PENDAHULUAN
Disebutkan maksud dan tujuan dari peraturan-peraturan tersebut dibuat agar institusi pelayanan
kesehatan termasuk rumah sakit, dapat menyelenggarakan rekam medis dengan
sebaik-baiknya. Demikian juga dengan diberlakukannya Permenkes
No.269/Menkes/Per/III/2008 tentang rekam medis yang merupakan landasan hukum bagi
semua tenaga medis dan para medis dan SK Dir Jen Yan Medik
No.78/Yan.Med.RS.Um.Dik./YMU/I/1991 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan
Rekam Medis / Medical Record di rumah sakit.
Rekam medis merupakan salah satu sumber data yang sangat vital dalam penyelenggaraan
sistem informasi manajemen di rumah sakit dan sangat penting dalam proses pelaksanaan
fungsi-fungsi manajemen. Agar penyelenggaraan rekam medis dapat dilaksanakan dengan baik
maka harus dilengkapi dengan pedoman organisasi maupun pedoman pelayanan rekam medis
tentang tata cara penyelenggaraan rekam medis yang harus dilaksanakan dan dipatuhi oleh
seluruh tenaga kesehatan baik medis, para medis maupun non medis yang bertugas di Rumah
Sakit
Lahirnya rekam medis berjalan sejajar dengan lahirnya ilmu kedokteran karenanya sejak
Zaman Batu (Paleolithic) lebih kurang 25.000 SM di Spanyol rekam medis telah ada, tetapi
dalam bentuk yang primitif sekali berupa pahatan pada dinding gua.
Semenjak masa pra kemerdekaan rumah sakit di Indonesia sudah melakukan kegiatan
pencatatan, hanya saja masih belum dilaksanakan dengan penataan baik, atau mengikuti
sistem yang benar, penataan masih tergantung pada selera pimpinan masing-masing rumah
sakit.
Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1960, kepada semua petugas
kesehatan diwajibkan unatuk menyimpan rahasia kedokteran, termasuk berkas rekam medis.
Kemudian pada tahun 1972 dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.034/Birhup/1972, ada kejelasan bagi rumah sakit menyangkut kewajiban untuk
menyelenggarakan medical record. Bab I ps 3 menyatakan bahwa guna menunjang
terselenggaranya rencana induk (master plan) yang baik, maka setiap rumah sakit:
2. Tujuan Khusus :
1. Untuk menggerakkan segala sumber daya insani yang ada di pelayanan rumah sakit
secara efektif dan efisien dalam pelaksanaan meningkatkan mutu pelayanan.
2. Menurunkan adanya komplin dalam pelayanan di rumah sakit.
3. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program peningkatan mutu pelayanan pada
pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap.
2. Rekam Medis
Adalah keterangan baik yang tertulis tentang identitas, anamnese, penentuan fisik
laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien,
dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan
gawat darurat.
3. Pendaftaran Pasien.
Adalah tempat penerimaan/ pendaftaran pasien rawat inap dan rawat jalan.
4. Tracer
Adalah pembatas rekam medis atau pengganti dari rekam medis yang sedang di pinjam.
5. ICD
ICD Adalah kepanjangan dari International Classification of Disease Ten Revision. ICD 10
digunakan untuk mengkode diagnosa penyakit pasien rawat jalan maupun rawat inap. ICD
yang digunakan di Rumah Sakit Medika Mulya Wonogiri adalah ada 2 yaitu :
1. ICD 9 ( ICOPIM) adalah berisi tentang Code Tindakan
2. ICD 10 adalah terdiri dari 3 buku :
a. Buku 1 berisi : Alfabed dari Diagnosa
b. Buku 2 berisi : Tata cara Penggunaan Buku ICD
c. Buku 3 berisi : Code ICD
3. Penggunaan ICD - 9 dan ICD-10 di Rumah Sakit Medika Mulya Wonogiri selalu
mengikuti perkembangan terkini.
E. Landasan Hukum
Sub bagian Rekam Medis di Rumah Sakit Medika Mulya Wonogiri adalah merupakan bagian
yang harus terselenggara sesuai dengan :
Permenkes No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medis merupakan landasan
hukum yang harus dipedomani bagi semua tenaga medis ,Keperawatan serta tenaga
kesehatan tertentu yang terlibat di dalam penyelenggaraan rekam medis.
Undang Undang no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran ( Pasal 46-47 tentang
rekam medis dan pasal 48 tentang wajib simpan rahasia kedoketeran)
Permenkes no 290/MENKES/PER/III/2008 Tentang persetujuan tindakan kedokteran
Undang Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit
Secara hukum tidak ada bantahan bahwa pemilikan rekam medis pasien oleh rumah sakit.
Rumah sakit sebagai pemilik segala catatan yang ada di rumah sakit, termasuk rekam
medis. Hal ini mengingat karena catatan-catatan yang terdapat dalam berkas rekam medis
merupakan rangkaian kegiatan pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan kesehatan
kepada pasien. Jadi bukti dokumentasi tersebut adalah sebagai tanda bukti rumah sakit
terhadap segala usahanya dalam menyembuhkan pasien. Isi rekam medis menunjukkan
pula baik buruknya upaya penyembuhan yang dilakukan instansi pelayanan kesehatan
tersebut. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian bagi para petugas pelayanan
kesehatan yang terlibat pada pelayanan kesehatan kepada pasien. :
1. Tidak diperkenankan untuk membawa berkas rekam medis keluar dari instansi
pelayanan kesehatan, kecuali atas izin pimpinan dan dengan sepengetahuan kepala sub
bagian Rekam Medis, yang peraturannya digariskan oleh Pimpinan Rumah Sakit Medika
Mulya Wonogiri.
Dalam kaitan ini boleh ataupun tidaknya pasien mengerti akan isi daripada rekam medis
adalah amat tergantung pada kesanggupan pasien untuk mendengar informasi mengenai
penyakitnya yang dijelaskan oleh dokter yang merawatnya.
Hal ini tidak berarti bahwa pasien diperkenankan untuk membawa berkasnya pulang.
Resume pasien yang dikeluarkan oleh dokter rumah sakit serta diteruskan kepada dokter
rujukan sudah dianggap memadai. Apabila dokter rujukan menghendaki informasi mengenai
penyakit pasien yang lebih terperinci maka pihak rumah sakit diperkenankan untuk
memfotocopy dan melegalisir halaman-halaman yang difotocopy tersebut serta meneruskan
kepada dokter rujukan tersebut. Harus diingat bahwa Rumah Sakit wajib memegang berkas
asli, kecuali untuk resep obat pasien.
Dengan adanya minat pihak ketiga seperti badan-badan asuransi, polisi, pengadilan dan lain
sebagainya terhadap rekam medis seorang pasien maka tampak bahwa rekam medis telah
menjadi milik umum. Namun pengertian umum disini bukanlah dalam arti bebas dibaca
masyarakat, karena walaupun bagaimana rekam medis hanya dapat dikeluarkan bagi
berbagai maksud/ kepentingan berdasarkan otoritas pemerintah/ badan yang berwenang
yang secara hukum dapat dipertanggungjawabkan. Bilamana peraturan secara khusus
belum ada maka perihal penyiaran atau penerusan informasi kepada pasien, dokter, orang
lain yang ditunjuk adalah bersifat administratif, pihak Rumah Sakit akan memperhatikan
berbagai faktor yang terlibat sebelum menjawab permohonan pasien atau pihak lainnya
untuk melihat berkas rekam medis. Dalam hal ini Rumah Sakit bertanggung jawab secara
moral dan hukum sehingga karenanya berupaya untuk menjaga agar jangan sampai terjadi
orang yang tidak berwenang dapat memperoleh informasi yang terdapat dalam rekam medis
pasien. Pengamanan harus dimulai sejak pasien masuk, selama pasien dirawat dan
sesudah pasien pulang.
Informasi yang mengandung nilai kerahasiaan adalah laporan atau catatan yang terdapat
dalam berkas rekam medis sebagai hasil pemeriksaan, pengobatan, observasi atau
wawancara dengan pasien. Informasi ini tidak boleh disebarluaskan kepada pihak-pihak
yang tidak berwenang, karena menyangkut individu langsung si pasien. Walaupun begitu
perlu diketahui pula bahwa pemberitahuan keadaan sakit si pasien kepada pasien maupun
keluarganya oleh orang rumah sakit selain dokter yang merawat sama sekali tidak
diperkenankan. Pemberitahuan kepenyakitan kepada pasien/keluarga menjadi tanggung
jawab dokter dan pasien, pihak lain tidak memiliki hak sama sekali. Sesuai dengan UU RI
No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit mengenai :
1. Setiap Rumah Sakit harus menyimpan rahasia kedokteran.
2. Rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat 1 hanya dapat dibuka untuk
kepentingan kesehatan pasien, untuk pemenuhan permintaan aparat penegak hukum
dalam rangka penegakan hukum, atas persetujuan pasien sendiri, atau berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran diatur dengan Peraturan Menteri
Kesehatan No.36 th 2012 .
Sumber hukum yang bisa dijadikan acuan di dalam masalah kerahasiaan suatu sumber
informasi yang menyangkut rekam medis pasien dapat juga dilihat pada Peraturan
Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh orang-
orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya dalam
lapangan kedokteran. Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1
ialah:
1. Tenaga kesehatan menurut pasal 2 Undang-undang Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara Th. 1963 No. 78)
2. Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan,
3. Pengobatan dan atau perawatan dan orang lain yang ditetapkan oleh Menteri kesehatan.
2. Penjelasan
1) Penjelasan tentang tindakan kedokteran harus diberikan langsung kepada pasien
dan/ atau keluarga terdekat,baik diminta maupun tidak diminta.
2) Dalam hal pasien adalah anak-anak atau orang yang tidak sadar, penjelasan
diberikan kepada keluarganya atau yang mengatur.
3) Penjelasan tentang tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud sekurang-
kurangnya mencakup:
a. Diagnogis dan tatacara tindakan kedokteran
b. Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan
c. Alternatif tindakan lain, dan resikonya.
Pimpinan rumah sakit dengan sub bagian Rekam Medis dan Panitia Rekam Medis,
menetapkan suatu peraturan yang mengatur pemberian informasi yang berasal dari rekam
medis itu. Peraturan-peraturan tersebut disebarluaskan ke dalam lingkungan kerja rumah
sakit maupun perorangan atau organisasi-organisasi yang sering berhubungan dengan sub
bagian Rekam Medis untuk meminta informasi yang berkaitan dengan rekam medis.
Ketentuan-ketentuan berikut secara umum dapat dijadikan pedoman kecuali jika ada
ketentuan-ketentuan khusus yang ditetapkan oleh peraturan perundangan yang berlaku.
Ketentuan-ketentuan yang dimaksud yaitu :
1. Setiap informasi yang bersifat medis yang dimiliki Rumah Sakit tidak boleh disebarkan
oleh karyawan Rumah Sakit, kecuali bila pimpinan Rumah Sakit mengijinkan.
2. Rumah Sakit tidak boleh dengan sekehendaknya menggunakan rekam medis dengan
cara yang dapat membahayakan kepentingan pasien, kecuali jika rumah sakit sendiri
akan menggunakan rekam medis tersebut bila perlu untuk melindungi dirinya atau
mewakilinya.
3. Para asisten dan dokter yang bertanggungjawab boleh dengan bebas berkonsultasi
dengan sub bagian Rekam Medis dengan catatan yang ada hubungan dengan
pekerjaannya. Andaikata ada keragu-raguan dipihak staf rekam medis, maka
persetujuan masuk ketempat rekam medis itu boleh ditolak dan persoalannya
hendaknya diserahkan kepada keputusan pimpinan rumah sakit. Bagaimanapun
Staf Administrasi rekam medis DIII Rekam Medis / SLTA Plus (Pengalaman minimal 2 tahun + Pelatihan
Customer Service)
Staf Indek Penyakit dan Coding DIII Rekam Medis / SLTA Plus (Pelatihan code ICD 10 )
Penyakit
Staf Data Statistik / Pelaporan DIII Rekam Medis / SLTA Plus (Pelatihan pelaporan RS)
Rumah Sakit
Staf Analisa dan Assembling DIII Rekam Medis / SLTA Plus
(Pelatihan manajemen rekam medis )
Staf Penyimpanan dan Distribusi DIII Rekam Medis / SLTA Plus
Berkas RM ranap (Pelatihan manajemen Rekam Medis)
Penanggungjawab pelayanan di DIII Rekam Medis
Pendaftaran ( Koordinator TPP) (Pelatihan manajemen rekam medis )
Pelaksana pendaftaran pasien DIII rekam medis / SLTA Plus ( Pelatihan Customer dan manajemen rekam
rawat jalan dan inap , serta medis )
penyimpanan dan penditribusian
berkas rawat jalan
Jumlah
2. Non elektronik
A. Kebijakan Umum :
1. Peralatan di Sub Bagian Rekam Medis harus selalu dilakukan pemeliharaan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2. Pelayanan di Sub Bag Rekam Medis harus selalu berorientasi kepada mutu dan
keselamatan pasien.
3. Semua petugas Sub Bag Rekam Medis wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
4. Setiap petugas atau staf Sub Bag Rekam Medis wajib meningkatkan kompetensinya melalui
pelatihan yang sudah diprogramkan.
5. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3RS
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit), termasuk penggunaan alat pelindung diri
(APD), serta selalu mengacu pada pencegahan dan pengendalian infeksi.
6. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur operasional
yang berlaku, etika profesi, etiket, menghormati hak pasien, dan mengutamakan
keselamatan pasien.
7. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi, setiap petugas wajib mengikuti
pelatihan yang telah diprogramkan Sub Bagian Diklat
8. Pelayanan Rekam Medis dilaksanakan dalam 24 jam.
9. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
10. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin bulanan
minimal satu bulan sekali.
11. Dokumen rekam medis adalah milik rumah sakit, sedang isi rekam medis adalah milik
pasien.
12. Setiap bulan wajib membuat laporan intern dan ekstern kegiatan pelayanan rekam medis.
13. Setiap bulan wajib membuat laporan evaluasi kinerja unit (Indikator Mutu Pelayanan) yang
ditetapkan panitia PMKP.
B. Kebijakan Khusus :
1. Setiap pasien RS Medika Mulya Wonogiri memiliki satu nomor Rekam Medis ( Unit
Numbring) untuk satu pasien dan akan dipakai selamanya.
2. Sistem penomoran menggunakan 6 (enam) digit
3. Penyimpanan dokumen rekam medis dengan sistem Desentralisasi (dokumen rawat jalan
dan rawat inap disimpan tidak dalam satu tempat ) atau terpisah.
4. Seluruh pelayanan dokumen rekam medis dilaksanakan oleh petugas rekam medis.
5. Setiap pasien yang masuk ke RS Medika Mulya Wonogiri dientry melalui tempat pendaftaran
pasien.
6. Rekam medis memuat informasi yang memadai/cukup untuk mengidentifikasi pasien,
mendukung diagnosis, justifikasi/dasar pembenaran pengobatan, mendokumentasikan
16. Berkas rekam medis bersifat rahasia dan tidak diperkenankan membawa berkas rekam
medis keluar dari RS ‘Medika Mulya Wonogiri, kecuali salinan fotocopy berkas untuk
kebutuhan dan kepentingan yang diperbolehkan oleh peraturan hukum dan atas ijin Direktur.
17. Permintaan rekam medis hanya bisa diberikan untuk kepentingan pengobatan pasien dan
untuk kepentingan lain harus sesuai peraturan yang berlaku dan pinjaman menggunakan
buku exspedisi peminjaman berkas rekam medis dan pada rak penyimpanan di beri Tracer,
sedangkan untuk akses SIMRS ataupun rekam medis elektronik harus menggunakan log in.
18. Kepala ruang Rawat Inap bertanggung jawab atas kembalinya berkas rekam medis pasien
rawat inap 2 x 24 jam setelah pasien pulang harus sudah kembali ke sub bagian rekam
medis.
19. Petugas rekam medis bertanggung jawab atas pengembalian dan pendistribusian berkas
rekam medis.
20. Berkas rekam medis yang telah dikembalikan ke sub bagian rekam medis yang belum
lengkap, wajib dilengkapi oleh PPA yang bersangkutan.
21. Kepala sub bagian rekam medis bertanggung jawab atas laporan berkala yang telah
ditetapkan, baik untuk kepentingan eksternal maupun internal.
22. Sub Bagian Rekam Medis bertanggung jawab atas tersedianya informasi kegiatan
pelayanan dan indikator rumah sakit yang telah ditetapkan.
Tata cara penerimaan pasien yang akan berobat ke klinik ataupun yang akan dirawat adalah
sebagian dari sistem prosedur pelayanan RS Medika Mulya Wonogiri. Dapat dikatakan bahwa
disinilah pelayanan pertama kali yang diterima oleh seorang pasien saat tiba di rumah sakit, maka
tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa di dalam tata cara penerimaan inilah seorang pasien
mendapatkan kesan baik ataupun tidak baik dari pelayanan rumah sakit. Tata cara melayani pasien
dapat dinilai baik bilamana dilaksanakan oleh petugas dengan sikap yang ramah, sopan, tertib dan
penuh tanggung jawab.
Dilihat dari segi pelayanan di rumah sakit, pasien yang datang dapat dibedakan menjadi :
1. Pasien yang dapat menunggu : Pasien yang datang tidak dalam keadaan gawat.
2. Pasien yang harus segera ditolong (pasien gawat darurat).
2. Pasien lama
Pasien lama datang ke bagian informasi pasien dan akan diwawancarai oleh petugas, guna
mendapatkan informasi nomor antrian pendaftaran dan mendapatkan berkas rekam medis
ke klinik yang dituju. Pendaftaran pasien ini dapat dibedakan :
1. Pasien yang datang dengan pertelpon
2. Pasien datang langsung
3. Pasien daftar dengan sistem on line.
Baik pasien mendaftar dengan pertelpon maupun pasien yang datang langsung, dan on line
akan mendapat pelayanan di pendaftaran :
1. Pasien datang dengan pertelpon,
1) Pasien mendaftar melalui informasi pasien .
2) Daftar pertilphon dengan menyebutkan nama dan nomor rekam medis.
3) Data diserahkan ke Tempat Pasien Pendaftaran untuk di daftar dan mendapatkan
nomor antrian klinik.
2. Pasien yang datang langsung,
1) Pasien / keluarga menunjukan nomor rekam medis dan tujuan berobat,
2) Pasien dipersilahkan untuk menunggu di klinik yang dimaksud,
3) Berkas rekam medisnya dimintakan oleh petugas pendaftaran ke bagian
penyimpanan berkas rekam medis
4) Berkas rekam medis dikirim melalui dumb waiter
5) Berkas rekam medis dikirim ke klinik
6) Pasien menuju ke nomor antrian elektronik untuk mendapat pelayanan di klinik
sesuai antriannya.
3. Prosedur selama pasien di ruang perawatan yang berkaitan dengan rekam medis antara lain
:
1. Pada waktu pasien tiba di ruang perawatan dan diterima oleh perawat. Pasien diberi
gelang alergi bila alergi obat dan gelang resiko jatuh selain tanda pengenal dari IGD
atau klinik yang mengirim.
2. Perawat menambah formulir-formulir yang diperlukan oleh dokter maupun perawat
sendiri
3. Selama perawatan, perawat mencatat semua data perawatan yang diberikan dari mulai
saat pasien tiba di ruang sampai pasien tersebut pulang, dipindahkan atau meninggal.
2. Sistem Penomoran
Rekam medis pada RS disimpan menurut nomor, yaitu menggunakan “ Unit Numbering
System “ sistem ini memberikan satu unit rekam medis baik kepada pasien berobat jalan
maupun pasien untuk dirawat inap. Pada saat seorang penderita berkunjung pertama kali ke
RS Umum Medika Mulya Wonogiri apakah sebagai penderita berobat jalan ataupun untuk
dirawat inap, kepadanya diberikan satu nomor ( Unit numbeing) yang akan dipakai
4. Simbol
No SIMBOL MAKNA
1 ♂ Jenis kelamin laki-laki
2 ♀ Jenis kelamin perempuan
3 IWR Meninggal Dunia
4 ↑ Naik
5 ↓ Turun
6 + Ada
7 - Tidak ada
8 B Alergi obat
10 H HIV / AIDs
Penggunaan simbol diatas, khusus yang pasien meninggal , alergi obat , penyakit menular
dan KDRT di centang pada berkas rekam medis rawat inap oleh petugas keperawatan
setelah pasien pulang pada kolom bawah kanan pada (catatan khusus) dengan bolpoin
warna hitam. Sedangkan untuk berkas rawat jalan pada pojok kanan bawah dicentang oleh
petugas klinik / IGD.
Jenis obat alergi bisa di tulis pada sampul berkas rawat jalan / IGD pada bagian dalam atas
kiri, walaupun pada berkas rekam medis sudah ditulis ,agar dapat mudah dilihat alergi apa.
Banyak keuntungan dan kebaikan dari pada sistem penyimpanan angka akhir, seperti:
2. Penunjuk Penyimpanan
Pada deretan berkas rekam medis yang disimpan di rak harus diberi tanda penunjuk guna
mempercepat pekerjaan menyimpan dan menemukan rekam medis. Jumlah penunjuk
tergantung dari angka akhir yang ditempel pada pinggir rak untuk berkas rawat jalan ( satu
kotak ) untuk satu angka terminal digit ,jadi ada 99 kotak untuk berkas rawat jalan.
Kemudian untuk berkas rekam medis rawat inap batas penyimpanan pada angka akhir yang
dipasang pada batas angka akhir berikutnya menggunakan Akrelic .Bila ada pasien yang
beberapa kali opname dan maf berkasnya tebal bisa di jadikan satu.
Alat penunjuk ini, agar dipilih model yang kuat tahan lama dan mudah dilihat. Alat penunjuk
ini harus lebih besar dan jelas angkanya , sehingga angka-angka yang dicantumkan disitu
Kegiatan pencatatan ini melibatkan semua unit pelayanan di rumah sakit yang memberika
pelayanan ataupun tindakan kepada pasien.
Bentuk catatan dapat dibedakan berdasarkan sifatnya, catatan yang bersifat kolektif dan
catatan yang bersifat individual, yaitu:
1. Catatan yang Bersifat Kolektif
Ini merupakan kumpulan catatan pasien-pasien yang datang ke unit pelayanan. Catatan
ini dalam bentuk buku yang sering disebut “Buku Register”. Buku Register ini merupakan
sumber utama data kegiatan rumah sakit. Pemakaian buku register ini perlu
dipertimbangkan secermat mungkin dan tetap memperhatikan efisiensi di bidang
pengelolaan data medis.
Adapun buku register di masing – masing unit pelayanan dalam pelaksanaannya bisa
tercatat dalam SIM – RS.
Setiap hari petugas di unit pelayanan menyiapkan rekapitulasi yang seiring disebut
sensus harian dengan berbasis SIM – RS . Sensus ini sangat berguna di dalam
pengolahan data medis selanjutnya yang digunakan sebagai bahan laporan rumah sakit.
Pencatatan data medis ini dilakukan oleh petugas kesehatan yang memberikan pelayanan /
tindakan kepada pasien, yaitu dokter , dokter gigi, perawat / bidan, dan tenaga kesehatan
lainnya yang memberikan pelayanan medis kepada pasien, serta petugas pencatatan medis
sendiri.
Sesuai Permenkes No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medis merupakan
landasan hukum yang harus dipedomani bagi semua tenaga medis dan para medis serta
tenaga kesehatan lainnya yang terlibat di dalam penyelenggaraan rekam medis.
Form rekam medis ini meliputi form untuk pasien rawat jalan dan form untuk pasien yang
dirawat inap. Dimana pencatatan dilakukan oleh PPA pada masing – masing form rekam
medis yang dibutuhkan.
3. Lembar Grafik
Lembaran grafik memberikan gambaran kepada dokter tentang suhu, nadi, dan pernafasan
seorang pasien. Pengisiannya dilakukan oleh petugas perawat menggunakan bolpoint tinta
warna merah dan biru, dimulai saat pasien mulai dirawat. Dalam lembaran grafik ini juga
dicatat data-data tekanan darah, pemasukan dan pengeluaran cairan, defikasi. Dapat juga
diisi informasi tentang kunjungan dokter, spesimen untuk laboratorium, diet, dll
Form lain-lain :
Pengantar Laboratorium
Pengantar Radiologi
Surat Keterangan Sakit
Surat Keterangan Sehat
No No RM Jenis Form
1 RM 15 Persetujuan Umum/ General Consent
2 RM 16 Edukasi Pasien dan Keluarga Terintegrasi
3 RM 18 Asesmen Awal Medsi Rawat Inap
4 RM 19 Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
Dan Form Kusus di tambahkan di ruang masing – masing sesuai kebutuhan pasien.
3. Koding (coding)
Kegiatan dan tindakan serta diagnosis yang ada di dalam rekam medis harus diberi
kode dan selanjutnya diindeks agar memudahkan pelayanan pada penyajian informasi
untuk menunjang fungsi perencanaan, managemen, dan riset bidang kesehatan.
Kode klasifikasi penyakit oleh WHO (World Health Organization) bertujuan untuk
menyeragamkan nama dan golongan penyakit, cidera, gejala dan factor yang
mempengaruhi kesehatan.
Sejak tahun 1993 WHO mengharuskan negara anggotanya termasuk Indonesia
menggunakan klasifikasi penyakit revisi-10, International Statical Clasification
Deseasses and Health Problem 10 Revice. ICD 10 menggunakan kode kombinasi yaitu
menggunakan huruf abjad dan angka (alpha numeric).
Kecepatan dan ketepatan Koding dari suatu diagnosis sangat tergantung kepada
pelaksana yang menangani rekam medis tersebut yaitu:
a. Tenaga medis dalam menetapkan diagnosis
b. Tenaga rekam medis sebagai pemberi kode
c. Tenaga kesehatan lainnya.
Tenaga rekam medis sebagai pemberi kode bertanggung jawab atas keakuratan kode
dari suatu diagnosis yang sudah ditetapkan oleh tenaga medis. Oleh karenanya untuk
hal yang kurang jelas atau yang tidak lengkap, sebelum koding ditetapkan,
komunikasikan terlebih dahulu pada dokter yang membuat diagnosis tersebut.
Untuk lebih meningkatkan informasi dalam rekam medis, petugas rekam medis harus
membuat koding sesuai dengan klasifikasi yang tepat. Disamping kode penyakit,
berbagai tindakan lain juga harus dikoding sesuai klasifikasi masing-masing, yaitu :
a. Koding Penyakit (ICD-10)
b. Pembedahan/Tindakan (ICDPIM)
c. Koding Obat-obatan
d. Laboratorium
e. Radiologi
f. Dokter (pemberi pelayanan)
g. Alat-alat
h. Dan lain-lain
Penetapan diagnosis seorang pasien merupakan kewajiban hak dan tanggung jawab
dokter (tenaga medis) yang terkait tidak boleh diubah oleh karenanya diagnosis yang
ada dalam rekam medis harus diisi dengan lengkap , jelas dan terbaca sesuai dengan
arahan yang ada pada buku ICD- 10. Cara penggunaan ICD – 10 :
1) Menggunakan buku ICD - 10 Volume I berisi tentang :
a. Intruduction ( pendahuluan )
b. Kelompok daftar tabulasi
c. Kode kondisi tertentu.
d. Petunjuk yang digunakan dalam daftar tabulasi
4. Indeksing
Indeksing adalah membuat tabulasi sesuai dengan kode yang sudah dibuat kedalam
indeks-indeks menggunakan SIM-RS. Didalam SIM-RS tidak boleh mencantumkan
nama pasien. Jenis indeks yang dibuat :
1) Indeks Pasien
Pengertian :
Adalah data base komputer yang berisi nama semua pasien yang pernah berobat di
RSMedika Mulya Wonogiri.
Informasi yang ada di dalam data base ini adalah:
a. Nama lengkap, jenis kelamin, umur, alamat, tempat dan tgl lahir, pekerjaan.
b. Tanggal berobat jalan maupun rawat inap.
Kegunaan:
Data base ini adalah kunci untuk menemukan berkas rekam medis pasien.
Cara Penyampaian :
a. Data base teRSsun secara alphabet seperti susunan kata-kata dalam kamus.
b. Data base ini digunakan untuk mencari berkas rekam medis pasien yang tidak
membawa kartu berobat sehingga dapat dicari berdasarkan nama pasien.
c. Data base di kontrol setiap hari oleh Petugas di Unit Rekam Medis sehingga data
selalu up to date.
2) Indeks Penyakit (Diagnosis) dan
Operasi Pengertian :
Indeks penyakit dan indeks operasi adalah suatu data base yang menyimpan kode
diagnosa penyakit maupun tindakan operasi setiap pasien yang berobat di
RSMedika Mulya Wonogiri. Informasi yang ada didalam SIM - RS ini yaitu:
a. Nomor Kode Diagnosa penyakit atau tindakan operasi.
b. Judul, Bulan, Tahun
c. Nomor Rekam Medis
d. Jenis Kelamin
e. Umur
Kegunaan :
2. Tracer
Tracer adalah suatu alat untuk pelacak atau petunjuk keluar untuk mengetahui berkas rekam
medis itu kemana berada. Dalam penggunaannya “Tracer” ini diletakkan sebagai pengganti
pada tempat map-map rekam medis yang diambil (dikeluarkan) dari rak penyimpanan
dengan warna yang berbeda dengan map berkas rekam medis . Petunjuk keluar tetap
berada di rak tersebut, sampai map rekam medis yang diambil (dipinjam) kembali ke rak
penyimpanan. Dan jika berkas rekam medis yang dipinjam telah dikembalikan, maka segera
ditaruh di tempat berkas tersebut yang di tandai dengan adanya tracer dan mengambil
tracer tersebut dan mencoret isi tracer sebagai tanda bahwa berkas telah kembali pada rak
TRACER / Petunjuk keluar / Pelacak berkas yang dipakai berbentuk Form sebesar berkas
rekam medis yang tebal dan kuat yang dilengkapi dengan :
1. Tanggal
2. Nomor Rekam Medis
3. Nama Pasien
a. Jumlah rekam medis yang dikeluarkan setiap hari dari rak penyimpanan untuk
memenuhi permintaan dengan menyelipkan tracer pada penyimpanan.
b. Teliti dalam menulis klinik atau ruang yang meminjam.
c. Jumlah salah simpan
d. Jumlah rekam medis yang tidak dapat ditemukan diganti dengan rekam medis baru
tapi dengan nomor rekam medis yang sama kemudian digabung bila sudah
diketemukan.
Data tersebut berguna untuk rencana pengelolaan dan pengawasann penyimpanan
rekam medis.
Sub bagian Rekam Medis RS Medika Mulya Wonogiri setiap bulan mempunyai permintaan rutin
yang terbagi menjadi dua yaitu ATK (Alat Tulis Kantor) dan ART (Alat Rumah Tangga). ATK dan
ART jadwal permintaannya setiap hari Senin dan Kamis. Berikut tabel permintaan rutin Sub Bagian
Rekam Medis RSMedika Mulya Wonogiri .
NO JENIS BARANG
I. Managemen Rekam Medis
TPP : SPRM
1. Sampul /Stopmap RM IGD,Rawat 1.Sampul /Stopmap RM rawat Inap
Jalan untuk menggantikan stopmap yang
rusak pada berkas.
2. Sampul /Stopmap RM rawat Inap 2.Amplop besar Logo RSA
3.Form asesmen rawat jalan 3.Kertas KOP RSA
UU No 23 tahun 1992 menyatakan bahwa tempat kerja wajib menyelenggarakan upaya kesehatan
kerja adalah tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
mempunyai paling sedikit 10 orang. Rumah Sakit adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori
seperti disebut diatas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Program
keselamatan dan kesehatan kerja di Sub Bagian Rekam Medis bertujuan melindungi karyawan dan
pelanggan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar rumah sakit..
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “Setiap warganegara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam hal ini yang
dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada
dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat
hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit atau K3RS merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini pegawai Unit Rekam Medis dan perlindungan terhadap
Rumah Sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan dan
kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah
sakit.
A. Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan pada
tiga kelompok, yaitu :
1. Kondisi dan lingkungan kerja
2. Kesadaran dan kualitas pekerja, dan
3. Peranan dan kualitas manajemen
A. Latar Belakang
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu
penting yang terkait dengan keselamatan ( safety) di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien
(patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan
peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas,
keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan
dan keselamatan “bisnis” rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit.
Kelima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap rumah
sakit. Namun harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan apabila ada pasien.
Karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan, dan hal tersebut
terkait dengan isu mutu dan citra rumah sakit.
Harus diakui, pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan pasien sesuai
dengan yang diucapkan hipocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu yaitu primum, non nocere
(first, do no harm. Namun diakui dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan
kesehatan khususnya rumah sakit menjadi semakin kompleks dan berpotensi terjadinya
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) (adverse event) apabila tidak dilakukan dengan hati-hati.
Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak alat dengan
teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi, dan non profesi yang siap memberikan pelayanan
pasien 24 jam terus menerus. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak
dikelola dengan baik dapat menyebabkan KTD.
Pada tahun 2000 Institute of Medicine di Amerika Serikat menerbitkan laporan yang
mengagetkan banyak pihak: “TO ERR IS HUMAN”, Building a Safer Health System”. Laporan
itu mengemukakan penelitian di rumah sakit di Utah dan Colorado serta New York. Di Utah dan
Colorado ditemukan KTD (adverse event) sebesar 2,9%, dimana 6,6% diantaranya meninggal.
Sedangkan di New York KTD adalah sebesar 3,7 dengan angka kematian 13,6%. Angka
kematian akibat KTD pada pasien rawat inap diseluruh Amerika yang berjumlah 33,6 juta per
tahun berkisar 44.000-98.000 per tahun. Publikasi WHO pada tahun 2004, mengumpulkan
angka-angka penelitian rumah sakit di berbagai negara: Amerika, Inggris, Denmark, dan
3. Ruang Lingkup
1. Keselamatan pasien diterapkan kepada semua pasien rawat inap, pasien Instalasi
Gawat Darurat (IGD), pasien rawat jalan dan pasien yang akan menjalani suatu
prosedur ( sebelum pemberian obat, sebelum pemberian tranfusi darah dan produk
darah, sebelum pengambilan sample untuk pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
radiologi, sebelum dilakukan pengobatan / tindakan lain).
2. Pelaksana Keselamatan Pasien adalah semua tenaga kesehatan (medis, perawat,
farmasi, bidan dan tenaga kesehatan tertentu); staf di ruang rawat, staf administratif,
dan staf pendukung yang bekerja di rumah sakit.
B. Keselamatan Pasien dengan Rekam Medis sangat berkaitan erat dan penting ,yaitu mengenai
Identifikasi pasien mulai dari pendaftaran.
1. Tatalaksana Identifikasi
1. Tatalaksana Gelang Identifikasi Pasien
1) Semua pasien harus diidentifikasi dengan benar sebelum pemberian obat, darah atau
produk darah; pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau
pemberian pengobatan atau tindakan lainnya.
2) Pakaikan gelang identifikasi di pergelangan tangan pasien, jelaskan dan pastikan
gelang terpasang dengan baik dan nyaman untuk pasien.
3) Pada pasien dengan fistula arterio vena (pasien hemodialisis), gelang identifikasi tidak
boleh dipasang di sisi lengan yang terdapat fistula.
4) Jika tidak dapat dipakaikan di pergelangan tangan, pakaikan di pergelangan kaki.
Pada situasi di mana tidak dapat dipasang di pergelangan kaki, gelang identifikasi
dapat dipakaikan di baju pasien di area yang jelas terlihat. Hal ini harus dicatat di
6. Tatalaksana Identifikasi Pasien yang akan Dilakukan Pengambilan dan Pemberian Darah
1. Identifikasi, pengambilan sample, penerimaan dan penyerahan komponen darah
(transfusi) merupakan tanggungjawab Perawat / Bidan.
2. Dua orang Perawat / Bidan yang kompeten harus memastikan kebenaran: data
demografik pada kantong darah, nomor register darah, jenis darah, golongan darah,
pada pasien dan yang tertera pada kantong darah, waktu kadaluarsanya, dan identitas
pasien pada gelang Identitas.
3. Perawat / Bidan harus meminta pasien untuk menyebutkan nama lengkap dan tanggal
lahirnya atau nama lengkap dan alamat.
4. Jika Perawat / Bidan tidak yakin / ragu akan kebenaran identitas pasien, jangan lakukan
transfusi darah sampai diperoleh kepastian identitas pasien dengan benar.
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan ditingkatkan
dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan untuk mengukur mutu
pelayanan Rumah Sakit.
Defenisi Indikator adalah:
Adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi. Indikator merupakan
suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat perubahan. Indikator yang baik adalah yang
sensitif tapi juga spesifik.
Kriteria :
Adalah spesifikasi dari indikator.
Standar :
• Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang berwenang
dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggung jawab untuk mempertahankan
tingkat performance atau kondisi tersebut.
• Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat baik.
• Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu.
Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka harus memperhatikan prinsip dasar
sebagai berikut :
1. Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan pasien
d. Kepuasan pasien
e. Sarana dan lingkungan fisik
2. Indikator yang dipilih
a. Indikator lebih diutamakan untuk menilai output daripada input dan proses
b. Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok daripada untuk
perorangan.
c. Dapat digunakan untuk membandingkan antar daerah dan antar Rumah Sakit dapat
mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih untuk dimonitor
d. Didasarkan pada data yang ada.
3. Kriteria yang digunakan
Kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk dapat menilai indikator, sehingga
dapat sebagai batas yang memisahkan antara mutu baik dan mutu tidak baik.
4. Standar yang digunakan
Standar yang digunakan ditetapkan berdasarkan :
a. Acuan dari berbagai sumber
b. Benchmarking dengan Rumah Sakit yang setara
c. Berdasarkan trend yang menuju kebaikan
DEFINISI INDIKATOR : Angka Ketidak Lengkapan Pengisian Rekam Medik Pada Rawat
Jalan
KRITERIA :
Eksklusi :-
PEMBILANG (Numerator) : Jumlah Rekam Medik Yang Tidak Lengkap Dalam Periode
Waktu Tertentu
STANDARD : 0%
KETERANGAN :
DEFINISI INDIKATOR :
KRITERIA :
Inklusi :
Eksklusi :
PEMBILANG (Numerator) : Jumlah keterlambatan rekam medik dalam waktu dua kali dua
puluh empat jam setelah keluar rumah sakit
DEFINISI INDIKATOR : Angka Ketidak Lengkapan Pengisian Rekam Medik Pada Rawat
Inap
KRITERIA :
PEMBILANG (Numerator) : Jumlah Rekam Medik Yang Tidak Lengkap Dalam Periode
Waktu Tertentu
STANDARD : 5%
KETERANGAN :
DASAR PEMIKIRAN : Pasien rawat ulang yang tidak direncanakan berkaitan dengan
mutu pelayanan dan peningkatan biaya.
DEFINISI INDIKATOR : Angka Pasien rawat ulang yang tidak direncanakan kurang dari
tujuh hari dengan diagnosa yang sama.
KRITERIA :
STANDARD : 0%
KETERANGAN :
Demikian Pedoman Pelayanan Rekam Medis Rumah Sakit Umum ‘Medika Mulya Wonogiri ini kami
susun sebagai pedoman bagi petugas di Sub Bagian Rekam Medis dalam memberikan pelayanan
baik secara internal maupun eksternal dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan di Rumah Sakit Umum ‘Medika Mulya Wonogiri secara keseluruhan.
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik; Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit di
Indonesia, Revisi I ;DEPKES;1997
• Datang sendiri
Pasien • Rujukan
• Kerjasama
IGD
Pasien baru Pasien lama Filling Berkas Pasien baru Pasien lama Filling Berkas
RM RM
Penunjang Medis
• Farmasi
IGD • Laborat
• Radiologi
KASIR
Rawat inapR.INAP
RUJUK
Kamar Operasi
Rujuk PULANG
Pulang
Meninggal
• Datang sendiri
Pasien • Rujukan Pasien Baru
• Kerjasama
Informasi Pasien
Penunjang Medis
• Klinik Umum • Farmasi
• Klinik Spesialis • Laborat
• Radiologi
• Gizi
KASIR
Rawat inap
Rujuk
Pulang
H-I
• Datang sendiri
Pasien • Rujukan Pasien Baru/
• Kerjasama Pasien Lama
Hari H
Informasi Pasien
Pendaftaran Pasien
Penunjang Medis
• Farmasi
• Klinik Umum • Laborat
• Klinik Spesialis • Radiologi
• Gizi
KASIR
Rawat inap
Rujuk
Pulang
Pasien Lama
Filling
PENDAFTARAN
Berkas RM
Penunjang Medis
• Klinik Umum • Farmasi
• Klinik Spesialis • Laborat
• Radiologi
• Gizi
KASIR
Rawat inap
Rujuk
Pulang
• IGD
PASIEN • Poliklinik Informasi Pasien
Pendaftaran Pasien
Filling
Pasien baru Pasien lama
Berkas RM
Penunjang Medis
• Farmasi
RUANG PERAWATAN • Laborat
• Radiologi
• Gizi
Pulang
Rujuk
Meninggal
PASIEN
• Datang sendiri
• Rujukan
Informasi Pasien
Pendaftaran Asuransi
Center
• IGD
• Klinik Umum
• Klinik Spesialis
• Dirujuk
Rawat Inap Penunjang Medis • Pulang
No Ruang Jumlah
1 IGD
2 Shafa 17
3 Mina 26
4 Arafah 21
5 Multazam 32
6 Marwa 20
7 Masithah 17
8 Fadilah 29
9 Perinatologo
Lampiran : 8
KEPOLISIAN
SURAT PENGANTAR
PERMINTAAN VER
SEKRETARIAT
• Persetujuan Direktur
• Tandatangan VER
IGD / KLINIK
• Dokter Mengisi Draf
• Dokter Tandatangan
KASIR
Lampiran 8
ALUR PERMINTAAN SURAT KETERANGAN MEDIS
RS Medika Mulya WONOGIRI
PEMOHON
SURAT PENGANTAR
PERMINTAAN SURAT KETERANGAN
MEDIS (SKM)
SEKRETARIAT
Persetujuan Direktur
KASIR
Lampiran 9 :
PEMOHON
Buku Ekspedisi
PEMINJAM
Menandatangani
SELESAI
Penyusutan
Penilaian
berkas Rekam
Medis
RM Rusak / RM RM Tidak
tidak terbaca Ada Nilai Guna Ada Nilai Guna
Berkas Rekam
Medis Tertentu Dilestarikan Dimusnahkan
BERKAS RM
DI LESTARIKAN DI BAKAR /
CACAH / LEBUR
PENDAFTARAN PASIEN
RAK PENYIMPANAN
PENGOLAHAN DATA LENGKAP
DOKUMEN AKTIF
TAK LENGKAP
DOKTER PPA
DPJP
PENDAFTARAN PASIEN
RUANG RAWAT
JALAN / IGD
RAK PENYIMPANAN
PENDAFTARAN PASIEN LENGKAP
DOKUMEN AKTIF
TDK LENGKAP
DOKTER PPA
DPJP