam sistem dalam proses lain sebagai perbedaan antara
usaha Tongkat yang 𝑊𝑎𝑑 kerja adiabatik:

Aliran panas ke dalam sistem, seperti perubahan energi internal, demikian


didefinisikan sepenuhnya dalam hal kerja mekanik, dan unit Q adalah jelas saya joule.
Prosedur kami telah mengikuti tampaknya sangat berbeda dari mendefinisikan unit
panas sebagai aliran panas ke 1 gram air ketika suhunya meningkat
1 derajat Celsius (gram kalori) atau aliran panas ke 1 massa pon air saat suhu meningkat oleh
I derajat Fahrenheit (British thermal yang Unit atau Btu). Keuntungan dari metode yang kita
telah digunakan adalah bahwa unit h makan adalah inabsolutetermsanddoes didefinisikan
tidak melibatkan sifat-sifat tertentu, terial. Kami akan kembali ke titik ini dalam Bagian 3-10.

Tergantung pada sifat dari proses, W pekerjaan mungkin lebih besar atau kurang dari
pekerjaan adiabatik Wad dan karenanya tanda aljabar Q mungkin positif atau
negatif. Jika Q adalah positif, ada aliran panas ke dalam sistem; jika Q adalah negatif ada
adalah aliran panas keluar dari sistem. Aliran panas mungkin positif selama beberapa bagian
dari suatu proses dan negatif pada orang lain. Kemudian Q sama dengan aliran panas bersih
ke dalam sistem. Karena nilai-nilai numerik dari suhu ditugaskan sedemikian rupa yang panas
arus oleh konduksi dari tinggi ke suhu yang lebih rendah, berikut bahwa jika suhu lingkungan
lebih besar daripada sistem, akan ada panas yang mengalir ke dalam sistem dan Q adalah
positif. Jika suhu lingkungan adalah lebih rendah dari sistem, akan ada aliran panas keluar
dari sistem dan Q adalah negatif.

3.9 Panas Aliran Tergantung Path

Persamaan (3-18) dan (3-19) dapat ditulis


Q = (Ub-Ua) + W,
d'Q = dU + d'W.

Untuk sepasang diberikan keadaan awal dan akhir, nilai-nilai (Ub-Ua), atau dari dU,
busur sama untuk semua proses antara keadaan-keadaan. Namun, seperti yang telah kita lihat,
jumlah W atau d'W berbeda untuk proses yang berbeda dan sebagai konsekuensinya panas
mengalir Q or d'Q busur yang berbeda juga. Dengan demikian d'Q, seperti d'W, adalah
diferensial eksak dan Q bukan milik suatu sistem. Panas, seperti pekerjaan, adalah fungsi
jalan, bukan titik fungsi, dan memiliki makna hanya dalam kaitannya dengan proses. Net
panas aliran Q ke dalam sistem di setiap proses antara keadaan a dan b adalah jumlah dari d'Q
di setiap tahap proses, dan kita dapat menulis.

Namun, seperti dengan usaha W dalam proses, kita tidak bisa mengatur sama integral
perbedaan antara nilai dari beberapa properti dari sistem di awal dan
keadaan akhir. Jadi misalkan kita adalah untuk sewenang-wenang memilih beberapa keadaan
referensi dari sistem dan menetapkan nilai Q, dengan "panas dalam sistem" di keadaan bagian
referensi ini. "Panas" di soine kedua keadaan maka akan sama dengan "panas" Q0, ditambah
panas mengalir Q ke dalam sistem dalam suatu proses dari keadaan mengacu pada kedua
keadaan. Tapi aliran panas berbeda untuk proses yang berbeda antara keadaan dan itu adalah
mustahil untuk menetapkan nilai apapun pasti untuk "panas" di keadaan kedua.
Jika suatu proses siklik, keadaan akhirnya bertepatan; tidak ada perubahan di internal
energi; dan dari Persamaan. (3-18), Q = W. Dalam proses tersebut, aliran panas bersih Q ke
sistem sama dengan W kerja bersih yang dilakukan oleh sistem. Tapi karena pekerjaan W net
belum tentu nol, aliran panas net Q belum tentu nol, dan semua dapat kita mengatakan bahwa

Hal ini analog dengan ekspresi yang sesuai untuk pekerjaan W dalam proses siklus dan
berbeda dengan integral dari diferensial yang tepat di sekitar jalan tertutup, yang selalu nol.

3.10 Mekanik Setara Panas

Misalkan kerja disipatif "'• dilakukan pada sistem, dalam proses adiabatik di
konfigurasi konstan. Ini akan menjadi kasus, misalnya, jika pekerjaan dilakukan pada
perangkat gesekan direndam dalam cairan terus pada volume konstan dan termal terisolasi.
Aliran panas Q dalam proses adalah nol, pekerjaan konfigurasi adalah nol, dan disipatif yang
kerja adalah total pekerjaan. Kemudian jika Ua dan Ub adalah masing-masing awal dan akhir
.
Nilai-nilai dari energi internal sistem, dan karena usaha yang dilakukan pada system adalah
bersifat negative, sehingga dapat di rumuskan

Yaitu, peningkatan dalam energy internal system sama dengan besarnya usaha yang hilang
yang bekerja pada system.

Di lain pihak, dalam sebuah proses dimana usaha konfigurasi dan usaha yang hilang adalah
nol, tetapi padanya terdapat suatu aliran panas Q kedalam system tersebut, perubahan dalam
energy internal adalah
Jika Persamaan (3-22) dan (3-23) merujuk kepada pasangan pernyataan akhir yang
sama, kalor Q pada proses kedua sama dengan usaha yang hilang. Dari sudut pandang system
tersebut adalah hal yang sama apakah energy internal naik disebabkan oleh usaha yang
hilang atau oleh kalor dari sekitarnya

Kedua proses ini menggambarkan apa yang dimaksud dengan pernyatann umum tapi tidak
tepat bahwa dalam sebuah proses yang hilang , “usaha di konfersi ke panas”. Semua itu dapat
dikatakan bahwa perubahan dalam energy internal sebuah system, dalam suatu proses
kehilangan, adalah sama seolah–olah telah terjadi arus panas Q kedalam system, sama
dengan besarusaha terhadap usaha yang hilang.

3.11 Kapasitas Panas

Tersedia tidak ada perubahan dari fase berlangsung dalam proses,dan kecuali dalam
kasus khusus tertentu, perubahan suhu sistem ketika ada aliran panas ke dalam sistem. Besar
kapasitas panas C dari suatu sistem, dalam proses diberikan rasio aliran panas Q ke dalam
sistem, Sesuai dengan perubahan suhu, :

Istilah "kapasitas" tidak dipilih dengan baik karena itu berarti bahwa sistem harus yang
pasti "kapasitas" memegang begitu banyak panas dan tidak lebih, seperti "kapasitas" dari
ember air. Sebuah istilah yang lebih baik, Menyusul penggunaan listrik, akan menjadi "panas
kapasitansi, atau kapasitansi uthermal."

Kapasitas panas yang benar pada suhu setiap didefinisikan dengan batas mendekati
olehC sebagai diberikan nol:

Satuan MKS C adalah 1 joule per kelvin (l J K-1).

Catat dengan hati-hati rasio d'Q/dT tidak dapat ditafsirkan untuk derivatif Q
sehubungan dengan T, karena Q bukan milik sistem dan bukan fungsi T. Notasi d'Q
berarti"aliran kecil panas," dan dT adalah sesuai perubahan suhu.
Proses ini tidak sepenuhnya ditentukan oleh perbedaan suhu antara nya mengakhiri
keadaan; dan untuk diberikan perubahan suhu dt panas aliran Q mungkin positif, negatif, atau
nol, tergantung pada sifat dari proses.

Kapasitas panas Oleh karena itu sistem KEDUA tergantung pada sifat dari sistem dan
pada khususnya Proses sistem dapat mengalami, dan untuk sistem diberikan itu mungkin
memiliki nilai apapun antara -oo dan +oo.

Gambar 3-10 menunjukkan variasi dengan suhu panas spesifik molal Kapasitas cp dan cv.
Adalah tembaga, pada tekanan konstan 1 atm. Pada suhu rendah dua busur Hampir sama, dan
mendekati nol mutlak KEDUA turun dengan cepat ke nol. (Bandingkan dengan grafik muai
pada Gambar. 2-16.) Perilaku inia dalah karakteristik dari yang paling padat, meskipun suhu
dimana penurunan tajam Terjadi bervariasi dari satu zat yang lain. Pada suhu tinggi, cp terus
Meningkatkan sementara cv. Passe Hampir konstan dan sama dengan sekitar 25x10 3 J
kilomole-1 K-1. Hal ini ditemukan nilai yang sama ini cv. Didekati oleh banyak padatan pada
suhu tinggi dan hal itu disebut Dulong* dan Petitt nilai, setelah orang yang pertama kali
menemukan fakta ini.

Meskipun tampaknya ada sedikit hubungan antara kapasitas panas padatan dan sifat
gas pada tekanan rendah, maka akan Dipanggil gas konstan R sama dengan 8,31x10'3J
kilomol-1 K-1, dan 25x10'3 J kilomol-1 K-1 adalah hampir persis tiga kali ini; yaitu, kapasitas
panas spesifik pada volume konstan Hampir sama dengan 3R pada suhu tinggi. Kami akan
menunjukkan pada Bagian 9-8 pada alasan teoritis nilai 3R diharapkan untuk cv untuk padatan
pada suhu tinggi.
Gambar 3-11 menunjukkan perubahan dengan tekanan cp dan cv merkuri, di coostan!
temperatur. Variasi tekanan relatif jauh lebih kecil daripada variasi dengan suhu.
Beberapa nilai-nilai cp dan c. untuk gas, juga dinyatakan dalam R, diberikan dalam
Tabel 9-1 untuk suhu mendekati suhu kamar. Ini akan dicatat bahwa untuk

gas monoatomik dan untuk gas diatomik


Jumlah total panas yang mengikuti ke dalam sistem, dalam proses lain diberikan oleh

dimana C adalah kapasitas panas yang sesuai untuk proses dan c adalah yang sesuai
nilai molal. Selama interval suhu di mana C dapat dianggap konstan,

Semakin besar kapasitas panas dari sistem, perubahan yang lebih kecil di suhu

3.12 Memanaskan Transformasi Entalpi

Jika perubahan mengambil tempat pada suhu konstan, tekanan konstan juga dan pekerjaan
tertentu dilakukan oleh sistem karena itu

𝑊 = 𝑃 (𝑣2 − 𝑣1 ).

dimana 𝑣1 dan 𝑣2 adalah final dan awal volume tertentu. Kemudian dari hukum pertama,
perubahan energi internal spesifik

𝑢2 − 𝑢1 = 𝑙 − 𝑃(𝑣2 − 𝑣1 ).

Persamaan ini dapat ditulis

𝑙 = (𝑢𝑠 + 𝑃𝑣2 ) − (𝑢1 + 𝑃𝑣2 ).


Jumlah (𝑢 + 𝑃𝑣) sering terjadi dalam termodinamika. Sejak u, P, dan v adalah semua properti
dari suatu sistem, jumlahnya adalah properti juga dan disebut entalpi spesifik (aksen pada
suku kata kedua) dan dilambangkan dengan ℎ:

ℎ = 𝑢 + 𝑃𝑣, (3 − 31)

dan unit h juga aku joule per kilogram atau saya j oule per kilomol. Oleh karena itu,

𝑙 = ℎ2 − ℎ1 . (3 − 32)

Panas transformasi dalam setiap perubahan fase sama dengan perbedaan antara entalpi sistem
dalam dua tahap. Kami akan menunjukkan kemudian bahwa ini adalah kasus khusus dari
properti umum entalpi bahwa aliran panas dalam Proses isobarik reversibel adalah sama
dengan perubahan entalpi.

Kita akan menggunakan notasi 𝑙12 , 𝑙23 , 𝑙13 untuk mewakili memanaskan transformasi dari
padat ke cair, cair ke uap, dan solid untuk uap. Ini disebut masing-masing memanaskan fusi,
penguapan, dan sublimasi. Sifat tertentu dari padat, cair, dan uap fase akan dibedakan dengan
satu, dua, atau tiga bilangan prima masing. Urutan nomor bilangan prima berikut urutan fase
dari substansi karena suhu meningkat.

Sebagai contoh, perhatikan perubahan fase dari air 10 uap air cair pada suhu I00 ° C. Panas
penguapan pada suhu ini.

𝑙23 = ℎ′′′ − ℎ′′ = 22,6 × 105 𝐽/𝑘𝑔.

P tekanan uap pada suhu ini adalah 1 atm atau 1,01 × 105 𝑁/𝑚2 , dan volume tertentu atau
uap dan cair 𝑣 ′′′ = 1,8 𝑚3 𝑘𝑔−1 dan 𝑣 ′′ = 10−3 𝑚3 /𝑘𝑔. Usaha pada fase berubah

𝑊 = 𝑃(𝑣 ′′′ − 𝑣 ′′) = 1.7 × 105 𝐽/𝑘𝑔−1 .

Perubahan enrgi dalam

𝑣 ′′′ − 𝑣 ′′ = 𝑙23 − 𝑊 = 20.9 × 103 𝐽/𝑘𝑔−1 .


Jadi sekitar 92% dari menyembuhkan atau transformasi dicatat oleh peningkatan energi
internal, dan sekitar 8% dengan pekerjaan yang harus dilakukan menekan atmosfer untuk
memberikan ruang bagi uap.

Gambar 3-12 adalah grafik panas penguapan air sebagai fungsi dari temperatur. Ini menurun
dengan meningkatnya suhu dan menjadi nol pada suhu kritis di mana sifat-sifat cair dan uap
menjadi identik.

Sejak entalpi nya fungsi keadaan, nilainya tergantung hanya pada keadaan sistem. Jika sistem
melakukan proses siklik, entalpi awal dan akhir busur sama dan perubahan entalpi bersih
dalam proses adalah nol. Hal ini memungkinkan untuk menurunkan hubungan sederhana
antara tiga memanaskan transformasi di tiga titik.

Pertimbangkan proses siklus dilakukan di sekitar titik triple dan cukup dekat untuk itu
sehingga hanya perubahan entalpi terjadi selama fase transisi. Biarkan substansi, awalnya
dalam fase padat, menjadi yang pertama berubah ke fase uap, kemudian ke fase cair, dan
akhirnya kembali ke keadaan awal di fase padat. (Lihat Gambar. 2-10.) Ada aliran panas ke
dalam sistem dalam proses pertama dan peningkatan entalpi spesifik ∆ℎ1 = 𝑙13. Dalam proses
kedua dan ketiga ada adalah aliran panas keluar dari · sistem, dan perubahan yang sesuai pada
entalpi adalah ∆ℎ2 = −𝑙23 dan ∆ℎ3 = −𝑙12. Kemudian

∆𝒉𝟏 + ∆𝒉𝟐 + ∆𝒉𝟑 = 𝟎

Berikut bahwa

𝑙13 − 𝑙23 − 𝑙12 = 0

Atau

𝑙13 = 𝑙23 + 𝑙12 (3 − 33)

Artinya, panas sublimasi, pada titik tiga, sama dengan jumlah dari panas penguapan dan panas
fusi.

3.13 Bentuk Umum Dari Hukum Pertama

Dalam mekanika, teorema usaha-energi menyatakan bahwa perubahan dalam energi


kinetik ∆𝐸𝑘 dari sebuah sistem sama dengan usaha 𝑊 yang dilakukan pada sitem. Berdasarkan
ketentuan tanda dalam termodinamika, dimana usaha yang dilakukan oleh sitem adalah
positif, kita punya

∆𝐸𝑘 = −𝑊.

Umumnya, energi dalam sebuah sistem, serta energi kinetiknya, dapat berubah dalam sebuah
sitem, dan dapat berubah sebagai hasil dari aliran panas ke dalam sistem serta kinerja usaha.
Kemudian pada umumnya,

∆𝑈 + ∆𝐸𝑘 = 𝑄 − 𝑊.

Jika gaya konservatif bertindak pada sistem, sitem memiliki energi potensial dan usaha gaya
konservatif (ketentuan tanda dalam termodinamika) sama dengan perubahan energi potensial
∆𝐸𝑝 . Mari kita mendefinisikan besarnya 𝑊 ∗ sebagai total usaha 𝑊, dikurangi usaha 𝑊0 dari
setiap gaya konservatif:
𝑊 ∗ = 𝑊 − 𝑊0 𝑜𝑟 𝑊 = 𝑊 ∗ + 𝑊0 .

Sehingga

∆𝑈 + ∆𝐸𝑘 = 𝑄 − 𝑊 ∗ − 𝑊0 .

Sekarang gantikan istilah “usaha” 𝑊0 dengan energi potensial ∆𝐸𝑝 dan pindah istilah “energi”
ke sisi kiri persamaan. Sehingga

∆𝑈 + ∆𝐸𝑘 + ∆𝐸𝑝 = 𝑄 − 𝑊 ∗ .

Sekarang kita mendifinisikan energi total sistem 𝐸 sebagai jummlah energi dalam, energi
kinetik, dan energi potensial:

𝐸 = 𝑈 + 𝐸𝑘 + 𝐸𝑝 .

Oleh karena itu

∆𝐸 = ∆𝑈 + ∆𝐸𝑘 + ∆𝐸𝑝 ;

Dan akhirnya, jika 𝐸𝑏 𝑑𝑎𝑛 𝐸𝑎 mewakili akhir dan awal nilai total energi dalam sebuah proses,

∆𝐸 = 𝐸𝑏 − 𝐸𝑎 = 𝑄 − 𝑊 ∗ . (3 − 34)

Jika aliran panas dan usaha keduanya kecil,



𝑑𝐸 = 𝑑 ′𝑄 = 𝑑 ′𝑊 . (3 − 35)

Jika energi kinetik dan energi potensial konstan, ∆𝐸 = ∆𝑈 dan 𝑊 ∗ = 𝑊, maka persamaan (3-
34) dan (3-35) menjadi

𝑈𝑏 − 𝑈𝑎 = 𝑄 − 𝑊,

𝑑𝑈 = 𝑑 ′𝑄 − 𝑑 ′𝑊.

Persamaan (3-34) dan (3-35) sering disebut sebagai bentuk umum hukum pertama
termodinamika, tetapi persamaan tersebut lebih baik dijelaskan sebagai generalisasi teorema
usaha-energi mekanika. Yaitu prinsip-prinsip termodinamika yang menggeneralisasi teorema
ini dengan memasukkan energi dalam sistem 𝑈 serta energi kinetik dan energi potensial, dan
dengan memasukkan panas 𝑄 yang mengalir ke dalam sistem serta usaha 𝑊 ∗ . Sehingga
perubahan energi total sistem ∆𝐸 sama dengan aliran panas 𝑄 baru ke dalam sistem, dikurangi
usaha 𝑊 ∗ yang dilakukan oleh sistem, usaha lain dari setiap gaya konservatif. Jika sistem
sepenuhnya terisolasi, berarti, panas 𝑄 dan usaha 𝑊 ∗ keduanya bernilai nol. Sehingga ∆𝐸 =
0 dan total energi sistem tetap konstan. Inilah bentuk generalisasi prinsip-prinsip energi
konservatif: total energi sebuah sistem yang terisolasi adalah konstan. Pada kasus khusus
dimana energi kinetik dan potensial konstan, seperti sistem saat istirahat di laboratorium,
energi dalam 𝑈 adalah konstan.

3.14 Persamaan Energi Aliran

Mari kita bayangkan bahwa pada piston instan dimasukkan ke dalam pipa dimana
fluida melewati masuk dan keluar, dan bergerak sepanjang pipa dengan kecepatan 𝑣1 dan 𝑣2 .
Jarak perpindahan oleh piston seiring interval waktu dimana massa 𝑚 masuk dan keluar
berturut-turut 𝑥1 dan 𝑥2 . Tanda panah 𝐹1 dan 𝐹2 menunjukkan gaya yang diberikan pada
piston oleh fluida yang berdekatan.

Usaha yang dilakukan oleh 𝐹1 dan 𝐹2 adalah

𝐹2 𝑥2 − 𝐹1 𝑥1 = 𝑃2 𝐴2 𝑥2 − 𝑃1 𝐴1 𝑥1 = 𝑃2 𝑉2 − 𝑃1 𝑉1 ,

Dimana 𝑉1 dan 𝑉2 menunjukkan besar volume massa 𝑚 yang memasuki dan meninggalkan.

Gaya gravitasi pada massa 𝑚 adalah 𝑚𝑔, dimana 𝑔 adalah percepatan gravitasi, dan usaha
gaya oleh kerja ini ketika massa 𝑚 pindah dari ketinggian 𝑥1 dan 𝑥2 adalah

𝑊0 = 𝑚𝑔(𝑧2 − 𝑧1).
Usaha total W, termasuk usaha poros, adalah

𝑊 = 𝑊𝑎ℎ + 𝑃2 𝑉2 − 𝑃1 𝑉1 + 𝑚𝑔(𝑧2 − 𝑧1 ).

Usaha 𝑊 ∗ , atau usaha total dikurangi usaha konservatif gaya gravitasi 𝑊𝑜 adalah

𝑊 ∗ = 𝑊𝑎ℎ + 𝑃2 𝑉2 − 𝑃1 𝑉1 .

Perubahan energi dalam massa 𝑚 adalah

∆𝑈 = 𝑚(𝑢2 − 𝑢1 ),

Dimana 𝑢1 dan 𝑢2 menunjukkan spesifik energi dalam.

Perubahan energi kinetik adalah

1
∆𝐸𝑘 = 𝑚(𝑣2 2 − 𝑣1 2 ),
2

Dan perubahan energi potensial adalah

∆𝐸𝑝 = 𝑚𝑔(𝑧2 − 𝑧1 ) = 𝑊0 .

Lalu kita mempunyai dari persamaan (3-34)

1
𝑚(𝑢2 − 𝑢1 ) + 𝑚(𝑣2 2 − 𝑣1 2 ) + 𝑚𝑔(𝑧2 − 𝑧1 ) = 𝑄 − 𝑊𝑎ℎ − 𝑃2 𝑉2 + 𝑃1 𝑉1 . (3 − 36)
2

Biarkan 𝑣1 dan 𝑣2 menjadi volume spesifik fluida saat memasuki dan meninggalkan, dan
biarkan 𝑞 dan 𝑤𝑎ℎ menunjukkan aliran panas dan usaha poros, per masaa. Sehingga
𝑉2 = 𝑚𝑣2 , 𝑉1 = 𝑚𝑣1 , 𝑄 = 𝑚𝑞, 𝑊𝑎ℎ = 𝑚𝑤𝑎ℎ

Setelah meamsukkan ekspresi ke dalam persamaan (3-36) hilangkan 𝑚, dan tata ulang panas,
sehingga

