Anda di halaman 1dari 2

FORMULIR ONE PAGE SUMMARY (ASPEK KELUARAN/OUTPUT)

PROGRAM KERJA UNGGULAN TPID TAHUN 2019


Kota Bogor

Nama Program Warung Tetangga


Kerja
Latar belakang Kota Bogor merupakan kota konsumsi, dimana sebagian besar bahan pangan diperoleh dari
wilayah lain. Hal ini menyebabkan rantai tata niaga/ distribusi pangan cukup panjang, karena
pelaksanaan
pedagang-pedagang di 7 (tujuh) pasar yang ada di Kota Bogor memperoleh pasokan dari
program kerja pedagang/distributor dari wilayah lain, bukan dari sumber pangan pertama petani/ gapoktan
wilayah lain Kondisi tersebut mengakibatkan harga pangan strategis di Kota Bogor di atur
oleh pasar dari wilayah lain sehingga nilai inflasi Kota Bogor cukup tinggi dengan kontributor
terbesar dari komoditas pangan. Dari beberapa komoditas seperti beras, Telur Ayam Ras,
Daging Ayam Ras, Daging Sapi, Bawang Merah, Bawang Putih, Cabai Merah, Cabai Rawit,
Minyak Goreng dan Gula Pasir berasal dari Daerah lain.

Pada Bulan Nopember 2019 Komoditas pangan yang menyumbangkan inflasi tinggi, yaitu :
Bawang Merah sebesar 0,1179%, Siomay sebesar 0,0501% dan Telur Ayam Ras sebesar
0,0422%. Pada Bulan Desember 2019 Komoditas pangan yang menyumbangkan inflasi tinggi,
yaitu : Bawang Merah sebesar 0,0148%, Telur Ayam Ras sebesar 0,1160% dan Cabe Merah
sebesar 0,0694%. Pada Bulan Januari 2020 Komoditas pangan yang menyumbangkan inflasi
tinggi, yaitu : Cabai Merah sebesar 0,3700%, Cabai Rawit sebesar 0,0950% dan Nasi dengan
lauk sebesar 0,0600%.

Selama ini cara pengendalian harga pangan yang meningkat dilakukan melalui operasi pasar
komoditas-komoditas tersebut. Namun hasil evaluasi efektifitas kegiatan operasi pasar
tersebut menunjukan bahwa operasi pasar di Kota Bogor tidak bisa menetrasi harga secara
signifikan, contoh operasi pasar pada harga cabai yang telah dilakukan pada tanggal 9
Agustus 2019 serentak di 6 Kecamatan di Kota Bogor dengan harga Rp. 25.000/kg, tidak
menurunkan harga cabe yang masih berkisar di harga. Rp. 75.000,-.

Berdasarkan permasalahan yang seringkali dihadapi seperti tersebut diatas, salah satu
alternatif penyelesaian masalah yang dilaksanakan adalah dengan memutus panjangnya
rantai tata niaga pangan melalui program Warung Tetangga bekerjasama dengan Koperasi
Sejahtera Bersama.
Implementasi Warung Tetangga di Launching di Kota Bogor pada Bulan Agustus 2019, bekerja sama dengan
Koperasi Sejahtera Bersama berdasarkan PKS nomor 518/Perj.52-Diskop UKM 2019 dan
program/kegiatan
206/Dir.00/KSp/8.2019 tentang Pemberdayaan Ekonomi dan Pengendalian Inflasi Melalui
Warung Tetangga di Kota Bogor. Sedangkan proses pelaksanaaannya memerlukan waktu
kurang lebih 2 bulan yang meliputi kegiatan sosialisasi , kurasi data, verifikasi dan pelatihan,
sehingga penerapan dari sistem Warung Tetangga itu baru dimulai Akhir Bulan Oktober
2019. Sehubungan dengan hal tersebut, sampai Bulan Januari 2020, baru sekitar 5 Warung
di 3 Kecamatan yang telah menggunakan Sistem Warung Tetangga. Pasokan yang telah
dilakukan oleh Koperasi baru berupa beras, gula pasir, dan terigu dengan harga yang lebih
murah dibandingkan harga distributor /pedagang lain yang sering memasok ke warung-
warung tersebut, sehingga diharapkan harga tingkat eceran lebih rendah dari sebelumnya.

Sumber pembiayaan modal awal Warung Tetangga berasal dari Koperasi Sejahtera Bersama
sebesar Rp. 5.000.000,- dalam bentuk barang-barang kebutuhan sehari-hari.
Dampak/hasil yang Dampak yang diperoleh dari adanya Warung Tetangga tersebut adalah (1) masyarakat yang
diperoleh dari tinggal di sekitar Warung Tetangga dapat merasakan manfaat keterjangkauan harga dimana
harga produk lebih rendah, efisiensi biaya transportasi, dan ketersediaan pasokan di
pelaksanaan Warung Tetangga yang tetap terjaga ; (2) Program warung tetangga dapat menghidupkan
program/kegiatan dan menggerakkan usaha para pelaku Usaha Mikro Kecil karena Warung Tetangga mampu
bersaing dengan Toko Ritel Modern dengan harga yang kompetitif. Diharapkan adanya
peningkatan omzet/pendapatan Warung setelah di Up Grading menjadi Warung Tetangga
dibandingkan dengan sebelumnya. Dalam Tabel 4, dapat dilihat perbandingan harga dengan
memotong rantai distribusi yang sebelumnya warung membeli komoditas dari distributor/
pedagang lain dan setelah menjadi Warung Tetangga membeli komoditas dari Koperasi
Sejahtera Bersama yang mempunyai jaringan distribusi komoditas tersendiri.
Tabel 4
Harga Jual Harga Jual
Harga Beli di Warung Beli Warung beli
Pedagang dari Pedagang Harga Beli di dari Koperasi
No Komoditas
(Rp) (Rp) koperasi (Rp) (Rp)
( -Biaya
(+BiayaTransportasi) distribusi)
1 Beras 59.000 62.000 58.000 60.000
2 Gula 11.800 13.500 11.000 12.500
3 Terigu 10.500 12.000 10.000 11.500
Sumber data : Pantauan Koperasi Sejahtera Bersama dan Pemerintah Kota Bogor di 3 (tiga) Warung
Tetangga di Kota Bogor.

Dapat dilihat terdapat selisih harga beli di pedagang lain dengan harga beli di Koperasi
Sejahtera Bersama dan juga terhadap harga jualnya ke masyarakat. Terjadi pemotongan
rantai distribusi dan pemotongan biaya transportasi dengan membeli komoditas di Koperasi
Sejahtera Bersama.
Evaluasi/tindak Pelaksanaan Program Warung Tetangga sebagai Pengendali Inflasi Daerah di Kota Bogor
belum Optimal, karena:
lanjut yang akan
1) Penambahan lokasi warung.
dilaksanakan Jumlah Warung Tetangga masih sedikit, dengan harapan di masing-masing 68 (enam
puluh delapan) Kelurahan di Kota Bogor terdapat 1 (satu) Warung Tetangga;
2) Peluasan Komoditas.
Jenis komoditas masih terbatas pada 3 komoditas yaitu beras, terigu, dan gula pasir,
dengan harapan komoditas penyumbang inflasi dapat juga dijual di Warung Tetangga.
Berkaitan dengan hal tersebut pada Tahun 2020 ini, kami telah menyusun Plan Schedule
pelaksanaan Warung Tetangga sebagai berikut :
JADWAL KEGIATAN WARUNG TETANGGA KITA
BULAN
NO URAIAN
Pebruari Maret April Mei Juni
Sosialisasi di
1 Kecamatan 19 26 4
Data warung mulai
2 diterima 6 13
3 Monev ke warung 5
yang telah
bekerjasama dengan
KSB dalam kegiatan
Warga Kita.
4 Monev verivikasi 16 30
warung yang akan
mengikuti kegiatan
warga kita
5 Pelatihan untuk calon 15
potensi Warung s.d16
Tetangga
Ditargetkan pada Bulan Juli 2020 telah mencapai 68 Warung Tetangga, dengan 1 (satu)
Warung Tetangga yang berlokasi di 68 Kelurahan. Jenis pasokan Warung Tetangga
diharapkan bertambah pada Tahun 2020, karena semua warung Tetangga direncanakan
akan bekerjasama dengan Perumda Pasar Pakuan Jaya yang telah membentuk unit bisnis
baru sebagai distributor besar di Kota Bogor sebagaimana Perda Perumda Pasar Pakuan Jaya
(PPJ) Nomor 18 Tahun 2019 tanggal 15 Oktober 2019. Dalam rencana bisnisnya, Perumda
PPJ berencana akan bekerjasama dengan Bulog dan wilayah produsen komoditas pangan
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai