Anda di halaman 1dari 6

KELOMPOK 11

1. FINDA TRI SETIANINGRUM ( 6211418118 )

2. SITI UMI FARIDATUL UMAH ( 6211418120 )

ARTIKEL PENETAPAN SASARAN ( GOAL SETTING )

PENGERTIAN

Goal (sasaran) adalah sesuatu yang hendak kita capai, umpamanya menyelesaikan
tugas makalah ataupun skripsi tepat pada waktunya, lulus dalam ujian, berhasil
menyampaikan presentasi hasil kerja kelompok dengan baik, dan lain sebagainya.

Goal setting adalah proses menetapkan sasaran bagi diri kita. Goal yang lebih terinci
dan berada di bawah kendali kita cenderung memunculkan usaha yang lebih besar daripada
goal yang bersifat lebih umum.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GOAL SETTING

a. Penerimaan (Acceptance)

Penerimaan terhadap sasaran atau target yang diterima atlet disebabkan karena adanya
kemauan untuk menerima target yang dibebankan, sasaran yang efektif tidak hanya cukup
diketahui saja, tetapi juga harus dapat diterima atlet untuk dilaksanakan.
Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa penerimaan akan penetapan sasaran atau
target berpengaruh terhadap pelaksanaan kerja yang akan dilaksanakan atlet yang
bersangkutan.
b.      Komitmen (commitment).
Pengertian komitmen secara umum adalah adanya suatu kesepakatan atau persetujuan
antara atlet dengan organisasi. Gibson dkk (1985) mengemukakan pengertian komitmen
adalah keadaan yang melibatkan identifikasi dan loyalitas yang diwujudkan terhadap
klub/organisasi yang menaungi atlet. Mitchell (1985) menjelaskan individu yang kurang
sepakat dengan sasaran atau target organisasi merupakan sikap negatif dan bisa berakibat
kerugian.
Dapat disimpulkan bahwa komitmen atau kesepakatan atau kesetujuan atlet terhadap
organisasi untuk melaksanakan pencapaian sasaran atau target dapat berpengaruh terhadap
sistem kerja goal setting.
c.       Spesifikasi (Specifity)
Pengertian speksifikasi atau keseksamaan sasaran tujuan menurut Gibson dkk, (1985)
adalah derajat secara kuantitatif daripada sasaran atau tujuan. Menurut Davis dan Nestrom
(1989) penetapan sasaran harus jelas atau spesifik dan dapat diukur agar kerja dapat
mengetahui kapan suatu target atau tenaga tujuan diperoleh atau dicapai. Instruksi yang jelas
dan terarah memfokuskan kerja pada pelaksanaan pencapaian tenaga target karena patokan
sebagai mempunyai keberhasilannya. Sasaran yang jelas menuntun harus dikerjakan atau
dicapai, maka atlet tersebut dapat mengukur kemajuannya. Atlet selalu dan berpedoman pada
perintah yang samar jelas akan menimbulkan pengertian yang samar dan terarah.
Secara garis besar beberapa pendapat dan penjelasan ahli-ahli menunjukkan di atas
spesifikasi atau kejelasan sasaran mempengaruhi terlaksananya penetapan sasaran atau target,
pelaksanaan mendapat sasaran yang tidak jelas akan membuat arah kerja tidak terpusat pada
apa yang seharusnya perhatian utama tenaga kerjanya. Berkenaan dengan pendapat ahli
diatas, pustaka dilakukan Latham dan Yukl (1975); yang Locke(1980) menunjukkan secara
konsisten bahwa sasaran atau tujuan yang jelas dan adanya tingkat tantangan yang
menghasilkan kinerja yang lebih tinggi.
d.      Umpan Balik (feedback)
Umpan balik kerja adalah informasi berasal dari dalam pengelolaan pekerjaan itu
namun bisa juga informasi berasal dari itu lebih sendiri. Bisa juga informasi itu bisa berasal
dari orang lain, bagaimana keadaan pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan, apakah tergolong
sukses, berhasil atau tidak berhasil. Sejalan dengan definisi diatas Davis dan Newstrom
(1989) menyatakan bahwa umpan balik cenderung mendorong prestasi kerja menjadi lebih
tinggi dan merupakan alat motivasi yang baik. Seorang atlet pelari harus mengetahui total
waktu yang dibutuhkan untuk memenangkan suatu pertandingan. Oleh karena itu, umpan
balik pekerjaan dibutuhkan untuk memberi informasi dalam menerapkan taktik baru untuk
meningkatkan hasil kerja berikutnya.
Penjelasan hasil penelitian dan pendapat para ahli tersebut memberi pengertian bahwa
umpan balik dari pelaksanaan kerja berpengaruh terhadap manajemen penetapan sasaran itu
sendiri (goal setting).
e.       Partisipasi (participation)
Menurut Beach (1975) partisipasi adalah proses yang melibatkan atlet dalam aktivitas
organisasi secara mental dan fisik. Lebih lanjut dikemukakannya bahwa partisipasi umumnya
dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada atlet untuk mengemukakan sumbangan
pikiran terhadap pemecahan masalah dan tindak lanjut pelaksanaan kerja. Gibson dkk. (1985)
memberi pengertian partisipasi yaitu atlet yang terlibat dalam penentuan sasaran atau tujuan
kerja serta pengembangan sasaran tersebut. Sedangkan eksperimen Cumming dan Molly
maupun Yukl (dalam Beach,1975) menunjukkan manajemen partisipasi di berbagai bidang
pekerjaan menunjukkan pengaruh yang positif terhadap pencapaian sasaran kerja. .
Pendapat dan hasil penelitian para ahli di atas memberi gambaran bahwa partisipasi
berpengaruh terhadap proses pengelolaan penetapan sasaran (goal setting) dan dengan
demikian akan berpengaruh terhadap kinerja.
f.       Tantangan (challenge)
Adanya tingkat tantangan dalam mencapai sasaran atau target yang ditetapkan akan
membuat atlet bekerja lebih keras dan bersungguh-sungguh daripada tidak ada tangangan
sama sekali. Pencapaian sasaran atau tujuan yang menantang menciptakan usaha-usaha
pemecahan dan akan menimbulkan dorongan berbuat yang lebih baik lagi.
Studi ahli yang menguji hubungan besarnya peranan sasaran yang mempunyai
tantangan terhadap kinerja antara lain penelitian yang dilakukan Basset; Patton (dalam Locke,
1980). menemukan bukti yang positif bahwa sasaran atau tujuan yang mempunyai tantangan
dalam pekerjaan menghasilkan kinerja yang lebih baik daripada sasaran yang tidak
mempunyai tantangan.
Dari gambaran di atas dapat diartikan bahwa adanya tingkat tantangan (sasaran tidak
terlalu mudah) dalam pelaksanaan pencapaian sasaran atau target akan berpengaruh terhadap
efektifitas sistem penetapan sasaran. Sebab dengan usaha yang sungguh-sungguh dalam
pekerjaan secara nyata akan menaikkan kinerja. Secara jelas diketahui bahwa adanya tingkat
tantangan yang dimiliki sistem tersebut akan berpengaruh pada prestasi atau hasil penetapan
sasaran atau target tersebut.
Dari penjelasan teori-teori dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa sistem
manajemen penetapan sasaran berdasarkan hasil (goal setting) mempengaruhi prestasi kerja
sebab atlet dapat memberi respon secara bertanggungjawab. Karena situasi kerja seperti itu
dirasa dapat memenuhi kebutuhan mereka akan nilai dan perwujudan diri. Maka motivasi diri
untuk bekerja lebih baik dengan demikian produktivitas akan meningkat. Jika sebelumnya
berlatih dipandang sebagai rutinitas saja maka dengan sistem ini atlet menjadi memandang
berlatih sebagai suatu konstribusi positif dan akan memberikan kinerja yang optimal sebab
sistem ini mempersiapkan atlet untuk menghadapi tantangan yang timbul dari pelaksanaan
latihan, sehingga diharapkan prestasi meningkat.
LANGKAH – LANGKAH GOAL SETTING

Peningkatan motivasi melalui penetapan sasaran akan berhasil jika dilakukan dengan
sistematik melalui langkah-langkah berikut:

1. Mengidentifikasi sasaran
Setidaknya tuliskan 3 sasaran belajar anda. Sasaran ini harus berada di bawah kendali anda
dan ditulis serinci mungkin.

2. Penetapan prioritas
Selanjutnya perlu dibuat peringkat dari sasaran yang telah ditentukan dan ditulis. Kemudian
berikan peringkat 1 (satu) bagi sasaran yang dianggap paling penting. 2 untuk yang
berikutnya penting, 3 untuk sasaran yang paling dianggap kurang penting diantara ketiga
sasaran tersebut.

3. Pertimbangan waktu
Kelompkoan sasaran kedalam tiga kelompok berdasarkan waktu, yaitu kelompok sasaran
untuk jangka panjang, jangka menengah, jangka pendek

4. Pembagian sasaran kedalam langkah-langkah kegiatan


Bagi sasaran anda ke dalam rincian langkah yang mendekatkan kepada sasaran.

5. Penelaahan kemajuan
Perlu diciptakan proses penelaahan hasil kerja. Evaluasi dapat dilakukan secara harian atau
mingguan. Kegiatan ini akan bermanfaat untuk menelaah masih berapa jauh anda dari sasaran
yang anda tetapkan.

6. Perbaikan Sasaran (bila diperlukan)


Fleksibilitas adalah kunci dalam menetapkan sasaran. Bersiaplah memperbaiki sasaran bila
ditekan oleh waktu.
PRINSIP GOAL SETTING

Selanjutnya, Moran (1997) mengajukan prinsip goal-setting yang disbeutnya sebagai


SMART. Penjabaran SMART (buah pikiran dari Bull, Albinson dan Shambrook) sebagai
berikut :
 S = specific > makin jelas dan spesifik sasaran belajar maka akan lebih besar
kemungkinan mencapainya
 M = measureable > bila tidak mampu mengukur kemajuan mengenai sasaran yang
direncanakan, maka cenderung akan menghilangkan minat dalam pencapaian sasaran
 A = action-related > Agar tidak dibingungkan oleh urutan langkah yang dilakukan,
perlu menentukan sejumlah langkah yang berurutan semakin dekat dengan
pencapaian sasaran
 R = realistic > sasaran belajar Anda harus realistic dan dapat dica[pai dengan
memanfaatkan sumber-sumber yang dapat Anda peroleh
 T = time-based > sering kali kita bekerja saat mendekati batas akhir penyampaian
tugas tertentu

KAITAN REGULASI DIRI DAN GOALS SETTING

Regulasi diri (self regulation) adalah proses dimana siswa mengaktifkan kognisi, perilaku,
dan afeksinya yang secara sistematis ditujukan untuk mencapai tujuan mereka (Zimmerman
dalam Schunk, Pintrich, & Meece, 2010:154).

Regulasi diri yang efektif membutuhkan adanya tujuan dan motivasi untuk meraihnya. Selain
itu, tergantung pada evaluasi diri terkait dengan kemampuan yang dimiliki dan kemajuan
dalam perolehan keterampilan. Untuk mengevaluasi diri tidaklah bisa secara spontan,
melainkan dengan menilai kemajuan diri secara bertahap dari waktu ke waktu.

Aspek-aspek tujuan (goal properties) meliputi spesifik tidaknya, dekat tidaknya (proximity),
dan tingkat kesulitan. Aspek-aspek tersebut meningkatkan perbandingan dengan kemajuan
sehingga pembelajar dapat mempertahankan atau mengubah strategi relasi diri yang mereka
gunakan tergantung pada penilaian yang mereka lakukan terhadap kemajuan diri mereka.

Pentingnya pencapaian tujuan juga direfleksikan dalam penilaian diri, ketika seseorang tidak
peduli tentang bagaimana performanya, mereka tidak akan menilai performa mereka tersebut
atau memberikan usaha untuk meningkatkannya. Orang akan menilai kemajuannya dalam
belajar untuk tujuan yang mereka hargai.
Menurut Locke & Latham (2002), goal setting sangat efektif karena dapat
mempengaruhi/membantu atlet melalui 4 cara berikut, yaitu:

1. Memberi atensi/perhatian dan fokus pada hal-hal yang memang penting/yang


menjadi sebuah prioritas
2. Memberikan dorongan pada para atlet untuk lebih berusaha
3. Mempertahankan kegigihan para atlet
4. Membantu mengembangkan strategi pembelajaran yang baru

Anda mungkin juga menyukai