1 1
(𝑢2 + 𝑃𝑣2 + 𝑣2 2 + 𝑔𝑧2 ) − (𝑢1 + 𝑃𝑣1 + 𝑣1 2 + 𝑔𝑧1 ) = 𝑞 − 𝑤𝑎ℎ
2 2

Substitusikan spesifik entalpi ℎ untuk 𝑢 + 𝑃𝑣, persamaan (3-36) dapat ditulis

1 1
(ℎ2 + 𝑣2 2 + 𝑔𝑧2 ) − (ℎ1 + 𝑣1 2 + 𝑔𝑧1 ) = 𝑞 − 𝑤𝑎ℎ . (3 − 37)
2 2

Inilah persamaan energi untuk aliran tetap. Sekarang kita aplikasikan ke sesuatu kasus
tertentu. Temperatur dalam uap turbin lebih tinggi dari sekitarnya tetapi aliran fluida melewati
begitu pesat bahwa hanya kuantitas panas yang relatif kecil hilang per satuan massa uap dan
dapat kita set 𝑞 = 0. Energi poros tentunya tidak bernilai nol, tetapi perbedaan pada
ketinggian antara saluaran masuk an keluar bisanya dapat diabaikan. Dengan memperkirakan
persamaan (3-37) menjadi

1
−𝑤𝑎ℎ = (ℎ2 − ℎ1 ) + (𝑣2 2 − 𝑣1 2 ) (3 − 38)
2

Usaha poros diperoleh dari turbin, per satuan massa sistem, tergantu perbedaan entalpi yang
masuk dan keluar, dan pada perbedaan antara kotak saluran masuk dan kecepatan pembuangan
uap.

Mengalir melalui mulut pipa. Uap memasuki turbin datang dari ketel uap dimana
kecepatannya kecil, dan sebelum memasuki turbin diberikan kecepatan tinggi oleh aliran yang
lelalui mulut pipa. Gamabr 3-14 menunjukkan sebuah mulut pipa dimana uap masuk saat
kecepatan 𝑣1 dan meninggalkan saat kecepatan 𝑣2 . Kerja poros bernilai nol, aliran panasnya
kecil dan bisa diabaikan, dan perbedaan ketinggiannya kecil. Maka untuk mulut pipa
𝑣2 2 = 𝑣1 2 + 2(ℎ1 − ℎ2 ). (3 − 39)

Persamaan Bernoulli mempertimbangkan aliran fluida mapat sepanjang pipa berbagai


penampang dan ketinggian. Tidak ada usaha poros yang bekerja, dan kita mengasumsikan
aliran menjadi adiabatic dan tenpa gesekan. Sehingga

1 1
ℎ1 + 𝑣1 2 + 𝑔𝑧1 = ℎ2 + 𝑣2 2 + 𝑔𝑧2 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛,
2 2

Atau, menuliskan ekspresi untuk entalpi,

1
𝑢 + 𝑃𝑣 + 𝑣 2 + 𝑔𝑧 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛.
2

Perubahan energi dalam sistem di setiap proses sama dengan aliran panas ke dalam sistem
dikurangi jumlah konfigurasi usaha dan disipatif usaha. Untuk bagian yang pejal atau fluida
mampat. Konfigurasi usaha seharusnya nol semenjak volumnya konstan. Jika usaha disipatif
dan aliran panas keduanya nol, seagai kasus ini, energi dalam adalah konstan. Sehingga

1
𝑃𝑣 + 𝑣 2 + 𝑔𝑧 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
2

Dan ganti 𝑣 dengan 1/𝜌, dimana 𝜌 merupakan massa jenis, sehingga

1
𝑃 + 𝜌𝑣 2 + 𝜌𝑔𝑧 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛. (3 − 40)
2

Inilah persamaan Bernoulli untuk aliran tetap fluida mampat tanpa gesekan.

Anda mungkin juga menyukai