Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN CLINICAL PLACEMENT/KEPANITERAAN GIZI KLINIK II

“Tata Laksana Diet pada Pasien Gastritis Erosiva Multiple, Pharingitis E.C
Streptococcus Alpha, Staphylococcus Coagulase Negatif dan Klebsiella
Oxytoca, Hipoalbuminenia, Hipokalemia”

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kepaniteraan Klinik II

Disusun Oleh

NOVITA FAUZIAH PUTRI

190400540

PROGRAM STUDI S1 GIZI


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA
YOGYAKARTA
2021
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN CLINICAL PLACEMENT/KEPANITERAAN GIZI KLINIK II

“Tata Laksana Diet pada Pasien Gastritis Erosiva Multiple, Pharingitis E.C
Streptococcus Alpha, Staphylococcus Coagulase Negatif dan Klebsiella
Oxytoca, Hipoalbuminenia, Hipokalemia”

Oleh :
Novita Fauziah P
190400540

Telah Memenuhi Syarat dan Disetujui untuk Dipresentasikan di Program Studi S1


Gizi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Alma Ata

Pembimbing I
Resti Kurnia
Tanggal…………….. …………………………

Mengetahui,
Ketua Program Studi …………………….
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Alma Ata

(……………………………….)
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PROSES ASUHAN GIZI

A. Pendahuluan
Data Umum
Nama/ Tn.B No.RM
Inisial
Usia 65 tahun Tanggal 03 Februari 2021
masuk
Jenis Laki-laki Tanggal kasus 03 Februari 2021
kelamin
Pekerjaan - Diagnosis Gastritis Erosiva Multiple,
Pharingitis E.C Streptococcus Alpha,
medis Staphylococcus Coagulase Negatif
dan Klebsiella Oxytoca,
Hipoalbuminenia, Hipokalemia.

Kesimpulan :

Berdasarkan diagnosa medis diatas, diketahui bahwa Tn.B mengalami


penyakit gastritis erosiva multiple, pharingitis e.c. steptococcus alpha,
staphylococcus coagulase negatif dan klebsella oxytoca, hipoalbuminemia
dan hipokalemia.
a) Gastritis erosiva merupakan erosi mukosa gaster disebabkan kerusakan/
defek pertahanan mukosa. Umumnya bersifat akut, bisa dengan perdarahan,
namun bisa bersifat subakut atau kronik dengan sedikit gejala atau
asimtomatis. Paling sering disebabkan oleh NSAID, alkohol, stres.
Penyebab lain yang jarang seperti radiasi, infeksi virus, injuri vaskular, dan
trauma langsung (Pratiwi, 2018).
b) Pharingitis e.c. steptococcus alpha merupakan suatu penyakit yang
disebabkan oleh bakteri yang disebut “Streptococcus grup A. Sakit
tenggorokan akibat streptococcus juga dapat mempengaruhi rongga suara
(laring). Gejala yang sering ditemukan antara
lain demam, nyeri tenggorokan (disebut juga sakit tenggorokan), dan
kelenjar (disebut kelenjar getah bening) yang membengkak di leher (Score
et al., 2014).
c) Staphylococcus koagulase negatif merupakan bakteri yang sering
menyebabkan infeksi nosokomial terutama dalam bentuk bakteremia pada
penderita neonatus, penderita immunocompromised, dan penderita dengan
indwelling prosthetic devices (Audi Ghaffari et al., 2005).
d) Klebsellaoxytoca memberikan patogenisitasnya sebagian melalui
sitotoksin. Akan tetapi, produksi sitotoksin klebsella oxytoca pada isolat
hewan maupun manusia dan sifat patogeniknya belum dapat dikarakterisasi
(Darby et al., 2014).
e) Hipoalbuminemia merupakan suatu kondisi di mana tubuh kekurangan
albumin di dalam darah (Yunita Widyastuti, Mahmud, 2017).
f) Hipokalemia adalah suatu kondisi ketika kadar kalium dalam peredaran
darah seseorang lebih rendah daripada normal, yaitu di bawah 3,5 mEq/L
(Salwani, 2008).

B. Skrining
Malnutrition Screening Tool (MST)
Parameter Skor
1. Apakah pasien penurunan BB yang tidak diinginkan dalam 6 bulan
terakhir
Tidak ada penurunan berat badan 0
Tidak yakin/tidak tahu/baju terasa lebih longgar 2
Jika ya, berapa penurunan berat badan tersebut
1-5 Kg 1
6-10 Kg 2
11-15 Kg 3
>15 Kg 4
2. Apakah asupan makanan berkurang karena tidak nafsu
makan
Tidak 0
√ Ya 1
Total Skor 3
Pasien dengan diagnose khusus :
DM, Kemoterapi, Hemodialisa / Geriatrik / Kanker, Bedah
digestive/Imunitas/Lain-lain
Sebutkan (DM, CKD dan Hipertensi)
Bila skor ≥ 2 dan atau pasien dengan diagnosis/kondisi khusus
dilanjutkan dengan assessment gizi oleh Nutrisionis/Dietisien

Interpretasi
MST = 0-1 tidak berisko malnutrisi
MST = ≥2 berisiko malnutrisi

C. Assesmen
I. Riwayat Makan (FH)
1. Asupan Makanan dan Nutrisi (dari hasil recall)
Kode Makanan dan Hasil
IDNT zat gizi
FH.1.1.1 Asupan energi 1152 kkal
FH.1.5.1 Asupan protein 72 gram
FH.1.5.2 Asupan lemak 0 gram
FH.1.5.3 Asupan KH 216 gram
FH.1.2.3 Asupan ASI/ Tidak ada
Susu formula
(jika ada)
FH.1.3.2 Asupan DL 5x300 cc
parenteral
FH.1.4.2 Asupan subtansi Tidak ada
bioaktif
FH.1.6 Asupan Tidak ada
mikronutrien
FH.1.2.2. Pola makan  Pasien 1-3x
3 makan/ hari. Nasi
1-3x/hari @100gr
 Lauk hewani :
telur, daging
ayam (jarang
dikonsumsi)
 Lauk nabati :
sangat jarang
dikonsumsi
 Sayur :
Bayam, wortel,
kacang panjang,
daun pepaya,
daun melinjo,
labu siam 1-
3x/hari
 Buah :
Pisang dan
pepaya (sanga
jarang konsumsi).
 Mengkonsumsi
air putih >8
gelas/hari

SQ-FFQ
E : 474,2 kkal
P : 12,8 gram
L : 4,5 gram
KH : 93,6 gram
Pemenuhan Kebutuhan
a) Hasil Recall 24 Jam
Energi Protein Lemak KH
Asupan oral - - - -
Infus D5% 20
288 - - 72
tpm = 1440 cc
Infus
aminovel 20 684 72 - 144
tpm = 1440 cc
Standar Diet
1417 67,7 58 198,2
RS
% Asupan 69% 106% 0% 109%
Keterangan Defisit berat Normal Defisit berat Normal

Kesimpulan:
Berdasarkan hasil Recall 24 jam didapatkan hasil bahwa asupan
energi dan lemak pada Tn.B termasuk kedalam kategori defisit berat
karena asupan energy dan lemak kurang (<80%). Sedangkan asupan
protein dan karbohidrat termasuk dalam kategori normal karena
asupan protein dan karbohidrat pasien >80%.
b) Hasil SQFFQ
Energi Protein Lemak KH
Asupan oral 474,2 kkal 12,8 gram 4,5 gram 93,6 gram

