Anda di halaman 1dari 78

Laporan PKP PAUD

LAPORAN
PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL
(PAUD 4501)
Upaya meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak melalui Bermain Puzzle
pada Anak Kelompok B di TK Pertiwi 1 Banyurip, Kecamatan
Sambungmacan, Kabupaten Sragen
Tahun Pelajaran 2011/2012

Disusun oleh :
Nama : DWI GINARSIH
NIM : 821158079
Program : S1 PG PAUD
Pokjar : Sambungmacan
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ SURAKARTA
2011.2
LAPORAN PENGESAHAN
LAPORAN PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL
(PAUD 4501)
Nama Mahasiswa : DWI GINARSIH
NIM : 821158079
Program Studi : S1 PG PAUD
Tempat Mengajar : TK Pertiwi 1 Banyurip
Tanggal Pelaksanaan : Siklus I = 17 Oktober – 22 Oktober 2011
Siklus II = 24 Oktober – 29 Oktober 2011
: Upaya meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak melalui Bermain Puzzle pada Anak
Kelompok
B di TK Pertiwi 1 Banyurip, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran
2011/2012
Mengetahui
Tutor Pembimbing
Drs. ANWARUL HADI, M.Pd.
Sragen, Oktober 2011
Mahasiswa
DWI GINARSIH
NIM. 821 158 079
of 44

79358293 Contoh Lap Pkp


by putrisantiana

on Dec 13, 2014

Report

Category:

Documents

Download: 43

Comment: 0

593

views

Comments

Description

laporan PKP PAUD


Download 79358293 Contoh Lap Pkp

Transcript

Agus Ansori Sidebar • • • • • • • Classic Flipcard Magazine Mosaic Sidebar Snapshot Timeslide
Nov 8 Laporan PKP PAUD LAPO RAN PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL
(PAUD 4501) Upaya meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak melalui Bermain Puzzle pada
Anak Kelompok B di TK Pertiwi 1 Banyurip, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen
Tahun Pelajaran 2011/2012
Disusun oleh : Nama NIM Program Pokjar : DWI GINARSIH : 821158079 : S1 PG PAUD :
Sambungmacan FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ SURAKARTA 2011.2 LAPORAN PENGESAHAN LAPORAN PEMANTAPAN
KEMAMPUAN PROFESIONAL (PAUD 4501) Nama Mahasiswa NIM Program Studi Tempat
Mengajar Tanggal Pelaksanaan : DWI GINARSIH : 821158079 : S1 PG PAUD : TK Pertiwi 1
Banyurip : Siklus I = 17 Oktober – 22 Oktober 2011 Siklus II = 24 Oktober – 29 Oktober 2011
: Upaya meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak melalui Bermain Puzzle pada Anak
Kelompok B di TK Pertiwi 1 Banyurip, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen Tahun
Pelajaran 2011/2012 Sragen, Oktober 2011 Mengetahui Tutor Pembimbing Mahasiswa Drs.
ANWARUL HADI, M.Pd. DWI GINARSIH NIM. 821 158 079
MOTTO      Hidup adalah sebuah perjuangan. Pengalaman adalah guru yang terbaik.
Jadikan hidupmu suatu pelajaran, janganlah kau anggap sebagai beban. Pendidikan adalah
perhiasan diwaktu senang dan tempat berlindung di waktu susah. Tiada kekal kehidupan di dunia
ini, perbanyaklah untuk beribadah.
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas berupa
Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) pada anak Kelompok B di TK Pertiwi 1
Banyurip, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen. Laporan ini dibuat untuk dapat
memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PAUD
4501). Program S1 PG PAUD ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa dukungan dari berbagai
pihak. Maka pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Ir.
Muhammad Kholis, M.Si. selaku UPBJJ UT Surakarta. Drs. Anwarul Hadi, M.Pd. selaku Tutor
Pembimbing. Drs. Mulyono, M.Pd. selaku Koordinator Bantuan Belajar dan Layanan BAHAN
Ajar UPBJJ UT Surakarta. Sri Indarti, S.Pd. selaku Supervisor 2. Tri Wahyuni, S.Pd. selaku
Kepala TK Pertiwi 1 Banyurip. Bapak, Ibu serta kakak-kakakku tercinta. Semua pihak kami
tidak menyebutkan satu-persatu. Kami berharap semoga semua ibadahnya diterima Allah SWT
dan selalu mendapatkan Ridho_Nya. Kami menyadari sepenuh hati bahwa laporan ini masih
terdapat banyak kekurangan, maka saran yang membangun sangat kami harapkan. Akhir kata
semoga laporan ini bermanfaat dan diterima. Sragen, Oktober 2011 Penulis
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...............................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................
MOTTO ................................................................................................................... KATA
PENGANTAR............................................................................................. DAFTAR
ISI............................................................................................................ BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................... B. Rumusan
Masalah.............................................................................. C. Tujuan
Perbaikan .............................................................................. D. Manfaat
Perbaikan............................................................................. BAB II KAJIAN PUSTAKA A.
Kemampuan Kognitif........................................................................ B. Implikasi Perkembangan
Kognitif dengan Kecerdasan Logika Berhitung C.
Bermain............................................................................................. D.
Puzzle................................................................................................ E. Kerangka
Berpikir............................................................................. BAB III PELAKSANAAN
PERBAIKAN A. Subyek Penelitian.............................................................................. B. Prosedur
Penelitian............................................................................ C. Deskripsi Per
Siklus........................................................................... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN A. Deskripsi Per Siklus........................................................................... B.
Pembahasan dari setiap Siklus........................................................... BAB V KESIMPULAN
DAN SARAN A. Kesimpulan........................................................................................ B.
Saran.................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses
penyesuaian diri secara timbal balik (memberi dan menerima pengetahuan). Sasaran tugas dan
fungsi pendidikan adalah manusia yang senantiasa tumbuh dan berkembang mulai dari periode
kandungan ibu sampai meninggal dunia. Oleh karena itu, fungsi pendidikan adalah menyediakan
fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan berjalan lancar dan mempersiapkan peserta
didik untuk dapat hidup di kelak kemudian hari dan sebagai sumber peraturan yang akan
digunakan sebagai pegangan hidup dan pegangan langkah pelaksanaan oleh tenaga pendidik.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)) merupakan proses interaksi antara pendidik (orang tua,
pengasuh, guru) dengan anak usia dini secara terencana untuk mencapai suatu tujuan. Pendidikan
Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang terdapat di jalur
pendidikan sekolah (PP No.27 Tahun 1990). Sebagai lembaga pendidikan pra sekolah, tugas
utama TK adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap
perilaku, keterampilan dan intelektual agar dapat melakukan adaptasi dengan kegiatan belajar
yang sesungguhnya di sekolah dasar. Tujuan pendidikan Taman Kanak-kanak adalah membantu
meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang
diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk
pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya (Depdikbud, 1998 : 2). Untuk mencapai tujuan
semua itu, perlu perhatian khusus terutama pendidikan sejak dini yaitu sebuah pendidikan di
taman kanak-kanak yang dapat menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan
kurikulum yang berlaku agar anak dapat mengembangkan seluruh kemampuan yang dimilikinya
sesuai dengan tahap perkembangannya. Masa kanak-kanak merupakan masa golden age (usia
emas). Pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan anak akan berkembang secara pesat dan
optimal. Oleh karena itu peran orang tua dan guru sangat penting dalam membantu
mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri anak.
Menurut J. Piaget dalam Yuliani Nurani Sujiono (2004 : 3.4) menyatakan bahwa perkembangan
kognitif anak usia dini berada pada tahapan praoperasional yaitu anak menggunakan simbol dan
penyusunan tanggapan internal. Pada masa ini anak masih berada pada tahap belajar sambil
bermain (learning by doing). Sesuai dengan prinsip belajar di TK yaitu belajar seraya bermain.
Berdasarkan pengamatan terhadap kegiatan pengembangan kognitif di TK Kelompok B
ditemukan masalah yang berkaitan dengan kemampuan anak dalam menghitung angka 1-10
dengan benda-benda/puzzle yang tersedia di sekolah dan di alam sekitar kehidupan anak. Hal ini
ditandai adanya beberapa kondisi yaitu : a). anak cenderung dapat menyebutkan bilangan namun
tidak tahu jumlah bendanya, dari 20 anak hanya ada 5 anak (25%) saja yang mampu
menyebutkan nama bilangan sesuai dengan bendanya, b). anak belum terbiasa menggunakan
benda di sekolah yang tersedia seperti puzzle untuk sarana atau media berhitung, c). anak kurang
berkonsentrasi, lebih cenderung bersendau gurau sendiri dengan temannya, jika guru sedang
menjelaskan, d). anak masih sering keliru atau terbalik dalam menuliskan angka, e). dari 20 anak
hanya 50% saja yang dapat menyebutkan angka dan menuliskannya dengan benar. Pada
umumnya anak kesulitan dalam memecahkan soal berhitung. Hal ini disebabkan siswa terlebih
dahulu merasa ketakutan terhadap kegiatan berhitung. Selain itu anak kurang berminat terhadap
berhitung karena kemampuan intelegensinya tidak mampu untuk memecahkan soal-soal
berhitung. Oleh karena itu mereka sering mencari kesibukan sendiri dan suka ramai dengan
temannya, jika guru menjelaskan di depan kelas. Mengingat masalah di atas, apabila tidak segera
diatasi dan diselesaikan akan berakibat munculnya masalah-masalah baru seperti anak akan
semakin kesulitan menerima materi berikutnya dan anak kurang menyenangi pelajaran
berhitung. Sehubungan dengan itu penulis ingin memecahkan permasalahan yang terjadi dengan
metode belajar sambil bermain puzzle. Dengan bermain puzzle diharapkan tingkat kemampuan
anak akan meningkat dan akhirnya anak akan menyukai pelajaran berhitung. B. Rumusan
Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
“Apakah dengan bermain puzzle dapat meningkatkan kognitif anak dalam berhitung 1-10 pada
anak Kelompok B di TK Pertiwi 1 Banyurip, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen
Tahun Pelajaran 2011/2012?” C. Tujuan Perbaikan Sesuai dengan rumusan masalah di atas,
maka tujuan perbaikan pembelajaran dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan
kognitif anak TK Kelompok B dalam berhitung 1-10 melalui metode bermain puzzle di TK
Pertiwi 1 Banyurip, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Perbaikan Perbaikan pembelajaran ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut : 1. Anak TK Kelompok B dapat berhitung 1-10 melalui media bermain puzzle
yang menyenangkan dan bermakna, sehingga dapat menumbuhkan minat anak dalam berhitung
sambil bermain sesuai dengan kebutuhan anak. 2. 3. 4. 5. Anak dapat termotivasi dalam belajar
di bidang pengembangan kognitif. Kemampuan anak dalam berhitung dengan bermain puzzle
dapat meningkat. Bagi guru dapat menambah wawasan tentang stimulasi yang tepat dalam
merangsang perkembangan kognitif anak dan berhitung 1-10 melalui metode bermain puzzle
yang bervariatif. Bagi orang tua agar dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam berhitung
dari 1-10 melalui media bermain puzzle yang bervariatif.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Kognitif Kemampuan kognitif merupakan salah
satu kemampuan dasar yang dimiliki anak usia 3-4 tahun. Apabila kita bicara kemampuan dasar,
maka kita akan menghubungkannya dengan istilah “potensi”. Dalam banyak buku psikologi
potensi sering diartikan sebagai pembawaan sejak lahir atau kesanggupan untuk berkembang
yang dimiliki seorang manusia sejak lahir (Lubis, 1986 : 1.29). Ketika seorang manusia sejak
lahir ia membawa segudang potensi, namun potensi tersebut harus didukung oleh orang dewasa
yang ada di sekitarnya agar dapat berkembang secara optimal dan maksimal. Perkembangan
kognitif merupakan perkembangan dari pikiran. Pikiran merupakan bagian dari otak, bagian
yang digunakan untuk bernalar, berpikir dan memahami sesuatu. Setiap hari pemikiran anak
berkembang ketika mereka belajar tentang orang yang ada di sekitarnya. Belajar, berkomunikasi
dan membaca mendapatkan lebih banyak pengalaman lainnya, kognitif dapat diartikan sebagai
kemampuan verbal, kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi dan
belajar dari pengalaman hidup sehari-hari (Santrock, 2001 : 2.24). Kemampuan kognitif
senantiasa berkembang dan sering kali kita menyebutkan dengan istilah lebih intelek dan cerdas.
Kemampuan kognitif dapat berkembang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor gen
(pembawaan) dan lingkungan. B. Implikasi Perkembangan Kognitif dengan Kecerdasan Logika
Berhitung Perkembangan kognitif menurut J. Piaget dalam Yuliani Nurani Sujiono (2004 : 6.12)
mengatakan bahwa kemampuan seseorang untuk merasakan dan mengingat serta membuat
alasan dan berimajinasi. Agar perkembangan berjalan optimal maka stimulasi perlu diberikan
secara terus menerus dan berkesinambungan. Beberapa kegiatan yang dapat mengasah logika
matematika kepada anak : 1. Mengenai bentuk geometri Pada anak usia 4 tahun pengenalan
bentuk bisa dilakukan dengan mengelompokkan berdasar bentuk yang sama dengan ukuran dan
warna, mengurutkan dari yang kecil ke besar dan sebagainya.
2. Mengenal bilangan melalui bermain Bermain tebak-tebakan dengan menghitung jumlah
mainan, menebak penjumlahan dan pengurangan sederhana serta menyajikan lagu-lagu yang
berkaitan dengan bilangan dan membantu anak mengenal bilangan. 3. Menyelesaikan puzzle
Menyusun puzzle adalah salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengasah kemampuan
menggunakan logika. Puzzle tidak harus selalu yang sudah tersedia, kita dapat membuat sendiri
bersama anak-anak. 4. Pengenalan pola Kemampuan melihat pola dapat dikembangkan dengan
mengajak anak melakukan pengamatan, misalnya ; mengamati bahwa air mengalir ke tempat
yang paling rendah, air selalu berubah bentuk mengikuti wadah yang ditempatinya dan lain-lain.
5. Eksperimen di alam Dapat dilaksanakan dengan melakukan pengamatan dengan anak di alam
terbuka, misalnya mengamati jumlah kendaraan yang berlalu lalang di dekat sekolah dan lain-
lain. C. Bermain 1. Pengertian Bermain Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bermain
diartikan sebagai melakukan sesuatu untuk bersenang-senang. Jadi seorang anak yang bermain
berarti anak itu sedang melakukan aktivitas yang menyenangkan bagi dirinya. Bermain adalah
kegiatan yang dilakukan berulangulang demi kesenangan, tanpa ada tujuan atau sasaran yang
hendak dicapai. 2. Karakteristik Bermain Ada 5 karakteristik bermain yaitu sebagai berikut : a)
Bermain merupakan sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai yang positif bagi anak. b)
Bermain berasal dari motivasi yang muncul dari dalam diri anak. c) Bermain sifatnya spontan
dan sukarela, bukan merupakan kewajiban. d) e) Bermain senantiasa melibatkan peran aktif
anak. Anak benar-benar aktif dalam kegiatan tersebut, baik secara fisik maupun mental. Bermain
memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan bermain. Seperti
kemampuan kreativitas, memecahkan masalah kemampuan berbahasa, kemampuan bersosialisasi
dengan teman sebaya.
3. Arti Bermain bagi Anak Berdasarkan pengamatan dan pengalaman dan hasil penelitian para
ahli dalam Montolalu (2005 : 1/3) dikatakan bahwa bermain mempunyai arti sebagai berikut : a)
b) c) d) e) 4. Anak memperoleh kesempatan mengembangkan potensi-potensi yang ada padanya.
Anak akan menemukan dirinya, yaitu kekuatan dan kelemahannya serta juga minat dan
kebutuhannya. Memberikan peluang bagi anak untuk berkembang seutuhnya bagi fisik,
intelektual, bahasa dan perilaku. Anak terbiasa menggunakan seluruh aspek panca inderanya
sehingga terlatih dengan baik. Secara ilmiah memotivasi anak mengetahui sesuatu lebih
mendalam lagi. Implementasi Arti Bermain Sudah kita ketahui bersama bahwa prinsip belajar di
TK adalah “belajar seraya bermain”. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Montolalu (2005 :
1.3) bahwa pembelajaran menjadi bermakna karena hal berikut ini : a) Bermain itu belajar,
melalui bermain anak memperoleh kesempatan pengalaman, bereksperimen, dan menumbuhkan
ras aingin menyelidiki sesuatu yang akan memperkaya pengetahuannya. b) Bermain itu bergerak,
kegiatan bermain merangsang anak menggunakan motorik kasar dan halus, serta
mengembangkan kesadaran anak akan kemampuan tubuhnya ketika ia menggunakannya. c)
Bermain membentuk perilaku, saat bermain tampak jelas perilaku anak baik moral, nilai agama,
emosi/perasaan, kemampuan bersosialisasi dan disiplin dengan tujuan anak tumbuh menjadi
pribadi yang matang dan mandiri. D. Puzzle Seperti yang disadur dari www.jigsaw.org/jigsaw-
puzzle-histoy.html (2007). Puzzle adalah permain menyelesaikan masalah dengan mengandung
tantangan. Seringkali puzzle merupakan suatu bentuk hiburan, tetapi juga dapat menyelesaikan
masalah matematika dan logika. Penyelesaian masalah puzzle dapat membutuhkan pola dan
membuat susunan tertentu. Terdapat bermacam-macam puzzle, di antaranya adalah : jigsaw,
crossword, tower of hanoi, dan lain-lain. Puzzle jigsaw pada awalnya digunakan pada tahun
1970-an. Pada saat orang Eropa membuat peta dengan menempelkan peta pada kayu dan
memotongnya menjadi kepingan yang
kecil. Puzzle tersebut mulai digunakan sebagai alat pembelajaran geografi. Perkembangan
selanjutnya pembuatan puzzle jigsaw menggunakan karton atau styrofoam dan berbentuk tiga
dimensi. Akhir-akhir ini dapat dimainkan pada komputer (Tunner, 2001 : 159) dalam
http:enwikipedia.org/wiki/whodunit. Kebanyakan jigsaw puzzle persegi, persegi panjang atau
bulat dengan potongan tepi yang memiliki satu sisi yang baik lurus atau melengkung dengan
lancar untuk menciptakan bentuk, ditambah dengan empat potong sudut jika teka-teki adalah
persegi atau persegi panjang. Beberapa teka-teki jigsaw memiliki potongan-potongan yang
dipotong seperti semua sisa potongan interlocking, tanpa tepi yang halus, untuk membuat mereka
lebih menantang, teka-teki lainnya dirancang sehingga bentuk-bentuk keseluruhan teka-teki
angka, seperti binatang. Potongan-potongan tepi dapat bervariasi lebih dalam kasus ini.
http://enwikipedia.org/wiki/file:jigsaw puzzling at OCP.jpg. Pada anak usia dini permainan
puzzle biasanya berbentuk leg puzzle atau teka-teki. Permainan ini dari triplek yang terdiri dari
satu bagian dengan ukuran yang sama. Satu bagian dibuat lukisan sederhana misalnya seekor
ayam sedang makan atau gambar lainnya. Triplek yang dilukis dipotong menjadi 10-12 keping.
Tujuan permainan ini adalah agar anak mengenal bentuk, melatih daya pengamatan dan daya
konsentrasi anak serta melatih keterampilan jari-jari anak. Cara kerjanya adalah keping-keping
diambil kemudian dikembalikan menurut bentuk semula. E. Kerangka Berpikir Kerangka
pemikiran pada dasarnya adalah merupakan uraian penalaran untuk bisa sampai pada pemberi
jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Kerangka berpikir yang peneliti rencanakan
adalah sebagai berikut :
BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN A. Subyek Penelitian 1. Lokasi penelitian Lokasi
penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data
yang diinginkan. Penelitian ini di TK Pertiwi 1 Banyurip, Kecamatan Sambungmacan,
Kabupaten Sragen. 2. Waktu penelitian Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya
penelitian ini dilaksanakan. Penelitian ini dilaksanakan 2 siklus : a) Siklus pertama dilaksanakan
pada tanggal. b) Siklus kedua dilaksanakan pada tanggal. c) Tiap siklus ada 5 kali pertemuan. d)
Subyek pertemuan waktunya pukul 07.30 – 10.00 Wib. 3. Subyek penelitian Subyek penelitian
adalah anak-anak kelompok B TK Pertiwi 1 Banyurip, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten
Sragen dengan jumlah siswa 21 anak, laki-laki 10, perempuan 11 anak. B. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang akan dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Prosedur
yang akan dilalui adalah observasi awal sebelum diadakannya tindakan dan serta refleksi diri
guru terhadap pembelajaran awal yang telah dilakukan. Hasil observasi awal dianalisis dan
diolah bersama-sama antar guru (peneliti) dan rekan sejawat (pengamat) untuk dibuat tindakan
yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah yang timbul pada siswa, guru dan pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran dilaksanakan observasi baik terhadap guru, siswa, proses dan hasil
pembelajaran. Tindakan dilakukan dengan 2 siklus (tahap), dan setiap siklus melalui
tahapan-tahapan : perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan/observasi
(observing) dan refleksi (reflecting). Hasil observasi awal yang dianalisis dan diolah menjadi
rencana tindakan Siklus I dianalisis serta direfleksi untuk acuan pelaksanaan pada Siklus II. Hasil
observasi pada Siklus I dan II dianalisis dan diolah datanya dan dijadikan bahan laporan hasil
penelitian. Sehingga pada tahap penelitian dihasilkan laporan penulisan dan pelaporan hasil
penelitian. C. Deskripsi Per Siklus 1. Siklus pertama Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih
dahulu penulis menyampaikan keadaan awal tentang kegiatan yang dilaksanakan di TK Pertiwi 1
Banyurip, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen. Pada siklus pertama, terlebih dahulu
guru membuat suatu rencana kegiatan yaitu : 1) Membuat rancangan satu siklus. 2) Membuat
Rancangan Kegiatan (RK) siklus ke-1. 3) Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH) selama 5
hari. 4) Membuat skenario perbaikan untuk 5 hari. 5) Menyiapkan alat peraga (puzzle) Dari lima
rencana kegiatan tersebut, pelaksanaan per RKH ada rincian waktu sebagai berikut : 1) Kegiatan
awal ± 30 menit Pada kegiatan awal dilakukan kegiatan secara rutin yaitu berbaris, berdo’a,
salam, absen, kemudian dengan kegiatan menyanyi, tanya jawab, atau bercakap-cakap dengan
tema yang sedang berlangsung. 2) Kegiatan inti ± 60 menit Kegiatan ini merupakan pokok dari
kegiatan yang bisa dilakukan secara observasi, penugasan, unjuk kerja, hasil karya dan
sebagainya. 3) Kegiatan istirahat ± 30 menit Dalam kegiatan istirahat anak terbiasa makan bekal
bersama lalu melakukan kegiatan bermain di luar kelas. 4) Kegiatan akhir ± 30 menit a).
Perencanaan tindakan
Kegiatan akhir diisi dengan mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan seharian yaitu dengan
memberi penguatan kepada anak yang lebih berhasil dan memberi bimbingan bagi anak yang
kurang berhasil. Selanjutnya anak-anak bisa diajak bernyanyi, bercakap-cakap, bercerita serta
bertepuk tangan. Sebelum pulang guru berpesan tentang kegiatan hari esok. b). Pelaksanaan
kegiatan Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan : 1) Guru mengatur tempat duduk 3 kelompok.
2) Guru menjelaskan kegiatan bermain puzzle secara klasikal. 3) Guru memberi contoh cara
membongkar dan memasang puzzle. 4) Dalam kegiatan bermain puzzle guru membimbing anak
yang belum mampu mengerjakan. c). Observasi kegiatan Cara yang digunakan untuk
memperoleh data adalah melalui pengumpulan data sebagai dokumentasi berupa hasil karya anak
yang akan dinilai oleh guru sebagai peneliti dan dibantu oleh 2 orang penilai (penilai 1 dan
penilai 2). d). Refleksi Refleksi hasil observasi dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran
selesai. Hasil observasi dilaksanakan dan dibahas kelebihan dan kekurangannya. Lalu
melanjutkan siklus berikutnya. Karena tindakan penelitian dilaksanakan 2 siklus. HA RI KE I.
HASIL JENIS KEGIATAN Membongkar dan memasang puzzle menjadi bentuk yang utuh.
Menghitung potongan gambar puzzle. Menyusun kepingan puzzle berdasarkan konsep bilangan
o √ • JUMLA H ANAK II. III.
1-8. IV. V. Mencari satu bagian puzzle yang hilang. Mencari dan memasang puzzle yang diacak.
JUMLAH Hasil pengumpulan data yang didapat dari refleksi kemudian dianalisis secara
deskriptif. Hasil evaluasi dari siklus ke-1 disajikan dalam tabel untuk mengetahui seberapa
tingkat keberhasilan anak. Keterangan : O √ • = kurang = cukup = kurang Siklus Kedua
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus kedua ini merupakan perbaikan dari 2. a)
Perencanaan kegiatan kegiatan pembelajaran di siklus pertama pada siklus kedua, terlebih dahulu
guru membuat rencana kegiatan siklus kedua seperti pada siklus pertama yaitu : 1) 2) 3) 4) 5)
Membuat rancangan satu siklus. Membuat rancangan kegiatan (RK) siklus kedua. Membuat
rencana kegiatan harian (RKH) selama 5 hari. Membuat skenario perbaikan selama lima hari.
Menyiapkan alat peraga (puzzle). Dari kelima rencana kegiatan tersebut, pelaksanaan per-RKH
ada rincian waktu sebagai berikut : 1) Kegiatan awal ± 30 menit Pada kegiatan awal, kegiatan
yang dilakukan kegiatan secara rutin yaitu berbaris, berdo’a, salam, absen. Kegiatan lain yang
bisa dilakukan adalah menyanyi, tanya jawab, berbagi cerita, dan lain-lain. Kegiatan tetap
mengarah pada tema yang sedang berlangsung. 2) Kegiatan inti ± 60 menit
Kegiatan ini merupakan pokok dari kegiatan yang bisa dilakukan secara observasi, penugasan,
unjuk kerja, hasil karya dan sebagainya. 3) Kegiatan istirahat ± 30 menit Kegiatan akhir bisa
diisi dengan kegiatan seperti sajak, menyanyi, percakapan atau bercerita. Kemudian guru
membahas tentang kegiatan yang telah dilakukan dan kegiatan hari esok. b) Pelaksanaan
kegiatan Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan : 1) 2) 3) 4) Guru mengatur tempat duduk 3
kelompok. Guru menjelaskan kegiatan bermain puzzle. Guru memberi contoh cara membongkar
dan memasang puzzle. Dalam kegiatan bermain puzzle guru membimbing anak yang belum
mampu mengerjakan. c) Observasi kegiatan Cara yang digunakan untuk memperoleh data adalah
melalui pengumpulan data sebagai dokumentasi berupa hasil karya anak yang akan dinilai oleh
guru sebagai peneliti dan dibantu oleh 2 orang penilai (penilai 1 dan penilai 2). Pengamatan juga
bisa dilakukan dengan cara menilai keaktifan anak selama melakukan kegiatan pembelajaran
tersebut. d) Refleksi Refleksi hasil observasi dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran selesai.
Tetapi pelaksanaan siklus dihentikan karena pelaksanaan penelitian sudah dilakukan 2 siklus.
Hasil pengumpulan data yang didapat dari refleksi kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil
evaluasi dari siklus kesatu dan siklus kedua dibandingkan untuk diketahui seberapa besar
peningkatan kemampuan kognitif yang sudah direncanakan yang dalam hal ini disajikan dalam
tabel. HA RI KE I. HASIL JENIS KEGIATAN Membongkar dan memasang puzzle sesuai
dengan pasangannya. o √ • JUMLA H ANAK
II. Memasangkan puzzle dengan mencari 2 bagian yang hilang. Lomba memasangkan puzzle
dengan mencari lambang bilangan 1-8 di belakang gambar puzzle. Mencari dan memasang
puzzle yang diacak hingga berbentuk puzzle yang utuh. Menjiplak bentuk puzzle pada lembar
kegiatan dan mewarnainya. JUMLAH III. IV. V. Keterangan : O √ • = kurang = cukup = kurang
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pra Siklus 1. Prasiklus
Sebagai dasar pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini adalah hasil analisis dan refleksi pada
kondisi awal prasiklus pada hari Senin, tanggal 3 Oktober 2011. Sebelum pelaksanaan perbaikan
pembelajaran. Perbaikan pembelajaran dilakukan dengan model Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dengan langkah-langkah pokok : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi atau
pengamatan, dan refleksi. Perbaikan pembelajaran dilakukan dalam dua siklus dengan
mengambil lokasi TK Pertiwi 1 Banyurip, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen.
Tujuan utama pembelajaran ini adalah upaya meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui
bermain puzzle. Kegiatan dalam prasiklus metode yang digunakan untuk mengajar berhitung
masih kurang efektif, sehingga hasil yang didapat kurang memuaskan. Hasil kegiatan berhitung
pada prasiklus disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.1 Tabel Data Hasil Nilai Prasiklus Kelompok B Taman Kanak-kanak Pertiwi 1 Banyurip
Hasil Prasiklus No Nama Anak I II III IV V Ket. o √ ● o √ ● o √ ● o √ ● o √ ● Anisa Ahsana N.
Awaludin Ridho U. Alvin Mustofa L. √ Andara Diva A. Bareta Kartika C. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Dinta Cantika F. √
Fuad Maskuni Friska Dwi A. Iktifa R. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. Khoirul S.
M.Candra J. Masruri A. Nadia A. Putri A. Ridwan N. Rahmat I. Rio F. Sindi S. Tegar G. Z.
Della S. Niansa √ √ √ √ √
Jumlah 1 1 1 1 1 2 2 5 2 6 3 5 4 7 4 7 4 2 2 0 Keterangan : o √ • = kurang = cukup = kurang
Tabel 4.2 Ringkasan Hasil Nilai Pembelajaran Prasiklus Kelompok B Taman Kanak-kanak
Pertiwi 1 Banyurip Har i ke 1. 2. 3. 4. 5. Hasil Anak Jenis Kegiatan Prasiklus o 17 14 12 12 10 √
2 5 6 5 7 • 2 2 3 4 4 Jumla h Anak 21 21 21 21 21 Berhitung dengan jari tangan Berhitung
dengan potongan lidi Berhitung dengan kerikil Berhitung dengan kapur tulis Berhitung dengan
biji-bijian Dari tabel 4.2 dalam kegiatan prasiklus di atas maka dapat disimpulkan tentang
ketercapaian indikator yang ditentukan dalam bentuk prosentase. Adapun rincian perbaikan
kegiatan dalam lima hari tersebut adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. Kegiatan hari ke-1 dari 21
anak yang nilainya baik ada 2 anak (10%), yang cukup 2 anak (10%), dan yang kurang ada 17
anak (80%). Kegiatan hari ke-2 dari 21 anak yang nilainya baik 2 anak (10%), yang nilainya
cukup 5 anak (25%) dan yang kurang 14 anak (65%). Kegiatan hari ke-3 dari 21 anak yang
nilainya baik 3 anak (15%), yang nilainya cukup 6 anak (30%), dan yang nilainya baik 4 anak
(20%). Kegiatan hari ke-4 dari 21 anak yang nilainya baik 4 anak (20%), yang nilainya cukup 5
(25%), dan yang nilainya kurang 12 anak (55%). Kegiatan hari ke-5 dari 21 anak yang nilainya
baik 4 anak (20%), yang nilainya cukup 7 anak (35%), dan yang nilainya kurang 10 anak (45%).
Grafik 4.1 Grafik Hasil nilai Pembelajaran Prasiklus Kelompok B Ta man Kanak-kanak Pertiwi
1 Banyurip Keterangan : 1). Kegiatan hari ke-1 berhitung dengan jari tangan. 2). Kegiatan hari
ke-2 berhitung dengan potongan lidi. 3). Kegiatan hari ke-3 berhitung dengan kerikil. 4).
Kegiatan hari ke-4 berhitung dengan kapur tulis. 5). Kegiatan hari ke-5 berhitung dengan biji-
bijian.
2. Siklus pertama Dari hasil pelaksanaan siklus pertama ditemukan masih rendahnya minat
berhitung anak dengan bermain puzzle. Hal tersebut dikarenakan situasi ruangan yang kurang
menyenangkan bagi anak. Media pembelajaran yang kurang memadai sehingga tidak mencukupi
untuk semua anak, potongan gambar puzzle yang rumit membuat anak malas untuk
mengerjakan, anak belum memanfaatkan puzzle secara maksimal, serta kurangnya motivasi dari
guru terhadap minat anak tidak diperhatikan. Hal ini dapat terlihat pada tabel data hasil
pembelajaran siklus I berikut :
Tabel 4.2 Tabel Data Hasil Nilai Pembelajaran Siklus I Kelompok B Taman Kanak-kanak
Pertiwi 1 Banyurip Hasil Anak Siklus I No Nama Anak I II III IV V Ket. o √ ● o √ ● o √ ● o √ ●
o √ ● Anisa Ahsana N. Awaludin Ridho U. Alvin Mustofa L. √ Andara Diva A. Bareta Kartika
C. Dinta Cantika F. √ Fuad Maskuni Friska Dwi A. Iktifa R. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
19. 20. 21. Khoirul S. M.Candra J. Masruri A. Nadia A. Putri A. Ridwan N. Rahmat I. Rio F.
Sindi S. Tegar G. Z. Della S. Niansa √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√
√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√
Jumlah 1 1 1 5 2 9 8 4 8 9 4 6 5 4 6 4 0 1 Keterangan : o √ • = kurang = cukup = kurang
Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Nilai Pembelajaran Siklus I Kelompok B Taman Kanak-kanak
Pertiwi 1 Banyurip Har i ke Hasil Anak Jenis Kegiatan Prasiklus Membongkar dan memasang
puzzle menjadi bentuk yang utuh. Menghitung potonganpotongan gambar puzzle. Menyusun
kepingan puzzle berdasarkan konsep bilangan 1-8. Mencari satu bagian puzzle yang hilang.
Mencari dan memasang puzzle yang diacak. o 14 9 8 6 4 √ 5 8 9 10 11 • 2 4 4 5 6 Jumla h Anak
21 21 21 21 21 1. 2. 3. 4. 5. Dari tabel 4.4 dalam kegiatan siklus pertama di atas maka dapat
disimpulkan tentang ketercapaian indikator yang ditentukan dalam bentuk prosentase. Adapun
rincian perbaikan kegiatan dalam lima hari tersebut adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5.
Kegiatan hari ke-1 yang nilainya baik ada 2 anak (10%), yang nilainya cukup 2 anak (25%), dan
yang kurang ada 14 anak (65%). Kegiatan hari ke-2 yang nilainya baik ada 4 anak (20%), yang
nilainya cukup 8 anak (40%) dan yang nilainya kurang kurang ada 9 anak (40%). Kegiatan hari
ke-3 yang nilainya baik ada 4 anak (20%), yang nilainya cukup ada 9 anak (40%), dan yang
nilainya kurang ada 8 anak (40%). Kegiatan hari ke-4 yang nilainya baik ada 5 anak (25%), yang
nilainya cukup ada 10 anak (50%), dan yang nilainya kurang ada 6 anak (25%). Kegiatan hari
ke-5 yang nilainya baik ada 6 anak (30%), yang nilainya cukup ada 11 anak (55%), dan yang
nilainya kurang ada 4 anak (15%).
Grafik 4.1 Grafik Hasil nilai Pembelajaran Siklus 1 Kelompok B Ta man Kanak-kanak Pertiwi 1
Banyurip Keterangan : 1). Kegiatan hari ke-1 membongkar dan memasang puzzle menjadi
bentuk yang utuh. 2). Kegiatan hari ke-2 menghitung potongan-potongan gambar puzzle. 3).
Kegiatan hari ke-3 menyusun kepingan puzzle berdasarkan konsep bilangan 1-8. 4). Kegiatan
hari ke-4 mencari satu bagian puzzle yang hilang. 5). Kegiatan hari ke-5 mencari dan memasang
puzzle yang diacak. 3. Siklus kedua
Berdasarkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran berhitung dengan bermain puzzle pada anak
kelompok B Taman Kanak-kanak Pertiwi 1 Banyurip sudah dinyatakan berhasil sesuai dengan
indikator yang ditentukan. Keberhasilan tersebut diupayakan guru dalam persiapannya memilih
metode pembelajaran yang tepat, alat peraga yang memadai, situasi yang kondusif, serta
motivasi yang sangat berperan dalam tujuan pembelajaran. Data keberhasilan dapat dilihat pada
tabel data hasil pembelajaran Siklus II sebagai berikut :
Tabel 4.5 Tabel Data Hasil Nilai Pembelajaran Siklus II Kelompok B Taman Kanak-kanak
Pertiwi 1 Banyurip Hasil Anak Siklus I No Nama Anak I II III IV V Ket. o √ ● o √ ● o √ ● o √ ●
o √ ● Anisa Ahsana N. Awaludin Ridho U. Alvin Mustofa L. Andara Diva A. Bareta Kartika C.
Dinta Cantika F. Fuad Maskuni Friska Dwi A. Iktifa R. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
21. Khoirul S. M.Candra J. Masruri A. Nadia A. Putri A. Ridwan N. Rahmat I. Rio F. Sindi S.
Tegar G. Z. Della S. Niansa √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√
√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√√
Jumlah 4 1 1 1 1 1 6 4 7 2 9 2 7 1 3 1 0 0 2 7 Keterangan : 1). Kegiatan hari ke-1 membongkar
dan memasang puzzle sesuai dengan pasangannya. 2). Kegiatan hari ke-2 memasangkan puzzle
dengan mencari 2 bagian yang hilang. 3). Kegiatan hari ke-3 lomba memasangkan puzzle dengan
mencari lambang bilangan 1-8 di belakang gambar puzzle. 4). Kegiatan hari ke-4 mencari dan
memasang puzzle yang diacak hingga berbentuk puzzle yang utuh. 5). Kegiatan hari ke-5
menjiplak bentuk puzzle pada lembar kegiatan dan mewarnainya. B. 1. a. Pembahasan dari
Setiap Siklus Pra Siklus Berdasarkan pelaksanaan prasiklus terlihat bahwa : Suasana
pembelajaran khususnya pembelajaran kognitif anak masih terlihat kurang aktif. Anakanak
malas dan kurang senang mengerjakan kegiatan berhitung. Anak-anak malas dan kurang senang
mengerjakan kegiatan berhitung. Anak kurang suka dengan metode dan media yang digunakan
oleh guru. b. Pada kenyataannya anak belum bisa memahami harapan dari guru yaitu kreatif dan
terampil dalam kegiatan berhitung. Anak masih menggantungkan menyelesaikan tugas berhitung
kepada bimbingan guru satu persatu. c. Anak merasa bosan dengan kegiatan berhitung. Media
dan sumber belajar yang digunakan kurang menarik minat anak. d. Dorongan serta motivasi yang
dibutuhkan anak kurang. 2. a. Siklus pertama Suasana pembelajaran ada perubahan yang semula
anak ramai sendiri sekarang sudah lebih aktif. Anak sudah bisa memusatkan perhatian keinginan
guru. Meskipun media yang digunakan untuk kegiatan berhitung masih bersifat sederhana, anak
sudah mampu memusatkan perhatian dalam proses pembelajaran. Hal itu disebabkan karena
pembelajaran yang diberikan guru dianggap unik.
b. Dalam kegiatan berhitung semua anak aktif bersama-sama menyelesaikan tugas berhitung
dengan semampunya. Tetapi hasil yang diharapkan belum dapat terpenuhi karena anak belum
terbiasa dengan kegiatan berhitung. c. Kemampuan menyelesaikan tugas berhitung masih
bervariasi, ada anak yang menyelesaikan tugas dengan cepat dan tepat, tetapi masih ada juga
anak yang kurang tepat. 3. a. b. c. Siklus kedua Suasana pembelajaran pada siklus kedua sudah
menyenangkan, karena ada keseimbangan antara media yang digunakan oleh guru dengan
keaktifan anak dalam meningkatkan pembelajaran. Dalam kegiatan berhitung mengalami
kemajuan, anak-anak dapat berkreasi sesuai keinginan guru. Kemampuan menyelesaikan tugas
berhitung lebih lancar dan cepat dari waktu yang ditentukan. Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Nilai
Pembelajaran Siklus II Kelompok B Taman Kanak-kanak Pertiwi 1 Banyurip Har i ke Hasil
Anak Jenis Kegiatan Prasiklus Membongkar dan memasang puzzle sesuai dengan pasangannya.
Memasangkan puzzle dengan mencari 2 bagian yang hilang. Lomba memasangkan puzzle
dengan mencari lambang bilangan 1-8 di belakang gambar puzzle. Mencari dan memasang
puzzle yang diacak hingga membentuk puzzle yang utuh. Menjiplak bentuk puzzle pada lembar
kegiatan dan mewarnai. o 14 √ 5 • 2 Jumla h Anak 21 1. 2. 9 8 4 21 3. 8 9 4 21 4. 6 10 5 21 5. 4
11 6 21
Dari tabel 4.6 dalam kegiatan siklus kedua di atas maka dapat disimpulkan tentang ketercapaian
indikator yang ditentukan dalam bentuk prosentase. Adapun rincian perbaikan sebagai berikut :
1. 2. 3. 4. 5. Kegiatan hari ke-1 dari 21 anak yang nilainya baik ada 6 anak (30%), yang nilanya
cukup ada 11 anak (55%), dan yang nilanya kurang ada 4 anak (15%). Kegiatan hari ke-2 dari 21
anak yang nilainya baik ada 7 anak (35%), yang nilainya cukup 10 anak (50%) dan yang nilainya
kurang ada 4 anak (15%). Kegiatan hari ke-3 dari 21 anak yang nilainya baik ada 9 anak (45%),
yang nilainya cukup ada 10 anak (50%), dan yang nilainya kurang ada 2 anak (5%). Kegiatan
hari ke-4 dari 21 anak yang nilainya baik ada 12 anak (60%), yang nilainya cukup ada 7 anak
(35%), dan yang nilainya kurang ada 2 anak (5%). Kegiatan hari ke-5 dari 21 anak yang nilainya
baik ada 17 anak (80%), yang nilainya cukup ada 3 anak (15%), dan yang nilainya kurang ada 1
anak (5%). Grafik 4.3 Grafik Hasil nilai Pembelajaran Siklus II Kelompok B Ta man Kanak-
kanak Pertiwi 1 Banyurip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pengamatan yang dilakukan
penulis pada kegiatan pembelajaran berhitung dengan media puzzle pada anak Kelompok B di
TK Pertiwi 1 Banyurip, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. Pembelajaran
dengan media puzzle dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak. Penjelasan dan peragaan
guru akan mudah dipahami anak bila anak diberi kesempatan langsung berhitung-hitung dengan
bendanya dan diberi kesempatan untuk bertanya. Kemampuan kognitif anak dengan bermain
puzzle dapat ditingkatkan dengan memberi motivasi dan media yang bervariasi dan langsung
dapat disentuh oleh anak. Kegiatan pembelajaran anak akan tidak membosankan bila dilakukan
dengan situasi yang menyenangkan atau tidak tertekan dengan keinginan guru untuk pencapaian
indikator karena sesuai prinsip belajar di TK yaitu belajar seraya bermain. B. Saran Berdasarkan
kesimpulan dari pelaksanaan observasi kemampuan kognitif anak dengan media bermain puzzle
pada anak kelompok B di TK Pertiwi 1 Banyurip, maka dikemukakan saran-saran sebagai
berikut : 1. a. b. c. d. 2. a. c. Bagi Guru Guru dalam menjelaskan materi kepada anak hendaknya
memberi kesempatan pada anak untuk bertanya. Guru hendaknya memberi motivasi belajar
dalam setiap kegiatan pembelajaran. Guru hendaknya menggunakan media dan metode
pembelajaran yang sesuai dengan minat anak. Guru jangan membiarkan anak melakukan
kegiatan pembelajaran tanpa bimbingan. Bagi Sekolah Proses kegiatan pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar sesuai dengan rancangan kegiatan. Kualitas pembelajaran semakin
meningkat. b. Tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal sesuai indikator.
DAFTAR PUSTAKA Depdikbud. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka. Sujiono, Yuliana Nurani. 2004. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta : Universitas
Terbuka. Montolalu. 2005. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta : Universitas Terbuka.
Wardhani, IGAK, Wihardit Kuswaya. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas
Terbuka. Gunarti, Winda. 2008. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak
Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka. William, Anne D. 2007. Jigsawa Puzzles a Brief
History from the 17605 to Modern Day Puzzle Markers. (http://jigsaw-puzzle.org/jigsaw-puzzle-
historyy.html). Puzzle.2007. (http://en.wikipedia.org/wiki/whodunit). Puzzle.2011.
(http://en.wikipedia..org/wiki/file:jigsawpuzzling.at.ocp.jpg)
SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN BERPERAN SEBAGAI PENILAI DALAM
PENYELENGGARAAN PKP Kepada Yth. Kepala UPBJJ UT 44 Surakarta Di Surakarta Yang
bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa : Nama NIP Tempat mengajar Alamat
Sekolah : SRI INDARTI, S.P.d : 19630806 198303 2 006 : TK Pertiwi 1 Banaran : Banaran,
Sambungmacan, Sragen Menyatakan bersedia berperan sebagai penilai dalam pelaksanaan PKP
atas nama : Nama NIM Tempat mengajar Alamat Sekolah : DWI GINARSIH : 821 158 079 : TK
Pertiwi 1 Banyurip : Gondangkalang, Banyurip, Sambungmacan, Sragen Demikian surat
pernyataan ini kami buat, semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Sambungmacan,
Oktober 2011 Mengetahui Kepala TK Pertiwi 1 Banyurip Penilai 1
TRI WAHYUNI, S.Pd. SRI INDARTI, S.Pd. NIP.19630806 198303 2 006 REFLEKSI HARI
PERTAMA Dalam kegiatan yang dilaksanakan pada kegiatan inti di Rencana Kegiatan . Harian
(RKH) Siklus II yaitu membongkar dan memasang puzzle. Dari hasil refleksi dalam memasang
puzzle anak agak kesulitan dalam memasangkan puzzle sesuai pasangannya, sehingga hasil
belum maksimal.
REFLEKSI HARI KEDUA Pada kegiatan berhitung dengan bermain puzzle berkat bimbingan,
dan motivasi guru mulai ada peningkatan dibanding kegiatan pada Rencana Kegiatan Harian
satu, upaya meningkatkan hasil yang lebih baik perlu adanya pengulangan perbaikan pada siklus
ketiga.
REFLEKSI HARI KETIGA Pada kegiatan yang ada di Rencana Kegiatan Harian (RKH) ketiga
Siklus II ini sudah menampakkan hasil, maka guru berusaha menambah kegiatan bermain puzzle
yang bervariasi yang telah tersedia pada kegiatan pembelajaran hari ketiga ini. Guru hares selalu
membimbing anak supaya mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan indikator yang
ditentukan.
REFLEKSI HARI KEEMPAT Pada kegiatan yang ada di Rencana Kegiatan Harian (RKH)
keempat Siklus II ini semakin ada peningkatan berkat usaha guru yang membimbing dan
memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan minat anak, sehingga tercapai tujuan
pembelajaran. Pada rencana kegiatan hari kelima siklus II nanti dilanjutkan kegiatan menjiplak
bentuk puzzle pada lembar kegiatan dan mewarnainya.
REFLEKSI HARI KELIMA Dari berbagai metode dan bimbingan serta usaha keras guru dalam
perbaikan pembelajaran pada Rencana Kegiatan Harian (RKH) hari pertama sampai kegiatan
hari kelima dalam kegiatan berhitung dengan bermain puzzle memperoleh hasil yang maksimal
sesuai indikator yang ditentukan. Dengan demikian perbaikan terhadap upaya peningkatan
kognifif anak dalam berhitung dengan menggunakan media puzzle pada anak kelompok B TK
Pertiwi 1 Sambungmacan dinyatakan berhasil. Keberhasilan dalam pembelajaran tersebut untuk
dikembangkan pada kegiatan pembelajaran yang lainnya serta dapat dikembangkan pada
kegiatan pembelajaran selanjutnya. Posted 8th November 2011 by Agus Ansori 0 Add a
comment Loading Send feedback

Recommended

79358293 Contoh Lap Pkp

Agus Ansori Sidebar • • • • • • • Classic Flipcard Magazine Mosaic Sidebar Snapshot Timeslide
Nov 8 Laporan PKP PAUD LAPO RAN PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL…
79358293 Contoh Lap Pkp

Agus Ansori Sidebar • • • • • • • Classic Flipcard Magazine Mosaic Sidebar Snapshot Timeslide
Nov 8 Laporan PKP PAUD LAPO RAN PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL…

Contoh Laporan Pkp Paud

Contoh Laporan Pkp Paud Pengembangan Pengalaman Belajar Ranah Kognitif, Psikomotorik,
dan Afektif Pengalaman belajar adalah kegiatan fisik maupun mental yang perlu dilakukan…
CONTOH MATERI PKP U-12

CONTOH BAGAIMANA CARANYA BILA KITA HENDAK MENYUSUN SEBUAH


PERATURAN KHUSUS PERTANDINGAN (PKP) FESTIVAL SEPAKBOLA U-12.

Contoh Laporan PKP TK PAUD

Kami menyediakan Kumpulan Contoh PKP mulai dari tingkat TK, PAUD dan SD dalam format
Ms. Word. Kunjungi http://pkptkpaudsd.wordpress.com/
Judul Contoh Ptk Pts Pkp

judul-judul PTK, PTS, PKP. Dapatkan file lengkapnya di:http://skripsi-tesis-


karyailmiah.blogspot.com

CONTOH PKP TUGAS AKHIR UT.docx

CONTOH PKP TUGAS AKHIR UNIVERSITAS TERBUKA JUDUL UPAYA


MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK MELALUI KEGIATAN
MENGHUBUNGKAN GAMBAR DENGAN KATA DENGAN MEDIA PAPAN FLANEL
PADA…

CONTOH PKP SEPAKBOLA USIA DINI

CONTOH BAGAIMANA CARANYA BILA KITA HENDAK MENYUSUN SEBUAH


PERATURAN KHUSUS PERTANDINGAN (PKP) SEPAKBOLA BAGI PEMAIN USIA
DINI.

pkp

Tis Penulisan Laporan PKP Universitas Terbuka Ditulis oleh Ka. UPBJJ Rabu, 13 Januari 2010
10:22 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 19 Januari 2010 13:55 TIPS SINGKAT PENULISAN…
Pkp

1. (Conny, 1992) dalam Nyimas Aisyah, Pendekatan keterampilan Proses. Pengembangan


Matematika SD mengemukakan bahwa Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya
adalah…

Pkp

1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi dan kondisi kelas yang saya jadikan
subyek dalam pelaksanaan PTK adalah siswa kelas IV SD Negeri 7 Wakorut Kabupaten
Buton…
Pkp

1. KATA PENGANTARAlhamdulilah rabil alamin atas berkat rahmat Allah SWT penulis
panjatkan kehadirat Allah. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi…

PKP

BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN A. INFORMASI SUBJEK PENELITIAN 1. Lokasi


Penelitian a. Nama Sekolah b. Kelas c. Tema d. Waktu : : : : TK Negeri Pembina Batang
Kelompok B2 Binatang…
PKP

Laporan Penelitian

Pkp ôçô contoh iklan komparatif dan provokatif

1.PKP – contoh iklan Komparatif dan Provokatif Apriza Patryadhi Herling Parikesit Yodsa
Rienaldo Arif Syahputra Hasibuan Frisca Amelia Sena Putra Pratama 2. Iklan Komparatif…
Contoh Laporan Pkp S1 Pgsd Terbaru

haahaaaah

Contoh Lap Home Visit

mk
Contoh Lap Fisika Fluida

MAGIC EGG TRICK Tanggal percobaan Jumat , 30 Januari 2009 Tujuan Menentukan bahwa
massa jenis zat cair menentukan gaya apung Dasar Teori Adanya gaya archimedes dalam zat…

Contoh Soal Lap Konsolidasi


1 MODUL KE-5 Materi Kuliah Referensi : Laporan Keuangan Konsolidasi (Consolidated
Financial Statement) : 1. Beams et. all, Ch. 3 2. PSAK No. 4 : Laporan Keuangan Konsolidasi…

Contoh Lap Grafis

Nama : Kunthi Atinirmala NIM : M2A607056 Interpretasi Gambar Tes Grafis Nama subjek
Umur Jenis Kelamin Tanggal Pembuatan : : 20 tahun : Laki-laki : 28 November 2010 Draw…

View more

Subscribe to our Newsletter for latest news.

About Terms DMCA Contact


STARTUP - Share & Download Unlimited
Fly UP

http://xnxx-teens.com/en/niche/Mom/top%20viewed/page-1/?tin=317Pt4YBqUgY8&mov=346366

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK DALAM MENGENAL ANGKA


MELALUI MEDIA KARTU ANGKA PADA ANAK USIA DINI DI RA.NURUL
HASANAH RANTAU PRAPAT
LAPORAN PENELITIAN DAN ANALISIS I

Oleh :
Intan Suryani Hasibuan
NIM.

UNIVERSITAS TERBUKA  
2014
LAPORAN PENELITIAN DAN ANALISIS I
Judul Penelitian           MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK
: DALAM MENGENAL ANGKA MELALUI MEDIA KARTU
ANGKA PADA ANAK USIA DINI DI RA.NURUL HASANAH
RANTAU PRAPAT
Waktu Pelaksanaan     02 Oktober 2014
:
Tempat Penelitian       RA. Nurul Hasanah Rantau Prapat
:
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT yang dengan Rahmat dan
HidayahNya, makalah yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Dalam
Mengenal Angka Melalui Media Kartu Angka Pada Anak Usia Dini Di Ra.Nurul Hasanah
Rantau Prapat” ini telah selesai kami susun dengan hasil yang semaksimal mungkin dan tepat
waktu.
Tiada kata paling indah melainkan shalawat bertangkaikan salam berbuahkan safa’at,
marilah kita hadiahkan keharibaan junjungan kita Nabi Allah Muhammad Rasulullah SAW.
Dalam tulisan ini, kami juga telah banyak mencantumkan perkataan, dan seluruh hal-hal
yang memiliki kaitan dengan tugas ini dari para cendikiawan dan tokoh-tokoh yang terdahulu.
Oleh karena itu, kepada para cendikiawan yang bukunya kami jadikan sumber bacaan, kami
mengucapkan beribu-ribu terima kasih dan penulis mendo`akan semoga beliau-beliau ini
termasuk mereka yang disebut dalam hadits "....’Ilmun yuntafa’u bihi", yaitu para orang yang
berilmu, yang ilmunya dimanfaatkan oleh orang lain.
Laporan analisi ini kami susun dengan maksud: “Li-ibtighaa-imardlaatillah” yakni
untuk memperoleh keridhaan Allah SWT semata- mata, dan untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah “Analisis”.
Kepada para pembaca, kami mohon maaf, Apabila makalah kecil ini belum memenuhi
keinginan para pembaca sekalian, sebagaimana mestinya, oleh karena itu kami mintakan kritik
dan saran yang membangun, untuk kesempurnaan pada laporan Analisis berikutnya. Dan kepada
Bapak “Prof. Sok Sibuk” kami mohon bimbingannya dalam penyempurnaan Lapiran Analisi
kami ini.
Kepada Allah kami mohon taufik dan hidayahNya, semoga usaha ini senantiasa dalam
keridhaanNya, dan semoga Laporan Analisis ini dapat menambah Khazanah Keilmuan kita.
Amiin.
Penulis,
Rantau Prapat,  Oktober 2014
 
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................          i


Daftar Isi.......................................................................................................................          ii
BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................................................         

A. Latar Belakang Penelitian ................................................................................         


B. Fokus Penelitian................................................................................................         
C. Tujuan Penelitian..............................................................................................
D. Manfaat Penelitian............................................................................................

BAB II
LANDASAN TEORI..................................................................................................         

A. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini..........................................................         


B. Teori yang Melandasi Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini......................         
C. Kartu Angka.....................................................................................................         

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN..................................................................................         

A. Subjek Penelitian..............................................................................................         


B. Metode Penelitian.............................................................................................         
C. Instrumen Penelitian.........................................................................................

BAB IV
ANALISIS DATA.......................................................................................................         

A. Tabulasi Data....................................................................................................         


B. Analisis Kritis...................................................................................................         

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................................         
A. Kesimpulan.......................................................................................................         
B. Saran.................................................................................................................         

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................         


LAMPIRAN.................................................................................................................
SKH........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan
dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang
usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai sedang
mengalami  masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia. Proses pembelajaran
sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang
dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.
Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang
dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada
anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman
yang meberikan kesempatan padanya untuk mengetahui dan memahami  pengalaman belajar
yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang
berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak.
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik PAUD adalah mampu
mengikuti pendidikan selanjutnya dengan kesiapan yang optimal sesuai dengan tuntutan yang
berkembang dalam masyarakat. Kemampuan dasar yang dikembangkan di PAUD meliputi
kemampuan bahasa, fisik/motorik, seni dan kemampuan kognitif. Pengembangan kemampuan
kognitif bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir anak. Pada kemampuan kognitif tersebut,
anak diharapkan dapat mengenal konsep sains dan matematika sederhana.
Kegiatan pembelajaran matematika pada anak diorganisir secara terpadu melalui tema-
tema pembelajaran yang paling dekat dengan konteks kehidupan anak dan pengalaman-
pengalaman riil. Guru dapat menggunakan media permainan dalam pembelajaran yang
memungkinkan anak bekerja dan belajar secara individual, kelompok dan juga klasikal.
Penggunaan media pada kegiatan pembelajaran matematika anak usia dini, khususnya dalam
pengenalan konsep bilangan bertujuan mengembangkan pemahaman anak terhadap bilangan dan
operasi bilangan dengan benda-benda kongkrit sebagai pondasi yang kokoh pada anak untuk
mengembangkan kemampuan matematika pada tahap selanjutnya.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan penulis di lapangan ditemukan adanya
permasalahan dalam kegiatan pengembangan di kelas yaitu rendahnya kemampuan mengenal
konsep bilangan di PAUD Nurul Hasanah Rantau Prapat. Pada saat proses pembelajaran peneliti
melihat peran guru masih menekankan pengajaran yang berpusat pada guru (teacher centered).
Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peran guru yang terlalu menguasai kelas. Guru dengan
spontan memberikan tugas kepada anak tanpa memberikan pilihan kegiatan kepada anak.
Kondisi ini ditengarai penyebabnya adalah dalam proses pembelajaran guru kurang
memanfaatkan media pembelajaran dan permainan yang tepat yang dapat menumbuhkan
motivasi belajar anak.
Selain kurangnya media pembelajaran dan permainan yang tepat, hal ini lebih disebabkan
oleh minimnya ruangan kelas yang dimiliki oleh PAUD Nurul Hasanah . Sehingga guru merasa
kesulitan mencari tempat jika menambahkan media dan sumber belajar terlalu banyak.
Permasalahan lain yang terjadi di PAUD Nurul Hasanah adalah metode yang digunakan
oleh guru masih menggunakan metode drill dan praktek-praktek paper-pencil test. Pada
pengembangan kognitif khususnya pada pengenalan konsep bilangan, guru memberikan perintah
kepada anak agar mengambil majalah dan pensil masing-masing. Selanjutnya guru memberikan
contoh kepada anak untuk menghitung jumlah benda yang terdapat pada majalah dan mengisinya
dengan angka yang sesuai dengan jumlah benda tersebut pada kolom yang telah disediakan.
Setelah anak mengerti, guru menyuruh anak untuk mengerjakannya sendiri. Hal ini merupakan
salah satu penyebab rendahnya kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan di PAUD
Nurul Hasanah. Sebagai indikator rendahnya kemampuan anak di PAUD tersebut, dapat dilihat
bahwa dari 27 siswa kelompok B yang sudah mengenal bilangan hanya 8 siswa (30%), dan
sisanya sebanyak 19 siswa (70%) belum mengenal angka.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi di PAUD Nurul Hasanah, penulis tertarik untuk
meneliti dan menganalisis secara langsung pemanfaatan media kartu angka sebagai salah satu
cara meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan anak PAUD dan dapat memperbaiki
kondisi pembelajaran yang terjadi di PAUD Nurul Hasanah. Media ini dianggap mampu
memecahkan masalah diatas karena dalam proses pembelajaran, alat bantu atau media tidak
hanya dapat memperlancar proses komunikasi akan tetapi dapat merangsang siswa untuk
merespon dengan baik segala pesan yang disampaikan.
Penggunaan media pembelajaran selain dapat memberi rangsangan bagi siswa untuk
terjadinya proses belajar, media pembelajaran juga memiliki peranan penting dalam menunjang
kualitas proses belajar mengajar. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan
untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan
belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan
terkendali. Selanjut untuk meneliti masalah di atas, Penulis melakukan penelitian dengan judul
“Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Dalam Mengenal Angka Melalui Media Kartu
Angka di PAUD Nurul Hasanah”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakan penelitian di atas, maka dapat diketahui bahwa yang menjadi
focus penelitian dalam laporan penelitian ini adalah mengenai upaya meningkatkan kemampuan
kognitif anak dalam mengenal angka melalui media kartu angka di PAUD Nurul Hasanah
Rantau Prapat.

C. Tujuan Penelitian

Adapun  tujuan dari penelitian ini yaitu:


1.      Mengembangkan potensi anak dalam mengenal angka dan merangsang kemampuan
mengidentifikasi jumlah dan simbol angka melalui media kartu angka.
2.      Untuk mengetahui apakah kemampuan mengenal angka siswa kelompok B dapat meningkatkan
Melalui Media Kartu Angka di PAUD Nurul Hasanah Rantau Prapat Tahun Pelajaran
2014/2015.
D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih baik bagi
anak ataupun guru, dalam meningkatkan serta memperbaiki proses pembelajaran berhitung,
selain itu juga diharapkan bagi peneliti lain dapat mengembangkan penggunaan media atau
pendekatan lain guna meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.
1.      Manfaat teoritis
Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini adalah untuk mengembangkan pengetahuan tentang
ilmu-ilmu pendidikan yang berhubungan dengan peningkatan potensi belajar anak usia dini.
2.      Manfaat praktis
a.       Bagi sekolah
Manfaaat penelitian bagi sekolah yaitu sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan
dengan penggunaan metode dan media yang tepat dan optimal sehingga hasilnya bisa dijadikan
sebagai contoh untuk sekolah-sekolah yang lain.
b.      Bagi guru
Manfaat penelitian bagi guru yaitu menambah pengetahuan serta mengembangkan  kemampuan
guru dalam menggunakan metode pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan sehingga
tercipta suasana pembelajaran yang kreatif dan lebih baik.
c.       Bagi anak
Manfaat penelitian bagi anak yaitu dapat meningkatkan kemampuan mengenal angka dan
merangsang kemampuan mengidentifikasi jumlah angka dan simbolnya dengan menggunakan
media yang menyenangkan.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

            Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak sejak
lahir sampai usia 6 tahun, yang dilakukan secara menyeluruh, mencakup semua aspek
perkembangan dengan memberikan stimulasi terhadap perkembangan jasmani dan rohani agar
anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak ada dari orang tua (gen) dan ada faktor
lingkungan seperti asupan gizi yang diterima, faktor psikologis. Anak usia dini memiliki
karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial, moral, masa ini masa yang paling
penting untuk sepanjang usia hidupnya. Sebab masa yang paling baik pembentukan fondasi dan
dasar kepribadian yang akan menentukan pengalaman anak selanjutnya. Bentuk program
pendidikan anak usia dini meliputi: pendidikan keluarga, bina keluarga, taman pengasuhan,
kelompok bermain dan taman kanak-kanak.
Rita Kurnia (2010: 3) mengatakan:
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak
sejak usia dini yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan dasar kehidupan tahap berikutnya.
Prinsip-prinsip Perkembangan Anak Usia Dini
Penyelenggaraan pembelajaran berbasis perkembangan mempunyai sejumlah prinsip
yang harus diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Semua aspek perkembangan pada anak saling terkait, artinya perkembangan dalam satu aspek
dapat membatasi atau memudahkan atau melancarkan perkembangan kemampuan lainnya.
2.      Perkembangan terjadi dalam urutan yang relatif teratur. Dengan demikian, urutan pertumbuhan
dan perubahan yang terjadi pada anak dapat diprediksikan.
3.      Perkembangan anak adalah hasil dari interaksi kematangan biologis dan lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dimana ia hidup. Oleh sebab itu, sering dikemukakan
bahwa kehidupan manusia adalah hasil dari pembawaan dan lingkungan yang saling
berhubungan.
4.      Atas dasar itu maka para pendidik disamping menyediakan lingkungan yang sehat, aman, dan
menyediakan makanan dengan gizi yang baik, juga harus memberikan layanan yang
komprehensif kepada anak, seperti layanan kesehatan fisik, gigi, mental dan sosial.
Pengertian Perkembangan Kognitif
Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan syaraf pada
waktu manusia sedang berpikir. Kemampuan kognitif ini berkembang secara bertahap, sejalan
dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat susunan syaraf. Salah satu
teori yang berpengaruh dalam menjelaskan perkembangan kognitif ini adalah teori Piaget.
Jean Piaget, yang hidup dari tahun 1896 sampai tahun 1980, adalah seorang ahli biologi
dan psikologi berkebangsaan Swiss. Ia merupakan salah seorang yang merumuskan teori yang
dapat menjelaskan fase-fase perkembangan kognitif. Teori ini dibangun berdasarkan dua sudut
pandang yang disebut sudut pandang aliran struktural (structuralism) dan aliran konstruktif
(constructivism).
Aliran struktural yang mewarnai teori Piaget dapat dilihat dari pandangannya tentang
inteligensi yang berkembang melalui serangkaian tahap perkembangan yang ditandai oleh
perkembangan kualitas struktur kognitif. Aliran konstruktif terlihat dari pandangan Piaget yang
menyatakan bahwa, anak membangun kemampuan kognitif melalui interaksinya dengan dunia di
sekitarnya.
Dalam hal ini, Piaget menyamakan anak dengan peneliti yang selalu sibuk membangun
teori-teorinya tentang dunia di sekitarnya, melalui interaksinya dengan lingkungan di sekitarnya.
Hasil dari interaksi ini adalah terbentuknya struktur kognitil, atau skemata (dalam bentuk tunggal
disebut skema) yang dimulai dari terbentuknya struktur berpikir secara logis, kemudian
berkembang menjadi suatu generalisasi kesimpulan umum).
Aspek Perkembangan Kognitif Pada Anak Usia Dini
Bertitik tolak dari gambaran umum tentang fase-fase perkembangan kognitif tersebut di atas,
maka dapat diketahui bahwa perkembangan kognitif anak usia PAUD berada dalam fase
praoperasional yang mencakup tiga aspek, yaitu:
1.      Berpikir Simbolis. Aspek berpikir simbolis yaitu kemampuan untuk berpikir tentang objek dan
peristiwa walaupun objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan anak.
2.      Berpikir Egosentris. Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau
tidak benar, setuju atau tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak
belum dapat meletakkan cara pandangnya di sudut pandang orang lain.
3.      Berpikir lntuitif. Fase berpikir secara intuitif, yaitu kemarnpuan untuk menciptakan sesuatu,
seperti menggambar atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan
untuk melakukannya.
lmplikasi Perkembangan Kognitif dalam Proses Pembelajaran yang Efektif
1.      Aktivitas di dalam proses belajar-mengajar hendaknya ditekankan pada pengembangan struktur
kognitif, melalui pemberian kesempatan pada anak untuk memperoleh pengalaman langsung
dalam berbagai aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran terpadu dan
mengandung makna, seperti membuat bangunan dari balok, mengamati perubahan yang terjadi
di lingkungan anak (turnbuh-tumbuhan, binatang, air), menggambar, menggunting, dan lain-lain
yang dikaitkan dengan pengembangan dasar-dasar pengetahuan alam atau matematika dan
pengembangan bahasa, baik bahasa lisan maupun membaca dan menulis.
2.      Memulai kegiatan dengan membuat konflik dalam pikiran anak. Misalnya, memberikan jawaban
yang salah untuk memotivasi anak memikirkan dan mengemukakan jawaban yang benar.
3.      Memberi kesempatan pada anak untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat
mengembangkan kemampuan kognitifnya. Misalnya, mengubah obiek-objek yang disajikan
secara nyata ke dalam bentuk lain, misalnya gambar.
4.      Melakukan kegiatan tanya jawab yang dapat mendorong anak untuk berpikir dan
mengemukakan pikirannya.

B. Teori yang Melandasi Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

Menurut Piaget (1972: 49-91) “Perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat
kumulatif. Artinya, perkembangan terdahulu akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya.
Dengan demikian, apabila terjadi hambatan pada perkembangan terdahulu maka perkembangan
selanjutnya akan memperoleh hambatan. Piaget membagi perkembangan kognitif ke dalam
empat fase, yaitu fase sensorimotor, fase praoperasional, fase operasi konkret, dan fase operasi
formal”.
1.       Fase Sensorimotor (usia O - 2 tahun). Pada masa dua tahun kehidupannya, anak berinteraksi
dengan dunia di sekitarnya, terutama melalui aktivitas sensoris (melihat, meraba, merasa,
mencium, dan mendengar) dan persepsinya terhadap gerakan fisik, dan aknvitas yang berkaitan
dengan sensoris tersebut. Koordinasi aktivitas ini disebut dengan istilah sensorimotor. Fase
sensorimotor dimulai dengan gerakan-gerakan refleks yang dimiliki anak sejak ia dilahirkan.
Fase ini berakhir pada usia 2 tahun. Pada masa ini, anak mulai membangun pemahamannya
tentang lingkungannya melalui kegiatan sensorimotor, seperti menggenggam, mengisap, melihat,
melempar, dan secara perlahan ia mulai menyadari bahwa suatu benda tidak menyatu dengan
lingkungannya, atau dapat dipisahkan dari lingkungan di mana benda itu berada. Selanjutnya, ia
mulai belajar bahwa benda-benda itu memiliki sifat-sifat khusus. Keadaan ini mengandung arti,
bahwa anak telah mulai membangun pemahamannya terhadap aspek-aspek yang berkaitan
dengan hubungan kausalitas, bentuk, dan ukuran, sebagai hasil pemahamannya terhadap aktivitas
sensorimotor yang dilakukannya. Pada akhir usia 2 tahun, anak sudah menguasai pola-pola
sensorimotor yang bersifat kompleks, seperti bagaimana cara mendapatkan benda yang
diinginkannya (menarik, menggenggam atau meminta), menggunakan satu benda dengzur tujuan
yang berbeda. Dengan benda yanga da di tangannya,ia melakukan apa yang diinginkannya.
Kemampuan ini merupakan awal kemampuan berpilar secara simbolis, yaitu kemampuan untuk
memikirkan suatu objek tanpa kehadiran objek tersebut secara empiris.
2.      Fase Praoperasional (usia 2 - 7 tahun). Pada fase praoperasional, anak mulai menyadari bahwa
pemahamannya tentang benda-benda di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan
sensorimotor, akan tetapi juga dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat simbolis. Kegiatan
simbolis ini dapat berbentuk melakukan percakapan melalui telepon mainan atau berpura-pura
menjadi bapak atau ibu, dan kegiatan simbolis lainnva Fase ini rnemberikan andil yang besar
bagi perkembangan kognitif anak. Pada fase praoperasional, anak trdak berpikir secara
operasional yaitu suatu proses berpikir yang dilakukan dengan jalan menginternalisasi suatu
aktivitas yang memungkinkan anak mengaitkannya dengan kegiatan yang telah dilakukannya
sebelumnya. Fase ini merupakan rlasa permulaan bagi anak untuk membangun kenrampuannya
dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak pada fase ini belum stabil dan
tidak terorganisasi secara baik. Fase praoperasional dapat clibagi ke dalam tiga subfase, yaitu
subfase fungsi simbolis, subfase berpikir secara egosentris dan subfase berpikir secara intuitif.
Subfase fungsi simbolis terjadi pada usia 2 - 4 tahun. Pada masa ini, anak telah memiliki
kemampuan untuk menggarnbarkan suatu objek yang secara fisik tidak hadir. Kemampuan ini
membuat anak dapat rnenggunakan balok-balok kecil untuk membangun rumah-rumahan,
menyusun puzzle, dan kegiatan lainnya. Pada masa ini, anak sudah dapat menggambar manusia
secara sederhana. Subfase berpikir secara egosentris terjadi pada usia 2-4 tahun. Berpikir secara
egosentris ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk memahami perspektif atau cara berpikir
orang lain. Benar atau tidak benar, bagl anak pada fase ini, ditentukan oleh cara pandangnya
sendiri yang disebut dengan istilah egosentris. Subfase berpikir secata intuitif tenadi pada usia 4 -
7 tahun. Masa ini disebut subfase berpikir secara intuitif karena pada saat ini anah kelihatannva
mengerti dan mengetahui sesuatu, seperti menyusun balok meniadi rumah-rumahan, akan tetapi
pada hakikatnya tidak mengetahui alasan-alasan yang menyebabkan balok itu dapat disusun
meniadi rumah. Dengan kata lain, anak belum memiliki kemampuan untuk berpikir secara kritis
tentang apa yang ada dibalik suatu kejadian.
3.      Fase Operasi Konkret (usia 7- 12 tahun). Pada fase operasi konkret, kemampuan anak untuk
berpikir secara logis sudah berkembang, dengan syarat, obyek yang menjadi sumber berpikir
logis tersebut hadir secara konkret. Kemampuan berpikir logis ini terwujud dalarn kemampuan
mengklasifikasikan obyek sesuai dengan klasifikasinya, mengurutkan benda sesuai dengan
urutannya, kemampuan untuk memahami cara pandang orang lain, dan kemampuan berpikir
secara deduktif.
4.      Fase Operasi Formal (12 tahun sampai usia dewasa). Fase operasi formal ditandai oleh
perpindahan dari cara berpikir konkret ke cara berpikir abstrak. Keulampuan berpikir abstrak
dapat dilihat dari kemampuan mengemukakan ide-ide, memprediksi kejadian yang akan terjadi,
dan melakukan proses berpikir ilmiah, yaitu mengemukakan hipotesis dan menentukan cara
untuk membuktikan kebenaran hipotesis.

C. Kartu Angka

Kartu angka atau alat peraga kartu  adalah alat-alat atau perlengkapan yang digunakan
oleh seorang guru dalam mengajar yang berupa kartu dengan bertuliskan angka sesuai dengan
tema yang diajarkan. Alat peraga kartu adalah alat bantu bagi anak untuk mengingat pelajaran.
Alat peraga kartu huruf dapat menimbulkan kesan di hati sehingga anak-anak tidak mudah
melupakannya. Sejalan dengan ingatan anak akan alat peraga itu, ia juga diingatkan dengan
pelajaran yang disampaikan guru. Semakin kecil anak, ia semakin perlu visualisasi/konkret
(perlu lebih banyak alat peraga) yang dapat disentuh, dilihat, dirasakan, dan
didengarnya (Nurani, 2012).
Alat peraga kartu adalah alat untuk menjelaskan yang sangat efektif, misalnya: Untuk
menjelaskan usia, ciri khas, karekter atau sifat dari seorang tokoh. Dengan alat peraga, gambar
lebih jelas daripada dijelaskan dengan kata-kata saja. Sehingga anak dapat menghayati karakter
tokoh yang diceritakan.  Untuk menjelaskan situasi sebuah tempat, misal keadaan sebuah kota,
bangunan, dan sebagainya, dengan gambar akan lebih jelas daripada diceritakan secara lisan
saja (Nurani, 2012).
Langkah-Langkah Penerapan Kartu Angka Dalam Pembelajaran.
Menurut Tadkirotun (2012) kartu angka merupakan fasilitas penting dalam
pembelajaran di sekolah karena bermanfaat untuk meningkatkan perhatian anak. Dengan alat
peraga kartu, anak diajak secara aktif memperhatikan apa yang diajarkan guru. Satu hal yang
harus diingat, walaupun fasilitas alat peraga kartu yang dimiliki sekolah sangat minim, tetapi bila
penggunaan alat peraga diikuti dengan metode anak aktif, maka efektifitas pengajaran akan
semakin baik. Maka adapun langkah penerapan penggunaan kartu angka dalam pembelajaran
yaitu:
Contoh penerapan untuk anak kelompok A
1.      Permainan angka bisa dilakukan dengan kartu angka dan gambar. Satu sisi berisi sejumlah
gambar dan satu sisi bertulis angka.
2.      Anak menghitung jumlah gambar pada kartu
3.      Jika hitungannya benar, anak membalik kartu, sehingga terlihat angka.
4.      Guru memberikan tanggapan positif. Jika anak keliru bantu dia menghitungnya. Setelah itu anak
menghitung kembali tanpa di bantu.
Contoh penerapan untuk anak kelompok B
1.      Kartu huruf dikembangkan bentuknya ke keartu angka-huruf. Satu sisi bertulis angka, satu sisi
bertulis huruf
2.      Mula-mula anak membaca angka
3.      Apabila benar, anak boleh membaca hurufnya.
4.      Jika anak mau belajar membaca, permainan dibalik, anak membaca sisi hurufnya terlebih dahulu
baru membuka sisi yang bertulis angka.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah Anak Usia Dini PAUD Nurul Hasanah Tahun Pelajaran
2014/2015, yang berjumlah 27, terdiri dari 13 anak laki-laki dan 14 anak perempuan. Dan objek
penelitiannya adalah mengenal angka dengan media kartu angka.

B. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu upaya dalam ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk

memperoleh faktor-faktor dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk

mewujudkan suatu kebenaran. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam Laporan penelitian

ini adalah penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang di dalamnya meneliti status sekelompok

manusia, suatu objek, suatu sistem pemikiran, atau suatu peristiwa di masa sekarang. Selain itu,

jenis penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan tentang yang terjadi saat ini, dimana

didalamnya terdapat upaya deskripsi, pencatatan, analisis, dan menginterpretasikan kondisi-

kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Penelitian ini akan mendeskripsikan upaya

meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengenal angka melalui media kartu angka pada

anak usia dini di RA.Nurul Hasanah Rantau Prapat.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan,


memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan
menyajikan data-data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan
atau menguji suatu hipotesis. Jadi semua alat yang bisa mendukung suatu penelitian bisa disebut
instrumen penelitian.
Adapun instrumen penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah :
1.      Tes
Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
ketrampilan, pengukuran, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok.
2.      Kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atu hal-hal yang ia ketahui.
3.      Wawancara (Interviw)
Interview digunakan oleh peneliti unyuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk  mencari
data tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap
sesuatu.
4.      Observasi
Didalam artian penelitian observasi adalah mengadakan pengamatan secara langsung, abservasi
dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, ragam gambar, dan rekaman suara. Pedoman observasi
berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.
5.       Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Didalam
melaksanakan metode dokumentasi, penelitian menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-
buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, dan sebagainya.
BAB IV
ANALISIS DATA

A. Tabulasi Data

Guna memudahkan analisis data, maka untuk hasil penelitian dalam laporan penelitian
ini, dibuat tabulasi data sebagai berikut :
Wawancara Dengan Wawancara Dengan
Observasi Dokumentasi
Guru Pimpinan
Anak-anak  bermain -Dikelompok -Saya berkeyakinan –Dalam rencana
sesuai mainan yang belajar kami sudah dengan meletakkan dasar kegiatan bermain
diminatinya disekolah mengembangkan yang kuat anak bermain-
dengan bantuan pertolo kemampuan kognitif untuk kemampuan main sesuai
ngan dari pendidik  anak sejak dini serta kognitif, anak akan dengan minat
belajar membaca dan menguasai kemampuan anak di sekolah.
menulis. tersebut nantinya. –Dalam
- Tentu saja kami Dengandemikian, dokumen pendiria
Mengembangkan anak akan lebih n lembaga
kognitifnya cepat belajar yang lainnya. tercantum bahwa
melalui bermain Juga karena didukung salah satu tujuan 
karena bermain anak kemampuan kognitifnya RA.Nurul
dapat kedalam perasaannya Hasanah adalah
mengembangkan beb lewat sosial emosionalnya untuk membantu
erapa aspek  bukan dan semakin cepat meletakkan
saja anak  belajar yang lain dasar  pengemban
aspek kognitifnya dan berpikir kritis hanya gan
melainkan sekedar  bermain tetapi sikap pengetahua
aspek  bahasa terarah pada n keterampilan
motorik halus. suatu pencapaian perkemb dan daya cipta
- Dengan angan yang optimal yang diperlukan
pengembangan anak didik dalam
kognitif anak, menyesuaikan
maka pengembangan diri dengan
kemampyan lainnya lingkungannya
akan terlaksana juga. agar siap
Dasar kemampuan memasuki pendid
tersebut inilah akan ikan dasar dan
menambah wawasan untuk  pertumbuh
anak untuk an
selanjutnya. dan perkembanga
- Memberikan n selanjutnya
kesempatan kepada –Dalam rencana
anak kegiatan
untuk mengembangk tertulis bahwa
an kreativitas anak salah satu alat
peraga edukatif
yang digunakan
adalah kartu
angka.

B. Analisis Kritis

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa media kartu angka dapat
mengembangkan perkembangan kognitifnya dalam mengenal angka. Kartu angka merupakan
suatu kegiatan untuk mengembangkan kemampuan aspek kognitif dalam mengenal
angka.
Salah satu pelaksanaan dari pengembangan kemampuan kognitif anak di RA. Nurul
Hasanah adalah menggunakan media kartu angka guna meningkatkan kemampuan
kognitif anak dalam mengenal bilangan . Menurut Jania J. Beaty
bahwaprogram pengembangan kognitif pada anak usia diri mencakup bentuk, warna,
ukuran, pengelompokan dan pengurutan ini sesuai mainan pada anak. Di dinding kelas RA.
Nurul Hasanah banyak terdapat gambar-gambar seperti gambar binatang yang berkaki empat,
binatang yang berkaki dua, konsep bilangan dengan lambing bilangan, semuanya ini untuk
pengembangan kognitif  anak.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1.      Penggunaaan media kartu angka yang diterapkan di RA.Nurul Hasanah dapat meningkatkan
kemampuan mengenal angka serta memberikan hasil yang sangat baik bagi perkembangan
kemampuan anak.
2.      Metode serta prilaku guru dalam menyampaikan materi merupakan kunci efektifnya proses
belajar mengajar di RA.Nurul Hasanah.

B. Saran

Untuk melaksanakan pembelajaran khususnya dalam meningkatkan kemampuan mengenal anak


dan konsep bilangan hendaknya:
1.      Guru dapat menggunakan media kartu angka yang bergambar unik dan sesuai dengan
kesenangan anak
2.      Guru dapat menggunakan pencampuran metode seperti metode pendekatan emosional dengan
anak agar penyampian materi dapat berjalan dengan baik
3.      Guru dapat meningkatkan latihan dan bimbingan bagi anak yang belum paham dan belum
mengenal angka
DAFTAR PUSTAKA
Asmani, Jamal Ma’ruf. 2011. Penelitian Tindakan Kelas.  Jogjakarta : Laksana
Djamarah. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Iskandar. 2011. Penelitian Tindakan Kelas.  Jakarta : GP Press
Kayvan, Umy.2009. Permainan Kreatif untuk Mencerdaskan Anak. Jakarta : Media Kita.
Nurani, Yuliani. 2012. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : PT Indeks

Tim PKP PG PAUD.2008. Panduan Pemantapan  Kemampuan Profesion.Jakarta : Universitas


Terbuka.

Tadkirotun, Mudfiroh. 2012. Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Tangeran : Universitas


Terbuka

Wardani IGAK, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka


LAMPIRAN

http://maulanafikrierizaldy.blogspot.co.id/2014/06/cara-mendapatkan-file-secara-lengkap.html

Anda mungkin juga menyukai