1. Handayani (190400533)
2. Hendras Bintari (190400534)
3. Ika Wahyuningsih (190400535)
4. Luthfi Anisa (190400536)
5. Maria Theodora Natalia (190400537)
6. Marina Yuliastuti (190400620)
7. Nanda Pratiwi H (190400538)
8. Novi Tri Wahyuni (190400539)
9. Novita Fauziah Putri (190400540)
YOGYAKARTA
2020
Appendix 2. Summary Table for Literature Reviews and Systematic Reviews
N conclusions Transmisi terjadi melalui kontak dekat dengan orang yang terinfeksi, termasuk dari pasien ke petugas kesehatan.
O relevant to the 2) Menurut WHO, klasifikasi kasus MERS -CoV yaitu penyelidikan, probable dan konfirmasi. Tampilan klinis MERS
review berkisar dari asimtomatik sampai sindrom distres pernapasan akut dan kegagalan multi organ yang menyebabkan
1 kematian, khususnya pada individu dengan komorbiditas sebelumnya. Pemeriksaan laboratorium untuk MERS-CoV
sendiri tidak tersedia secara rutin, namun PCR untuk MERS-CoV tersedia di beberapa laboratorium pelaksana dan
Balitbangkes) di Jakarta.
3) Hingga saat ini belum ada vaksin yang tersedia untuk MERS dan belum ada pengobatan khusus yang telah
direkomendasikan. Terapi infeksi MERS bersifatsuportif tergantung kondisi pasien,
U applicable) Semakin besar laju pengobatan yang diberikan maka semakin kecil peluang terjadi penyebaran penyakit pada
R populasi
Findings/ 1. Belum ada vaksin untuk penyakit MERS
N
A conclusions relevant 2. Upaya pencegahan MERS adalah dengan pengobatan gejala yang timbul pada individu yang terinfeksi. Jika tidak
L to the review terjadi pengobatan pada individu yang terinfeksi maka penyakit akan tetap menyebar pengobatan yang diberikan
pada individu yang terinfeksi dapat mengontrol penyebaran MERS
N 3. Semakin besar laju pengobatan yang diberikan semakin kesil peluang terjadi penyebaran penyakit MERS
O
Author (s) & title The authors : Lido Sabda Lesmana, S.Pd., M.Kom
Title : SISTEM PAKAR DENGAN METODE FORWARD CHAINING UNTUK DIAGNOSA PASIEN YANG
J TERINFEKSI VIRUS MERS COV ( STUDI KASUS DI RSUP M.DJAMIL PADANG)
Research Question/ Tujuan penelitian ini adalah antara lain :
O
Purpose 1) Membuat sistem informasi dan sistem pakar untuk pasien yang kemungkinan memiliki gejala terinfeksi virus
U
MERS.
R
2) Menerapkan Sistem Pakar dengan Metode Forward Chaining untuk mendiagnosa pasien yang terinfeksi Virus
N MERS-CoV.
A 3) Menerapkan sistem pakar untuk mengetahui gejala virus mers berbasis web.
Search Strategy/ Ada 9 negara yang telah melaporkan kasus MERS-CoV yakni (Perancis, Jordania, Qatar, Arab Saudi, Tunisia,
L
Inclusion/ Exclusion jerman, Inggris, dan Uni Emirat Arab). Sedangkan dari sumber WHO 9 Mei 2014 pada bulan april 2012 – 08 Mei
Criteria 2014 ada 536 kasus yang dikonfirmasi laboratorium dengan angka kematian 145. Negara yang terkena dampaknya
N
adalah Timur tengah termasuk Yordania, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi. Afrika yakni Mesir dan Tunisia. Untuk
O
Eropa yaitu Perancis, Jerman, Yunani, Italia, Inggris. Sedangkan untuk Asia adalah Malaysia Dan Filipina. Secara
keseluruhan 65,6% kasus adalah laki-laki dan usia rata-rata adalah 49 tahun. Dalam penelitian lain dilihat metode
4
Forward Chaining sangat banyak di manfaatkan dalam dunia kesehatan seperti sistem pakar dalam mengidentifikasi
penyakit kanker pada anak sejak dini dan cara penanggulangannya. Dimana dengan memanfaatkan metode Forward
Chaining adalah strategi untuk memprediksi atau mencari solusi dari suatu masalah yang dimulai dari sekumpulan
fakta yang diketahui, kemudian menurunkan fakta baru berdasarkan aturan premisnya cocok dengan fakta yang
diketahui.
Search Terms Virus MERS VoC (Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus) Penyakit ini adalah penyakit sindrom
pernapasan yang disebabkan oleh virus Corona yang menyerang saluran pernapasan mulai dari yang ringan hingga
berat. Gejalanya adalah demam, batuk dan sesak nafas, bersifat akut. Sistem Pakar adalah sebuah teknik untuk
mempermudah kerja manusia. Sistem pakar ini bisa berupa software yang akan di implementasikan sebagai sumber
informasi dan juga bisa di implementasikan berupa hardware. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah
Forward Chaining Langkah yang dilakukan dimulai dengan pengumpulan data, pengembangan dan hasil. Sementara
J
sistem informasinya adalah dengan menggunakan bahasa pemrograman yaitu PHP yang sudah di install di program
O
sesuai dengan kebutuhan.
U Detail of Literature/ Referensi yang digunakan : ada 7 jurnal nasional dan 3 artikel
R study selection
N Quality assessment Dari segi kualitas penelitian ini sudah cukup baik Karena dari berbagai jurnal tersebut menggunakan sistem pakar
A (where applicable) yang dapat memudahkan kerja manusia. Sistem pakar ini bisa berupa software yang akan di implementasikan sebagai
L sumber informasi dan juga bisa di implementasikan berupa hardware. Yang pada intinya sistem pakar ini sebuah
sistem yang di rancang oleh manusia, semua data dan informasi di dapatkan dari hasil survei, pengetahuan dan
N pendapat para ahli.
Data sythesis (where Batasan Implementasi dari aplikasi ini adalah sebagai berikut :
O
applicable) 1. Dalam aplikasi ini pengunjung website dapat melihat halaman web, daftar gangguan, dan developer. Sedangkan
untuk user, agar dapat berkonsultasi dengan sistem, user harus registrasi dahulu setelah registrasi sukses, maka
4
user wajib login untuk melakukan konsultasi.
2. Applikasi ini dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP dan Database MySQL.
Kebutuhan Hardware dan Software Perangkat Keras (Hardware)
Adapun perangkat keras yang digunakan untuk pembuatan program Sistem Pakar ini adalah sebagai berikut:
a. Processor : Intel(R) Pentium(TM) CPU N570 @1.66Ghz (4CPUs)
b. Memory : 1024MB RAM
c. Hardisk : 320GB
d. Mouse :USB
e. Keyboard : USB
Perangkat Lunak (Software)
J
Perangkat lunak atau software yang digunakan untuk pembuatan program
O
Sistem Pakar ini adalah sebagai berikut:
U
a. Sistem operasi windows 7 Ultimate
R
b. Microsoft Office Word 2007
N c. XAMPP
A d. Rational Rose
L e. Adobe Master Collection CS3
Findings/ Kesimpulan yang dapat diambil dari diagnosa virus MERS CoV dengan metode Forward Chaining adalah:
conclusions relevant 1. Dengan memanfaatkan metode ini dapat memberikan terobosan terbaru didunia kesehatan dan dapat membantu
N
to the review medis dalam mendiagnosa penyakit virus MERS berdasarkan gejala-gejala yang dirasakan oleh pasien.
O
2. Dari hasil pengujian, sistem berbasis web ini dengan metode Forward Chaining secara online dapat diakses oleh
masyarakat di manapun berada dan metode ini sangat berpotensi untuk dikembangkan oleh tim medis lain dalam
4
mendiagnosa penyakit lain seperti penyakit Malaria, Demam Berdarah, Asma dan lain-lain.
3. Sistem ini bisa dimanfaatkan berdasarkan dari gejala-gejala yang rasakan pasien dan sistem ini juga akan
memberikan sedikit solusi dalam mendiagnosa penyakit yang alami oleh pasien khusunya virus MERS CoV.
Author (s) & title The authors : Yusri, Imran dan Mudatsir
Title : Analisis Kesiap Siagaan Kantor Kesehatan Pelabuhan kelas III Banda Aceh Menghadapi Resiko Bencana
J Infeksi Virus Mers-CoV di Bandara Sultan Iskandar Muda Tahun 2015
Research Question/ untuk mengetahui kesiapsiagaan Pegawai KKP Kelas III Banda Aceh menghadapi bencana penyakit MERS-CoV
O
Purpose dilihat dari komponen Sumber Daya Manusia, Sarana Prasarana, Pendanaan dan Koordinasi
U
Search Strategy/ pegawai KKP Kelas III Banda Aceh 12 orang dan 6 intansi lain yang diwakili oleh 1 orang pegawai.
R
Inclusion/ Exclusion
N
Criteria
A Search Terms Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV). Penyakit ini merupakan penyakit infeksi melular
L yang berbahaya. Pada skala yang besar bisa menjadi wabah dan Kejadian Luar Biasa yang mengakibatkan
meningkatnya jumlah penderita dan korban jiwa.
N Detail of Literature/ Referensi yang digunakan :
O study selection 1) Jurnal Internasional sebanyak 1 jurnal.
2) Jurnal Nasional sebanyak 9 jurnal.
5 3) Riset data nasional yang digunakan 5
Quality assessment Dari segi kualitas jurnal, jurnal ini merupakan jurnal yang baik karena menggunakan data-data falid dari badan
(where applicable) nasional pemerintah
Data sythesis (where Karena penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode triangulasi
applicable) (observasi, wawancara dan dokumentasi). Data primer diperoleh langsung melalui Fokus Grup Diskusi (FGD) di
KKP Kelas III Banda Aceh dan wawancara mendalam dengan 6 pihak stake holder lainnya
Findings/ 1. Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di KKP Kelas III Banda Aceh sudah mencukupi untuk penanganan
conclusions relevant bencana penyakit MERS- CoV, akan tetapi belum di bentuk tim TGC/TRC dan Drill Simulasi.
to the review 2. Sarana dan Prasarana di KKP Kelas III Banda Aceh belum mempunyai ruangan isolasi khusus untuk merawat
penumpang/crew yang menderita penyakit menular dan alat thermal scanner suhu tubuh dalam kondisi rusak.
3. Sampai saat ini KKP Kelas III Banda Aceh masih kekurangan dana untuk operasional kesiapsiagaan antisipasi
penyakit menular.
4. KKP Kelas III Banda Aceh belum pernah melakukan koordinasi penanganan kasus penyakit infeksi menular
MERS-CoV dengan stakeholder
Author (s) & title The authors : Gabriela Giovani
Title : Upaya World Health organization (WHO) bersama Pemerintah Korea Selatan dalam mengatasi wabah
J penyakit MERS di Korea selatan tahun 2015
Research Question/ Untuk mengetahui dan mendeskripsikan upaya yang dilakukan WHO sebagai organisasi internasional bersama
O
Purpose Pemerintah Korea selatan dalam mengatasi wabah penyakit MERS di korea selatan tahun 2015
U
Search Strategy/ Penyebaran awal virus mers di korea selatan, rumahsakit di korea selatan yang terpaparvirus MERS – coV,
R
Inclusion/ Exclusion perkembangan kasus MERS di korea selatan,lemahnya respon awal pemrintah korea selatan, capaian dan tantangan
N
Criteria WHO dalam menangani kesehatan dunia
A Search Terms 1.WHO (World Health Organization)
L 2.MERS (Middle East Respiratory Syndrome)
3.SARS (Severe Acute respiratory Syndrome)
N 4.PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa)
O 5.SMC (Samsung Medical center)
6. KCDC (Korea center for Disease Control and Prevention)
6 7. NPIR (Negative Pressure Isolation Room)
Detail of Literature/ Referensi yang digunakan :
study selection 1. Buku sebanyak 23 buku
2. Dokumen internasional sebanyak 11 dokumen
3. Jurnal inetrnasional sebanyak 8 jurnal
4. Artikel /Website sebanyak 36 artikel / website
Quality assessment Dari segi kualitas literatur yang digunakan, jurnal ini Sudah lengkap dan kebenarannya pasti , hal ini dikarenakan
(where applicable) referensi yang digunakan selain dari artikel/website juga terdapat jurnal internasional dan juga buku
Data sythesis (where Tidak ada
applicable)
Findings/ 1. Pemerintah Korea selatan dan WHO mampu mengatasi wabah MERS di korea selatan dalam waktu 8 bulan ditahun
conclusions relevant 2015,walaupun secara dunia belum bias diatasi sejak MERS muncul tahun 2012.
to the review 2. Faktor Keberhasilan Pemerintah Korea selatan dan WHO dalam menangani wabah MERS adalah :
1) Joint mission ; mengambil pelajaran dari kegagalan atau kesalahan sebelumnya ; WHO berbagi pengalamnnya
dan memberikan rekomendasi yang kemudian di diadopsi dan dijalankan pemerintah korea selatan,
2) Adanya kerjasama antara WHO, pemerintah dan masyarakat Korea selatan
3) Kemampuan Teknologi informasi korea selatan yang baik
4) Pengiriman Tim oleh WHO untuk bekerjasama dengan Pemerintah Korea selatan pada awal krisis.
membuktikan bahwa Pemrintah membutuhkan organisasi internasional dalam membantu mengatasi per
masalahan yang terjadi bukan state security yang penting untuk diperhatikan melainkan human security
Author (s) & title The authors : Della Safera Pradanti
Title : Evaluasi Pelaksanaan Formal Risk Assessment Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus Tahun 2018
Research Question/ Untuk mengevaluasi pelaksanaan formal risk assessment (FRA) dan risiko MERS-CoV di Indonesia tahun 2018
J
Purpose dengan memperhatikan faktor ancaman, faktor kerentanan dan faktor kapasitas.
O
Search Strategy/ Staf Penyakit Infeksi Emerging (PIE) dalam satuan waktu pengamatan adalah 2018
U
Inclusion/ Exclusion
R
Criteria
N Search Terms 1. MERS-CoV ( Middle East Respiratory Syndrome) yaitu penyakit pernafasan yang dapat menyebabkan gejala mulai
A dari demam, batuk, sesak napas, dan pernapasan akut lainnya yang dapat menularkan melalui kontak dekat antar
L manusia.
2. Penilaian Risiko Formal (FRA) yaitu penilaian kuantitatif terhadap risiko penyakit menular yang baru muncul
N untuk dapat memberikan solusi yang dapat digunakan untuk pencegahan penyakit tersebut.
O 3. Surveilans sindrom merupakan pengamatan kumpulan gejala yang mengarah pada penyakit tertentu atau kelompok
penyakit yang dilakukan di rumah sakit untuk mendeteksi kejadian penyakit sejak dini dari pendekatan gejala klinis
7 yang kemudian dikonfirmasi melalui pemeriksaan laboratorium.
Hubungan epidemiologis, yaitu kondisi yang memberi kelompok atau kemungkinan terpapar dan terinfeksi oleh
agen penyebab penyakit
Detail of Literature/ Referensi yang digunakan:
study selection 1. Jurnal internasional sebanyak 7 buah
2. Jurnal nasional sebanyak 5 buah
3. Artikel internasional sebanyak 8 buah
4. Artikel nasional sebanyak 1 buah
Riset data nasional sebanyak 2 buah
Quality assessment Dari segi kualitas referensi yang digunakan jurnal ini tergolong dalam kategori baik. Karena dalam jurnal ini terdapat
(where applicable) referensi dari berbagai sumber, tidak hanya dari nasional namun juga dari internasional. Jurnal penelitian tersebut
juga termasuk dalam katogori penelitian yang falid, karena didukung oleh data-data yang relevan.
Data sythesis (where Penelitian ini menggunakan metode observasi non-reaktif dengan wawancara mendalam kepada staf PIE dengan alat
applicable) FRA dengan analisis berupa ancaman, kerentanan, kapasitas dan kapasitas.
J
1. Analisis ancaman menunjukkan hasil yang tinggi mengingat MERS-CoV dapat ditularkan sesama manusia, risiko
O
mengimpor penyakit MERS-CoV juga cukup tinggi di Indonesia sehingga pencegahan penyakit tersebut sangat
U
penting
R
2. Analisis risiko kerentanan yang tinggi terdapat pada sub kategori transportasi antar provinsi dan kota/ kabupaten
N
dan sub kategori proporsi penduduk berusia > 60 tahun, sedangkan kerentanan yang rendah pada sub kategori
A
populasi yang bepergian ke daerah yang terkena dampak dan kepadatan populasi
L
Analisis risiko kapasitas memiliki nilai yang rendah pada sub kategori institusional, sub kategori pengawasan rumah
sakit dan sub kategori pengawasan pusat kesehatan. Sedangkan sub kategori pengawasan pintu masuk regional oleh
N
KKP memiliki nilai indeks yang tinggi.
O Findings/ 1. Kurangnya FRA berdasarkan faktor ancaman, kerentanan dan kapasitas tiga kali lipat, meliputi tidak termasuk
conclusions relevant pertanyaan tentang jumlah jamaah umrah dan jumlah pekerja migran Indonesia, tidak ada hubungan epidemiologis
7 to the review antara transportasi antara provinsi dan kota/ kabupaten dengan kerentanan MERS CoV, ada penilaian tidak
memuaskan dan pengisian kuesioner FRA oleh personal SDM
2. Kekurangan dari FRA perlu ditindak lanjuti untuk mengurangi nilai indeks kategori yang tinggi dan meningkatkan
nilai indeks kategori yang rendah
Pembentukan personel SDM yang kompeten untuk mengisi kuesioner FRA dan pengawasan sindrom berbasis rumah
sakit dilakukan secara merata di seluruh rumah sakit di Indonesia
Author (s) & title The authors: Benny Yong, S.Si., M.Si. dan Livia Owen, S.Si., M.Si.
Title : Model Penyebaran Penyakit Menular MERS-CoV: Suatu Langkah Antisipasi Untuk Calon Jamaah
J Umrah/Haji Indonesia
Research Question/ Untuk mengetahui penyebaran MERS – CoV pada calon jamaah umrah/haji Indonesia
O
Purpose
U
Search Strategy/ warga negara Indonesia yang akan bepergian ke Arab Saudi sebagai tenaga kerja, jamaah umrah/haji, atau keperluan
R
Inclusion/ Exclusion lain dan warga Arab Saudi yang akan bepergian ke Indonesia dalam rangka bisnis, berlibur, atau lainnya pada tahun
N
Criteria 2015 di Bandung
A Search Terms 1) MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus) adalah suatu strain baru virus Corona yang belum
L pernah ditemukan menginfeksi manusia sebelumnya.
2) Bilangan Reproduksi Dasar Bilangan reproduksi dasar adalah bilangan yang menyatakan banyaknya rata-rata
N individu infektif sekunder akibat tertular individu infektif primer yang berlangsung di dalam populasi susceptible.
O Detail of Literature/ Referensi yang digunakan :
study selection 1) Jurnal Internasional sebanyak 15 jurnal.
O applicable) including bats, are required; phylogeography studies of MERS-CoV, and ecological studies on bat species living in
U the proximity of camels and suspected to play a role in the circulation of the virus, including a better understanding of
R their home ranges, migration patterns, biology (especially reproduction), roosting sites, and mechanisms of contact
with camels are needed. Studies of viral shedding in animals, of virus persistence in different biological specimens of
N humans and animals, and in the environment under different conditions would help to quantify, or at least help to
A characterize, potential transmission risks.
Findings/ All experts thought that MERS-CoV-infected dromedaries and asymptomatic humans play the most important role in
L
conclusions relevant infection of humans, with bats and other species presenting a possible, but yet undefined, risk. Direct and indirect
to the review contact of humans with dromedary camels were identified as the most risky types of contact, when compared to
N
consumption of various camel products, with estimated “most likely” incidence risks of at least 22 and 13% for direct
O
and indirect contact, respectively. The results of our study are consistent with avail-able, yet very limited, published
data regarding the potential pathways of transmission of MERS-CoV at the animal–human interface. These results
10
identify key knowledge gaps and highlight the need for more comprehensive, yet focused research to be conducted to
better understand transmission between dromedaries and humans.
MERS (Middle East Respiratory Syndrome)
Abstract
Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV) adalah penyakit sindrom
pernafasan yang disebabkan oleh virus corona yang menyerang saluran pernafasan mulai
dari yang ringan sampai yang berat. Virus ini merupakan jenis baru dari kelompok corona
virus (Novel Corona Virus) (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan penelitian, MERS-CoV
merupakan zoontic virus yang memasuki populasi manusia di semenanjung Arab melalui
kontak langsung ataupun tidak langsung dengan unta ataupun produk-produk dari unta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui etilogi, patologi, dampak, akibat yang
ditimbulkan oleh penyakit MERS yang menyerang manusia dan cara menanggulanginya.
Penelitian ini bersifat secara global penelitiaan ini bersifat observasional dan eksperimen.
Yang disajikan secara deskriptif Metodologi yang digunakan adalah Berdasarkan
Summary Table for Literature Reviews and Systematic Reviews metodologi yang
digunakan adalah kombinasi antara kualitatif dan kuantitatif. Dengan metode kualitatif dan
kuantitatif akan mudah mengambil data dari semua sisi untuk penelitian yang dilakukan
Sample Selection Untuk sampel yang digunakan beragam, mencakup usia remaja hingga
lansia tergantung dengan kebutuhan penelitian. Procedure Rata-rata prosedur yang
dilakukan adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan kepada partisipan yang terlibat.
Pertanyan yang diajukan terkait dengan MERS-COV. Teknik pengumpulan data
dilakukan melalui quesioner, wawancara mendalam, fokus grup diskusi dan dokumentasi.
Hasil dan Kesimpulan dari berbagai penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa
penyakit MERS-CoV melanda masyarakat dapat menyerang berbagai usia yang menyerang
sistem pernafasan cara memimalisir virus ini dengan cara menjaga kebersihan tangan,
mengganti pakaian dansepatu atau sepatu bot, setelah memegang hewan atau produk
hewan. Hewan yang sakit tidak boleh disembelih untuk konsumsi dan menghindari buah-
buahan atau sayuran yang belum dicuci atau minuman yang dibuat tanpa air bersih.
Definisi
Middle East Repiratory Syndrome (MERS) adalah penyakit saluran napas yang
disebabkan oleh Corona virus tipe baru (MERS-CoV). MERS-CoV juga disebut EMC /
2012 (HCoVEMC / 2012), positif-sense, spesies baru single-stranded RNA dari genus
Betacoronaviru. Virus Zoonosis adalah virus yang menyebabkan penyakit yang secara
alami dapat menular dari hewan vertebrata ke manusia atau sebaliknya. Transmisi terjadi
dengan perpindahan virus dari 1 orang ke orang lain. Pandemik tersebar luas (tentang
penyakit) di suatu kawasan, benua, atau di seluruh dunia. Spesimen adalah bagian dari
kelompok atau bagian dari keseluruhan. Diagnosis adalah penentuan jenis penyakit dengan
cara meneliti (memeriksa) gejala-gejalanya. Tes PCR adalah tes yang digunakan untuk
mendeteksi dan mendiagnosis penyakit menular (MERS-CoV). Terapi suportif adalah
suatu bentuk terapi alternatif yang mempunyai tujuan untuk menolong pasien beradaptasi
dengan baik terhadap suatu masalah yang dihadapi dan untuk mendapatkan suatu
kenyamanan hidup terhadap gangguan psikisnya. Terapi empirik adalah perawatan
atau terapi medis berdasarkan pengalaman. Endemik adalah keadaan atau karakteristik
wilayah atau lingkungan tertentu yang ada hubungannya dengan penyakit. Menurut WHO,
klasifikasi kasus MERS-CoV yaitu penyelidikan, probable dan konfirmasi. Tampilan
klinis MERS berkisar dari asimtomatik sampai sindrom distres pernapasan akut dan
kegagalan multi organ yang menyebabkan kematian, khususnya pada individu dengan
komorbiditas sebelumnya. Pemeriksaan laboratorium untuk MERS-CoV sendiri tidak
tersedia secara rutin, namun PCR untuk MERS-CoV tersedia di beberapa laboratorium
pelaksana dan Balitbangkes) di Jakarta. (Novie H. Rampengan).
Virus ini akan menyerang penderita yang memiliki kekebalan tubuh Yang rendah
seperti lansia, orang yang mudah lelah, anak kecil, serta mereka yang sedang dalam
perjalanan. Masa inkubasi dari virus hingga menyebabkan penyakit adalah 2-14 hari,
Sehingga mungkin saja seseorang terinfeksi virus MERS-CoV di Timu Tengah dan
kemudian gejala baru timbul setelah mereka kembali ke negara asal. (Mujiyanti).
populasi penyebaran penyakit menular MERSCoV akibat perpindahan individu antar
wilayah Indonesia dan Arab Saudi. Model ini memiliki dua titik kesetimbangan, yaitu titik
kesetimbangan bebas penyakit yang bersifat stabil ketika 𝑅0 < 1 dan titik kesetimbangan
endemik yang bersifat stabil ketika 𝑅0 > 1 Untuk mengantisipasi penyebaran penyakit
menular MERS-CoV ke Indonesia, beberapa parameter yang dapat dikontrol adalah
𝛽,1,𝛼2,𝑐,𝑑, dan 𝜔. Dapat dilihat dari nilai 𝑅0 bahwa parameter laju perpindahan penyakit
antar individu rentan dan terinfeksi yang berasal dari wilayah yang sama (𝛽) merupakan
parameter yang paling sensitif pada model penyebaran penyakit menular MERS-CoV.
Dengan demikian kontrol yang kontinu untuk mengurangi nilai dari parameter ini dapat
mencegah kondisi endemik penyakit MERS-CoV di Indonesia . (Benny Yong, S.Si., M.Si.
dan Livia Owen, S.Si., M.Si.).
Gejala
Gejalanya adalah batuk,mengalami demam (≥38oC), dan sesak nafas, bersifat akut dan
biasanya pasien memiliki penyakit komorbid (penyakit penyerta) seperti diabetes, penyakit
jantung kronik, hipertensi, dan penyakit paru kronik, sehingga menyebabkan kematian
bagi penderitanya. Untuk mengetahui apakah terjadi endemik atau tidak di suatu wilayah
dapat dilihat dari bilangan reproduksi dasar. Parameter2 yang berpengaruh dalam laju
kontak infektif individu rentan dengan individu terinfeksi, laju individu laten menjadi
individu terinfeksi.
Kasus
1) Kasus dalam penyelidikan
Kriteria : demam (≥38°C) atau ada riwayat demam, batuk, pneumonia, riwayat perjalanan
ke Timur Tengah (negara terjangkit) dalam waktu 14 hari sebelum sakit, petugas
kesehatan yang sakit dengan gejala sama setelah merawat pasien ISPA berat, adanya
klaster pneumonia dalam periode 14 hari, adanya perburukan perjalanan klinis yang
mendadak dan Seseorang dengan ISPA ringan sampai berat yang memiliki riwayat kontak
erat dengan kasus konfirmasi atau kasus probable infeksi MERS-CoV dalam waktu 14 hari
sebelum sakit.
2) Kasus probable
Kriteria: Seseorang dengan pneumonia, hasil laboratoriumya negative pada satu kali
pemeriksaan, adanya hubungan epidemiologis langsung dengan kasus konfirmasi MERS-
CoV.
3) Kasus konfirmasi, kriteria: Seseorang yang terinfeksi MERS-CoVdengan tes laboratorium
positif. (Dewi Murniati ).
Pencegahan
Upaya pencegahan MERS adalah dengan pengobatan gejala yang timbul pada individu
yang terinfeksi. Jika tidak terjadi pengobatan pada individu yang terinfeksi maka
penyakit akan tetap menyebar pengobatan yang diberikan pada individu yang terinfeksi
dapat mengontrol penyebaran MERS. Semakin besar laju pengobatan yang diberikan
semakin kesil peluang terjadi penyebaran penyakit MERS. (Lazarus Kalvein Beay).
Dan dengan langkah kebersihan dasar dengan sering melakukan kebersihan tangan,
mengganti pakaian dansepatu atau sepatu bot, setelah memegang hewan atau produk
hewan. Hewan yang sakit tidak boleh disembelih untuk konsumsi dan menghindari buah-
buahan atau sayuran yang belum dicuci atau minuman yang dibuat tanpa air bersih.
Vaksin
Hingga saat ini belum ada vaksin yang tersedia untuk MERS dan belum ada pengobatan
khusus yang telah direkomendasikan. Terapi infeksi MERS bersifatsuportif tergantung
kondisi pasien, (Novie H. Rampengan ).
Literature of Review
Definisi
Etiologi
Awalnya, virus ini dinamakan Human Coronavirus-EC, tapi kemudian oleh konsensus
global diubah menjadi MERS-CoV (McNeil, 2014). Virus ini merupakan spesies beta
Coronavirus garis keturunan C yang baru saja ditemukan dan menginfeksi manusia (Slamet
dkk, 2013). Struktur genom MERS-CoV menggambarkan dipeptil-peptidase 4 (DPP4, atau
CD26) diidentiikasi sebagai reseptor host-sel untuk entry sel (McNeil, 2014). MERS-CoV
berasal dari keluarga corona virus. Corona virus pada manusia pertama kali diklasifikasikan
pada pertengahan 1960-an. Alpha, beta, gamma dan delta merupakan sub kelompok corona
virus. Saat ini ada enam corona virus yang dapat memengaruhi manusia yaitu (Woo et al,
2009) :
1. Corona virus Alpha: Corona virus 229E manusia dan Corona virus NL63 manusia
(HCoV-NL63, New Haven coronavirus).
2. Corona virus Beta: Corona virus OC43 manusia, Corona virus HKU1 manusia, SARS-
CoV, dan MERS-CoV.
Epidemiologi
Sampai Juni 2015 terdapat 1.334 kasus MERS-CoV yang dikonfirmasi dengan
laboratorium dan 471 kematian telah dilaporkan ke WHO. Terdapat 26 negara yang
melaporkan kasus MERS, yaitu: Saudi Arabia, Iran, Yordania, Kuwait, Lebanon, Oman,
Qatar, Uni Emirat Arab, Yaman (Timur Tengah); Austria, Perancis, Jerman, Yunani, Italia,
Belanda, Turki, Inggris (Eropa); Aljazair, Tunisia, Mesir (Afrika); Cina, Malaysia, Republik
Korea, Thailand, Filipina (Asia); dan Amerika Serikat. Sebagian besar dari kasus ini terjadi
di Arab Saudi. Sebuah pernyataan dari WHO pada bulan April 2014 menunjukkan bahwa
75% dari kasus MERS yang dilaporkan tampaknya merupakan kasus sekunder yang
diperoleh dari orang lain yang terinfeksi Pada tahun 2015 ini dan masih berlanjut, wabah
MERS telah melanda Korea Selatan dan pada tingkat lebih rendah di China, terdapat 172
kasus yang dikonfirmasi dan 27 kematian terkait telah dilaporkan (WHO, 2015).
Pola Penyebaran
Amiroch & Rohmatullah (2017), telah meneliti tentang pola penyebaran MERS
dengan menggunakan Model Kimura. Hasilnya dapat diketahui pola distribusi penyakit
tersebut secara geografis. Terdapat pula dinamika penularan MERS dengan menggunakan
model SIQRS serta mempertimbangkan faktor pengobatan. Dalam model tersebut populasi
dibagi menjadi empat kelas yakni;
Gambaran Klinis
Laporan menyebutkan bahwa rata-rata masa inkubasi MERS-CoV adalah 5,2 hari,
tetapi jangka waktu sampai 12 hari juga telah dilaporkan (Slamet dkk, 2013). Gejala awal
biasanya berupa demam (≥38oC), batuk, menggigil, rhinorrhea, kelelahan dan mialgia. Gejala
gastrointestinal termasuk anoreksia, mual, diare dan sakit perut juga telah dilaporkan. Gejala
pernapasan berupa sesak napas dan dispnea, dapat menjadi dominan kemudian hari. Pada
kasus yang lebih berat, pasien yang mengalami kegagalan nafas akut mungkin memerlukan
ventilasi mekanis dan extra corporeal membrane oxygenation (ECMO). Beberapa pasien
dengan kondisi yang parah dapat berkembang menjadi gagal ginjal akut (GGA) yang
membutuhkan hemodialisis, limfopenia, trombositopenia dan kegagalan multiorgan dengan
koagulopati. Usia yang lebih tua (lebih dari 60 tahun), anak-anak, wanita hamil dan penderita
penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, imunokompromise, penyakit ginjal stadium akhir,
penyakit jantung kronis, dan kondisi paru telah dikaitkan dengan presentasi yang lebih berat
dan berisiko tinggi dengan kematian (Guery et al, 2013).
Pemeriksaan Laboratorium
Pada beberapa kasus, didapatkan bahwa konfirmasi positif hanya dalam spesimen
sputum setelah hasil negatif atau ragu terhadap pemeriksaan PCR MERS-CoV pada spesimen
nasofaring dan orofaring. Spesimen dikatakan tidak adekuat apabila hanya diambil spesimen
dari swab nasofaring tanpa disertai spesimen saluran pernapasan bawah, atau penanganan
spesimen yang tidak baik dan dinilai berkualitas rendah dari hasil pemeriksaan laboratoris,
atau diambil sangat terlambat dalam rentang perjalanan penyakit (Slamet dkk, 2013). Untuk
mempertimbangkan kasus MERS yang dikonfirmasi melalui laboratorium, salah satu dari
kriteria berikut harus dipenuhi:
1) Hasil PCR positif setidaknya pada 2 target tertentu yang berbeda pada genom MERS-
CoV.
2) Satu hasil PCR positif untuk target tertentu pada genom MERS-CoV dan hasil PCR
tambahan yang berbeda memberikan hasil positif MERS-COV.
Tes PCR digunakan untuk mendeteksi dan mendiagnosis penyakit menular serta dapat
digunakan untuk mengonfirmasi kasus positif dari pasien MERS-CoV dengan menggunakan
sampel dari saluran pernapasan (WHO, 2015). Pemeriksaan darah yang dapat menentukan
apakah seseorang sebelumnya telah terinfeksi dapat menggunakan antibodi terhadap MERS-
COV. Pengujian serologis juga tersedia untuk mengevaluasi pasien yang terinfeksi MERS-
CoV ataupun kontak. Spesimen serum harus dikumpulkan selama fase akut penyakit (minggu
pertama sakit) dan diulang selama fase pemulihan (>3 minggu setelah sampel awal
didapatkan). Tes serologis ini tersedia dari CDC dan memerlukan persetujuan, karena hanya
untuk tujuan penelitian atau pengawasan.
Tes ini menggunakan Indirect Fluorescent Antibody (IFA) dan deteksi antibodi IgM-
IgG dengan berbasis teknologi micro array protein (MAP) (Reusken et al, 2013). Spesimen
harus tiba di laboratorium segera setelah pengambilan. Penanganan spesimen dengan tepat
saat pengiriman adalah hal yang teramat penting. Sangat disarankan agar pada saat
pengiriman spesimen tersebut ditempatkan di dalam cool box dengan kondisi suhu 0-4oC atau
bila diperkirakan lama pengiriman lebih dari 3 hari disarankan spesimen dikirim dengan es
kering (Setiawati dkk, 2013).
Tatalaksana
Seiring dengan perkembangan pesat, pilihan terapi yang efektif merupakan sebuah
prioritas yang tinggi karena belum ada antivirus yang disepakati untuk pengobatan infeksi
corona virus maupun vaksin yang tersedia untuk pencegahan. Terapi infeksi MERS adalah
bersifat suportif tergantung kondisi keadaan pasien, berupa pemberian hidrasi, antipiretik,
analgesik, bantuan pernapasan, dan antibiotik jika diperlukan untuk mengatasi infeksi
sekunder (Al-Tawfiq dkk, 2014).
Pada pasien dengan gangguan pernapasan berat harus hati-hati dalam pemberian
cairan intravena, karena resusitasi cairan secara agresif dapat memperburuk oksigenasi,
terutama dalam situasi terdapat keterbatasan ventilasi mekanik. Pada pasien pneumonia
komunitas dan diduga terinfeksi MERS-CoV, dapat diberikan antibiotik secara empirik
(berdasarkan epidemiologi dan pola kuman setempat) secepat mungkin sampai diagnosis
ditegakkan. Terapi empirik kemudian disesuaikan berdasarkan hasil uji kepekaan (Slamet
dkk, 2013).
Dampak
Dampak dari penyebaran penyakit MERS yaitu jumlah korban yang terus bertambah.
Laporan terbaru dari WHO pada tahun 2017, secara global tercatat bahwa 2081 orang telah
terinfeksi penyakit tersebut dengan 722 orang korban diantaranya meninggal dunia. Menurut
Jung & Sung (2017), penyebaran penyakit MERS juga memiliki pengaruh terhadap sektor
ekonomi yang diakibatkan oleh perubahan perilaku individu. Perubahan perilaku tersebut
terjadi sebagai respons terhadap penyebaran MERS. Contohnya, masyarakat lebih cenderung
melakukan belanja online daripada belanja offline karena adanya kekuatiran terhadap
penyebaran MERS yang dapat menular lewat kontak langsung dengan penderita. Pada tahun
yang sama Shin et al (2017), meneliti tentang pengaruh keputusan operasional penanganan
korban infeksi dari penyebaran MERS di Republik Korea dan menekankan pada pentingnya
penerapan model sistem dinamik yang efektif dengan mempertimbangkan berbagai interaksi
yang terjadi dan juga pengobatan yang diberikan.
Pencegahan
Pencegahan MERS dilakukan dengan perilaku hidup bersih dan sehat, menghindari
kontak erat dengan penderita, menggunakan masker, menjaga kebersihan tangan dengan
sering mencuci tangan memakai sabun dan menerapkan etika batuk ketika sakit. Langkah
pencegahan infeksi MERS-CoV sama dengan pencegahan infeksi pada penyakit flu burung
dan Emerging infectious Disease lainnya yang mengenai saluran napas (Slamet dkk, 2013).
Methodology
Sample Selection
Untuk sampel yang digunakan beragam, mencakup usia remaja hingga lansia
tergantung dengan kebutuhan penelitian. Sampel digunakan untuk menganalisis, baik
penelitian tersebut memakai metode kualitatif ataupun kuantitatif. Hal ini digunakan untuk
memperoleh data yang kredibel dan valid.
Procedure
Alimuddin Z, Hui DS, Perlman S. Middle East respiratory syndrome. London. 2015:1-9.
Amiroch, S., dan Rohmatullah, A., 2017, Determining Geographical Spread Pattern of
MERS-CoV by Distance Method using Kimura Model, Symposium on
Biomathematics (SYMOMATH 2016) AIP Conf. Proc. 1825, p.020001-1–
020001-8.
Al-Tawfiq JA, Momattin H, Dib J, Memish ZA. Ribavirin and interferon therapy in patients
infected with the Middle East Respiratory Syndrome Corona-virus: an
observational study. Int J Infect Dis. 2014;20:42-6.
Beay, L Kalvein. 21 Oktober 2017. Seminar Nasional Matematika dan Aplikasinya. Model
Penyebaran Middle East Respiratory Syndrome (MERS) Dengan Pengaruh
Pengobatan. Surabaya,Universitas Airlangga
Funk. L Anna et all. 2016. MERS-CoV at the Animal Human Interface: Inputs on Eksposure
Pathways an Expert–Opinion Elicitation. Original Research. Frontiers in
Veterinary ScienceVolume 3, Article 88.
Giovani, G. 2017. “Upaya World Health Organization (WHO) Bersama Pemerintah Korea
Selatan dalam Mengatasi Wabah Penyakit MERS di Korea Selatan Tahun 2015”.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Katolik Parahyangan.
Bandung.
Johani, Al Sameera dan Ali H. Hajeer. 2016. MERS-CoV diagnosis: An update. Journal of
Infection and Public Health (9), 216-219.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Umum Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East
Respiratory Syndrome-Corona Virus (MERS-CoV). Jakarta, Direktur Jenderal PP
dan PL.
Jung, E., dan Sung, H., 2017, “The Influence of the Middle East Respiratory Syndrome
Outbreak on Online and Offline Markets for Retail Sales”, artikel. Sustainability
9, 411 p.1-23.
Lesamana, L Sabda. 2015. Sistem Pakar Dengan Metode Forward Chaining Untuk Diagnosa
Pasien Yang Terinfeksi Virus MERS-CoV (Studi Kasusdi RSUP M. Djamil
Padang). CBIS Journal, Volume 3 No.2ISSN 2337-8794.
McNeil DG. Saudi Arabia: MERS toll revised. The New York Times. June 4, 2014. [diakses
pada 26 Maret 2020]. Available from: http://www. nytimes.com/2014/
06/04/health/saudi-arabia-mers-toll revised.html?emc=eta1&_r=0.
Rampengan, Novie H. 2016. Middle East Respiratory Syndrome. Jurnal Biomedik (JBM),
Volume 8 Nomor 1, Maret 2016. Hlm. 17-26
Reusken CB, Haagmans BL, Muller MA, Gutierrez C, Godece GJ, Meyer B et al. Middle
East Respiratory Syndrome Corona-virus neutralising serum antibodies in
Dromedary Camels: a comparative serological study. Lancet Infect Dis.
2013;13(10):859-66.
Rha B, Rudd J, Feikin D, Watson J, Curns AT, Swerdlow DL, dkk. 2015. Update on the
epidemiology of Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV)
infection, and guidance for the public, clinicians, and public health authorities.
MMWR; 64(3):61-2.
Setiawati V, Pawestri HA, Susilarini NK, Andriana KN, Roselinda, Sudomo M dkk.
Pedoman pengambilan spesimen dan pemeriksaan laboratorium Middle East
Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV). Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,
2013; p. 1-6.
Shin, N., Kwag, T., Park, S., dan Kim, Y.H., 2017, “Effects of operational decisions on the
diffusion of epidemic disease: A system dynamics modeling of the MERS-CoV
outbreak in South Republik Korea”, Journal of Theoretical Biology 421 p.39–50.
Slamet dkk. 2013. Pedoman Umum Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory
Syndrom-Corona Virus (MERS-CoV). Jakarta.
Woo PC, Lau SK, Huang Y, Yuen KY. Corona-virus Diversity, Phylogeny and Interspecies
Jumping. Exp Biol Med. 2009;234(10):1117-27.
Wu, L., dan Feng, Z., 2000, Homoclinic Bifurcation in an SIQR Model for Childhood
Diseases, Journal of Differential Equations 168, p.150167.
Yong, Benny dan Livia Owen. 2015. Model Penyebaran Penyakit Menular MERSCoV: Satu
Langkah Antisipasi Untuk Calon Jamaah Umrah/Haji Indonesia. Lembaga
Penelitian dan Pegabdian Masyarakat. Universitas Katolik Parahyangan.
Bandung.
Yusri, Imran dam Mudatsir. 2016. Analisis Kesiapsiagaan Kantor Kesehatan Pelabuhan
Kelas III Banda Aceh Menghadapi Risiko Bencana Infeksi Virus MERS-CoV di
Bandara Sultan IskandarMuda Tahun 2015. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala
Volume 16 Nomor 2 Agustus 2016.