Anda di halaman 1dari 16

GIZI DAUR KEHIDUPAN I

STUDI KASUS 4 – BAYI

Disusun oleh:

Addina Zulfaa Qalista 22030117140016


Charysa Zaimatussoleha 22030117140004
Noni Setiani 22030117120050
Zanzabila Ayunda Puspita 22030117120010

DEPARTEMEN ILMU GIZI – FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2018
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan
pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan
dalam kebutuhan zat gizi.1 Tahapan pertumbuhan pada masa bayi dibagi
menjadi masa neonatus dengan usia 0-28 hari dan masa paska neonatus
dengan usia 29 hari-12 bulan. Masa neonatus merupakan bulan pertama
kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap
lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya organ-
organ tubuh, dan pada paska neonatus bayi akan mengalami pertumbuhan
yang sangat cepat.2
Status gizi bayi yang baik akan mendukung pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Status gizi kurang atau berlebih tidak langsung
muncul dalam makna klinis. Makna klinis berupa gangguan dalam
pertumbuhan dan perkembangan akan muncul setelah beberapa waktu.
Oleh karena itu, status gizi kurang atau berlebih dapat menjadi indikasi
untuk mendapatkan perhatian dan perbaikan status gizi bayi. Status gizi
buruk sangat perlu untuk dilakukan perbaikan status gizi karena pada
keadaan tersebut, bayi akan rentan sekali terkena infeksi.3
Dalam makalah ini membahas mengenai salah satu bayi yang kami
jadikan sebagai responden dalam tugas studi kasus gizi daur kehidupan
bayi, mulai dari karakteristik, data antropometri, riwayat makan, masalah
gizi dan pemecahannya, kebutuhan gizi dan rekomendasi menu yang
dianjurkan untuk responden.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui gambaran kasus pada bayi
2. Mengidentifikasi permasalahan pemberian ASI eksklusif pada
responden.
3. Menganalisis penyebab permasalahan ASI eksklusif yang dialami
responden.
4. Mengetahui upaya-upaya penyelesaian masalah yang dapat dilakukan
oleh responden.

1.3 Gambaran Kasus


An.A merupakan bayi laki-laki berusia 3 hari yang sedang dalam
masa disusui ASI. Dari data antropometri yang didapat, An.A memiliki
berat badan lahir 3 kg. Panjang badan 48 cm dan lingkar kepala 33 cm.
An. A tidak mendapatkan ASI eksklusif sejak lahir karena pada saat
lahir ASI ibu ED masih sangat sedikit, sehingga anak diberikan susu
formula. Hal tersebut hanya berjalan selama 1 minggu, hari berikutnya
bayi An. A mendapatkan ASI eksklusif dari ibu ED. Lingkungan tempat
tinggal responden kurang bersih karena rumah tempat tinggal responden
bergabung bersama kandang burung di bagian teras depan rumah, dan
banyak kotoran burung di bagian teras rumah.
An.A tinggal dengan keluarganya yang berisi 4 anggota keluarga
lainnya yaitu ibunya (Ny.ED), ayahnya, dan 2 kakaknya. Pekerjaan ibu ED
adalah sebagai ibu rumah tangga dan ayah dari An.A bekerja sebagai
karyawan swasta.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Identitas Responden


Nama : An. A
Alamat : Jl. Gondang Timur V No. 35, RT 5/1 Semarang
Usia : 3 hari
Riwayat Penyakit : Tidak ada
Tempat/Tanggal Lahir: Semarang, 23 Oktober 2018

2.2 Karakteristik Responden


1. Responden merupakan bayi dengan perawakan normal, dengan berat
badan saat lahir adalah 3 kg yang tergolong normal. Panjang badan 48
cm dan lingkar kepala 33 cm juga tergolong normal untuk bayi berusia
3 hari.
2. An.A terkadang diberi susu formula kerana ASI masih sedikit
3. An.A tergolong anteng dan tidak rewel saat disusui maupun tidur.
4. An.A langsung diberi kolostrum saat lahir.
5. An.A diberi kapsul vitamin A (biru) saat lahir.

2.3 Data Responden

2.3.1 Antropometri
No Indikator Data Kategori
.
1. Berat Lahir 3000 gram Normal
2. Panjang Badan 48 cm Normal (cut off WHO BB/PB
antara -2 sampai 2 SD pas di
titik hijau 0 SD tergolong gizi
baik)
3. Lingkar Kepala 33 cm Normal
Berdasarkan data antropometri An. X menurut grafik pertumbuhan
BB/U, PB/U, dan BB/PB tergolong normal dan status gizi baik.
Gambar 1. Grafik PB/U WHO anak laki-laki usia 0-6 bulan

Gambar 2. Grafik BB/U WHO anak laki-laki usia 0-6 bulan


Gambar 3. Grafik BB/PB WHO anak laki-laki usia 0-2 tahun

Gambar 4. Tabel kategori dan ambang batas status gizi anak

2.3.2 Pemeriksaan Fisik

No Indikator Data Interpretasi


1. - - -
2.3.3 Riwayat Klien
No Indikator Data Interpretasi
.
1. Jenis Kelamin Laki-laki
2. Usia 3 hari

2.3.4 Riwayat Makanan


A. Food Recall 3×24 jam (data terlampir)

Gambar 5. Analisis berdasarkan Nutrisurvey


B. Kebutuhan Zat Gizi Makro An. A
Zat gizi makro yang merupakan karbohidrat, protein, dan lemak
dibutuhkan bayi untuk suplai energi, pertumbuhan, dan melindungi
organ tubuh.
Berikut merupakan kebutuhan zat gizi makro bagi bayi berusia 0-
6 bulan, untuk responden yang merupakan bayi berusia 3 hari
berdasarkan AKG (Angka Kecukupan Gizi) 2013 dalam recall 3x24
jam mengonsumsi ASI ekslusif dan Susu SGM 0-6 bulan.

Gambar 6. Angka Kecukupan Gizi Bayi Usia 0-6 Bulan


C. Kebutuhan Zat Gizi Mikro An.A
Zat gizi mikro yang umumnya penting untuk bayi usia 0-6 bulan
yaitu Vitamin, Iodium, Kalsium, Kalium, Magnesium, Natrium, dan
Tembaga. Berikut merupakan kebutuhan zat gizi mikro yang sesuai
untuk responden berdasarkan AKG (Angka Kecukupan Gizi) 2013:

Gambar 7. Angka Kecukupan Gizi Bayi Usia 0-6 Bulan


D. Kebutuhan Zat Gizi An. A
1. Kebutuhan Energi
Anak bayi berusia 0-6 bulan memiliki kebutuhan energi
sekitar 550 kkal. Sedangkan untuk asupan sebagai sumber
energinya, untuk An. A yang masih berusia 3 hari cukup dengan
diberikan asi ekslusif. Pemberian asi ekslusif selain baik untuk
pencernaan bayi yang belum berkembang sempurna, juga
memiliki protein (whey) yang lebih mudah dicerna dibandingkan
susu formula.
a. Perhitungan Comparative Standar
 Energi = 100 x BB
= 100 x 3
= 300 kkal
 Protein = 2,2 x BB
= 2,2 x 3
= 6,6 gram
Presentase asupan dibanding kebutuhan
Energi = (347 : 300) x 100%
= 115,67%
1) Zat Gizi Makro
Zat Gizi Data Kebutuhan Persentase Interpretasi
Protein (gr) 10,5 gr 6,6 gr 159% Lebih
Tabel 3. Interpretasi Data Zat Gizi Makro An. A
2) Zat Gizi Mikro
Zat Gizi Data Kebutuhan Persentase Interpretasi
Vitamin A (mcg) 514.2 375 137.12% Lebih
Vitamin C (mg) 67.4 40 168.5% Lebih
Vitamin E (mg) 1.1 4 27.5% Kurang
Asam Folat (mcg) 32 65 49.23% Kurang
Vitamin B1 (mg) 0.5 0.3 166.7% Lebih
Vitamin B2 (mg) 0.8 0.3 266.7% Lebih
Vitamin B6 (mg) 0.3 0.1 100% Lebih
Kalsium (mg) 400.1 200 200.05% Lebih
Kalium (mg) 188 500 37.6% Kurang
Natrium (mg) 177.1 120 147.6% Lebih
Phosphorus (mg) 237 100 237% Lebih
Iron (mg) 4.7 - - -
Zinc (mg) 0.5 - - -
Tabel 4. Interpretasi Data Zat Gizi Mikro An. A
Dari interpretasi data diatas, kami menyimpulkan bahwasanya
asupan energi, protein dan beberapa zat gizi mikro yang berlebih.
Selian itu, terdapat beberapa zat gizi mikro lain yang kurang
seperti kalium, asam folat, dan vitamin E.
An. A merupakan anak ketiga berusia 3 hari. Saat kami
berkunjung hanya mengonsumsi ASI ekslusif dari ibu dan susu
formula merk SGM 0-6 bulan. Namun karena volume ASI yang
belum tercukupi (tidak sebanyak saat melahirkan anak pertama
dan kedua) dan adanya kendala saat menyusui seperti tidak lancar
dan volume berkurang. Oleh karena itu, asupan makan An.A
selain ASI juga diberi susu formula merk SGM 0-6 bulan. Tidak
terdapat gangguan pada An.A setelah diberi susu formula yang
dicampur ASI, konsumsi ASI dengan penambahan susu formula
ini diberikan ibu sesuai permintaan si anak. Kolustrum yang
keluar secara eksklusif saat melahirkan juga sudah dikonsumsi
An.A saat dilahirkan dengan melakukan IMD (inisiasi menyusui
dini).

2.3.5 Data Lainnya


No Indikator Data Keterangan
.
1. Cara persalinan Normal (tindakan
spontan induksi)
2. Kondisi Bayi saat Menangis beberapa
Lahir saat
3. Asuhan Bayi IMD dalam satu jam
baru lahir pertama kelahiran
bayi
Suntikan vitamin K1
Salep mata
antibiotika profilaksis
Berdasarkan data lainnya yang diperoleh dari buku catatan
kesehatan ibu bersalin, ibu nifas, dan bayi baru lahir, An. A dilahirkan
denganc ara persalanan normal tindakan spontan induksi. An. A
mengalami kondisi bayi saat lahir yang normal dengan menangis
beberapa saat dan ibu melakukan IMD saat satu jam pertama. Dokter
memberikan suntikan vitamin K1 dan salep mata antibiotika
profilaksis.
2.4 Faktor Lingkungan
2.4.1 Sosial
Lingkungan sosial An. A cukup baik, di sekitar rumahnya banyak
sekali ibu yang masih menyusui dan memiliki anak balita.
Banyaknya ibu-ibu yang juga menyusui yang juga usianya
mendekati usia ibu An. A ini memungkinkan interaksi antar sesama
mengenai masalah-masalah menyusui dan sharing sehingga ibu An.
A tidak merasa stres memikirkan beban menyusui sendirian. Di
dekat rumah An. A juga ada posyandu yang berarti An. A dapat
mengakses pelayanan kesehatan lebih mudah.
2.4.2 Ekonomi
Keluarga An.A tinggal di daerah kampung yang disekelilingnya
banyak kost mahasiswa-mahasiswi, memiliki kendaraan bermotor
dan mobil, dan banyak kandang burung. Dari tinjauan tadi dapat
diindikasikan An.A beserta keluarga berada pada tingkat ekonomi
menengah keatas.
2.4.3 Keluarga
An.A tinggal bersama kedua orang tuanya dan dua kakaknya yang
masih sekolah dasar dan ada yang masih balita berusia 4 tahun.
Dapat disimpulkan anggota keluarga An.A berjumlah 5 orang.
Ibu An.A adalah ibu rumah tangga. Apabila ditinjau dari
pendidikan terakhirnya, pengetahuan ibu An.A yang hanya sampai
jenjang SMA dinilai cukup. Meskipun begitu ibu An.A cukup
memperhatikan kesehatannya dan An.A dibuktikan dengan rutin
membawa An.A ke posyandu.

Masalah Gizi dan Kerangka Sebab Akibat


2.6 Alternatif Pemecahan Masalah
Alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan pada An. A adalah
dengan memberikan edukasi terkait gizi dan konseling mengenai gizi
kepada ibuya. Ibu responden (Ny. E) merupakan wanita berusia 33 tahun
dengan pendidikan terakhir SMA yang sekarang memiliki anak ketiga
yaitu An. A.
Gizi pada masa bayi sangat penting karena masa ini merupakan masa
keemasan yang akan menentukan perkembangan dan pertumbuhan anak
sebelum masuk pada periode masa remaja nanti yang merupakan periode
kedua terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat.
1. Edukasi gizi
Edukasi gizi akan diberikan sebanyak dua kali dalam sebulan
kepada Ny. E dan keluarganya melalui media ilustrasi seperti
pemberian poster dan pamflet.
Edukasi yang akan diberikan adalah mengenai kesehatan gizi pada
bayi usia 0-6 bulan sampai dengan 24 bulan, mengenai asupan yang
sebaiknya dipenuhi agar pada bayi kebutuhan giziya dapat terpenuhi
dengan baik. Edukasi utamanya mengenai asi ekslusif, mengapa asi
ekslusif perlu diberikan dibandingkan susu formula, dan MP-ASI
apabila anak sudah menginjak usia lebih dari 6 bulan.
2. Konseling gizi
Konseling dilakukan sebanyak dua kali dalam satu bulan dengan
estimasi waktu sekitar 30 menit pada Ny. E dan keluarganya setelah
dilakukan edukasi gizi agar dapat mencari solusi yang tepat yang
sesuai kemampuan keluarga Ny. E dan mendengar keluhan yang
mungkin tidak didapat saat melakukan wawancara mengenai
pengasuhan pada bayinya.

BAB III

PENUTUP
3.1 Simpulan
Permasalahan yang terjadi pada An. A antara lain, kemungkinan terjadi
masalah gizi seperti stunting dan pertumbuhan terhambat karena pemberian
ASI yang tidak eksklusif yang dipengaruhi oleh pengetahuan ibu serta kondisi
ekonomi keluarga.
3.2 Saran
Ibu dari An.A sebaiknya menambah pengetahuan tentang manfaat
pemberian ASI eksklusif dan bahaya atau resiko yang kemungkinan terjadi
pada bayi ketika tidak diberikan ASI eksklusif

DAFTAR PUSTAKA

1. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka


Cipta. 2007.
2. Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa: Renata
Komalasari,dkk. Jakarta: EGC. 2005.
3. Mindo, Matthew P. Status Gizi Bayi. Jakarta: FK Universitas Indonesia.
2009.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai