Anda di halaman 1dari 37

PATOFISIOLOGI PENYAKIT II

Literature Review Penyakit MERS-CoV

Disusun Oleh Kelompok 2

1. Handayani (190400533)
2. Hendras Bintari (190400534)
3. Ika Wahyuningsih (190400535)
4. Luthfi Anisa (190400536)
5. Maria Theodora Natalia (190400537)
6. Marina Yuliastuti (190400620)
7. Nanda Pratiwi H (190400538)
8. Novi Tri Wahyuni (190400539)
9. Novita Fauziah Putri (190400540)

PROGRAM STUDI ILMU GIZI ALIH JENJANG

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ALMA ATA

YOGYAKARTA

2020
Appendix 2. Summary Table for Literature Reviews and Systematic Reviews

A Author (s) & title The authors : Novie H. Rampengan


R Title : Middle East Respiratory Syndrome
Research Question/ Untuk mengetahui penanganan MERS – CoV dengan terapi suportif berupa hidrasi, antipiretik, analgetik, bantuan
T
Purpose pernapasan, dan antibiotik bila terjadi infeksi sekunder.
I
Search Strategy/ Mempunyai riwayat perjalanan ke negara terjangkit (Timur Tengah) dalam waktu 14 hari dan mengalami demam
K
Inclusion/ (≥38oC), batuk, menggigil, rhinorrhea, kelelahan, mialgia, anoreksia, mual, diare, sesak napas dan dispnea.
E
Exclusion Criteria
L Search Terms 1) Middle East Repiratory Syndrome (MERS) adalah penyakit saluran napas yang disebabkan oleh Corona virus tipe
baru (MERS-CoV).
J 2) Transmisi adalah proses perpindahan virus dari 1 orang ke orang lain.
O 3) Pandemik adalah tersebar luas (tentang penyakit) di suatu kawasan, benua, atau di seluruh dunia.
U 4) Virus Zoonosis adalah virus yang menyebabkan penyakit yang secara alami dapat menular dari hewan vertebrata ke
R manusia atau sebaliknya.
N 5) Spesimen adalah bagian dari kelompok atau bagian dari keseluruhan.
A 6) Diagnosis adalah penentuan jenis penyakit dengan cara meneliti (memeriksa) gejala-gejalanya.
L 7) Tes PCR adalah tes yang digunakan untuk mendeteksi dan mendiagnosis penyakit menular (MERS-CoV).
8) Terapi suportif adalah suatu bentuk terapi alternatif yang mempunyai tujuan untuk menolong pasien beradaptasi
N dengan baik terhadap suatu masalah yang dihadapi dan untuk mendapatkan suatu kenyamanan hidup terhadap
O gangguan psikisnya.
9) Terapi empirik adalah perawatan atau terapi medis berdasarkan pengalaman.
1 10) Endemik adalah keadaan atau karakteristik wilayah atau lingkungan tertentu yang ada hubungannya dengan
penyakit.
Detail of Referensi yang digunakan :
A
Literature/ study 1) Jurnal Internasional sebanyak 11 jurnal.
R
selection 2) Jurnal Nasional sebanyak 5 jurnal.
T
3) Artikel Internasional sebanyak 14 artikel.
I
Quality assessment Dari segi kualitas literatur yang digunakan, jurnal ini merupakan salah satu contoh jurnal yang baik karena lebih banyak
K
(where applicable) menggunakan referensi Internasional dibandingkan Nasional.
E Data sythesis Sintesis data yang ditemukan antara lain :
L (where applicable) 1) Pemberian terapi O2 pada pasien dengan tanda depresi napas berat, hipoksemia (SpO2<90%) atau syok. Mulai terapi
O2 dengan 5 L/menit lalu titrasi sampai SpO 2 ≥90% pada orang dewasa yang tiak hamil dan SpO2 ≥ 92%-95% pada
J pasien hamil.
O 2) Pada sel yang dikultur, MERS-CoV dihambat oleh interferon tipe 1 (IFN-α dan khususnya IFN-β) dan IFN-α2b yang
U dikombinasikan dengan ribavirin dilaporkan dapat mengurangi kerusakan paru dan mengurangi titer paru saat
R diberikan pada rhesus makaka dalam 8 jam inokulasi virus.
N 3) Penelitian metaanalisis post-hoc tentang SARS dan influenza berat menunjukkan penurunan angka mortalitas yang
A signifikan sesudah penanganan dengan antibody dibandingkan dengan placebo atau tanpa penanganan (pooled odds
L ratio 0,25 confident interval 95% 0,14-0,45).
Findings/ 1) Middle East Repiratory Syndrome (MERS) adalah penyakit pernapasan yang disebabkan oleh MERS-CoV.

N conclusions Transmisi terjadi melalui kontak dekat dengan orang yang terinfeksi, termasuk dari pasien ke petugas kesehatan.

O relevant to the 2) Menurut WHO, klasifikasi kasus MERS -CoV yaitu penyelidikan, probable dan konfirmasi. Tampilan klinis MERS
review berkisar dari asimtomatik sampai sindrom distres pernapasan akut dan kegagalan multi organ yang menyebabkan

1 kematian, khususnya pada individu dengan komorbiditas sebelumnya. Pemeriksaan laboratorium untuk MERS-CoV
sendiri tidak tersedia secara rutin, namun PCR untuk MERS-CoV tersedia di beberapa laboratorium pelaksana dan
Balitbangkes) di Jakarta.
3) Hingga saat ini belum ada vaksin yang tersedia untuk MERS dan belum ada pengobatan khusus yang telah
direkomendasikan. Terapi infeksi MERS bersifatsuportif tergantung kondisi pasien,

Author (s) & title The authors : Dewi Murniati


Title : Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV
Research Question/ Untuk mengetahui proses transmisi, gambaran klinis, penemuan kasus, cara pencegahan dan pengobatan penyakit
J
Purpose MERS-CoV.
O Search Strategy/ 1) Kasus dalam penyelidikan
U Inclusion/ Exclusion Kriteria : demam (≥38°C) atau ada riwayat demam, batuk, pneumonia, riwayat perjalanan ke Timur Tengah
R Criteria (negara terjangkit) dalam waktu 14 hari sebelum sakit, petugas kesehatan yang sakit dengan gejala sama setelah
N merawat pasien ISPA berat, adanya klaster pneumonia dalam periode 14 hari, adanya perburukan perjalanan klinis
A yang mendadak dan Seseorang dengan ISPA ringan sampai berat yang memiliki riwayat kontak erat dengan kasus
L konfirmasi atau kasus probable infeksi MERS-CoV dalam waktu 14 hari sebelum sakit.
2) Kasus probable
N Kriteria: Seseorang dengan pneumonia, hasil laboratoriumya negative pada satu kali pemeriksaan, adanya
O hubungan epidemiologis langsung dengan kasus konfirmasi MERS-CoV.
3) Kasus konfirmasi, kriteria: Seseorang yang terinfeksi MERS-CoVdengan tes laboratorium positif.
Search Terms 1) Defisiensi imun adalah suatu kondisi dimana kemampuan sistem imun untuk melawan penyakit dan infeksi
2
mengalami gangguan atau melemah.
2) Gejala atipikal adalah istilah non-medis untuk menggambarkan gejala ringan.
3) Klaster adalah bila terdapat 2 orang atau lebih memiliki penyakit yang sama, dan mempunyai riwayat kontak yang
sama dalam jangka waktu 14 hari.
4) Epidemiologis adalah ilmu yang mempelajari pola kesehatan dan penyakit serta faktor yang terkait dengan hal ini
di tingkat populasi.
5) Adekuat adalah memenuhi syarat atau memadai.
Detail of Literature/ Referensi yang digunakan :
study selection 1) Jurnal Internasional sebanyak 1 jurnal.
2) Jurnal Nasional sebanyak 1 jurnal.
3) Artikel Internasional sebanyak 5 artikel.
Quality assessment Dari segi kualitas literatur yang digunakan, jurnal ini kurang lengkap dan kebenarannya masih harus
(where applicable) dipertimbangkan, hal ini dikarenakan referensi yang digunakan sebagian besar berasal dari artikel.
Data sythesis (where Tidak ada
J
applicable)
O
Findings/ 1) MERSCoV juga disebut EMC / 2012 (HCoVEMC / 2012), positif-sense, spesies baru single-stranded RNA dari
U
conclusions relevant genus Betacoronaviru
R
to the review 2) Penyebaran virus ini belum diketahui secara pasti, diperlukan surveilans severe acute respiratory infections (SARI)
N
secara berkesinambungan dan melakukan kajian setiap gambaran SARI atau pneumonia yang tidak biasa.
A
3) Gejala umum yang timbul adalah bersifat akut, demam, batuk, sulit bernafas, nafas pendek dan berlanjut dengan
L
pneumonia berat.
4) Cara pencegahan dimulai dengan langkah kebersihan dasar dengan sering melakukan kebersihan tangan,
N
mengganti pakaian dan sepatu atau sepatu bot, setelah memegang hewan atau produk hewan. Hewan yang sakit
O
tidak boleh disembelih untuk konsumsi dan menghindari buah-buahan atau sayuran yang belum dicuci atau
minuman yang dibuat tanpa air bersih.
2
5) Saat ini belum ada vaksin dan antivirus yang tersedia. Pengobatan terutama bersifat pendukung berdasarkan pada
kondisi klinis pasien.

Author (s) & title The authors : Lazarus Kalvein Beay


Title : Model Penyebaran MERS ( Middle East Respiratory Syndrome) dengan Pengaruh Pengobatan
Research Question/ - Mengkaji pengaruh parameter pengobatan pada penyebaran MERS
J
Purpose - Analisa terhadap parameter pengobatan dan penyebaran penyakit dengan desain model matematika yaitu
O
menunjukkan bilangan dasarnya, sehingga menunjukkan bahwa pengobatan yang diberikan pada individu yang
U
terinfeksi meiliki pengaruh pada penyebaran MERS
R
Search Strategy/ Individu yang terinfeksi MERS, Kelompok individu yang rentan, Individu terinfeksi yang dikarantina dan individu
N Inclusion/ Exclusion yang sembuh dari penyakit.
A Criteria
Search Terms 1. MERS: penyakit pernafasan yang disebabkan oleh corona virus
L
2. Epidemik: penyebaran penyakit dengan jumlah banyak yang menyebar secara cepat
3. Endemik :Penyakit yang menjangkit orang dalam jumlah besar yang terjadi pada suatu wilayah dan populasi
N
tertentu
O
4. Data sekunder : data yang telah dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang lain / instansi diluar penelitian
5. Studi literatur : Serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data
3
pustaka,membaca,mencatat serta mengolah bahan penelitian/ Mencari referensi teori yang relevan dengan kasus /
masalah yang ditemukan
6. Model SIQRS: membagi populasi menjadi 4 kelompok Susceptible (S), Infectieted (I), Quaratined (Q), Recovered
(R)
7. Sistem Dinamik: Metode yang digunakan untuk mendeskripsikan, memodelkan suatu system yang dinamis (dari
waktu ke waktu terus berubah)
Detail of Literature/ Referensi yang digunakan: 6 jurnal Internasional dan 3 artikel internasional
study selection
Quality assessment Dari segi kualitas penelitian ini sudah cukup baik menggunakan jurnal internasional dan srtikel internasional, hanya
(where applicable) saja penelitian yang digunakan hanya berupa studi literatur dimana analisa yang dilakukan hanya dari referensi
J penelitian yang ada tanpa ada sampel yang diteliti langsung oleh peneliti.
O Data sythesis (where 1.Semakin meningkat pengobatan yang diberikan pada individu yang terinfeksi dapat mengontrol penyebaran MERS

U applicable) Semakin besar laju pengobatan yang diberikan maka semakin kecil peluang terjadi penyebaran penyakit pada

R populasi
Findings/ 1. Belum ada vaksin untuk penyakit MERS
N
A conclusions relevant 2. Upaya pencegahan MERS adalah dengan pengobatan gejala yang timbul pada individu yang terinfeksi. Jika tidak
L to the review terjadi pengobatan pada individu yang terinfeksi maka penyakit akan tetap menyebar pengobatan yang diberikan
pada individu yang terinfeksi dapat mengontrol penyebaran MERS
N 3. Semakin besar laju pengobatan yang diberikan semakin kesil peluang terjadi penyebaran penyakit MERS
O

Author (s) & title The authors : Lido Sabda Lesmana, S.Pd., M.Kom
Title : SISTEM PAKAR DENGAN METODE FORWARD CHAINING UNTUK DIAGNOSA PASIEN YANG
J TERINFEKSI VIRUS MERS COV ( STUDI KASUS DI RSUP M.DJAMIL PADANG)
Research Question/ Tujuan penelitian ini adalah antara lain :
O
Purpose 1) Membuat sistem informasi dan sistem pakar untuk pasien yang kemungkinan memiliki gejala terinfeksi virus
U
MERS.
R
2) Menerapkan Sistem Pakar dengan Metode Forward Chaining untuk mendiagnosa pasien yang terinfeksi Virus
N MERS-CoV.
A 3) Menerapkan sistem pakar untuk mengetahui gejala virus mers berbasis web.
Search Strategy/ Ada 9 negara yang telah melaporkan kasus MERS-CoV yakni (Perancis, Jordania, Qatar, Arab Saudi, Tunisia,
L
Inclusion/ Exclusion jerman, Inggris, dan Uni Emirat Arab). Sedangkan dari sumber WHO 9 Mei 2014 pada bulan april 2012 – 08 Mei
Criteria 2014 ada 536 kasus yang dikonfirmasi laboratorium dengan angka kematian 145. Negara yang terkena dampaknya
N
adalah Timur tengah termasuk Yordania, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi. Afrika yakni Mesir dan Tunisia. Untuk
O
Eropa yaitu Perancis, Jerman, Yunani, Italia, Inggris. Sedangkan untuk Asia adalah Malaysia Dan Filipina. Secara
keseluruhan 65,6% kasus adalah laki-laki dan usia rata-rata adalah 49 tahun. Dalam penelitian lain dilihat metode
4
Forward Chaining sangat banyak di manfaatkan dalam dunia kesehatan seperti sistem pakar dalam mengidentifikasi
penyakit kanker pada anak sejak dini dan cara penanggulangannya. Dimana dengan memanfaatkan metode Forward
Chaining adalah strategi untuk memprediksi atau mencari solusi dari suatu masalah yang dimulai dari sekumpulan
fakta yang diketahui, kemudian menurunkan fakta baru berdasarkan aturan premisnya cocok dengan fakta yang
diketahui.
Search Terms Virus MERS VoC (Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus) Penyakit ini adalah penyakit sindrom
pernapasan yang disebabkan oleh virus Corona yang menyerang saluran pernapasan mulai dari yang ringan hingga
berat. Gejalanya adalah demam, batuk dan sesak nafas, bersifat akut. Sistem Pakar adalah sebuah teknik untuk
mempermudah kerja manusia. Sistem pakar ini bisa berupa software yang akan di implementasikan sebagai sumber
informasi dan juga bisa di implementasikan berupa hardware. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah
Forward Chaining Langkah yang dilakukan dimulai dengan pengumpulan data, pengembangan dan hasil. Sementara
J
sistem informasinya adalah dengan menggunakan bahasa pemrograman yaitu PHP yang sudah di install di program
O
sesuai dengan kebutuhan.
U Detail of Literature/ Referensi yang digunakan : ada 7 jurnal nasional dan 3 artikel
R study selection
N Quality assessment Dari segi kualitas penelitian ini sudah cukup baik Karena dari berbagai jurnal tersebut menggunakan sistem pakar
A (where applicable) yang dapat memudahkan kerja manusia. Sistem pakar ini bisa berupa software yang akan di implementasikan sebagai
L sumber informasi dan juga bisa di implementasikan berupa hardware. Yang pada intinya sistem pakar ini sebuah
sistem yang di rancang oleh manusia, semua data dan informasi di dapatkan dari hasil survei, pengetahuan dan
N pendapat para ahli.
Data sythesis (where Batasan Implementasi dari aplikasi ini adalah sebagai berikut :
O
applicable) 1. Dalam aplikasi ini pengunjung website dapat melihat halaman web, daftar gangguan, dan developer. Sedangkan
untuk user, agar dapat berkonsultasi dengan sistem, user harus registrasi dahulu setelah registrasi sukses, maka
4
user wajib login untuk melakukan konsultasi.
2. Applikasi ini dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP dan Database MySQL.
Kebutuhan Hardware dan Software Perangkat Keras (Hardware)
Adapun perangkat keras yang digunakan untuk pembuatan program Sistem Pakar ini adalah sebagai berikut:
a. Processor : Intel(R) Pentium(TM) CPU N570 @1.66Ghz (4CPUs)
b. Memory : 1024MB RAM
c. Hardisk : 320GB
d. Mouse :USB
e. Keyboard : USB
Perangkat Lunak (Software)
J
Perangkat lunak atau software yang digunakan untuk pembuatan program
O
Sistem Pakar ini adalah sebagai berikut:
U
a. Sistem operasi windows 7 Ultimate
R
b. Microsoft Office Word 2007
N c. XAMPP
A d. Rational Rose
L e. Adobe Master Collection CS3
Findings/ Kesimpulan yang dapat diambil dari diagnosa virus MERS CoV dengan metode Forward Chaining adalah:
conclusions relevant 1. Dengan memanfaatkan metode ini dapat memberikan terobosan terbaru didunia kesehatan dan dapat membantu
N
to the review medis dalam mendiagnosa penyakit virus MERS berdasarkan gejala-gejala yang dirasakan oleh pasien.
O
2. Dari hasil pengujian, sistem berbasis web ini dengan metode Forward Chaining secara online dapat diakses oleh
masyarakat di manapun berada dan metode ini sangat berpotensi untuk dikembangkan oleh tim medis lain dalam
4
mendiagnosa penyakit lain seperti penyakit Malaria, Demam Berdarah, Asma dan lain-lain.
3. Sistem ini bisa dimanfaatkan berdasarkan dari gejala-gejala yang rasakan pasien dan sistem ini juga akan
memberikan sedikit solusi dalam mendiagnosa penyakit yang alami oleh pasien khusunya virus MERS CoV.

