Anda di halaman 1dari 2

Nama : Afifta Silvia Adiputri

No. Absen : 03 (tiga)


Kelas : 9J

Sosial Media pun Jadi Zona Nyaman Bagi Pelaku Body Shaming
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Pertama, marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan kita berkah, rahmat, dan nikmat sampai detik ini.
Kedua, marilah kita tujukan sholawat dan salam kepada nabi kita yaitu Nabi
Muhammad SAW.
Hadirin yang berbahagia,
Di kesempatan ini, saya akan membahas tentang bullyng. Bullyng adalah
masalah nyata yang tidak bisa dipandang oleh sebelah mata. Tak hanya di dunia
nyata, dunia maya pun kini seperti sudah menjadi zona nyaman bagi mereka
untuk membully seseorang, walaupun mereka hanya menganggap ini sebagai
bahan candaan belaka. Tetapi, berbeda dengan seseorang yang dijadikan
sebagai bahan tertawaan. Salah satunya yaitu dengan melakukan body shaming.
Body shaming adalah termasuk tindakan bullying yang mengomentari
fisik, penampilan, bahkan citra diri seseorang. Mungkin, bagi body shamers
(sebutan untuk orang yang melakukan body shaming) mereka menganggap diri
mereka lebih baik dari orang lain. Padahal sebenarnya, Tuhan menciptakan
manusia itu dengan berbagai macam kelebihan dan kekurangan. Tetapi,
mungkin bagi body shamers, mereka tidak menyadari kekurangan pada diri
mereka karena selalu berpikir “I’m perfect”.
Tanpa body shamers ketahui, efek dari body shaming seringkali membuat
korban depresi karena mereka juga tidak ingin dipandang hanya sebelah mata
oleh orang lain. Bagi seseorang yang mengalami depresi hebat, tak jarang
membuat orang tersebut mengonsumsi obat penenang, narkoba, hingga bunuh
diri. Tetapi, tak semua orang menghadapi bullyan tersebut dengan melakukan
hal seperti itu.
Seperti halnya yang dialami oleh seorang pria asal Inggris bernama Sean
O’Brien yang dilansir di Okezone, Kamis (1/8/2019). Dia mengalami body
shaming ketika dia mengikuti sebuah pesta. Saat berada di sebuah pesta,
kebanyakan orang akan bersenang-senang dengan cara menari mengikuti irama
lagu. Hal yang sama juga dilakukan oleh Sean. Sayangnya, seseorang yang
tidak bertanggungjawab merekam kegiatannya itu dan mempermalukannya di
sosial media.
Sean mengalami fat shaming dan cyberbullying karena orang yang
merekamnya mengunggah video tersebut ke Twitter dengan keterangan yang
mencemoohnya. Orang yang tidak diketahui namanya itu mengatakan Sean
berusaha menari padahal tubuhnya gemuk sehingga ia sulit bergerak.
Beruntungnya, meskipun video itu viral banyak pengguna yang membela
termasuk kalangan public figure. Sean kemudian dikenal dengan nama The
Dancing Man  dan mendapatkan kesempatan untuk ikut berpesta bersama
sejumlah bintang Hollywood. Tujuannya adalah untuk mengampanyekan
anti body shaming.
Sebenarnya, untuk mencegah terjadinya body shaming, bisa dilakukan
dengan hal-hal yang sederhana, seperti selalu berpikir sebelum berbicara, lebih
memperhatikan perasaan orang lain dan mencoba menempatkan diri pada posisi
mereka, selalu menyadari setiap kelebihan dan kekurangan orang lain, dan
untuk orang yang menjadi korban body shaming hendaknya lebih memilah
mana komentar yang berkualitas atau hujatan yang tidak berfaedah. Body
shaming, memanglah masalah yang terlihat sederhana, tetapi dampaknya
sangatlah terasa. Oleh karena itu, janganlah ada body shaming di antara kita.
Sekian yang dapat saya sampaikan. Mohon maaf apabila ada kekurangan,
karena sempurna hanyalah milik Tuhan semata. Wassalamualaikum
Warahmatullah Wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai