Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ETIKA

“PENJELASAN KUH PERDATA PASAL 1320-1339”

Dosen Pengampu : Drs. Partana Budihardja, M.H., M.P.H., Apt.

Disusun Oleh:

Evan Meigino Kamal 2020394433

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER XXXIX

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI

2020

ii
Pasal 1320
Supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi empat syarat;
1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu persoalan tertentu;
4. Suatu sebab yang tidak terlarang.
Penjelasan:
Berdasarkan pasal ini, empat syarat ini harus ada supaya terjadi kesepakatan yang
sah. Jika salah satunya tidak ada, maka kesepakatan itu akan bermasalah atau akan
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan oleh masing-masing atau semua pihak.
Syarat pertama maksudnya adalah masing-masing orang yang terlibat dalam
pembuatan kesepakatan harus bisa bertanggung jawab pada kesepakatan itu.
Syarat kedua maksudnya adalah masing-masing pihak harus bisa saling percaya.
Untuk bisa saling percaya ini, setiap pihak tentu harus dianggap mampu. Syarat
ketiga maksudnya adalah kesepakatan terjadi karena ada suatu persoalan yang
terjadi antar orang yang terlibat. Syarat keempat maksudnya adalah kesepakatan
yang terjadi tersebut ada bukan disebabkan oleh sesuatu yang dilarang oleh
hukum. Contohnya: persetujuan antara apoteker dengan pasien. Untuk terjadi
persetujuan, maka 4 syarat harus terpenuhi. Syarat 1 berarti apoteker harus
bertanggung jawab bahwa obat yang diberikan efektif dan aman dan pasien harus
bertanggung jawab untuk menggunakan obat tersebut sesuai informasi apoteker
dan membayar obat dengan uang asli. Syarat 2 berarti apoteker harus percaya
pada pasien bahwa ia akan menggunakan obat sesuai yang diinformasikan dan
pasien harus percaya pada apoteker bahwa obat tersebut efektif dan aman. Syarat
3 berarti terdapat persetujuan dalam hal pembelian obat. Pasal 4 berarti obat yang
dibeli bukanlah obat-obatan yang dilarang oleh hukum (bukan narkotika atau
psikotropika tanpa resep dokter).

Pasal 1321
Tiada suatu persetujuan pun mempunyai kekuatan jika diberikan karena
kekhilafan atau diperoleh dengan paksaan atau penipuan.

1
Penjelasan:
Persetujuan akan terjadi suatu masalah dan akan batal jika salah satu pihak atau
keduanya melakukan kesalahan atau terjadi karena suatu pemaksaan atau
penipuan. Contoh pembeli membeli barang dengan menggunakan uang palsu.
Maka tidak akan terjadi transaksi atau persetujuan antara kedua pihak tersebut.

Pasal 1322
Kekhilafan tidak mengakibatkan batalnya suatu persetujuan, kecuali jika
kekhilafan itu terjadi mengenai hakikat barang yang menjadi pokok persetujuan.
Kekhilafan tidak mengakibatkan kebatalan, jika kekhilafan itu hanya terjadi
mengenai diri orang yang dengannya seseorang bermaksud untuk mengadakan
persetujuan, kecuali jika persetujuan itu diberikan terutama karena diri orang yang
bersangkutan.
Penjelasan:
Suatu kesalahan tidak akan membatalkan persetujuan contoh barang terlambat
datang karena kendala transportasi (macet dan lain-lain), tetapi jika yang masalah
adalah barang yang menjadi pokok persoalannya maka persetujuan bisa batal
contoh obat yang kadaluarsa. Kesalahan tidak akan membatalkan persetujuan jika
kesalahan itu terjadi terhadap orang yang akan ikut melakukan suatu persetujuan
tersebut, kecuali jika persetujuan yang terjadi itu karena orang yang bersangkutan
tersebut.

Pasal 1323
Paksaan yang dilakukan terhadap orang yang mengadakan suatu persetujuan
mengakibatkan batalnya persetujuan yang bersangkutan, juga bila paksaan itu
dilakukan oleh pihak ketiga yang tidak berkepentingan dalam persetujuan yang
dibuat itu.
Penjelasan:
Persetujuan tidak akan terjadi bila ada paksaan dari salah satu pihak. Dengan
memaksa, maka dia telah melanggar haknya pihak lain untuk memutuskan. Dan

2
berarti dia sendiri tidak melaksanakan kewajibannya, yaitu menghargai keputusan
pihak lain. Dan persetujuan akan batal jika ada paksaan meskipun paksaan
tersebut dilakukan oleh pihak ketiga yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan
persetujuan itu.

Pasal 1324
Paksaan terjadi, bila tindakan itu sedemikian rupa sehingga memberi kesan dan
dapat menimbulkan ketakutan pada orang yang berakal sehat, bahwa dirinya,
orang-orangnya, atau kekayaannya, terancam rugi besar dalam waktu dekat.
Dalam pertimbangan hal tersebut, harus diperhatikan usia, jenis kelamin dan
kedudukan orang yang bersangkutan.
Penjelasan:
Yang dimaksud dengan paksaan disini adalah paksaan yang berat yaitu paksaan
yang dapat merugikan pihak lain seperti kekerasan atau intimidasi pada pihak lain
tersebut beserta anggotanya, mengancam untuk merusak harta-hartanya atau
usahanya. Adapun pelaku pemaksaan itu dilihat berdasarkan usia, jenis kelamin
dan kedudukannya.

Pasal 1325
Paksaan menjadikan suatu persetujuan batal, bukan hanya bila dilakukan terhadap
salah satu pihak yang membuat persetujuan, melainkan juga bila dilakukan
terhadap suami atau istri atau keluarganya dalam garis ke atas maupun ke bawah.
Penjelasan:
Paksaan ini juga membatalkan persetujuan, bila paksaan itu juga dilakukan kepada
keluarga pihak lain tersebut. Hal ini karena adanya ikatan batin antara pihak yang
membuat persetujuan dengan keluarganya. Ketika keluarganya terancam, maka
secara tidak langsung dia juga menjadi terancam.

Pasal 1326
Rasa takut karena hormat kepada bapak, ibu, atau keluarga lain dalam garis ke
atas, tanpa disertai kekerasan, tidak cukup untuk membatalkan persetujuan.

3
Penjelasan:
Meskipun ada unsur dari keluarga yang memiliki kekuasan kepada seseorang,
persetujuan orang tersebut tetap tidak akan batal. Alasan untuk membatalkan
persetujuan atas dasar keluarga itu tidak kuat. Akan tetapi, jika ada unsur
kekerasan dari pihak keluarga, maka persetujuan itu bisa dibatalkan.

Pasal 1327
Pembatalan suatu persetujuan berdasarkan paksaan tidak dapat dituntut lagi, bila
setelah paksaan berhenti persetujuan itu dibenarkan, baik secara tegas maupun
secara diam-diam, atau jika telah dibiarkan lewat waktu yang ditetapkan oleh
undang-undang untuk dapat dipulihkan seluruhnya ke keadaan sebelumnya.
Penjelasan:
Persetujuan yang dibatalkan akibat suatu paksaan tidak dapat dituntut untuk
dikembalikan ke posisi awal, jika memang sudah dibenarkan oleh pengadilan
untuk dibatalkan baik diberikan secara tegas (diketahui banyak orang) ataupun
secara diam-diam (hanya diketahui orang yang bersangkutan). Dan jika memang
telah lewat masa boleh untuk menuntut kembali, maka hasil pengadilan tidak bisa
diubah lagi (dalam hal ini persetujuan tetap dibatalkan).

Pasal 1328
Penipuan merupakan suatu alasan untuk membatalkan suatu persetujuan, bila
penipuan yang dipakai oleh salah satu pihak adalah sedemikian rupa, sehingga
nyata bahwa pihak yang lain tidak akan mengadakan perjanjian itu tanpa adanya
tipu muslihat. Penipuan tidak dapat hanya dikira-kira, melainkan harus
dibuktikan.
Penjelasan:
Alasan lain untuk bisa membatalkan persetujuan adalah penipuan. Yang dimaksud
penipuan ini adalah pihak lain benar-benar tidak akan mau untuk mengadakan
perjanjian jika tau kenyataannya, akan tetapi karena ada penipuan, maka pihak

4
lain itu mau mengadakan perjanjian. Penipuan ini tidak bisa dituntut karena
perkiraan atau suatu pendapat atau pengakuan, tetapi karena ada faktanya yang
menyatakan bahwa memang tertipu.
Pasal 1329
Tiap orang berwenang untuk membuat perikatan, kecuali jika ia dinyatakan tidak
cakap untuk hal itu.
Penjelasan:
Setiap orang boleh melakukan suatu perikatan. Adapun dia tidak bisa melakukan
perikatan karena dianggap tidak mampu untuk menanggungnya. Anggapan
mampu ini akan dijelaskan pada pasal berikutnya

Pasal 1330
Yang tak cakap untuk membuat persetujuan adalah;
1. Anak yang belum dewasa;
2. Orang yang ditaruh di bawah pengampuan;
3. Perempuan yang telah kawin dalam hal-hal yang ditentukan undang-
undang dan pada umumnya semua orang yang oleh undang-undang
dilarang untuk membuat persetujuan tertentu.
Penjelasan:
Adapun orang yang dianggap tidak bisa (sesuai yang disebutkan pasal 1329)
adalah:
1. Anak yang belum dewasa, yaitu anak yang secara mental masih dianggap
labil dan belum bisa berfikir matang. Dalam hal ini, batas yang dianggap
cukup dewasa adalah orang berusia 18 tahun.
2. Orang yang berada dibawah kekuasaan orang lain.
3. Seorang istri sesuai ketentuan undang-undang dan umumnya semua orang
yang dilarang undang-undang untuk membuat persetujuan.
Mereka dilarang, karena mereka ditanggung oleh orang lain. Contoh anak belum
dewasa adalah tanggungan orang tua, istri adalah tanggungan suami, pembantu
adalah tanggungan majikan.

5
Pasal 1331
Oleh karena itu, orang-orang yang dalam pasal yang lalu dinyatakan tidak cakap
untuk membuat persetujuan, boleh menuntut pembatalan perikatan yang telah
mereka buat dalam hal kuasa untuk itu tidak dikecualikan oleh undang-undang.
Orang-orang yang cakap untuk mengikatkan diri, sama sekali tidak dapat
mengemukakan sangkalan atas dasar ketidakcakapan seorang anak-anak yang
belum dewasa, orang-orang yang ditaruh di bawah pengampuan dan perempuan-
perempuan yang bersuami.
Penjelasan:
Karena orang-orang yang disebutkan pada pasal 1330 dianggap tidak mampu
(tidak berhak), maka mereka boleh menuntut untuk membatalkan perikatan jika
mereka telah terlanjur membuat perikatan. Adapun untuk pihak yang dianggap
mampu berdasarkan undang-undang, dia tidak bisa atau tidak berhak untuk
menyangkal tuntutan pembatalan perikatan yang dilakukan oleh orang-orang yang
disebut pasal 1330.

Pasal 1332
Hanya barang yang dapat diperdagangkan saja yang dapat menjadi pokok
persetujuan.
Penjelasan:
Pokok persetujuan yang diperbolehkan hanyalah barang yang bisa
diperdagangkan. Barang disini adalah barang yang diperbolehkan berdasarkan
undang-undang. Jika barang tersebut dilarang, contohnya narkoba, maka
persetujuan tersebut tidak boleh dilakukan. Jika tetap dilakukan dan ketahuan,
maka persetujuan tersebut akan dibatalkan dengan undang-undang.

Pasal 1333
Suatu persetujuan harus mempunyai pokok berupa suatu barang yang sekurang-
kurangnya ditentukan jenisnya. Jumlah barang itu tidak perlu pasti, asal saja
jumlah itu kemudian dapat ditentukan atau dihitung.
Penjelasan:

6
Adapun syarat minimal untuk barang yang menjadi pokok persetujuan adalah
diketahui jenisnya, seperti sepatu, komputer, rumah, mobil, dan lain-lain. Jika
jenis ini tidak diketahui, maka tentu harga minimal barang tersebut akan tidak
diketahui juga, sehingga persetujuan pasti tidak akan tercapai. Adapun untuk
jumlahnya tidak ditentukan, akan tetapi di akhir persetujuan, jumlah barang
tersebut harus jelas.

Pasal 1334
Barang yang baru ada pada waktu yang akan datang, dapat menjadi pokok suatu
persetujuan. Akan tetapi seseorang tidak diperkenankan untuk melepaskan suatu
warisan yang belum terbuka, ataupun untuk menentukan suatu syarat dalam
perjanjian mengenai warisan itu, sekalipun dengan persetujuan itu, hal itu tidak
mengurangi ketentuan pasal-pasal 169, 176, dan 178.
Penjelasan:
Barang yang menjadi pokok persetujuan tidak harus ada saat itu juga. Contoh
yang paling mudah adalah jasa pengantar makanan (ada persetujuan antara jasa
dan pelanggan berupa makanan A, tentu jasa ini belum punya saat itu, akan tetapi
dia akan membeli makanan dan lalu menyerahkan ke pelanggan itu). Akan tetapi
barang warisan yang belum pasti kemilikannya tidak bisa dijadikan sebagai pokok
persetujuan.

Pasal 1335
Suatu persetujuan tanpa sebab, atau dibuat berdasarkan suatu sebab yang palsu
atau yang terlarang, tidaklah mempunyai kekuatan.
Penjelasan:
Persetujuan tanpa sebab tidak mempunyai kekuatan, maksudnya adalah
persetujuan tidak akan terjadi jika salah satu pihak tidak ada keinginan untuk
melakukannya, contoh A melewati rumah makan B, jika A sudah kenyang maka
kemungkinan besar A tidak akan ke rumah makan B untuk membeli makanan,
dengan demikian persetujuan akan sulit terjadi. Kebalikannya jika A lapar, tentu

7
kemungkinan besar akan terjadi persetujuan dengan B. Persetujuan juga tidak
punya kekuatan jika sebabnya palsu atau terlarang.

Pasal 1336
Jika tidak dinyatakan suatu sebab, tetapi memang ada sebab yang tidak terlarang,
atau jika ada sebab lain yang tidak terlarang selain dan yang dinyatakan itu,
persetujuan itu adalah sah.
Penjelasan:
Jika persetujuan itu tidak ada fakto sebab yang terlarang maka persetujuan itu
tetap sah, meskipun ada sebab lain yang samar (asalkan sebab lain itu juga tidak
terlarang).

Pasal 1337
Suatu sebab adalah terlarang, jika sebab itu dilarang oleh undang-undang atau bila
sebab itu bertentangan degnan kesusilaan atau dengan ketertiban umum.
Penjelasan:
Batasan sebab ini adalah undang-undang atau norma kesusilaan (termasuk
ketertiban umum). Jika tidak dilakukan, maka persetujuan tidak akan terjadi
karena kedudukan persetujuan tersebut di bawah kedudukannya undang-undang
dan norma kesusilaan.

Pasal 1338
Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu tidak dapat ditarik
kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan
yang ditentukan oleh undang-undang. Persetujuan harus dilaksanakan dengan
itikad baik.
Penjelasan:

8
Persetujuan tersebut menjadi undang-undang bagi mereka yang membuat
maksudnya adalah persetujuan itu merupakan dasar dari kesepakatan kedua belah
pihak. Dengan demikian masing-masing pihak akan mempunyai hak dan
kewajibannya masing-masing. Tanpa ada persetujuan, maka hak dan kewajiban
pun tidak akan terjadi. Persetujuan tersebut bisa dibatalkan bila memang
disepakati oleh kedua belah pihak, tidak bisa hanya salah satu pihak. Persetujuan
juga bisa dibatalkan karena salah satu atau beberapa syarat terjadi persetujuan
terebut melanggar atau tidak sesusai dengan undang-undang. Selain itu,
persetujuan itu harus dilaksanakan dengan itikad baik, maksudnya tidak ada niatan
sedikitpun untuk mencurangi pihak lain (kedua belah pihak harus merasa
diuntungkan).

Pasal 1339
Persetujuan tidak hanya mengikat apa yang dengan tegas ditentukan di dalamnya,
melainkan juga segala sesuatu yang menurut sifatnya persetujuan dituntut
berdasarkan keadilan, kebiasaan, atau undang-undang.
Penjelasan:
Persetujuan yang telah dilakukan tidak hanya mengikat sesuai dengan isi
persetujuan tersebut, tetapi termasuk juga berdasarkan keadilan, kebiasaan, atau
undang-undang. Berarti dalam hal ini, persetujuan tersebut tetap ada pengawasan
khususnya dari undang-undang. Jika tidak ada pengawasan-pengawasan tersebut,
maka persetujuan yang telah dibuat bisa dijalankan dengan tidak semestinya.

Anda mungkin juga menyukai