Author (s) & title The authors : Yusri, Imran dan Mudatsir
Title : Analisis Kesiap Siagaan Kantor Kesehatan Pelabuhan kelas III Banda Aceh Menghadapi Resiko Bencana
J Infeksi Virus Mers-CoV di Bandara Sultan Iskandar Muda Tahun 2015
Research Question/ untuk mengetahui kesiapsiagaan Pegawai KKP Kelas III Banda Aceh menghadapi bencana penyakit MERS-CoV
O
Purpose dilihat dari komponen Sumber Daya Manusia, Sarana Prasarana, Pendanaan dan Koordinasi
U
Search Strategy/ pegawai KKP Kelas III Banda Aceh 12 orang dan 6 intansi lain yang diwakili oleh 1 orang pegawai.
R
Inclusion/ Exclusion
N
Criteria
A Search Terms Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV). Penyakit ini merupakan penyakit infeksi melular
L yang berbahaya. Pada skala yang besar bisa menjadi wabah dan Kejadian Luar Biasa yang mengakibatkan
meningkatnya jumlah penderita dan korban jiwa.
N Detail of Literature/ Referensi yang digunakan :
O study selection 1) Jurnal Internasional sebanyak 1 jurnal.
2) Jurnal Nasional sebanyak 9 jurnal.
5 3) Riset data nasional yang digunakan 5
Quality assessment Dari segi kualitas jurnal, jurnal ini merupakan jurnal yang baik karena menggunakan data-data falid dari badan
(where applicable) nasional pemerintah
Data sythesis (where Karena penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode triangulasi
applicable) (observasi, wawancara dan dokumentasi). Data primer diperoleh langsung melalui Fokus Grup Diskusi (FGD) di
KKP Kelas III Banda Aceh dan wawancara mendalam dengan 6 pihak stake holder lainnya
Findings/ 1. Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di KKP Kelas III Banda Aceh sudah mencukupi untuk penanganan
conclusions relevant bencana penyakit MERS- CoV, akan tetapi belum di bentuk tim TGC/TRC dan Drill Simulasi.
to the review 2. Sarana dan Prasarana di KKP Kelas III Banda Aceh belum mempunyai ruangan isolasi khusus untuk merawat
penumpang/crew yang menderita penyakit menular dan alat thermal scanner suhu tubuh dalam kondisi rusak.
3. Sampai saat ini KKP Kelas III Banda Aceh masih kekurangan dana untuk operasional kesiapsiagaan antisipasi
penyakit menular.
4. KKP Kelas III Banda Aceh belum pernah melakukan koordinasi penanganan kasus penyakit infeksi menular
MERS-CoV dengan stakeholder
Author (s) & title The authors : Gabriela Giovani
Title : Upaya World Health organization (WHO) bersama Pemerintah Korea Selatan dalam mengatasi wabah
J penyakit MERS di Korea selatan tahun 2015
Research Question/ Untuk mengetahui dan mendeskripsikan upaya yang dilakukan WHO sebagai organisasi internasional bersama
O
Purpose Pemerintah Korea selatan dalam mengatasi wabah penyakit MERS di korea selatan tahun 2015
U
Search Strategy/ Penyebaran awal virus mers di korea selatan, rumahsakit di korea selatan yang terpaparvirus MERS – coV,
R
Inclusion/ Exclusion perkembangan kasus MERS di korea selatan,lemahnya respon awal pemrintah korea selatan, capaian dan tantangan
N
Criteria WHO dalam menangani kesehatan dunia
A Search Terms 1.WHO (World Health Organization)
L 2.MERS (Middle East Respiratory Syndrome)
3.SARS (Severe Acute respiratory Syndrome)
N 4.PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa)
O 5.SMC (Samsung Medical center)
6. KCDC (Korea center for Disease Control and Prevention)
6 7. NPIR (Negative Pressure Isolation Room)
Detail of Literature/ Referensi yang digunakan :
study selection 1. Buku sebanyak 23 buku
2. Dokumen internasional sebanyak 11 dokumen
3. Jurnal inetrnasional sebanyak 8 jurnal
4. Artikel /Website sebanyak 36 artikel / website
Quality assessment Dari segi kualitas literatur yang digunakan, jurnal ini Sudah lengkap dan kebenarannya pasti , hal ini dikarenakan
(where applicable) referensi yang digunakan selain dari artikel/website juga terdapat jurnal internasional dan juga buku
Data sythesis (where Tidak ada
applicable)
Findings/ 1. Pemerintah Korea selatan dan WHO mampu mengatasi wabah MERS di korea selatan dalam waktu 8 bulan ditahun
conclusions relevant 2015,walaupun secara dunia belum bias diatasi sejak MERS muncul tahun 2012.
to the review 2. Faktor Keberhasilan Pemerintah Korea selatan dan WHO dalam menangani wabah MERS adalah :
1) Joint mission ; mengambil pelajaran dari kegagalan atau kesalahan sebelumnya ; WHO berbagi pengalamnnya
dan memberikan rekomendasi yang kemudian di diadopsi dan dijalankan pemerintah korea selatan,
2) Adanya kerjasama antara WHO, pemerintah dan masyarakat Korea selatan
3) Kemampuan Teknologi informasi korea selatan yang baik
4) Pengiriman Tim oleh WHO untuk bekerjasama dengan Pemerintah Korea selatan pada awal krisis.
membuktikan bahwa Pemrintah membutuhkan organisasi internasional dalam membantu mengatasi per
masalahan yang terjadi bukan state security yang penting untuk diperhatikan melainkan human security
Author (s) & title The authors : Della Safera Pradanti
Title : Evaluasi Pelaksanaan Formal Risk Assessment Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus Tahun 2018
Research Question/ Untuk mengevaluasi pelaksanaan formal risk assessment (FRA) dan risiko MERS-CoV di Indonesia tahun 2018
J
Purpose dengan memperhatikan faktor ancaman, faktor kerentanan dan faktor kapasitas.
O
Search Strategy/ Staf Penyakit Infeksi Emerging (PIE) dalam satuan waktu pengamatan adalah 2018
U
Inclusion/ Exclusion
R
Criteria
N Search Terms 1. MERS-CoV ( Middle East Respiratory Syndrome) yaitu penyakit pernafasan yang dapat menyebabkan gejala mulai
A dari demam, batuk, sesak napas, dan pernapasan akut lainnya yang dapat menularkan melalui kontak dekat antar
L manusia.
2. Penilaian Risiko Formal (FRA) yaitu penilaian kuantitatif terhadap risiko penyakit menular yang baru muncul
N untuk dapat memberikan solusi yang dapat digunakan untuk pencegahan penyakit tersebut.
O 3. Surveilans sindrom merupakan pengamatan kumpulan gejala yang mengarah pada penyakit tertentu atau kelompok
penyakit yang dilakukan di rumah sakit untuk mendeteksi kejadian penyakit sejak dini dari pendekatan gejala klinis
7 yang kemudian dikonfirmasi melalui pemeriksaan laboratorium.
Hubungan epidemiologis, yaitu kondisi yang memberi kelompok atau kemungkinan terpapar dan terinfeksi oleh
agen penyebab penyakit
Detail of Literature/ Referensi yang digunakan:
study selection 1. Jurnal internasional sebanyak 7 buah
2. Jurnal nasional sebanyak 5 buah
3. Artikel internasional sebanyak 8 buah
4. Artikel nasional sebanyak 1 buah
Riset data nasional sebanyak 2 buah
Quality assessment Dari segi kualitas referensi yang digunakan jurnal ini tergolong dalam kategori baik. Karena dalam jurnal ini terdapat
(where applicable) referensi dari berbagai sumber, tidak hanya dari nasional namun juga dari internasional. Jurnal penelitian tersebut
juga termasuk dalam katogori penelitian yang falid, karena didukung oleh data-data yang relevan.
Data sythesis (where Penelitian ini menggunakan metode observasi non-reaktif dengan wawancara mendalam kepada staf PIE dengan alat
applicable) FRA dengan analisis berupa ancaman, kerentanan, kapasitas dan kapasitas.
J
1. Analisis ancaman menunjukkan hasil yang tinggi mengingat MERS-CoV dapat ditularkan sesama manusia, risiko
O
mengimpor penyakit MERS-CoV juga cukup tinggi di Indonesia sehingga pencegahan penyakit tersebut sangat
U
penting
R
2. Analisis risiko kerentanan yang tinggi terdapat pada sub kategori transportasi antar provinsi dan kota/ kabupaten
N
dan sub kategori proporsi penduduk berusia > 60 tahun, sedangkan kerentanan yang rendah pada sub kategori
A
populasi yang bepergian ke daerah yang terkena dampak dan kepadatan populasi
L
Analisis risiko kapasitas memiliki nilai yang rendah pada sub kategori institusional, sub kategori pengawasan rumah
sakit dan sub kategori pengawasan pusat kesehatan. Sedangkan sub kategori pengawasan pintu masuk regional oleh
N
KKP memiliki nilai indeks yang tinggi.
O Findings/ 1. Kurangnya FRA berdasarkan faktor ancaman, kerentanan dan kapasitas tiga kali lipat, meliputi tidak termasuk
conclusions relevant pertanyaan tentang jumlah jamaah umrah dan jumlah pekerja migran Indonesia, tidak ada hubungan epidemiologis
7 to the review antara transportasi antara provinsi dan kota/ kabupaten dengan kerentanan MERS CoV, ada penilaian tidak
memuaskan dan pengisian kuesioner FRA oleh personal SDM
2. Kekurangan dari FRA perlu ditindak lanjuti untuk mengurangi nilai indeks kategori yang tinggi dan meningkatkan
nilai indeks kategori yang rendah
Pembentukan personel SDM yang kompeten untuk mengisi kuesioner FRA dan pengawasan sindrom berbasis rumah
sakit dilakukan secara merata di seluruh rumah sakit di Indonesia
Author (s) & title The authors: Benny Yong, S.Si., M.Si. dan Livia Owen, S.Si., M.Si.
Title : Model Penyebaran Penyakit Menular MERS-CoV: Suatu Langkah Antisipasi Untuk Calon Jamaah
J Umrah/Haji Indonesia
Research Question/ Untuk mengetahui penyebaran MERS – CoV pada calon jamaah umrah/haji Indonesia
O
Purpose
U
Search Strategy/ warga negara Indonesia yang akan bepergian ke Arab Saudi sebagai tenaga kerja, jamaah umrah/haji, atau keperluan
R
Inclusion/ Exclusion lain dan warga Arab Saudi yang akan bepergian ke Indonesia dalam rangka bisnis, berlibur, atau lainnya pada tahun
N
Criteria 2015 di Bandung
A Search Terms 1) MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus) adalah suatu strain baru virus Corona yang belum
L pernah ditemukan menginfeksi manusia sebelumnya.
2) Bilangan Reproduksi Dasar Bilangan reproduksi dasar adalah bilangan yang menyatakan banyaknya rata-rata
N individu infektif sekunder akibat tertular individu infektif primer yang berlangsung di dalam populasi susceptible.
O Detail of Literature/ Referensi yang digunakan :
study selection 1) Jurnal Internasional sebanyak 15 jurnal.

