Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“MASALAH TATA CARA BERPAKAIAN”

“DAN MEMAKAI PERHIASAN ”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“HADITS TARBAWI

Dosen Pengampu: H.M.EFENDI Lc

KELOMPOK: X

ERNAWATI

KHAIRIAH

NUR ASIAH

SALEHA

Lokal : D/Ibnu Taimiyah

Semester : IV (empat)

Prodi : PAI S-I

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

AULIYAURRASYIDIN TEMBILAHAN

T.A 2012/2013
ii
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pakaian dan Perhiasan.

ISLAM memperkenankan kepada setiap muslim, bahkan menyuruh supaya geraknya


baik, elok dipandang dan hidupnya teratur dengan rapi untuk menikmati perhiasan dan
pakaian yang telah dicipta Allah.

Adapun tujuan pakaian dalam pandangan Islam ada dua macam; yaitu, guna menutup
aurat dan berhias. Ini adalah merupakan pemberian Allah kepada umat manusia seluruhnya,
di mana Allah telah menyediakan pakaian dan perhiasan, kiranya mereka mau mengaturnya
sendiri.

Maka berfirmanlah Allah s.w.t.:

"Hai anak-cucu Adam! Sungguh Kami telah menurunkan untuk kamu pakaian yang
dapat menutupi aurat-auratmu dan untuk perhiasan." (al-A'raf: 26)

Barangsiapa yang mengabaikan salah satu dari dua perkara di atas, yaitu berpakaian
untuk menutup aurat atau berhias, maka sebenarnya orang tersebut telah menyimpang dari
ajaran Islam dan mengikuti jejak syaitan. Inilah rahasia dua seruan yang dicanangkan Allah
kepada umat manusia, sesudah Allah mengumandangkan seruanNya yang terdahulu itu,
dimana dalam dua seruanNya itu Allah melarang keras kepada mereka telanjang dan tidak
mau berhias, yang justru keduanya itu hanya mengikuti jejak syaitan belaka.

Cara memakai Pakaian ( Riyadus Shalihin 721 )

‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلّ َم اِ َذا ا ْستَ َج َّد‬ َ ِ‫ال كاَنَ َرسُوْ ُل هللا‬ َ َ‫ى هللاُ َع ْنهُ ق‬ ِ ‫ع َْن أَبِى َس ِع ْي ِد ْال ُخ ْد ِرىْ َر‬
َّ ‫ض‬
‫ك َخ ْي َرهُ َو َخ ْي َر‬ َ ُ‫ك ْالحْ ْم ُد اَ ْنتَ َك َسوْ تَ ْنيِ ِه اسْأَل‬َ َ‫ اللَّهُ َم ل‬: ‫ يَقُوْ ُل‬,‫ثَوْ بًا َس ّماَهُ بِا ِ ْس ِم ِه ِع َما َمةً اَوْ ِردَا ًء‬
ُ‫صنِ َع لَه‬ُ ‫صنِ َع لَهُ َواعَوْ ُذبِكَ ِم ْن َشرِّ ِه َو َش ِّر َما‬ ُ ‫ َما‬.

Artinya : Dari Abu Said Al-Khudri r.a berkata : “ Adalah Rasulullah Saw bila mengenakan pakaian
baru, beliau menyebut namanya berupa sorban, gamis/ selendang, lalu membaca : Ya Allah !

ii
Bagimu Pujaan, engkaulah yang memberikan pakaian kepadaku. Aku mohon kepadamu
kebaikannya dan kebaikan apa yang ia ciptakan untuknya. ( sehingga aku dalam memakai
pakaian ini tidak untuk bangga – banggaan akan tetapi untuk memperlihatkan nikmat Allah yang
diberikan kepadaku). Dan aku berlindung kepadamu dari kejelekannya dan kejelekan apa yang ia
buat untuknya ( sehingga aku bias memakainya bukan untuk kemaksiatan).”

.    Larangan Memakai Pakaian Lawan Jenis  ( RS 1628 )

َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ ِم المخنثين ِمن‬ َ ِ‫ لَ ْعنَ َرسُوْ َل هللا‬: ‫ى هللاُ َع ْنهُ َما قَا َل‬ َّ ‫ض‬ِ ‫اس َر‬ َ َ‫عن اِب ُْن َعب‬ ْ
َ ِ‫ َوفِى ِر َوايَةُ لَ ْعنَ َرسُوْ َل هللا‬.‫ َو ْال َم ْت ِر َجالَتَ ِمنَ النِّ َسا ِء‬,‫رجا ِل‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ ِم‬ َ ِّ‫ال‬
) ‫(رواه بخارى‬.‫ات ِمنَ النِّ َسا ِء بِالِّر َجا ِل‬ ُ َ‫ َو ْال ُمتَثَبِه‬,‫ْالمتَثَبِ ِه ْينَ ِمنَ الِّرجا َ ِل بَالنِّ َسا ِء‬

Artinya :  Ibnu Abbas r.a Rasulullah Saw Melaknat orang laki-laki yang berlagak perempuan, dan
orang perempuan yang berlagak meniru laki-laki. Dalam lain riwayat : Rasulullah Saw melaknat
orang laki-laki yang meniru perempuan dan orang perempuan yang meniru laki-laki.

Islam mewajibkan kepada setiap muslim supaya menutup aurat, dimana setiap
manusia yang berbudaya sesuai dengan fitrahnya akan malu kalau auratnya itu terbuka.
Sehingga dengan, demikian akan berbedalah manusia dari binatang yang telanjang.

B. Emas dan Sutera Asli Haram Untuk Orang Laki-Laki

Kalau Islam telah memberikan perkenan bahkan menyerukan kepada umatnya supaya berhias
dan menentang keras kepada siapa yang mengharamkannya, yaitu seperti yang dikatakan Allah dalam
al-Quran: -  Lu’lu Wal Marjan 1353

َ
ِ‫ه ع َلَيْه‬
ُ ‫صلَى الل‬ َ ِ‫ل الله‬ ُ ‫سو‬ ُ ‫ن َر‬ َّ ‫ أ‬.‫ما‬ َ ُ‫ه ع َنْه‬ ُ ‫ي الل‬ َ ‫ض‬ ِ ‫مر َر‬ َ ُ ‫ث ابن ع‬ ُ ْ ‫حدِي‬
َ
‫ن‬
ِ ِ ‫ه فِى بَاط‬ ُ ‫ص‬ َ َ‫ل ف‬
ُ َ‫جع‬ ْ َ ‫ فَي‬,‫ه‬
ُ ‫س‬ُ َ ‫ن يَلْب‬َ ‫ وَكَا‬,‫ب‬ ِ َ‫ن ذَه‬ ْ ‫م‬ ِ ‫ما‬ َ َ ‫ خَات‬ َ‫صطَتَنَع‬ ْ َ ‫ ا‬: ‫سلم‬ َ َ‫و‬
ُ ْ ‫ إِنِّى كُن‬: ‫ل‬
‫ت‬ َ ‫ فَقَا‬,‫ه‬ ُ َ ‫س ع َلَى الِمنْب ِ َر فَنَـ َز ع‬ َ َ ‫جل‬ َ ‫ه‬ ُ َّ ‫م إِن‬َّ ‫ ثُـ‬.‫س‬ َ ‫صنَعَ النَّا‬ َ َ‫ ف‬.ِ‫كَفَّه‬
َ َ
َ ‫ه اال‬
ُ ‫ وَالل‬: ‫ل‬ َ ‫م قَا‬َّ ُ ‫مى بِهِ ث‬ َ ‫ل فَ َر‬ ِ ‫خ‬ِ ‫ن دَا‬ ْ ‫م‬ ِ ‫ه‬ ُ ‫ص‬ َ َ‫ل ف‬ ُ َ‫جع‬ ْ ‫م وَأ‬ َ َ ‫س هَذ َا الْب‬
َ َ ‫حات‬ ُ َ ‫ألْب‬
َ ‫اَلْبس‬
) ‫ (رواه بخار ومسلم‬.‫م‬ ْ ُ ‫مه‬ َ ْ ‫س خَوَا تِي‬ ُ ‫ فَنَبَذ َ النَّا‬.‫ه أبَدًا‬ ُ ُ َ
Artinya :  Ibnu Umar r.a berkata : Rasulullah Saw membuat cincin emas, ketika memakainya beliau
meletakkan matanya dibagian dalam telapak tangan , maka orang-orang yang membuat cincin itu,
dan ketika Nabi Saw duduk diatas mimbar tiba-tiba ia mencabut cincinya sambil bersabda : Sungguh

ii
aku telah memakai cincin ini dan meletakkan matanya didalam perut telapak tangan, kemudian
melemparkan ( membuang ) cincin itu dan bersabda : Demi Allah aku tidak akan memakainya lagi
untuk selamanya. Maka orang-orang juga membuang cincin mereka. ( Bukhari, Muslim )

"Siapakah yang berani mengharamkan perhiasan Allah yang telah dikeluarkan untuk
hambaNya dan begitu juga rezeki-rezeki yang baik (halal)?" (al-A'raf: 32)

Maka dibalik itu Islam telah mengharamkan kepada orang laki-laki dua macam perhiasan, di
mana kedua perhiasan tersebut justru paling manis buat kaum wanita. Dua macam perhiasan
itu ialah:

1. Berhias dengan emas.


2. Memakai kain sutera asli.

Ali bin Abu Talib r.a. berkata:

"Rasulullah s.a.w. mengambil sutera, ia letakkan di sebelah kanannya, dan ia mengambil


emas kemudian diletakkan di sebelah kirinya, lantas ia berkata: Kedua ini haram buat orang
laki-laki dari umatku." (Riwayat Ahmad, Abu Daud, Nasa'i, Ibnu Hibban dan Ibnu Majah)

Tetapi Ibnu Majah menambah:


"halal buat orang-orang perempuan."
Dan Saiyidina Umar pernah juga berkata:
"Aku pernah mendengar Rasulullah s.a. w. bersabda: 'Jangan kamu memakai sutera, karena
barangsiapa memakai di dunia, nanti di akhirat tidak lagi memakainya.'" (Riwayat Bukhari
dan Muslim)

C. Larangan Memakai Emas Dan Sutra Untuk Orang Laki-Laki


Dan tentang masalah pakaian sutera Nabi pun pernah juga bersabda:
"Sesungguhnya ini adalah pakaian orang yang (nanti di akhirat) tidak ada sedikitpun bagian
baginya." (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Dan tentang masalah emas, Nabi s.a.w. pernah melihat seorang laki-laki memakai cincin
emas di tangannya, kemudian oleh Nabi dicabutnya cincin itu dan dibuang ke tanah.

ii
Kemudian beliau bersabda:
"Salah seorang diantara kamu ini sengaja mengambil bara api kemudian ia letakkan di
tangannya. Setelah Rasulullah pergi, kepada si laki-laki tersebut dikatakan: 'Ambillah
cincinmu itu dan manfaatkanlah.' Maka jawabnya: 'Tidak! Demi Allah, saya tidak
mengambil cincin yang telah dibuang oleh Rasulullah.'" (Riwayat Muslim)

Dan seperti cincin, menurut apa yang kami saksikan di kalangan orang-orang kaya, yaitu
mereka memakai pena emas, jam emas, gelang emas, kaling rokok emas, mulut(?)/gigi emas
dan seterusnya.

Adapun memakai cincin perak, buat orang laki-laki jelas telah dihalalkan oleh Rasulullah
s.a.w., sebagaimana tersebut dalam hadis riwayat Bukhari, bahwa Rasulullah sendiri
memakai cicin perak, yang kemudian cincin itu pindah ke tangan Abubakar, kemudian
pindah ke tangan Umar dan terakhir pindah ke tangan Usman sehingga akhirnya jatuh ke
sumur Aris (di Quba').

Tentang logam-logam yang lain seperti besi dan sebagainya tidak ada satupun nas yang
mengharamkannya, bahkan yang ada adalah sebaliknya, yaitu Rasulullah s.a.w. pernah
menyuruh kepada seorang laki-laki yang hendak kawin dengan sabdanya:
"Berilah (si perempuan itu) mas kawin, walaupun dengan satu cincin dari besi." (Riwayat
Bukhari)
Dari hadis inilah, maka Imam Bukhari beristidlal untuk menetapkan halalnya memakai
cincin besi.
Memakai pakaian sutera dapat diberikan keringanan (rukhshah) apabila ada suatu keperluan
yang berhubungan dengan masalah kesehatan, yaitu sebagaimana Rasulullah pernah
mengizinkan Abdur-Rahman bin 'Auf dan az-Zubair bin Awwam untuk memakai sutera
karena ada luka di bagian badannya.

Dari uraian di atas, emas dalam bentuk apapun, dalam berbagai warna hukumnya adalah
HARAM. Meskipun pula seandainya emas di jadikan sepuhan untuk bahan lain, maka
hukumnya tetaplah haram. Sebab nama emas tetap saja lekat meski kadarnya berkurang.

ii
Namun benda yang dicat dengan warna emas, tidak bisa dikatakan sebagai emas. Sehingga tidak
menjadi masalah bila seorang laki-laki menggunakan pakaian atau perlengkapan imitasi emas.
Hukumnya tidak haram, sebab kenyataannya memang bukan emas, melainkan hanya rupa dan
warnya saja. Yang haram adalah emasnya, bukan kemiripannya.

Penamaan masyarakat selama ini bahwa platina adalah emas putih tidaklah menjadikannya
haram karena ia hanyalah sebatas penamaan yang pada hakekatnya ia bukanlah emas,
sebagaimana mahalnya harga platina juga tidak menjadikannya haram untuk dikenakan oleh
kaum laki-laki. Sehingga diperbolehkan bagi kaum pria untuk mengenakannya dikarenakan tidak
ada dalil-dalil syariat yang menunjukkan pengharamannya terhadap laki-laki.

Selain platina, laki-laki juga diperbolehkan memakai perak. Hal ini merujuk pada Hadist yang
diriwayatkan Anas bin Malik:

“Nabi shallallahu alayhi wasalam pernah membuat cincin perak. Di cincin itu terdapt ukiran
‘Muhammad Rasulullah’“.(HR Bukhari dan Muslim)

ii
BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN

Dari uraian di atas, emas dalam bentuk apapun, dalam berbagai warna hukumnya adalah
HARAM. Meskipun pula seandainya emas di jadikan sepuhan untuk bahan lain, maka hukumnya
tetaplah haram. Sebab nama emas tetap saja lekat meski kadarnya berkurang.

Namun benda yang dicat dengan warna emas, tidak bisa dikatakan sebagai emas. Sehingga tidak
menjadi masalah bila seorang laki-laki menggunakan pakaian atau perlengkapan imitasi emas.
Hukumnya tidak haram, sebab kenyataannya memang bukan emas, melainkan hanya rupa dan
warnya saja. Yang haram adalah emasnya, bukan kemiripannya.

Penamaan masyarakat selama ini bahwa platina adalah emas putih tidaklah menjadikannya
haram karena ia hanyalah sebatas penamaan yang pada hakekatnya ia bukanlah emas,
sebagaimana mahalnya harga platina juga tidak menjadikannya haram untuk dikenakan oleh
kaum laki-laki. Sehingga diperbolehkan bagi kaum pria untuk mengenakannya dikarenakan tidak
ada dalil-dalil syariat yang menunjukkan pengharamannya terhadap laki-laki.

ii
DAFTAR PUSTAKA

Qardhawi,Muhammad Yusuf.1993.Halal Dan Haram dalam Islam.Jakarta:Pt Bina Ilmu

http://www.syariahonline.com/v2/masalah-umum/laki-laki-dan-haramnya-emas

http://cahyaislam.wordpress.com/2009/05/18/hadits-nabi-muhammad-saw-tentang-haramnya-
kain-sutera-untuk-laki-laki

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadiran Allah Swt atas terselesainya makalah ini, selawat
dan salam tak lupa kami sanjungkan kami sanjungkan kepada Nabi Muhamad SAW.

Makalah ini kami susun dengan tujuan agar memudahkan kita dalam proses belajar
mengajar, guna menambah wawasan bagi rekan-rekan sehinga kita semua mampu mampu
berfikir agar menjadi lebih maju.-rekan

Terimaksih kepada bapak selaku dosen pembimbing kami, terimakasih pula kepada
rekan.-rekan yang telah berpartisipasi sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikian pula makalah ini , masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang dapat membangun tetap kami
nantikan dengan kesempurnaan makalah ini .

Tembilahan, 02 Mei 2013

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar.......................................................................................................................i

Daftar isi.................................................................................................................................ii

BAB I : Pendahuluan.............................................................................................................iii

BAB II : Pembahasan.............................................................................................................1

A. Pakaian dan perhiasan…………………...………………………………………1


B. Emas dan sutra asli haram untuk orang kali-laki.................................................2
C. Larangan memakai emas untuk orang laki-laki...................................................3

BAB III : Penutup..................................................................................................................6,

Kesimpulan..........................................................................................................6

Daftar pustaka........................................................................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Diharamkan bagi lelaki mempergunakan pakaian dari sutera dan kain sutera untuk
digunakan, duduk di atasnya, bersandar dengannya, berselimut dan menjadikan penutup
serta semua bentuk penggunaan. Tidak ada perbedaan dalam hal ini, kecuali ada satu
pendapat yang munkar sebagaimana yang diceritakan oleh Ar-Rofi’i bahwa tidak
diperbolehkan bagi lelaki duduk diatasnya. Pendapat ini adalah batil, kesalahan yang jelas
menyalahi hadist yang shoheh ini. Ini adalah pendapat mazhab kami. Sementara pemakaian,
semuanya sepakat (pengharamannya). Kalau selain itu (selain dari pemakaian), Abu Hanifah
memperbolehkan. Dan yang sependapat dalam pengharamnnya adalah Malik, Ahmad,
Muhammad, Dawud dan lainnya. Dalil kami adalah hadits Hudzaifah, karena sebab
pengharaman pemakaian itu ada juga pada selainnya. Dan karena kalau diharamkan
pemakaian sementara ada keperluan, maka selain itu lebih utama diharamkan.’ Selesai.

ii

Anda mungkin juga menyukai