Anda di halaman 1dari 10

1.

Dd
Jawab:
Post traumatik Stress Disorder (PTSD) menurut American of Psychology Assocdation
(APA) merupakan suatu pengalaman seseorang yang mengalami peristiwa traumatic yang
dapat menyebabkan gangguan pada integritas dir individu sehingga individu ketakutan,
ketidakberdayaan dan trauma tersendiri (Townsend, 2009; Varcarohs, 2010). Dcfinisi
tentang PTSD juga dijelaskan olch Hodgkins. Menurut Hodgkins, PTSD merupakan
akibat dar suatu bencana atau musibah seperti kecelakaan, perang, bencana alam, penyakit
terminal, serta kekerasan yang terjadi secara mendadak, berlangsung cepat, dan
menimbulkan trauma mendalam bagi individu dalam semua rentang usia (Depsos, 2012:
Videbeck, 2008).

Pedoman Diagnostik Menurut PPDGJ III


• Mengalami atau menyaksikan atau dikonfrontasi peristiwa
trauma.Timbulnya gangguan enam bulan setelah peristiwa
traumatik yang bersifat katastrofik tersebut. Bila lebih dari
enam bulan masih bisa asal manifestasi klinisnya khas dan
tidak didapat gangguan lain (misalnya gangguan ansietas,
obsesif-kompulsif atau episode depresif)
• Bukti adanya trauma yaitu selalu adanya dalam ingatan
bayangan atau mimpi mengenai peristiwa tersebut, secara
berulang
• Kriteria tambahan (tidak harus ada):
a. penarikan diri secara sosial
b. penumpulan perasaan
c. penghindaran terhadap stimulus yg dapat mengingatkan
kembali traumanya
d. gangguan otonom
e. gangguan suasana perasaan.

Gangguan Amnestik
SINDROM AMNESTIK ORGANIK, BUKAN AKIBAT ALKOHOL DAN ZAT
PSIKOAKTIF LAINNYA
Pedoman Diagnostik MENURUT PDGJ 111
§ Adanya hendaya daya ingat, berupa berkurangya daya ingat jangka pendek (lemahnya
kemampuan belajar materi baru); amnesia antegrad dan retrograd, dan menurunnya
kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan pengalaman telah lalu dalam
urutan terbalik menurut kejadiannya;
§ Riwayat atau bukti nyata adanya cedera, atau penyakit, pada otak (terutama bila
mengenai struktur diensefelon dan temporal medial secara bilateral);
§ Tidak berkurangnya daya ingat segera (immediate recall),misalnya diuji untuk
mengingat deret angka, tidak ada gangguan perehatian (attention) dan kesadaran
(conscioussness), dan tidak ada hendaya intelektual secara umum.
Penurunan utama pada gangguan amnestik adalah penurunan memori yang bermanifestasi
sebagal ketidakmampuan untuk menerima informasi baru atau untuk mengingat informasi
sebelumnya.Penyebab dari gangguan amnestik adalah kerusakan dienchepalic dan struktur
lobus medial temporaLKerusakan itu dapat discbabkan olch trauma kepala, hipoksia,
infark arteri serebral posterior, dan herpes simpleks cephalitis. Namun penyebab utama
yang sering ditemukan adalah konsumsi alkohol yang berlebihan (Raskind et. a! 2004)