8 2) Jurnal Nasional sebanyak 7 jurnal.


Quality assessment Dari segi literatur sudah bagus karena sudah mencakup semua informasi yang didapat dan literature yang digunakan
(where applicable) dapat divalidasi dan diakui kredibilitasnya
Data sythesis (where Tidak ada
applicable)
Findings/ Penelitian ini mendiskusikan tentang model penyebaran penyakit menular MERS-CoV antar dua wilayah. Model ini
conclusions relevant menjelaskan dinamika populasi penyebaran penyakit menular MERSCoV akibat perpindahan individu antar wilayah
to the review Indonesia dan Arab Saudi. Model ini memiliki dua titik kesetimbangan, yaitu titik kesetimbangan bebas penyakit
yang bersifat stabil ketika 𝑅0 < 1 dan titik kesetimbangan endemik yang bersifat stabil ketika 𝑅0 > 1.
Untuk mengantisipasi penyebaran penyakit menular MERS-CoV ke Indonesia, beberapa parameter yang dapat
dikontrol adalah 𝛽,1,𝛼2,𝑐,𝑑, dan 𝜔. Dapat dilihat dari nilai 𝑅0 bahwa parameter laju perpindahan penyakit antar
individu rentan dan terinfeksi yang berasal dari wilayah yang sama (𝛽) merupakan parameter yang paling sensitif
pada model penyebaran penyakit menular MERS-CoV. Dengan demikian kontrol yang kontinu untuk mengurangi
nilai dari parameter ini dapat mencegah kondisi endemik penyakit MERS-CoV di Indonesia.

Author (s) & title The authors : Mujiyanti


Title : Pemodelan Matematika Penyebaran Penyakit Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV)
J Dengan Penggunaan Masker Kesehatan Dan Vaksinasi
Research Question/ Mengetahui model matematika penyebaran penyakit MERS-CoV dengan penggunaan masker kesehatan dan
O
Purpose vaksinasi, mengetahui titik ekuilibrium dan kestabilan titik ekuilibrium bebas penyakit dan endemik penyakit MERS-
U
CoV dengan penggunaan masker kesehatan dan vaksinasi, mengetahui bilangan reproduksi awal pada model
R
matematika penyebaran penyakit MERS-CoV dengan penggunaan masker kesehatan dan vaksinasi serta untuk
N
menganalisa simulasi numerik model matematika penyebaran penyakit MERS-CoV dengan penggunaan masker
A
kesehatan dan Vaksinasi
L
Search Strategy/ Mempunyai riwayat bepergian ke Arab Saudi untuk menjalankan ibadah haji dan umrah. Berdasarkan data
Inclusion/ Exclusion Kementerian Agama terdapat sebanyak 205.886 penduduk Indonesia berangkat ke Arab Saudi untuk menunaikan
N
Criteria ibadah haji yang tercatat pada tahun 2018. Selain itu, MERS-CoV juga menyebabkan penyakit yang lebih parah
O
kepada individu lanjut usia, individu yang mempunyai sistem imun lemah, dan individu dengan penyakit kronis
seperti kanker, penyakit paru-paru kronis dan diabetes. Memperhatikan penyebaran virus tersebut, upaya pencegahan
9
yang dapat dilakukan pemerintah Indonesia salah satunya adalah dengan menghimbau masyarakat untuk
menggunakan masker kesehatan dan meningkatkan kekebalan tubuh manusia dengan pemberian vaksin.
Search Terms 1. Middle East Respiratory Syndrome dilaporkan pertama kali pada tahun 2012 di Arab Saudi
2. MERS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus korona yang dikenal sebagai Middle East Respiratory
Syndrome Corona Virus atau disingkat dengan MERS-CoV.
3. MERS-CoV merupakan zoonotic virus yang memasuki populasi manusia di semenanjung Arab melalui kontak
langsung ataupun tidak langsung dengan unta ataupun produk-produk lain dari unta.
4. Virus ini akan menyerang penderita yang memiliki kekebalan rendah seperti lansia, orang yang mudah lelah, anak
kecil, serta mereka yang sedang dalam perjalanan.
5. Masa inkubasi dari virus hingga menyebabkan penyakit adalah 2-14 hari, Sehingga mungkin saja seseorang
J terinfeksi virus MERS-CoV di Timu Tengah dan kemudian gejala baru timbul setelah mereka kembali ke negara
O asal.
Detail of Literature/ Referensi yang digunakan
U
study selection 1. Jurnal Internasioanal sebanyak 18 Jurnal
R
2. Jurnal Nasional sebanyak 4 Jurnal
N
3. Artikel nasional sebanyak 1 artikel
A
4. Artikel Internasional sebanyak 5 artikel
L
Quality assessment Dari segi kualitas literatur yang digunakan, penelitian ini merupakan salah satu contoh penelitian yang baik karena
(where applicable) lebih banyak menggunakan referensi/ jurnal Internasional dibandingkan literature/ jurnal nasional.
N Data sythesis (where Sintesis data yang ditemukan dalam penelitian ini adalah :
O applicable) 1. Titik ekuilibrium bebas penyakit adalah titik ekuilibrium pada saat tidak ada penyakit dalam populasi
2. Titik ekuilibrium endemik adalah titik ekuilibrium saat kelas terinfeksi tidak nol atau saat penyakit menyebar
9 dalam populasi. Endemik penyakit artinya di dalam populasi selalu terdapat individu yang terserang penyakit,
sehingga diperoleh I pada titik ekuilibrium endemik penyakit yaitu I1 > 0 dan I2 > 0
Findings/ MERS-CoV adalah penyakit sindrom pernafasan yang disebabkan oleh virus korona yang menyerang saluran
conclusions relevant pernafasan dari yang ringan hingga berat. Gejalanya adalah batuk,demam, dan sesak nafas, bersifat akut dan biasanya
to the review pasien memiliki penyakit komorbid (penyakit penyerta) seperti diabetes, penyakit jantung kronik, hipertensi, dan
penyakit paru kronik, sehingga menyebabkan kematian bagi penderitanya.
Untuk mengetahui apakah terjadi endemik atau tidak di suatu wilayah dapat dilihat dari bilangan reproduksi dasar.
Parameter2 yang berpengaruh dalam laju kontak infektif individu rentan dengan individu terinfeksi, laju individu laten
menjadi individu terinfeksi.
Author (s) & title The authors : Anna L. Funk, Flavi Luce Goutard, Eve Miguel, Mathieu Bourgarel, Veronique Chevalier, Bernard F,
J J. S. Malik Peiris, Maria D. Van Kerkhove, Francois Louis Roger
O Title : Mers-coV at the animal–human interface: inputs on exposure Pathways from an expert-Opinion elicitation
Research Question/ to obtain ideas on relative importance of MERS-CoV risk factors and estimates of transmission risks from various
U
Purpose types of contact between humans and dromedaries by used expert-opinion elicitation
R
Search Strategy/ Considering the recent emergence of the virus as a cause for human disease, extensive experience in MERS-CoV
N
Inclusion/ Exclusion research itself was not an inclusion criteria; however, all included experts needed to have some experience working
A Criteria on MERS-CoV and/ or camel research topics within North Africa and the Arabian Peninsula, if not elsewhere.
L Furthermore, the experts’ publications and professional affiliations should have been significant enough to reflect this
expertise.
Search Terms MERS-CoV, animal–human interface, transmission, epidemiology, infection, risk factors, Proses hierarki analitis
N
(AHP)
O
Detail of Literature/ It has 71 literatures that are,
study selection 4 data from WHO, 1 form Wkly Epidemiol Rec; 3 from N Eng J Med; 2 from Clin infect Dis; 1 Epidemiol Health; 12
10
from Emerg Infect Dis J; 9 from Eurosurveillance; 1 from PLoS One; 3 from Lancet inf Dis; 1 from Lancet Respir
Med; 1 from Infec Ecol Epidemiol; 1 from CABI; 1 from Zoonoses Public Health; 2 from J Virol; 1 from One Health;
1 from BMC Infect Dis; 2 from Prev Vet Med; 1 from Livet Prod Sci; 1 from Disast Military Med; 1 from Math
Model; 2 from Manage Sci; 1 from Compu Math Apply; 2 from FAO; 1 from Emir J Food Agric; 1 from Trends
Microbiol; 1 from Sci Rep; 1 from J Simul; 1 from J Environ Softv; 1 from Stat Math; 1 fromJ Trop Med Hygiene;
and the other from books and web.
Quality assessment On my opinion that journal have tell about MERSCoV with pathways which is overall can be understand. The
(where applicable) methode for taking data is by using questionare, the subject on this journal is the experts. results use expert opinion to
weigh the different transmission risks of MERS-CoV between animals and from animals to humans. Despite a lack of
quantitative data, results are supported by growing evidence from research published from MERS-CoV affected
countries.
J Data sythesis (where In addition to epidemiological studies, additional data from viral ecology studies among camels and other species,

O applicable) including bats, are required; phylogeography studies of MERS-CoV, and ecological studies on bat species living in

U the proximity of camels and suspected to play a role in the circulation of the virus, including a better understanding of

R their home ranges, migration patterns, biology (especially reproduction), roosting sites, and mechanisms of contact
with camels are needed. Studies of viral shedding in animals, of virus persistence in different biological specimens of
N humans and animals, and in the environment under different conditions would help to quantify, or at least help to
A characterize, potential transmission risks.
Findings/ All experts thought that MERS-CoV-infected dromedaries and asymptomatic humans play the most important role in
L
conclusions relevant infection of humans, with bats and other species presenting a possible, but yet undefined, risk. Direct and indirect
to the review contact of humans with dromedary camels were identified as the most risky types of contact, when compared to
N
consumption of various camel products, with estimated “most likely” incidence risks of at least 22 and 13% for direct
O
and indirect contact, respectively. The results of our study are consistent with avail-able, yet very limited, published
data regarding the potential pathways of transmission of MERS-CoV at the animal–human interface. These results
10
identify key knowledge gaps and highlight the need for more comprehensive, yet focused research to be conducted to
better understand transmission between dromedaries and humans.
MERS (Middle East Respiratory Syndrome)

Abstract

Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV) adalah penyakit sindrom
pernafasan yang disebabkan oleh virus corona yang menyerang saluran pernafasan mulai
dari yang ringan sampai yang berat. Virus ini merupakan jenis baru dari kelompok corona
virus (Novel Corona Virus) (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan penelitian, MERS-CoV
merupakan zoontic virus yang memasuki populasi manusia di semenanjung Arab melalui
kontak langsung ataupun tidak langsung dengan unta ataupun produk-produk dari unta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui etilogi, patologi, dampak, akibat yang
ditimbulkan oleh penyakit MERS yang menyerang manusia dan cara menanggulanginya.
Penelitian ini bersifat secara global penelitiaan ini bersifat observasional dan eksperimen.
Yang disajikan secara deskriptif Metodologi yang digunakan adalah Berdasarkan
Summary Table for Literature Reviews and Systematic Reviews metodologi yang
digunakan adalah kombinasi antara kualitatif dan kuantitatif. Dengan metode kualitatif dan
kuantitatif akan mudah mengambil data dari semua sisi untuk penelitian yang dilakukan
Sample Selection Untuk sampel yang digunakan beragam, mencakup usia remaja hingga
lansia tergantung dengan kebutuhan penelitian. Procedure Rata-rata prosedur yang
dilakukan adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan kepada partisipan yang terlibat.
Pertanyan yang diajukan terkait dengan MERS-COV. Teknik pengumpulan data
dilakukan melalui quesioner, wawancara mendalam, fokus grup diskusi dan dokumentasi.
Hasil dan Kesimpulan dari berbagai penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa
penyakit MERS-CoV melanda masyarakat dapat menyerang berbagai usia yang menyerang
sistem pernafasan cara memimalisir virus ini dengan cara menjaga kebersihan tangan,
mengganti pakaian  dansepatu atau sepatu bot, setelah memegang hewan atau produk
hewan. Hewan yang sakit tidak boleh disembelih untuk konsumsi dan menghindari buah-
buahan atau sayuran yang belum dicuci atau minuman yang dibuat tanpa air bersih.

Kata Kunci : MERS-CoV.


Introduction

Definisi

Middle East Repiratory Syndrome (MERS) adalah penyakit saluran napas yang
disebabkan oleh Corona virus tipe baru (MERS-CoV). MERS-CoV juga disebut EMC /
2012 (HCoVEMC / 2012), positif-sense, spesies baru single-stranded RNA dari genus
Betacoronaviru. Virus Zoonosis adalah virus yang menyebabkan penyakit yang secara
alami dapat menular dari hewan vertebrata ke manusia atau sebaliknya. Transmisi terjadi
dengan perpindahan virus dari 1 orang ke orang lain. Pandemik tersebar luas (tentang
penyakit) di suatu kawasan, benua, atau di seluruh dunia. Spesimen adalah bagian dari
kelompok atau bagian dari keseluruhan. Diagnosis adalah penentuan jenis penyakit dengan
cara meneliti (memeriksa) gejala-gejalanya. Tes PCR adalah tes yang digunakan untuk
mendeteksi dan mendiagnosis penyakit menular (MERS-CoV). Terapi suportif adalah
suatu bentuk terapi alternatif yang mempunyai tujuan untuk menolong pasien beradaptasi
dengan baik terhadap suatu masalah yang dihadapi dan untuk mendapatkan suatu
kenyamanan hidup terhadap gangguan psikisnya. Terapi empirik adalah perawatan
atau terapi medis berdasarkan pengalaman. Endemik adalah keadaan atau karakteristik
wilayah atau lingkungan tertentu yang ada hubungannya dengan penyakit. Menurut WHO,
klasifikasi kasus MERS-CoV yaitu penyelidikan, probable dan konfirmasi. Tampilan
klinis MERS berkisar dari asimtomatik sampai sindrom distres pernapasan akut dan
kegagalan multi organ yang menyebabkan kematian, khususnya pada individu dengan
komorbiditas sebelumnya. Pemeriksaan laboratorium untuk MERS-CoV sendiri tidak
tersedia secara rutin, namun PCR untuk MERS-CoV tersedia di beberapa laboratorium
pelaksana dan Balitbangkes) di Jakarta. (Novie H. Rampengan).
Virus ini akan menyerang penderita yang memiliki kekebalan tubuh Yang rendah
seperti lansia, orang yang mudah lelah, anak kecil, serta mereka yang sedang dalam
perjalanan. Masa inkubasi dari virus hingga menyebabkan penyakit adalah 2-14 hari,
Sehingga mungkin saja seseorang terinfeksi virus MERS-CoV di Timu Tengah dan
kemudian gejala baru timbul setelah mereka kembali ke negara asal. (Mujiyanti).
populasi penyebaran penyakit menular MERSCoV akibat perpindahan individu antar
wilayah Indonesia dan Arab Saudi. Model ini memiliki dua titik kesetimbangan, yaitu titik
kesetimbangan bebas penyakit yang bersifat stabil ketika 𝑅0 < 1 dan titik kesetimbangan
endemik yang bersifat stabil ketika 𝑅0 > 1 Untuk mengantisipasi penyebaran penyakit
menular MERS-CoV ke Indonesia, beberapa parameter yang dapat dikontrol adalah
𝛽,1,𝛼2,𝑐,𝑑, dan 𝜔. Dapat dilihat dari nilai 𝑅0 bahwa parameter laju perpindahan penyakit
antar individu rentan dan terinfeksi yang berasal dari wilayah yang sama (𝛽) merupakan
parameter yang paling sensitif pada model penyebaran penyakit menular MERS-CoV.
Dengan demikian kontrol yang kontinu untuk mengurangi nilai dari parameter ini dapat
mencegah kondisi endemik penyakit MERS-CoV di Indonesia . (Benny Yong, S.Si., M.Si.
dan Livia Owen, S.Si., M.Si.).
Gejala
Gejalanya adalah batuk,mengalami demam (≥38oC), dan sesak nafas, bersifat akut dan
biasanya pasien memiliki penyakit komorbid (penyakit penyerta) seperti diabetes, penyakit
jantung kronik, hipertensi, dan penyakit paru kronik, sehingga menyebabkan kematian
bagi penderitanya. Untuk mengetahui apakah terjadi endemik atau tidak di suatu wilayah
dapat dilihat dari bilangan reproduksi dasar. Parameter2 yang berpengaruh dalam laju
kontak infektif individu rentan dengan individu terinfeksi, laju individu laten menjadi
individu terinfeksi.
Kasus
1) Kasus dalam penyelidikan
Kriteria : demam (≥38°C) atau ada riwayat demam, batuk, pneumonia, riwayat perjalanan
ke Timur Tengah (negara terjangkit) dalam waktu 14 hari sebelum sakit, petugas
kesehatan yang sakit dengan gejala sama setelah merawat pasien ISPA berat, adanya
klaster pneumonia dalam periode 14 hari, adanya perburukan perjalanan klinis yang
mendadak dan Seseorang dengan ISPA ringan sampai berat yang memiliki riwayat kontak
erat dengan kasus konfirmasi atau kasus probable infeksi MERS-CoV dalam waktu 14 hari
sebelum sakit.
2) Kasus probable
Kriteria: Seseorang dengan pneumonia, hasil laboratoriumya negative pada satu kali
pemeriksaan, adanya hubungan epidemiologis langsung dengan kasus konfirmasi MERS-
CoV.
3) Kasus konfirmasi, kriteria: Seseorang yang terinfeksi MERS-CoVdengan tes laboratorium
positif. (Dewi Murniati ).
Pencegahan
Upaya pencegahan MERS adalah dengan pengobatan gejala yang timbul pada individu
yang terinfeksi. Jika tidak terjadi pengobatan pada individu yang terinfeksi maka
penyakit akan tetap menyebar  pengobatan yang diberikan pada individu yang terinfeksi
dapat mengontrol penyebaran MERS. Semakin besar laju pengobatan yang diberikan
semakin kesil peluang terjadi penyebaran penyakit MERS. (Lazarus Kalvein Beay). 
            Dan dengan langkah kebersihan dasar dengan sering melakukan kebersihan tangan,
mengganti pakaian  dansepatu atau sepatu bot, setelah memegang hewan atau produk
hewan. Hewan yang sakit tidak boleh disembelih untuk konsumsi dan menghindari buah-
buahan atau sayuran yang belum dicuci atau minuman yang dibuat tanpa air bersih.

Vaksin 
    Hingga saat ini belum ada vaksin yang tersedia untuk MERS dan belum ada pengobatan
khusus yang telah direkomendasikan. Terapi infeksi MERS bersifatsuportif tergantung
kondisi pasien, (Novie H. Rampengan ).
Literature of Review

Definisi

Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV) adalah penyakit


sindrom pernafasan yang disebabkan oleh virus corona yang menyerang saluran pernafasan
mulai dari yang ringan sampai yang berat. Virus ini merupakan jenis baru dari kelompok
corona virus (Novel Corona Virus) (Kemenkes RI, 2014). Virus ini pertama kali dilaporkan
pada tahun 2012 di Arab Saudi dan sejauh ini terkait dengan negara-negara di Semenanjung
Arab dan sekitarnya (Uni Emirat Arab, Qatar, Oman, Yordania, Kuwait, Yaman dan
Lebanon) (Rha B et al, 2015).

Berdasarkan penelitian, MERS-CoV merupakan zoontic virus yang memasuki


populasi manusia di semenanjung Arab melalui kontak langsung ataupun tidak langsung
dengan unta ataupun produk-produk dari unta (misalnya susu dan daging unta). Namun
demikian, individu manusia yang terinfeksi virus ini dapat menularkan virus ke individu
lainnya. Bahkan kasus-kasus baru yang berkaitan dengan MERS-CoV didominasi penularan
dari manusia ke manusia. Mekanisme penularan belum diketahui, namun menurut Slamet
dkk, kemungkinan penularannya dapat melalui penularan langsung dan penularan tidak
langsung. Secara langsung melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batuk atau
bersin, dan secara tidak langsung melalui kontak dengan bendayang sudah terkontaminasi
dengan virus.

Etiologi

Awalnya, virus ini dinamakan Human Coronavirus-EC, tapi kemudian oleh konsensus
global diubah menjadi MERS-CoV (McNeil, 2014). Virus ini merupakan spesies beta
Coronavirus garis keturunan C yang baru saja ditemukan dan menginfeksi manusia (Slamet
dkk, 2013). Struktur genom MERS-CoV menggambarkan dipeptil-peptidase 4 (DPP4, atau
CD26) diidentiikasi sebagai reseptor host-sel untuk entry sel (McNeil, 2014). MERS-CoV
berasal dari keluarga corona virus. Corona virus pada manusia pertama kali diklasifikasikan
pada pertengahan 1960-an. Alpha, beta, gamma dan delta merupakan sub kelompok corona
virus. Saat ini ada enam corona virus yang dapat memengaruhi manusia yaitu (Woo et al,
2009) :

1. Corona virus Alpha: Corona virus 229E manusia dan Corona virus NL63 manusia
(HCoV-NL63, New Haven coronavirus).
2. Corona virus Beta: Corona virus OC43 manusia, Corona virus HKU1 manusia, SARS-
CoV, dan MERS-CoV.

Epidemiologi

Sampai Juni 2015 terdapat 1.334 kasus MERS-CoV yang dikonfirmasi dengan
laboratorium dan 471 kematian telah dilaporkan ke WHO. Terdapat 26 negara yang
melaporkan kasus MERS, yaitu: Saudi Arabia, Iran, Yordania, Kuwait, Lebanon, Oman,
Qatar, Uni Emirat Arab, Yaman (Timur Tengah); Austria, Perancis, Jerman, Yunani, Italia,
Belanda, Turki, Inggris (Eropa); Aljazair, Tunisia, Mesir (Afrika); Cina, Malaysia, Republik
Korea, Thailand, Filipina (Asia); dan Amerika Serikat. Sebagian besar dari kasus ini terjadi
di Arab Saudi. Sebuah pernyataan dari WHO pada bulan April 2014 menunjukkan bahwa
75% dari kasus MERS yang dilaporkan tampaknya merupakan kasus sekunder yang
diperoleh dari orang lain yang terinfeksi Pada tahun 2015 ini dan masih berlanjut, wabah
MERS telah melanda Korea Selatan dan pada tingkat lebih rendah di China, terdapat 172
kasus yang dikonfirmasi dan 27 kematian terkait telah dilaporkan (WHO, 2015).

Pola Penyebaran

Amiroch & Rohmatullah (2017), telah meneliti tentang pola penyebaran MERS
dengan menggunakan Model Kimura. Hasilnya dapat diketahui pola distribusi penyakit
tersebut secara geografis. Terdapat pula dinamika penularan MERS dengan menggunakan
model SIQRS serta mempertimbangkan faktor pengobatan. Dalam model tersebut populasi
dibagi menjadi empat kelas yakni;

a) Susceptible yaitu kelas individu yang rentan.


b) Infected yaitu kelas individu yang terinfeksi..
c) Quarantined yaitu kelas individu terinfeksi yang dikarantina.
d) Recovered yaitu individu yang sembuh dari penyakit
(Wu dan Feng, 2000)

Gambaran Klinis

Laporan menyebutkan bahwa rata-rata masa inkubasi MERS-CoV adalah 5,2 hari,
tetapi jangka waktu sampai 12 hari juga telah dilaporkan (Slamet dkk, 2013). Gejala awal
biasanya berupa demam (≥38oC), batuk, menggigil, rhinorrhea, kelelahan dan mialgia. Gejala
gastrointestinal termasuk anoreksia, mual, diare dan sakit perut juga telah dilaporkan. Gejala
pernapasan berupa sesak napas dan dispnea, dapat menjadi dominan kemudian hari. Pada
kasus yang lebih berat, pasien yang mengalami kegagalan nafas akut mungkin memerlukan
ventilasi mekanis dan extra corporeal membrane oxygenation (ECMO). Beberapa pasien
dengan kondisi yang parah dapat berkembang menjadi gagal ginjal akut (GGA) yang
membutuhkan hemodialisis, limfopenia, trombositopenia dan kegagalan multiorgan dengan
koagulopati. Usia yang lebih tua (lebih dari 60 tahun), anak-anak, wanita hamil dan penderita
penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, imunokompromise, penyakit ginjal stadium akhir,
penyakit jantung kronis, dan kondisi paru telah dikaitkan dengan presentasi yang lebih berat
dan berisiko tinggi dengan kematian (Guery et al, 2013).

Pemeriksaan Laboratorium

WHO dan Centers for Disease Control (CDC) merekomendasikan pengambilan


spesimen dari lokasi dan waktu yang berbeda pada kasus tersangka MERS. Spesimen yang
berasal dari saluran nafas bawah seperti dahak, aspirat trakea dan bilasan bronkoalveolar
mempunyai titer virus tertinggi (Setiawati dkk, 2013). Spesimen saluran pernapasan atas
(nasofaring dan orofaring) tetap diambil terutama bila spesimen saluran napas bawah tidak
memungkinkan dan pasien tidak memiliki tanda-tanda atau gejala infeksi pada saluran
pernapasan bawah. Sampel dari saluran napas harus diambil setiap 2-4 hari untuk
memastikan bersihan virus sesudah dua pemeriksaan menunjukkan hasil negatif (Alimuddin
dkk, 2015). Virus MERS-CoV juga dapat ditemukan di dalam cairan tubuh lainnya seperti
darah, urine dan feses, tetapi kegunaan sampel tersebut dalam mendiagnosis infeksi MERS-
CoV belum pasti. Pemeriksaan diagnosis laboratorium kasus infeksi MERS-CoV dilakukan
dengan metoda RT-PCR dan dikonfirmasi dengan teknik sekuensing (Slamet dkk, 2013).

Pada beberapa kasus, didapatkan bahwa konfirmasi positif hanya dalam spesimen
sputum setelah hasil negatif atau ragu terhadap pemeriksaan PCR MERS-CoV pada spesimen
nasofaring dan orofaring. Spesimen dikatakan tidak adekuat apabila hanya diambil spesimen
dari swab nasofaring tanpa disertai spesimen saluran pernapasan bawah, atau penanganan
spesimen yang tidak baik dan dinilai berkualitas rendah dari hasil pemeriksaan laboratoris,
atau diambil sangat terlambat dalam rentang perjalanan penyakit (Slamet dkk, 2013). Untuk
mempertimbangkan kasus MERS yang dikonfirmasi melalui laboratorium, salah satu dari
kriteria berikut harus dipenuhi:

1) Hasil PCR positif setidaknya pada 2 target tertentu yang berbeda pada genom MERS-
CoV.
2) Satu hasil PCR positif untuk target tertentu pada genom MERS-CoV dan hasil PCR
tambahan yang berbeda memberikan hasil positif MERS-COV.

Tes PCR digunakan untuk mendeteksi dan mendiagnosis penyakit menular serta dapat
digunakan untuk mengonfirmasi kasus positif dari pasien MERS-CoV dengan menggunakan
sampel dari saluran pernapasan (WHO, 2015). Pemeriksaan darah yang dapat menentukan
apakah seseorang sebelumnya telah terinfeksi dapat menggunakan antibodi terhadap MERS-
COV. Pengujian serologis juga tersedia untuk mengevaluasi pasien yang terinfeksi MERS-
CoV ataupun kontak. Spesimen serum harus dikumpulkan selama fase akut penyakit (minggu
pertama sakit) dan diulang selama fase pemulihan (>3 minggu setelah sampel awal
didapatkan). Tes serologis ini tersedia dari CDC dan memerlukan persetujuan, karena hanya
untuk tujuan penelitian atau pengawasan.

Tes ini menggunakan Indirect Fluorescent Antibody (IFA) dan deteksi antibodi IgM-
IgG dengan berbasis teknologi micro array protein (MAP) (Reusken et al, 2013). Spesimen
harus tiba di laboratorium segera setelah pengambilan. Penanganan spesimen dengan tepat
saat pengiriman adalah hal yang teramat penting. Sangat disarankan agar pada saat
pengiriman spesimen tersebut ditempatkan di dalam cool box dengan kondisi suhu 0-4oC atau
bila diperkirakan lama pengiriman lebih dari 3 hari disarankan spesimen dikirim dengan es
kering (Setiawati dkk, 2013).

Tatalaksana

Seiring dengan perkembangan pesat, pilihan terapi yang efektif merupakan sebuah
prioritas yang tinggi karena belum ada antivirus yang disepakati untuk pengobatan infeksi
corona virus maupun vaksin yang tersedia untuk pencegahan. Terapi infeksi MERS adalah
bersifat suportif tergantung kondisi keadaan pasien, berupa pemberian hidrasi, antipiretik,
analgesik, bantuan pernapasan, dan antibiotik jika diperlukan untuk mengatasi infeksi
sekunder (Al-Tawfiq dkk, 2014).

Pada pasien dengan gangguan pernapasan berat harus hati-hati dalam pemberian
cairan intravena, karena resusitasi cairan secara agresif dapat memperburuk oksigenasi,
terutama dalam situasi terdapat keterbatasan ventilasi mekanik. Pada pasien pneumonia
komunitas dan diduga terinfeksi MERS-CoV, dapat diberikan antibiotik secara empirik
(berdasarkan epidemiologi dan pola kuman setempat) secepat mungkin sampai diagnosis
ditegakkan. Terapi empirik kemudian disesuaikan berdasarkan hasil uji kepekaan (Slamet
dkk, 2013).

WHO tidak merekomendasikan pemberian steroid dosis tinggi karena dapat


menyebabkan efek samping serius berupa infeksi oportunistik, nekrosis avascular, infeksi
baru bakteri dan kemungkinan terjadi replikasi virus yang berkepanjangan. Oleh karena itu,
kortikosteroid harus dihindari kecuali diindikasikan untuk alasan lain. Pusat pengendalian
infeksi dan Kementrian Kesehatan (Kemkes) setempat harus dilaporkan segera jika terdapat
kasus infeksi MERS-CoV. Langkah-langkah pengendalian infeksi yang tepat, termasuk
penularan kontak dan tindakan pencegahan melalui udara harus dilakukan sambil mengobati
pasien yang diduga terinfeksi MERS-COV. Konsultasi dengan spesialis penyakit menular
sangat dianjurkan, dan konsultasi dengan spesialis paru harus dipertimbangkan jika
komplikasi pernapasan parah berkembang (Slamet dkk, 2013).

Dampak

Dampak dari penyebaran penyakit MERS yaitu jumlah korban yang terus bertambah.
Laporan terbaru dari WHO pada tahun 2017, secara global tercatat bahwa 2081 orang telah
terinfeksi penyakit tersebut dengan 722 orang korban diantaranya meninggal dunia. Menurut
Jung & Sung (2017), penyebaran penyakit MERS juga memiliki pengaruh terhadap sektor
ekonomi yang diakibatkan oleh perubahan perilaku individu. Perubahan perilaku tersebut
terjadi sebagai respons terhadap penyebaran MERS. Contohnya, masyarakat lebih cenderung
melakukan belanja online daripada belanja offline karena adanya kekuatiran terhadap
penyebaran MERS yang dapat menular lewat kontak langsung dengan penderita. Pada tahun
yang sama Shin et al (2017), meneliti tentang pengaruh keputusan operasional penanganan
korban infeksi dari penyebaran MERS di Republik Korea dan menekankan pada pentingnya
penerapan model sistem dinamik yang efektif dengan mempertimbangkan berbagai interaksi
yang terjadi dan juga pengobatan yang diberikan.

Pencegahan

Pencegahan MERS dilakukan dengan perilaku hidup bersih dan sehat, menghindari
kontak erat dengan penderita, menggunakan masker, menjaga kebersihan tangan dengan
sering mencuci tangan memakai sabun dan menerapkan etika batuk ketika sakit. Langkah
pencegahan infeksi MERS-CoV sama dengan pencegahan infeksi pada penyakit flu burung
dan Emerging infectious Disease lainnya yang mengenai saluran napas (Slamet dkk, 2013).
Methodology

Berdasarkan Summary Table for Literature Reviews and Systematic Reviews


metodologi yang digunakan adalah kombinasi antara kualitatif dan kuantitatif. Dengan
metode kualitatif dan kuantitatif akan mudah mengambil data dari semua sisi untuk penelitian
yang dilakukan, contoh literature dengan metode kuantitatif adalah Model Penyebaran
Penyakit Menular MERS-CoV: Suatu Langkah Antisipasi Untuk Calon Jamaah Umrah/Haji
Indonesia oleh Benny Yong, S.Si., M.Si. dan Livia Owen, S.Si., M.Si dan untuk metode
kualitatif Upaya World Health organization (WHO) bersama Pemerintah Korea Selatan
dalam mengatasi wabah penyakit MERS di Korea selatan tahun 2015 oleh Gabriela Giovani.

Sample Selection

Untuk sampel yang digunakan beragam, mencakup usia remaja hingga lansia
tergantung dengan kebutuhan penelitian. Sampel digunakan untuk menganalisis, baik
penelitian tersebut memakai metode kualitatif ataupun kuantitatif. Hal ini digunakan untuk
memperoleh data yang kredibel dan valid.

Procedure

Rata-rata prosedur yang dilakukan adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan


kepada partisipan yang terlibat. Pertanyan yang diajukan terkait dengan MERS-COV.
Referance

Alimuddin Z, Hui DS, Perlman S. Middle East respiratory syndrome. London. 2015:1-9.

Amiroch, S., dan Rohmatullah, A., 2017, Determining Geographical Spread Pattern of
MERS-CoV by Distance Method using Kimura Model, Symposium on
Biomathematics (SYMOMATH 2016) AIP Conf. Proc. 1825, p.020001-1–
020001-8.

Al-Tawfiq JA, Momattin H, Dib J, Memish ZA. Ribavirin and interferon therapy in patients
infected with the Middle East Respiratory Syndrome Corona-virus: an
observational study. Int J Infect Dis. 2014;20:42-6.

Beay, L Kalvein. 21 Oktober 2017. Seminar Nasional Matematika dan Aplikasinya. Model
Penyebaran Middle East Respiratory Syndrome (MERS) Dengan Pengaruh
Pengobatan. Surabaya,Universitas Airlangga

Funk. L Anna et all. 2016. MERS-CoV at the Animal Human Interface: Inputs on Eksposure
Pathways an Expert–Opinion Elicitation. Original Research. Frontiers in
Veterinary ScienceVolume 3, Article 88.

Giovani, G. 2017. “Upaya World Health Organization (WHO) Bersama Pemerintah Korea
Selatan dalam Mengatasi Wabah Penyakit MERS di Korea Selatan Tahun 2015”.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Katolik Parahyangan.
Bandung.

Guery B, Poissy J, el Mansouf L, Sejourne C, Ettahar N, Lemaire X, dkk. Clinical features


and viral diagnosis of two cases of infection with Middle East Respiratory
Syndrome Corona-virus: a report of nosocomial transmission. Lancet.
2013;381(9885): 2265-72.

Johani, Al Sameera dan Ali H. Hajeer. 2016. MERS-CoV diagnosis: An update. Journal of
Infection and Public Health (9), 216-219.

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Umum Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East
Respiratory Syndrome-Corona Virus (MERS-CoV). Jakarta, Direktur Jenderal PP
dan PL.

Jung, E., dan Sung, H., 2017, “The Influence of the Middle East Respiratory Syndrome
Outbreak on Online and Offline Markets for Retail Sales”, artikel. Sustainability
9, 411 p.1-23.
Lesamana, L Sabda. 2015. Sistem Pakar Dengan Metode Forward Chaining Untuk Diagnosa
Pasien Yang Terinfeksi Virus MERS-CoV (Studi Kasusdi RSUP M. Djamil
Padang). CBIS Journal, Volume 3 No.2ISSN 2337-8794.

McNeil DG. Saudi Arabia: MERS toll revised. The New York Times. June 4, 2014. [diakses
pada 26 Maret 2020]. Available from: http://www. nytimes.com/2014/
06/04/health/saudi-arabia-mers-toll revised.html?emc=eta1&_r=0.

Mujiayanti. 2019. “Pemodelan Matematika Penyebaran Penyakit Middle East Resiratory


Coronavirus (MERS-CoV) Dengan Pengunaan Masker Kesehatan dan
Vaksinasi”. Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Murniati.D. Middle East Resiratory Coronavirus (MERS-CoV). The Indonesian Journal of


Infectious Disease

Pradanti, D. 2018. Evaluation of Formal Risk Assessment Implementation Of Middle East


Respiratory Syndrome Coronavirus in 2018. Jurnal Berkala Epidemiologi
Volume 7 Issue 3 (2019) 197 – 206.

Rampengan, Novie H. 2016. Middle East Respiratory Syndrome. Jurnal Biomedik (JBM),
Volume 8 Nomor 1, Maret 2016. Hlm. 17-26

Reusken CB, Haagmans BL, Muller MA, Gutierrez C, Godece GJ, Meyer B et al. Middle
East Respiratory Syndrome Corona-virus neutralising serum antibodies in
Dromedary Camels: a comparative serological study. Lancet Infect Dis.
2013;13(10):859-66.

Rha B, Rudd J, Feikin D, Watson J, Curns AT, Swerdlow DL, dkk. 2015. Update on the
epidemiology of Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV)
infection, and guidance for the public, clinicians, and public health authorities.
MMWR; 64(3):61-2.

Setiawati V, Pawestri HA, Susilarini NK, Andriana KN, Roselinda, Sudomo M dkk.
Pedoman pengambilan spesimen dan pemeriksaan laboratorium Middle East
Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV). Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,
2013; p. 1-6.

Shin, N., Kwag, T., Park, S., dan Kim, Y.H., 2017, “Effects of operational decisions on the
diffusion of epidemic disease: A system dynamics modeling of the MERS-CoV
outbreak in South Republik Korea”, Journal of Theoretical Biology 421 p.39–50.
Slamet dkk. 2013. Pedoman Umum Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory
Syndrom-Corona Virus (MERS-CoV). Jakarta.

Woo PC, Lau SK, Huang Y, Yuen KY. Corona-virus Diversity, Phylogeny and Interspecies
Jumping. Exp Biol Med. 2009;234(10):1117-27.

World Health Organization. Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV)


in Thailand. [diakses pada 26 Maret 2020]. Available from: http://www.
who.int/csr/don/20-june-2015-mersthailand/en/.

World Health Organization. Frequently Asked Questions on Middle East Respiratory


Syndrome Corona-virus (MERS‐CoV). [diakses pada 26 Maret 2020]. Available
from: http://www.who.int/ csr/disease/ corona virus_infections/faq/en/ 20.

World Health Organization. Corona-virus Infections. [diakses pada 26 Maret 2020].


Available from: http://www.who.int/ csr/disease/coronavirus_infections/en/.

World Health Organization. Middle East Respiratory Syndrome Corona-virus (MERS-CoV).


[diakses pada 26 Maret 2020]. Available from: http://www.who.int/
emergencies/mers-cov/en/.

Wu, L., dan Feng, Z., 2000, Homoclinic Bifurcation in an SIQR Model for Childhood
Diseases, Journal of Differential Equations 168, p.150167.

Yong, Benny dan Livia Owen. 2015. Model Penyebaran Penyakit Menular MERSCoV: Satu
Langkah Antisipasi Untuk Calon Jamaah Umrah/Haji Indonesia. Lembaga
Penelitian dan Pegabdian Masyarakat. Universitas Katolik Parahyangan.
Bandung.

Yusri, Imran dam Mudatsir. 2016. Analisis Kesiapsiagaan Kantor Kesehatan Pelabuhan
Kelas III Banda Aceh Menghadapi Risiko Bencana Infeksi Virus MERS-CoV di
Bandara Sultan IskandarMuda Tahun 2015. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala
Volume 16 Nomor 2 Agustus 2016.

Anda mungkin juga menyukai