Anda di halaman 1dari 5

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN KISARAN

ANJING KUCING
Hematologi
Sel Darah Putih (WBC) 20,6 10^3/µL 6,0-17,0 5,5-19,5
Sel Darah Merah (RBC) 8,95 10^6/µL 5,5-8,5 5,0-10,0
Hemoglobin (Hb) 14,6 g/dL 12,0-18,0 8,0-15,0
Hematokrit (HCT) 49 % 37,0-55,0 24,0-45,0
MCV 54,7 fL 60,0-77,0 39,0-55,0
MCH 16,3 pg 19,5-24,5 12,5-17,5
MCHC 29,8 g/Dl 32,0-36,0 30,0-36,0
Trombosit (PLT) 90 10^3/µL 200-500 300-800
Limfosit 11,9 % 12,0-30,0 20,0-55,0
Monosit 4,1 % 3,0-10,0 1,0-4,0
Granulosit 84 % 60,0-80,0 35,0-78,0
Limfosit 2,3 10^3/µL 1,0-4,8 1,5-7,0
Monosit 0,8 10^3/µL 0,15-1,35 0,0-0,85
Granulosit 17,5 10^3/µL 3,5-14,0 2,5-14
RDW-CV 13,2 % 12,0-16,0 13,0-17,0
RDW-SD 32,5 fL 35-56 35-56
PCT 0,106 % 0,0-50,0 0,0-2,9
MPV 11,7 fL 13-43 12,0-17,0
PDW 15 fL 10,0-18,0
P-LCR 54,3 % 13-43
Hasil Interpretasi :

Interpretasi

1. Leukositosis

Sel darah putih meningkat atau leukositosis adalah suatu keadaan dimana jumlah
leukosit total di dalam sirkulasi darah meningkat melebihi batas atas normal untuk
spesies tersebut disebut sebagai leukositosis. Leukositosis bisa bersifat fisiologis ataupun
patologis (Meyer and Harvey, 2004). Leukositosis yang dihasilkan oleh adanya suatu
aktifitas yang bersifat psikologis dan/atau fisik disebut sebagai leukositosis fisiologis.
Keadaan ini sering terjadi pada kondisi stres (akut) fisik, emosi atau penyakit, dan
biasanya bersifat temporer (Jain 1993). Menurut Stockham & Scott (2008), leukositosis
yang bersifat patologis muncul sebagai respons terhadap adanya penyakit akibat
meningkatnya neutrofil yang bersirkulasi (relatif, absolut, atau keduanya), bisa dengan atau
tanpa left shift. Peningkatan jumlah leukosit total lebih nyata terutama pada infeksi yang
bersifat lokal.

2. Hematokrit
Kadar Hematokrit yang meningkat dapat disebabkan karena pasien mengalami
dehidrasi dan pada polisetemia vera. Peningkatan kadar hematokrit dapat
mengindikasikan hemokonsentrasi, akibat penurunan volume cairan. Peningkatan
hematokrit merupakan menifestasi hemokonsentrasi yang terjadi akibat kebocoran
plasma ke ruang ekstravaskuler disertai efusi cairan serosa, melalui kapiler yang rusak.
Hemokosentrasi dengan peningkatan hematokrit 20% atau lebih (misalnya dari 35%
menjadi 42%) mencerminkan peningkatan permeabilitas kapiler dan perembesan plasma.
Pada umumnya nilai hematokrit dipengaruhi oleh pengantian cairan atau perdarahan
(Pusparini, 2004).
3. MCHC
MCHC merupakan ukuran konsentrasi Hb dalam volume 100 cc sel darah merah.
MCHC bergantung pada jumlah hemoglobin pada volume dari eritrosit (Swenson 1984).
Nilai MCHC yang rendah menunjukkan bahwa darah kucing tersebut mengalami keadaan
hipokromik. Adapun kondisi yang dapat menyebabkan rendahnya nilai MCHC adalah
defisiensi zat besi kronis, sideroblastik anemia dan anemia dari penyakit kronis
(Nordenson 2006).
4. Trombositopenia
Trombositopenia merupakan suatu keadaan penurunan nilai trombosit dibawah
nilai standar normalnya. Trombosit merupakan fragmen darah yang penting dalam proses
pembekuan darah. Trombosit berasal dari fragmentasi sitoplasma megakariosit sumsum
tulang. Prekursor megakariosit, yaitu megakarioblast, muncul melalui proses diferensiasi
dari sel induk hemopoetik. Fungsi utama trombosit adalah pembentukan sumbat mekanik
selama respon hemostasis normal terhadap cedera vaskular. Kebocoran darah spontan
melalui pembuluh darah kecil dapat terjadi bila tidak ada trombosit. Penurunan nilai
trombosit pada kucing dapat terjadi dikarenakan adanya peningkatan destruksi dari
trombosit (Arimbi, 2014).

5. Limfositopenia
Kadar limfosit dipengaruhi oleh aktivitas fisik, pengobatan, dan penyakit.
Kejadian limfositopenia pada kucing. dapat disebabkan akibat terjadinya SIRS (Systemic
Inflammatory Responses Syndrome) yaitu adanya respon radang yang sudah sistemik
pada tubuh anjing, yang dapat dikategorikan dalam keadaan sepsis (Furlanello et al.
2005).
6. Monositosis
Monosit merupakan sel darah yang terbesar. Sel ini berfungsi sebagai lapis kedua
pertahanan tubuh, dapat memfagositosis dengan baik dan termasuk kelompok makrofag.
Manosit juga memproduksi interferon. Monositosis berkaitan dengan infeksi virus,
bakteri dan parasite tertentu serta kolagen, kerusakan jantung dan hematologi (Herawati,
dkk., 2011).
7. Granulositosis
Granulositosis adalah adanya peningkatan jumlah granulosit dalam darah tepi.
Seringkali, kata tersebut merujuk pada peningkatan jumlah granulosit neutrofil , tetapi
granulositosis secara formal mengacu pada kombinasi neutrofilia, eosinofilia, dan
basofilia. Leukositosis mengacu pada peningkatan jumlah semua sel darah putih. Dalam
hal ini granulositosis diakibatkan karena adanya infeksi khususnya bakteri (George,
2012).
8. RDW-SD
RDW merupakan pengukuran kuantitatif variasi ukuran eritrosit yang beredar,
sebagai ekspresi matematik variasi distribusi volume populasi eritrosit yang dinyatakan
dalam persen, dan mengindikasikan variasi ukuran eritrosit dalam populasi terukur
(anisositosis) (Hillman & Finch, 1996; Hillman & Ault, 1995). RDW rendah berarti
bahwa sel-sel darah merah bervariasi dalam ukuran yang sangat kecil. Salah satu alasan
untuk tingkat RDW yang rendah adalah anemia makrositik. Penyebab lain dari tingkat
RDW yang rendah adalah anemia mikrositik. Dalam dua kelainan ini sel-sel darah merah
tidak bervariasi banyak dalam ukuran karena mereka semua kecil atau semua besar.

9. MPV
MPV adalah ukuran rata-rata trombosit/platelet. Trombosit baru lebih besar, dan
peningkatan MPV terjadi ketika terjadi peningkatan jumlah platelet yang sedang
diproduksi. Sebaliknya, penurunan MPV merupakan indikasi penurunan jumlah
trombosit (trombositopenia). MPV telah lama dikenal sebagai penanda peradangan
(Noris, et al. 2016).

10. P-LCR
P-LCR (Platelet Large Cell Ratio) merupakan salah satu penanda aktivasi
trombosit.6 Platelet large cell ratio merupakan proporsi jumlah trombosit yang berukuran
lebih dari 12fl. P-LCR akan meningkat pada pasien dengan trombositopenia Nilai P-LCR
berbanding terbalik dengan jumlah trombosit dan berhubungan langsung dengan Mean
Platelet Volume (MPV) dan Platelet Distribution Width (PDW) (Lorenza,dkk. 2018).

DAFTAR PUSTAKA
Furlanello T, Fiorio F, Caldin M, Lubas G, Solano-Gallego L. 2005. Clinicopathological
findings in naturally occurring cases of babesiosis caused by large form Babesia
from dogs of northeastern Italy. Vet Parasitol. 134: 77–85.
George, Tracy,(2012). Malignant or Benign Leukocytosis.  ASH Education Program
Book. pp. 475–484
Herawati, F., Andrajati, R., Umar, F., 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Hillman RS, Finch CA 1996. Red Cell Manual. 7th Edition Philadelphia: F.A. Davis
Company, 39-65.
Jain NC. 1993. Essential of Veterinary Hematology. Philadelphia: Lea & Febiger.
Lorenza, A., Arkhesi, N., Hardian, 2018. Perbandingan Platelet Large Cell Ratio (P-
LCR) pada Anak dengan Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue. Jurnal
Kedokteran Diponegoro. Vol (7) No : 2
Meyer DJ, Harvey JW. 2004. Veterinary Laboratory Interpretation and Diagnosis. Ed ke-3.
Philadelphia: WB Saunders Company.
Nordenson Nancy J. 2006. Red Blood Cell Indices. Http//healthatoz.com. [28 Juli 2007]

Noris P,  Melazzini F,  Balduini CL. New roles for  mean platelet volume  measurement
in the clinical practice?. Platelets. 2016;27(7):607-612.
Pusparini, 2004. Kadar Hematokrit dan Trombosit Sebagai Indikator Diagnosis Infeksi
Dengue Primer dan Sekunder. J Kedokter Trisakti. 23(2):54-5
Stockham SL, Scott MA. 2008. Fundamentals of Veterinary Clinical Pathology. Oxford:
Blackwell Publishing.

Anda mungkin juga menyukai