2. Gangguan cemas apa?


Jawab:
Stroke menyebabkan kelumpuhan sebelah bagian tubuh (hemiplegia). Kelumpuhan
sebelah bagian tubuh kanan atau kiri, tergantung dari kerusakan otak. Bila kerusakan
terjadi pada bagian bawah otak besar (cerebrum), penderita sulit menggerakkan tangan
dan kakinya. Bila terjadi pada otak kecil (cerebellum), kemampuan untuk
mengkoordinasikan gerakan tubuhnya akan berkurang. Kondisi demikian membuat pasien
stroke mengalami kesulitan melaksanakan kegiatan sehari-hari. Pasien stroke mungkin
kehilangan kemampuan indera merasakan (sensorik) yaitu rangsang sentuh atau jarak.
Cacat sensorik dapat mengganggu kemampuan pasien mengenal benda yang sedang
dipegangnya. Kehilangan kendali pada kandung kemih merupakan gejala yang biasanya
muncul setelah stroke, dan seringkali menurunkan kemampuan saraf sensorik dan motorik.
Pasien stroke mungkin kehilangan kemampuan untuk merasakan kebutuhan kencing atau
buang air besar. Dampak psikologis penderita stroke adalah perubahan mental. Setelah
stroke memang dapat terjadi gangguan pada daya pikir, kesadaran, konsentrasi,
kemampuan belajar, dan fungsi intelektual lainnya. Semua hal tersebut dengan sendirinya
memengaruhi kondisi psikologis penderita. Marah, sedih, dan tidak berdaya seringkali
menurunkan semangat hidupnya sehingga muncul dampak emosional berupa kecemasan
yang lebih berbahaya. Pada umumnya pasien stroke tidak mampu mandiri lagi, sebagian
besar mengalami kesulitan mengendalikan emosi. Penderita mudah merasa takut, gelisah,
marah, dan sedih atas kekurangan fi sik dan mental yang mereka alami. Keadaan tersebut
berupa emosi yang kurang menyenangkan yang dialami oleh pasien stroke karena merasa
khawatir berlebihan tentang kemungkinan hal buruk yang akan terjadi. Hal ini didukung
oleh teori Spielberger, Liebert, dan Morris dalam (Elliot, 1999); Jeslid dalam Hunsley
(1985); Gonzales, Tayler, dan Anton dalam Guyton (1999). Mereka telah mengadakan
percobaan untuk mengukur kecemasan yang dialami individu selanjutnya kecemasan
tersebut didefi nisikan sebagai konsep yang terdiri dari dua dimensi utama, yaitu
kekhawatiran dan emosionalitas (Hawari, 2008). Gangguan emosional dan perubahan
kepribadian tersebut bisa juga disebabkan oleh pengaruh kerusakan otak secara fi sik.
Penderitaan yang sangat umum pada pasien stroke adalah depresi. Tanda depresi klinis
antara lain: sulit tidur, kehilangan nafsu makan atau ingin makan terus, lesu, menarik diri
dari pergaulan, mudah tersinggung, cepat letih, membenci diri sendiri, dan berfi kir untuk
bunuh diri. Depresi seperti ini dapat menghalangi penyembuhan/rehabilitasi, bahkan dapat
mengarah kepada kematian akibat bunuh diri. Depresi pascastroke, selayaknya ditangani
seperti depresi lain yaitu dengan obat antidepresan dan konseling psikologis (Sustrani, L.,
et al., 2004).

Sumber: https://e-journal.unair.ac.id/JNERS/article/download/3993/2702

3. Bagian cerebri yang mengatur sensori


Jawab:
Lobus parietal
Lobus parietal disebut juga lobus sensorik. Area iii menginterpretasikan sensasi. Sensasi
rasa yang tidak berpcngaruh adalah bau. Lobus parietal mengatur individu untuk
mengetahui posisi dan letak bagian tuhuhnya. Kerusakan pada daerah idi menyehabkan
sindrom Hemineglect.

Sumber: https://books.google.co.id/books?
id=AKDNoVXFVnEC&pg=PA5&dq=bagian+cerebri+mengatur+sensori+atas+bawah&hl
=id&sa=X&ved=0ahUKEwiC1Y6jrL_oAhWTeX0KHbUSCOYQ6AEIMDAB#v=onepag
e&q=bagian%20cerebri%20mengatur%20sensori%20atas%20bawah&f=true

4. Sindrom serebral akut


Jawab:
Sindrom serebral; kumpulan gejala yang terjadi akibat perubahan patologik dari aliran
darah serebral. Pada usila banyak tjd perubahan pd pembuluh darah arteri otak yang akan
berpengaruh pada sistim pembuluh darah otak. Pembentukan plak aterom banyak dijumpai
pada system karotis yaitu di daerah bifurcation, khususnya pada pangkal a.carotis interna
circulus willisi fungsinya dpt terganggu oleh plak ateroma yg berakibat penyempitan
pembuluh secara menyeluruh. Disamping itu semua pembuluh darah arteri yg kecil juga
mengalami perubahan ateromatus termasuk fibrosis tunica media, hialinisasi dan
kalsifikasi.

Sumber: text book sindrom serebral. RSUD DRMOEWARDI SURAKARTA

5. Penyakit apa yang diderita sehingga dirawat 3 bulan dirs madani


Jawab:
ICD-10 dan DSM-IV mendefinisikan gangguan penyesuaian sebagai keadaan sementara
yang ditandai dengan munculnya gejala dan terganggunya fungsi seseorang akibat tekanan
pada emosi dan psikis, yang muncul sebagai bagian adaptasi terhadap perubahan hidup
yang signifikan, kejadian hidup yang penuh tekanan, penyakit fisik yang serius, atau
kemungkinan adanya penyakit yang serius.

Etiologi
Gangguan penyesuaian diperkirakan tidak akan terjadi tanpa adanya stressor. Walaupun
adanya stressor merupakan komponen esensial dari gangguan penyesuaian, namun stress
adalah salah satu dari banyak faktor yang menentukan berkembangnya, jenis dan luasnya
psikopatologi. Hingga sekarang, etiologi belum pasti dan dapat dibagi atas beberapa faktor
sebagai berikut:

1. Genetik
Temperamen yang tinggi ansietas cenderung lebih bereaksi terhadap suatu peristiwa stress
dan kemudian mengalami gangguan penyesuaian. Ada penelitian menyatakan bahwa
berbagai peristiwa kehidupan dan stressor ada kolerasi pada anak kembar.

2. Biologik
Kerentanan yang besar dengan riwayat penyakit medis yang serius atau disabilitas.

3. Psikososial
Kerentanan yang besar pada individu yang kehilangan orang tua pada masa bayi atau
mereka yang ada pengalaman buruk dengan ibu, kemampuan mentolerir frustasi dalam
hidup individu dewasa berhubungan dengan kepuasan dari kebutuhan dasar hidup masa
bayi.

Diagnosis gangguan penyesuaian membutuhkan identifikasi dari kejadian yang penuh


tekanan. Masih terjadi perdebatan apakah pasien dengan gangguan penyesuaian memiliki
vulnerabilitas yang tinggi terhadap stressor yang umum atau vulnerabilitas yang umum
terhadapp stressor yang besar.

Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan penyesuaian


pada seseorang.

 Peran stress

Seseorang harus mengalami kejadian yang penuh tekanan untuk dianggap mengalami
gangguan penyesuaian. Stressor yang menyebabkan gangguan penyesuaian bisa jadi
berbeda tipe dan bobot. Paykel et al., mengklasifikasikan kejadian hidup menjadi
desirable/undesirable (seperti kemajuan karir.penyakit), penerimaan/kehilangan (seperti
pernikahan/kematian seseorang yang dicintai).

Stressor bisa single/tunggal bisa multiple/banyak, single misalnya, kehilangan orang yang
dicintai, sedangkan yang multiple misalnya selain kehilangan orang yang dicintai, juga di
PHK, dan mengidap suatu penyakit. Selain itu stressor juga dapat berupa sesuatu yang
berulang, misalnya kesulitan bisnis di masa sulit, serta dapat berupa sesuatu yang terus
menerus, misalnya kemiskinan dan penyakit kronis. Perselisihan dalam keluarga dapat
menyebabkan gangguan penyesuaian yang berpengaruh terhadap semua anggota keluarga,
namun dapat juga gangguan hanya terbatas pada satu anggota keluarga yang mungkin
menjadi korban, atau secara fisik, menderita penyakit. Terkadang, gangguan penyesuaian
juga dapat muncul pada konteks kelompok atau komunitas, dimana sumber stresnya
mempengaruhi beberapa orang sekaligus, seperti yang terjadi pada komunitas yang
mengalami bencana alam. Selain itu tahap perkembangan tertentu seperti, mulai masuk
sekolah, meninggalkan rumah untuk merantau, menikah, menjadi ayah/ibu, gagal dalam
meraih cita-cita, maupun ditinggal oleh anak untuk merantau, sering diasosiasikan dengan
gangguan penyesuaian (Kaplan & Sadock, 2007).
 Vulnerabilitas individu

Masing-masing individu memiliki vulnerabilitas yang berbeda terhadap gangguan


penyesuaian, tergantung dari karakteristik kepribadian dan latar belakang masing-masing.
Tidak semua orang yang mengalami stress akan memiliki gangguan penyesuaian. Berikut
adalah hal-hal yang mempengaruhi vulnerabilitas seseorang terhadap stress:

o Variabilitas individu: usia, jenis kelamin, tingkat kesehatan atau


komorbiditas kejiwaan.

o Faktor hubungan : seperti tingkat instruksi; etik, politik, kepercayaan.

o Lingkungan keluarga: keberadaan dukungan, kekuata hubungan, dan status


ekonomi.

o Kejadian di masa kecil: seorang ibu yang mengontrol anaknya atau seorang
ayah yang suka meng-abuse anaknya, berhubungan dengan peningkatan risiko gangguan
penyesuaian. Faktor personal dari tingginya neurotisme dan rendahnya ekstraversi
mungkin berhubungan dengan gangguan penyesuaian.

o Level pendidikan: Level pendidikan yang tinggi dapat melindungi diri dari
distress psikologis.

o Status pernikahan: Pernikahan dianggap sebagai faktor yang dapat


melindungi diri dari gangguan penyesuaian.

Hubungan antara kelainan kepribadian dan gangguan penyesuaian masih tidak jelas.
Meskipun gangguan kepribadian dapat meningkatkan risiko berkembangnya gangguan
penyesuaian, pasien dengan gangguan penyesuaian lebih jarang untuk memiliki kelainan
kepribadian dibandingkan dengan pasien depresi.

Kriteria Diagnosis

Menurut DSM-IV-TR, kriteria diagnosis untuk gangguan penyesuaian adalah sebagai


berikut :Perkembangan gejala emosi maupun perilaku yang muncul sebagai respon
terhadap stresor yang dapat diidentifikasi, terjadi dalam/tidak lebih dari 3 bulan setelah
onset dari stresor tersebut.

 Gejala atau perilaku tersebut secara klinis bermakna sebagaimana ditunjukkan berikut
ini:

o Penderitaan yang nyata melebihi apa yang diperkirakan, saat mendapatkan


paparan stressor.
o Gangguan yang bermakna pada fungsi sosial atau pekerjaan, termasuk dalam
bidang akademik.

 Gangguan yang berhubungan dengan stres tidak memenuhi kriteria untuk kelainan
Axis I secara spesifik dan bukan merupakan eksaserbasi dari kelainan Axis I atau II yang
ada sebelumnya.

 Gejalanya yang muncul tidak mencerminkan kehilangan (Bereavement)

 Jika stressor (atau sequence-nya) telah berhenti, gejala tidak muncul lagi untuk
tambahan 6 bulan ke depan.

Tentukan jika:

o Akut: Jika gangguan terjadi selama kurang dari 6 bulan

o Kronik: Jika gangguan terjadi selama 6 bulan atau lebih lama adjusment
disorder dikode berdasarkan pada sub tipenya, yang dipilih berdasarkan gejala yang
predominan.

Sumber:
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan. Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan Pertama. 1993.

Sadock BJ, Sadock JA. Opioid Intoxication. Dalam: Kaplan dan Sadock’s Synopsis of
Psychiatry Behavioral Science/Clinical

Psychiatry, 10th Ed. Wolters Kluwer, Lippincott Williams dan Wilkins, Philadelphia
2007, hal. 447-451.

6. Bagian cerebri berhubungan dengan memori


Jawab:
Lobus temporal (temporal lobex) (dar bahasa Latin yang artinya lerhubungan dengan
pelipis”). terletak di bagian tepi otak, di ata.s telinga. dan di belakang pelipis. Lobus
tcmporal terlibat dalam ingatan, percpsi. dan emosi. Lobus temporal mengandung kortcks
audirori yang bertugas memproses suara. tlagian kir dad lobus temporal disebut area
Wernwke. sebuah area yang berperan dalam pemnahamnan bahasa.

Sumber: https://books.google.co.id/books?
id=UgRK0UM3d00C&pg=PA133&dq=lobus+temporal&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjO
y_CZsL_oAhUaA3IKHf3jChEQ6AEIKDAA#v=onepage&q=lobus%20temporal&f=true

7. Bagaimana hubungan anatomi, fisiologi,dan neurologi dengan system saraf pusat


berkaitan pada emosi
Jawab:
Sistem limbik adalah bagian otak yang sangat berperan dalam
pembentukan tingkah laku emosi (marah, taktit, dorongan seksual). Sistem limbik terdiri
dari amigdala, septum, hipotalamus, talamus, dan hipokampus (Masters dkk. 1992).
MEKANISME EMOSI

 Bagaimanakah proses terjadinya emosi dalam diri seseorang? Lewis dan Rosenblum
mengemukakan proses terjadinya emosi melalui lima tahapan, yaitu:
1.
 
Elicitors, yaitu adanya dorongan berupa situasi atau peristiwa Misalnya: ada peristiwa
kebakaran.
2.
 
Receptors, yaitu aktivitasdi pusat sistem syaraf Setelah indera menerima rangsangan dari
luar, dalam hal ini mata melihat peristiwa kebakaran maka mata berfungsi sebagai indera
penerima stimulus atau reseptor awal. Setelah mata menerima stimulus, ia melanjutkan
rangsangan tersebut ke otak sebagai pusat sistem syaraf.
3.
 
State, yaitu perubahan spesifik yang terjadi dalam aspek fisiologi. Setelah rangsangan
mencapai otak maka otak menterjemahkan dan mengolah stimulus tersebut serta
menyebarkan kembali stimulus yang telah diterjemahkan tadi ke berbagai bagian tubuh
lain yang terkait sehingga terjadi perubahan fisiologis, seperti jantung berdetak keras,
tekanan darah naik, dll
4.
 
Expression, yaitu terjadinya perubahan pada daerah yang dapat diamati, seperti pada
wajah, tubuh, suara, atau tindakan yang terdorong oleh perubahan fisiologis. Contohnya:
tubuh tegang, mulut terbuka, dan suara keras berteriak, dll.
5.
 
Experience, yaitu persepsi dan interpretasi individu pada kondisi emosionalnya. Dengan
pengalaman individu dalam menterjemahkan dan merasakan perasaannya sebagai rasa
takut, stress, terkejut, dan ngeri.

Sumber
Psychiatry, 10th Ed. Wolters Kluwer, Lippincott Williams dan Wilkins, Philadelphia
2007, hal. 447-451.

8. Kaitan amarah,emosi,cemas
Jawab:
Kaitan anrara amarah dan agresi memang sangat dekat. Perbeddaan hanya pada bentuk
kara (semantik) daripada hal lainyna.. Banyak orang melihat agresi sebagai bentuk amarah
yang ekstrim yang memiliki komponen fisik yang kuar. Tetapi kita juga menggunakan
kara agresi unruk mendeskripsikan emosi yang mengendalikan yang dimiliki para arler
unruk melakukaan sesuaru dengan baik, yang tidak terlibar banyak dalam cara amarah.
Tapi, ada kaitan antara dua makna agresi ini, yaitu keduanya bertuiuan untuk
memposisikan orang lain arau pessain? iaruh pada posisi yang kalah.
Dari semua emosi, kecemasan adalah yang paling sering dia alami bahkan Iebih sering dan
amarah, hubungan yang sangat dekat antara amarah, agresi dan kecemasan, dan penting
untuk memahami hakikat dan hubungan tersebut. Reaksi emosi muncuul sebagai suatu
respons atas stres, yang mungkin disebabkan oleh suatu peristiwa di luar seseorang, seperti
dikatakan bahwa kamu tidak bisa mendapatkan es knim, atau dengan peristiwa di dalam
din seseorang seperti pemikiran, ‘saya pikir orang tua saya Iebih sayang kakak saya
daripada saya’.

Sumebr: https://books.google.co.id/books?
id=30awSZfkEqYC&pg=PA53&dq=hubungan+stress+cemas+dan+emosi&hl=id&sa=X&
ved=0ahUKEwjVxp2Hsr_oAhXHZSsKHWthCEIQ6AEIODAC#v=onepage&q=hubunga
n%20stress%20cemas%20dan%20emosi&f=true
BONUS!!!

Anda mungkin juga menyukai