CKD Lengkap
CKD Lengkap
A. PENGERTIAN
Gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi
ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap,
berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Ilmu Penyakit Dalam, 2006; 570)
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi
renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448).
B. ETIOLOGI
Penyebab GGK menurut Price, 1992; 817, dibagi menjadi delapan kelas, antara lain:
1
8. Nefropati obstruktif, misalnya: saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis
netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra, anomali
kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
C. MANIFESTASI KLINIS
a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah
tersinggung, depresi
b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik
waktu ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi
mungkin juga sangat parah.
2
hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin –
aldosteron),
gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan)
dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia,
mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak
mampu berkonsentrasi).
a. Sistem kardiovaskuler
- Hipertensi
- Pitting edema
- Edema periorbital
- Pembesaran vena leher
- Friction sub pericardial
b. Sistem Pulmoner
- Krekel
- Nafas dangkal
- Kusmaull
- Sputum kental dan liat
c. Sistem gastrointestinal
d. Sistem musculoskeletal
- Kram otot
3
- Kehilangan kekuatan otot
- Fraktur tulang
e. Sistem Integumen
f. Sistem Reproduksi
- Amenore
- Atrofi testis
D. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus)
diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh
hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam
keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi
sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada
yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena
jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa.
Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-
gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini
fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah
itu. ( Barbara C Long, 1996, 368).
4
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan
ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh.
Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala
uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
5
6
E. Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi lima derajat yaitu:
Derajat 1
LFG ≥ 90
Rencana tatalaksana : terapi penyakit dasar, kondisi komorbid, evaluasi pemburukan
(progression) fungsi ginjal, memperkecil resiko kardiovaskuler.
Derajat 2
LFG 60-89
Rencana tatalaksana : menghambat pemburukan (progression) fungsi ginjal
Derajat 3
LFG 30-59
Rencana tatalaksana : evaluasi dan terapi komplikasi
Derajat 4
LFG 12-29
Rencana tatalaksana : persiapan untuk terapi pengganti ginjal
Derajat 5
LFG <15
Rencana tatalaksana : terapi pengganti ginjal
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Suyono (2001), untuk menentukan diagnosa pada CKD dapat dilakukan cara
sebagai berikut:
1. Pemeriksaan laboratorium
a) Urine :
- Volume : biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine
tidak ada (anuria)
7
- Warna : secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus,
bakteri, lemak partikel koloid, fosfat atau asam urat. Sedimen yang
kotor menunjukan adanya darah Hb, mioglobin, porfirin.
- Berat jenis : kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukan
kerusakan ginjal berat)
- Osmolalitas : kurang dari 350 mOsm/kg menunjukan kerusakan tubular
dan rasio urine/serum sering 1:1
- Klirens kreatinin : mungkin agak menurun
- Natrium : lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu
mereabsorpsi natrium
- Protein : derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukan
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada
b) Darah :
- BUN/kreatinin : meningkat, biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar
kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5)
- Hitung darah lengkap : Ht : menurun pada adanya anemia. Hb :
biasanya kurang dari 7-8 g/dL
- SDM : waktu hidup menurun pada defisiensi eritropoetin seperti
azotemia
- GDA: pH : penurunan asidosis metabolik (kurang dari 7,2) terjadi
karena kehilangan kemampuan ginjal untuk mengekskresi hidrogen
dan amonia atau hasil akhir katabolisme protein. Bikarbonat menurun.
PCO2 menurun.
- Natrium serum : mungkin rendah (bila ginjal “kehabisan natrium” atau
normal (menunjukan status dilusi hipernatremia)
- Kalium : peningkatan sehubungan dengan retensi seseuai dengan
perpindahan selular (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis
SDM). Pada tahap akhir, perubahan EKG mungkin tidak terjadi sampai
kalium 6,5 mEq atau lebih besar.
- Magnesium/fosfat : meningkat
- Kalsium : menurun
8
- Protein (khususnya albumin) : kadar serum menurun dapat
menunjukan kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan,
penurunan pemasukan atau penurunan sintesis karena kurang asam
amino esensial.
c) Osmolalitas serum : lebih besar dari 285 mOsm/kg; sering sama dengan
urine
d) Pielogram retrograd : menunjukan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
e) Arteriogram ginjal : mangkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskular, massa
f) Sistouretrogram ginjal : menunjukan ukuran kandung kemih, refluks
kedalam ureter, retensi
2. Pemeriksaan USG
Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk mengetahui beberapa
pembesaran ginjal.
3. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia dan
gangguan elektrolit
4 Biopsi ginjal :
Mungkin dilakukan secara endoskopi untuk menentukan sel jaringan
untuk diagnosis histologis
5. Endoskopi ginjal, nefroskopi : dilakukan untuk menentukan pelvis
ginjal; keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif.
G. PENATALAKSANAAN
1. Dialisis (cuci darah)
2. Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium,
furosemid (membantu berkemih)
3. Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat
4. Transfusi darah
9
5. Transplantasi ginjal
H. PENCEGAHAN
Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat lumrah dan
sering kali tidak menimbulkan gejala yang membawa kerusakan dan kegagalan ginjal.
Penurunan kejadian yang sangat mencolok adalah berkat peningkatan perhatian terhadap
peningkatan kesehatan. Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah dan pemeriksaan
urinalisis.
Pemeriksaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah individu yang menjadi
insufisiensi sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan ditujukan kepada pengobatan
masalah medis dengan sempurna dan mengawasi status kesehatan orang pada waktu
mengalami stress (infeksi, kehamilan). (Barbara C Long, 2001)
I.Komplikasi
Hiperkalemia
Perikarditis
Hipertensi
Anemia
Penyakit tulang
10
PROSES KEPERAWATAN
11
o Keamanan: kulit gatal, infeksi berulang, pruritus, demam (sepsis dan
dehidrasi), petekie, ekimosis, fraktur tulang, deposit fosfat kalsieum
pada kulit, ROM terbatas.
o Seksualitas: penurunan libido, amenore, infertilitas.
o Interaksi sosial: tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan
peran seperti biasanya.
Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan b.d. penurunan haluaran urin, retensi cairan
dan natrium sekunder terhadap penurunan fungsi ginjal.
b. Resiko tinggi perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d
katabolisme protein, pembatasan diet, peningkatan metabolisme,
anoreksi, mual, muntah.
c. Resiko tinggi penurunan curah jantung b.d. ketidakseimbangan volume
sirkulasi, ketidakseimbangan elektrolit.
d. Intoleransi aktivitas b.d. penurunan produksi energi metabolic, anemia,
retensi produk sampah dan prosedur dialisa.
e. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d gangguan status metabolic,
edema, kulit kering, pruritus.
f. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan b.d keterbatasan kognitif, kurang terpajan, misintepretasi
informasi.
12
KASUS
TINJAUAN KASUS
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala Bentuk : bulat, tidak ada benjolan, rambut rontok
Pusing : kepala terasa berat
13
b. Mata Ukuran pupil : 2/2 mm
Reaksi terhadap cahaya : +/+
Bentuk : Simetris, ada udema palpebra
Konjungtiva : anemis
Fungsi penglihatan : baik
g. Nutrisi
Jenis diet : tim rendah protein 40 gr, makan habis hanya 2 sendok, rasa
mual +, muntah tidak ada.
h. Eliminasi :
Diare, konstipasi, hematuria, penggunaan kateter tidak ada, urine 1x/hr
sebanyak 200 cc
i. Neurologi :
Tingkat kesadaran compos mentis, disorientasi tidak ada, kekuatan
menggenggam kuat, pergerakan ekstermitas kelemahan
5555 5555
14
5555 5555
j. Muskuloskeletal :
Nyeri tidak ada, kelakuan otot tidak ada, klien tampak bedrest
k. Kulit :
Warna hiperpigmentasi dan bersisik, integritas utuh, turgor kulik tidak elastic,
menebal dan kaku.
3. Data laboratorium
15
18 BE -15,3
19 HbsAG Non
reaktif
20 Anti HCV Non
reaktif
21 HIV Non
reaktif
Urinalisa
22 BJ 1020
23 PH ++
24 Protein -
25 Glukosa -
26 Keton -
27 Ureum Pre 317 396 163
HD
28 Ureum post 125 76
HD
29 Creatinin pre 19,1 23,6 6,9
HD
30 Creatinin post 8,1 13,5
HD
4. Pengobatan
CaCO3 : 3x1 tab ( jam 6,12,18)
Folic acid : 1x3 tab (jam 6)
Norvask : 1x10 mg (jam 6)
Lismopril : 1x10 mg (jam6)
Clonidin : 2x0,15 mg (jam 6,18)
16
ANALISA PENGELOMPOKKAN DATA
Data Subjektif :
Klien mengeluh :
- “ pusing kepala terasa berat”
- “ sesak saat naik tangga”
- “ saat makan hanya habis 2 sendok “
- “ mual dan muntah sejak 1 minggu yang lalu”
- “ BAK 1 x/hari”
- “merasa lemah”
- “rambut rontok”
- “gatal”
Data Objektif
17
- warna kulit hiperpigmentasi dan bersisik
- turgor kulit tidak elastis, menebal, kaku
- wajah moonface
- Terlihat klien hanya mampu menghabiskan makan hanya 2 sendok.
- edema di kedua kaki
- pucat
- sering menggaruk kakinya
- riwayat hipertensi sejak 12 tahun yang lalu tidak terkontrol
- hemodialisa sejak 3 tahun yang lalu
Data Laboratorium
DIAGNOSA KEPERAWATAN
18
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritis
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan : volume cairan tidak
seimbang oleh karena retensi Na dan H2O
ditandai dengan :
Ds : Klien mengeluh : “ BAK 1 x/hari”
Do : - terdapat edema palpebra
- wajah moonface
- Urine 1x/hari sebanyak 200 cc
- edema di kedua kaki
- Data Lab : - Albumin 2,9 gr/dl
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan pada Ny.D selama 7x24 jam diharapkan berat tubuh ideal dapat
dipertahankan tanpa kelebihan cairan.
Kriteria hasil:
Intervensi:
19
Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan masukan dan
haluaran, turgor kulit tanda-tanda vital
R: Untuk menentukan intervensi selanjutnya dan untuk memantau status cairan
klien dan mengatasi oedem pada klien.
Batasi masukan cairan
R: Pembatasan cairan akan menentukan BB ideal, haluaran urin, dan respon
terhadap terapi.
Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan
R: Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan
cairan
Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan terutama
pemasukan dan haluaran
R: Untuk mengetahui keseimbangan input dan output
2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
Ds : Klien mengeluh : “ pusing kepala terasa berat”
Do :
Turgor kulit tidak elastis
Konjungtiva anemis
Pasien hanya mampu menghabiskan makan 2 sendok.
Data Lab:
Hb : 8 g/dl
Albumin : 2,9 gr/dl
Tujuan :
Setelah dilkukan perawatan pada Ny.D selama 7x24 jam diharapkan perubahan nutrisi
teratasi.
20
Kriteria hasil:
o mual dan muntah (-)
o Hb dbn: 12-14 g/dl
o Albumin dbn: 3,5 – 5,5 gr/dl
o KU membaik
o Pusing (-)
o Porsi makan habis setiap kali diberikan
o Konjungtiva tidak anemis
o Turgor kulit elastis
Intervensi:
Awasi konsumsi makanan / cairan
R: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi
Perhatikan adanya mual dan muntah
R: Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah atau
menurunkan pemasukan dan memerlukan intervensi
Berikan makanan sedikit tapi sering
R: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan
Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan
R: Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek social
Berikan perawatan mulut sering
R: Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak disukai dalam mulut
yang dapat mempengaruhi masukan makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian intake makanan yang tepat bagi
pasien
R : Kerjasama dengan profesi yang meningkatkan hasil kerja yang baik. Pasien
GGK butuh intake makanan yang tepat.
21
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat
ditandai dengan :
Ds : Klien mengeluh : “ sesak saat naik tangga”
Klien mengeluh : “merasa lemah”
Klien mengeluh : “ pusing kepala terasa berat”
Do : Klien terlihat pucat
Hb : 8 g/dl ( tanggal 20/10/2009)
Tujuan:
Setelah dilakukan perawatan pada Ny.D selama 3 x 24 jam diharapkan Pasien dapat
meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi.
Intervensi:
22
ditandai dengan :
Ds : - Klien mengeluh “gatal”
Do : - Terlihat klien sering menggaruk kakinya
- Kulit bersisik
- Turgor kulit tidak elastis, menebal dan kaku
- data lab :
Tujuan:
Setelah dilakukan perawatan terhadap Ny.D selama 7x24 jam integritas kulit dapat
terjaga
Kriteria hasil :
- Gatal (-)
- Kulit tidak bersisik
- Turgor kulit elastis, tidak menebal dan kaku
- Ureum dbn 20-40
Intervensi:
23
R: Jaringan udem lebih cenderung rusak / robek
Ubah posisi sesering mungkin
R: Menurunkan tekanan pada udem , jaringan dengan perfusi buruk untuk
menurunkan iskemia
Berikan perawatan kulit dengan lotion dan bath oil.
R: Mengurangi pengeringan , robekan kulit
Pertahankan linen kering
R: Menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit
Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk memberikan
tekanan pada area pruritis
R: Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan risiko cedera
Anjurkan memakai pakaian katun longgar
R: Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada
kulit
Anjurkan pasien untuk tidak mencubit/menggaruk daerah kulit.
R: mencegah iritasi kulit.
24
DAFTAR PUSTAKA
Brunner Z Suddart. 1997. Kepererawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 1. Jakarta : EGC
m.Nurs,Nursalam & B.Battica,Fransisca. 2006. Askep pada pasien dengan gangguan sistem
perkemihan. Jakarta : Salemba medika
http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan-pasien-ggk-gagal.html
http://blood-pressure.emedtv.com/norvasc/norvask.html
25