A. KASUS
Sampel darah pasien perempuan, umur 39 tahun dikirim oleh dokter IGD
tanggal 30 Desember 2015 ke laboratorium RSUP Dr. M. Djamil Padang untuk
pemeriksaan hematologi:
Hasil Pemeriksaan
Parameter
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Trombosit
Leukosit
Basofil
Eosinofil
Neutrofil batang
Neutrofil segmen
Limfosit
Monosit
Blast
MCV
MCH
MCHC
Retikulosit
Hasil
6,2
20
1,82
12.000
56.700
0
0
0
0
14
4
82
108
34
31
1,4
Satuan
g/dL
%
juta/mm3
/mm3
/uL
%
%
%
%
%
%
%
fL
pg
%
%
Nilai Normal
12-16
37-43
4,0-4,5
150.000-400.000
5000-10.000
0-1
1-3
2-6
50-70
20-40
2-8
0
82-92
27-31
32-36
0,5-2
Leukosit
Trombosit
Kesan
Anjuran
DATA TAMBAHAN
Anamnesis:
Keluhan utama: pucat semakin bertambah sejak 2 hari yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pucat semakin bertambah sejak 2 hari yang lalu. Pucat sudah terlihat sejak
satu bulan yang lalu.
Riwayat buang air besar berwarna merah kehitam sejak satu bulan yang
lalu, frekuensi 1 x/hari, volume 1/2 1 gelas. Sekarang buang air besar
tidak berdarah.
Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Suhu
Pernafasan
Edema
Sianosis
Anemis
: sedang
: komposmentis
: 110/70 mmHg
: 110 x/menit
: 37,30C
: 30 x/menit
: tidak ada
: tidak ada
: ada
Kulit
: turgor normal, purpura atau hematom tidak ditemukan
Kelenjar getah bening : tidak dijumpai pembesaran kelenjar getah bening
Mata
: konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik
Telinga
: tidak ditemukan kelainan
Hidung
: septum nasal dalam batas normal
Leher
: JVP 5-2 cmH2O, pembesaran kelenjar tiroid tidak
dijumpai
Jantung/Paru
Perut
Anus
Anggota gerak
Nilai Normal
<200
10,0 - 50,0
0,6 1,1
<32
<31
136 - 145
3,5 - 5,1
97 - 111
Partikel
: Ditemukan
Selularitas
: Hiperseluler
Trombopoiesis
Hitung jenis
Mieloblast
Promielosit
Mielosit
Metamielosit
Batang
Segmen
Basofil
Eosinofil
Rubriblas
Prorubrisit
Rubrisit
Metarubrisit
Monosit
Limfoblast
Prolimfosit
Limfosit
M:E rasio
Jumlah (%)
64
14
0
0
0
0
0
0
2
4
9
3
0
0
0
4
6:1
: positif
B. TINJAUAN PUSTAKA
LEUKEMIA MIELOBLASTIK AKUT
1. DEFINISI
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang
berasal dari sumsum tulang, ditandai oleh proliferasi leukosit,
dengan manifestasi adanya sel-sel abnormal dalam darah tepi.
Leukemia adalah penyakit keganasan darah dengan gangguan
dalam
pengaturan
sel
leukosit.
Leukosit
dalam
darah
dengan
transformasi
neoplastik
dan
gangguan
Merokok: Substansi tembakau yang ada dirokok akan diserap oleh paruparu dan menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lain.
Terpapar dengan zat kimia tertentu seperti: benzene dengan kadar tinggi
dalam waktu lama. Benzene digunakan sebagai bahan pelarut di industri
karet, kilang minyak, pupuk, pabrik sepatu, dan ditemukan juga di rokok
sigaret, lem, produk pembersih, deterjen dan cat.
Terpapar radiasi
Riwayat keluarga
4. Patogenesis
Leukemia mieloid akut merupakan serangkaian perubahan genetik di
dalam sel prekursor hematopoietik. Perubahan ini mengubah pertumbuhan dan
diferensiasi hematopoietik normal, mengakibatkan akumulasi sel abnormal, sel
mieloid imatur di sumsum tulang dan perifer. Sel ini mampu membelah dan
berproliferasi, tetapi tidak dapat berdiferensiasi menjadi sel hematopoietik matur
(netrofil) (Stock & Thirman, 2016).
Banyak penelitian mengenai mutasi deoxyribonucleic acid (DNA) yang
menyebabkan perubahan sel sumsum tulang normal menjadi sel leukemia. Sel
manusia normal tumbuh dan berfungsi berdasarkan informasi yang terkandung
dalam kromosom masing-masing sel. Kromosom adalah untaian panjang DNA di
setiap sel. Deoxyribonucleic acid dalam sel manusia memberikan petunjuk untuk
bagaimana semestinya sel berfungsi. Beberapa gen mengontrol pertumbuhan,
pembelahan dan apoptosis sel pada waktu yang tepat. Gen tertentu yang
membantu pertumbuhan, pembelahan, dan menyebabkan sel hidup lebih lama
disebut onkogen. Tumor suppressor genes berfungsi memperlambat pembelahan
sel atau membuat sel mengalami apoptosis pada waktu yang tepat (Reckzeh,
2012).
9
Mutasi pada gen tertentu ditemukan pada banyak kasus LMA, tetapi
perubahan yang lebih besar dalam satu atau lebih kromosom juga umum.
Meskipun perubahan ini melibatkan potongan yang lebih besar dari DNA,
efeknya hanya perubahan dalam satu atau beberapa gen yang ada dibagian
kromosom. Beberapa jenis perubahan kromosom dapat ditemukan dalam sel LMA
(Giles et al., 2002; Reckzeh, 2012).
Translokasi merupakan
Deletions terjadi ketika bagian dari kromosom hilang. Hal ini dapat
mengakibatkan sel kehilangan gen yang membantu menjaga pertumbuhan
sel (tumor suppressor genes).
Penambahan atau duplikasi berarti ada ekstra kromosom atau bagian dari
kromosom. Hal ini dapat menyebabkan terlalu banyak salinan gen tertentu
dalam sel, sehingga menjadi masalah jika salah satu atau lebih dari gen ini
adalah onkogen.
5. Gejala Klinis
Banyak gejala leukemia mieloid akut disebabkan kekurangan sel darah
normal karena sel leukemia mendesak sel darah normal di dalam sumsum tulang,
akibatnya jumlah eritrosit, leukosit, dan trombosit normal menjadi menurun.
Kekurangan eritrosit menyebabkan gejala anemia termasuk: lelah, lemah, pusing,
merasa dingin, sakit kepala, dan sesak nafas. Jumlah leukosit normal yang
menurun menyebabkan infeksi berulang dan demam. Jumlah trombosit rendah
menyebabkan munculnya memar dengan alasan yang tidak jelas, mimisan, gusi
berdarah, dan perdarahan yang tidak biasa. Sel leukemia dapat menginfiltrasi
10
daerah lain sehingga menimbulkan gejala seperti: nyeri sendi, nyeri tulang,
splenomegali, hepatomegali, ruam kulit, pembesaran kelenjar getah bening, dan
penglihatan kabur (Hu et al., 2011; Bacarea, 2012).
6. Laborataorium
6.1 Darah Tepi dan Sumsum Tulang
Pemeriksaan darah perifer biasanya didapatkan anemia normositik
normokrom, neutropenia, trombositopenia, dengan jumlah leukosit bervariasi <
1000/L hingga >100.000/L. Hiperleukositosis dengan jumlah leukosit
>100.000/L dapat terjadi leukositosis di paru, otak dan saluran kemih. Menurut
WHO hitung jenis leukosit didapatkan jumlah sel blast 20%. Perdarahan pada
LMA dapat
terjadi
akibat
trombositopenia,
disseminated
intravascular
menentukan kariotip sel. Kariotyping leukemia akut penting untuk prognosis dan
pemantauan terapi. Sebagian besar kasus LMA (70%) ditemukan satu atau lebih
kelainan kromosom. Kelainan ini berkaitan erat dengan gambaran klinik dan
morfologi yang merupakan faktor utama penentu outcome penderita. Kelainan
sitogenetik yang berkaitan dengan prognosis baik yaitu t(8;21), inv (16) dan
t(15;17). Abnormalitas sitogenetik LMA M1 pada umumnya adalah t (9;22)
(q34;q11) (Abdul-Hamid, 2011).
7. Diagnosis
Diagnosis LMA menurut FAB ditegakkan berdasarkan morfologi dan
sitokimia yang dibedakan menjadi M0-M7. Diagnosis menurut WHO ditegakkan
berdasarkan morfologi, sitokimia, immunophenotyping, dan sitogenetik (Bacarea,
2012).
Kriteria diagnosis LMA M1 menurut FAB yaitu blast sumsum tulang
30% dari seluruh sel berinti di sumsum tulang, blast sumsum tulang 90% dari
seluruh sel non erythroid sumsum tulang, pewarnaan peroksidase atau SBB 3%
blast positif, seri pematangan monosit (promonosit sampai monosit) sumsum
tulang 10% dari seluruh sel non erythroid, seri pematangan granulosit
(promielosit sampai neutrofil segmen) sumsum tulang 10% dari seluruh sel non
erythroid (Bacarea, 2012).
8. Prognosis
Respons terapi LMA berbeda-beda antara satu pasien dengan pasien
lainnya, tergantung leukemianya dan pasien itu sendiri. Perbedaan respons terapi
ini disebut dengan faktor prognostik. Faktor prognostik membantu klinisi
menentukan tambahan ataupun pengurangan terapi pada pasien dengan tipe LMA
tertentu. Beberapa diantaranya adalah (American Cancer Society, 2016).
Abnormalitas Kromosom
Sel LMA memiliki banyak jenis perubahan kromosom, beberapa
diantaranya dapat mempengaruhi prognosis seseorang yaitu abnormalitas
kromosom dengan prognosis baik dan buruk (McKenna, 2000).
1. Abnormalitas baik:
13
tinggi, riwayat perdarahan gusi dan hidung, lebam di tubuh, dan penurunan berat
badan. Pemeriksaan fisik ditemukan anemis, tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening, hepar dan lien tidak teraba. Pemeriksaan hematologi memperlihatkan
kadar hemoglobin rendah, hematokrit rendah, jumlah leukosit meningkat, jumlah
trombosit menurun, jumlah retikulosit meningkat. Morfologi darah tepi ditemukan
anisositosis nomokrom, polikrom positif, blast 82%, dan trombositopenia.
Pemeriksaan kimia klinik ditemukan kadar kalium menurun, SGOT dan SGPT
meningkat. Diagnosis kerja adalah leukemia akut.
Anemia ditemukan pada pasien ini dengan hemoglobin dan hematokrit
rendah (20%). Anemia dan trombositopenia dapat terjadi karena penekanan
sumsum tulang akibat proliferasi dan akumulasi sel leukemia di sumsum tulang.
Evaluasi sediaan hapus darah tepi didapatkan blast 82% dengan morfologi sel
berbentuk bulat, inti bulat, kromatin halus, beranak inti serta pada beberapa sel
blast dijumpai granula azurofilik dan Auer Rod di sitoplasma.
Peningkatan MCV dan MCH pada pasien ini merupakan peningkatan palsu
yang disebabkan gangguan pemeriksaan jumlah eritrosit dan hematokrit.
Gangguan ini terjadi akibat jumlah leukosit yang sangat tinggi sehingga
mempengaruhi hasil hitung sel eritrosit dan hematokrit oleh alat. Pemeriksaan
hitung eritrosit menggunakan alat otomatis akan menghitung leukosit sebagai
eritrosit (Bain, 2006; Merrit, 2014).
Riwayat menstruasi memanjang, buang air besar berwarna merah segar
dan hitam, perdarahan gusi dan hidung pada pasien ini disebabkan oleh jumlah
trombosit (trombositopenia) yang sangat rendah. Trombositopenia dapat terjadi
karena penekanan seri trombopoietik sumsum tulang akibat proliferasi dan
akumulasi sel leukemia. Sering demam tapi tidak tinggi disebabkan oleh masa
hidup eritrosit yang singkat akibat desakan sel leukemia pada pembuatan sel
eritrosit normal di sumsum tulang sehingga pasien tidak memiliki sel eritrosit
normal yang cukup (American Cancer Society, 2016).
Perubahan konsentrasi ion natrium, kalium, dan kalsium dapat terjadi
dengan penurunan yang sedikit atau banyak. Keadaan hipokalemia yang paling
sering ditemukan pada pasien LMA bisa diakibatkan oleh diet yang tidak adekuat,
muntah, diare, disfungsi tubular ginjal dan hiperleukositosis (Nanji & Denegri,
15
1981; Udayakumar et al., 2006). Hipokalemia pada pasien ini bisa disebabkan
oleh keadaan hiperleukositosis, dan diet tidak adekuat bukan disebabkan oleh
disfungsi tubular ginjal karena kadar urem dan kreatinin masih dalam batas
normal (Udayakumar et al., 2006).
Hepatomegali dan splenomegali dapat ditemukan pada LMA namun tidak
seberat yang ditemukan pada leukemia kronik, yang menunjukkan keterlibatan
organ ekstramedular. Keadaan ini disebabkan infiltrasi sel leukemia ke organ
tersebut sehingga terjadi gangguan fungsi hati yang ditandai dengan peningkatan
kadar enzim aminotransferase (SGPT dan SGOT). Pemeriksaan fisik pada pasien
ini tidak ditemukan hepatomegali, namun kadar enzim SGPT dan SGOT sedikit
meningkat. Peningkatan kadar enzim ini disebabkan oleh infiltrasi sel leukemia ke
hati sehingga terjadi kerusakan hati akut tanpa disertai hepatomegali (Ciesla,
2007).
Pasien dianjurkan pemeriksaan sumsum tulang, pemeriksaan sitokimia dan
Immunophenotyping. Evaluasi sediaan sumsum tulang didapatkan hasil partikel
ditemukan, selularitas hiperseluler, aktivitas trombopoietik dan eritropoietik
tertekan. Aktivitas granulopoietik meningkat, ditemukan mieloblast 64%,
promielosit 14% dengan Auer Rod positif. Auer Rod adalah gumpalan bahan
granular azurophilik yang tampak seperti jarum memanjang pada sitoplasma blast
leukemia. Auer rod terdiri dari lisosom yang tergabung/melebur dan mengandung
peroksidase, enzim lisosomal dan kristal inklusi yang besar (McKenna, 2000;
Bain, 2003b). Pewarnaan SBB mewarnai granul yang mengandung lemak yang
terdapat pada granul granulosit, eosinofil, dan monosit. Hasil pemeriksaan
sitokimia pada kasus LMA MI dengan pewarnaan SBB dan mieloperoksidase
didapatkan positif lebih dari 3% blast menunjukkan diferensiasi granulosit.
Pemeriksaan dengan periodic acid shiff (PAS), alpha-naphthyl acetate esterase
dan napthol AS-D-esterase negatif (Abdul-Hamid, 2011).
Pewarnaan sitokimia pada pasien ini ditemukan Sudan Black staining
(SBB) positif. Pewarnaan SBB merupakan pewarnaan sitokimia untuk
membedakan leukemia mieloid akut dengan leukemia limfoblastik akut. Auer rod
ditemukan pada blast sekitar 50% pada kasus LMA M1. Berdasarkan kriteria FAB
16
17