Kebutuhan 1458,38 66,24 gram 32,41 gram 225,28


kkal gram
% asupan 33% 19% 14% 42%
Keterangan Defisit Defisit Defisit Defisit
Berat Berat Berat Berat
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil perhitungan SQFFQ persentase kebutuhan Tn. B,
yaitu persentase asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat
termasuk kategori normal, asupan lemak kategori defisit berat.
Menurut Depkes (2006):
 Asupan berlebih : > 120%
 Asupan normal : 90 – 120%
 Defisit ringan : 80 -90%
 Defisit sedang : 70 -80%
 Defisit berat : < 70%
2. Pemberian Makanan dan Zat Gizi
Kode Riwayat diet Hasil
IDNT
FH.2.1.1 Diet order Diet Lambung II
dan Tinggi Serat
FH.2.1.2 Pengalaman diet Tidak ada
FH.2.1.3 Lingkungan makan Rumah Sakit dan
Keluarga
FH.1.3 Pemberian nutrisi enteral/ par- D5% 500cc dan
enteral NaCl 0,9%

3. Pengobatan dan Pengobatan Tambahan/Penunjang (FH.3.1)

Jenis Terapi Fungsi Interaksi dengan


Medis
Makanan
Infus D5% Digunakan sebagai terapi
20 tpm pengganti cairan tubuh saat Tidak Ada
mengalami dehidrasi.
Infus Digunakan sebagai terapi
aminovel 20 nutrisi tambahan pada Tidak ada
tpm gangguan saluran GI

4. Pengetahuan/Kepercayaan/Sikap (FH-4.1)
Pasien belum pernah mendapatkan konseling tentang gizi

5. Pantangan Makan (FH-5.2)


Pasien tidak memiliki pantangan makanan namun banyak menolak
jenis makanan tertentu terkait dengan preferensi rasa.
6. Faktor yang Mempengaruhi Akses terhadap Makanan atau
Ketersediaan Makanan (FH-6)
FH-6.4.1 Akses ke makanan dan persediaan terkait gizi cukup baik.

7. Aktifitas Fisik dan Fungsi (FH-7)


Aktifitas fisik pasien normal.

Kesimpulan: Sebelum masuk rumah sakit diketahui melalui form


SQFFQ Tn.B bahwa pola makan pasien sudah cukup baik, namun masih ada
beberapa bahan makanan dan cara pengolahan yang keliru. Pasien
mengonsumsi makanan pokok seperti nasi agak lembek 1-2 ctg/kali, lauk
hewani, seperti bandeng, ikan air tawar, ayam 1 ptg/kal dan lauk nabati tahu
dan tempe 1-2 ptg/kali setiap 3-4 kali dalam minggu. Sayuran seperti bayam,
brokoli, wortel dan sawi 2-3 sendok/kali makan. Pasien jarang mengonsumsi
buah dan tidak makan buah yang asam. Suka minum teh manis 1 kali/sehari
dengan gelas besar, air putih dan camilan seperti pisang rebus, keripik,
jajanan pasar. Pasien alergi dengan makanan, yaitu telur dan lauk lebih suka
digoreng serta sayur bersantan. Pada SMRS pola makan pasien menurun
pasien hanya mengonsumsi nasi 3-5 sdm/hari, bening bayam hanya ½
mangkuk kecil, ikan bandeng goreng ½ ekor sedang, teh manis ½ gelas
belimbing dan buah pisang mas 1 buah. Berdasarkan hasil perhitungan
SQFFQ persentase kebutuhan Tn. B, yaitu persentase asupan energi kategori
defisit sedang, asupan protein kategori normal, asupan lemak kategori asupan
defisit ringan dan asupan karbohidrat defisit berat dan perhitungan hasil recall
24 jam asupan Tn.B defisit semuanya (asupan energi, asupan protein, asupan
lemak dan asupan karbohidrat).

II. Pengukuran Antropometri (AD)

Kode Antropometri Hasil


IDNT

AD.1.1. TB -
1
AD.1.1. BB (estimasi) 44,1585 kg
2
AD.1.1. Perubahan BB -
4
AD.1.1. %/percentile Lila 66,77%
5
AD.1.1. Status Gizi Gizi Buruk
5
AD.1.1. BB ideal -
2
AD.1.1. LLA 20,5 cm
5

 Estimasi BB berdasarkan LLA menggunakan rumus (Indri &


Purbowati, 2018) untuk laki-laki:
BB = 2,863 x lila (cm) – 4,019 x jenis kelamin – 14,533
= (2,863 x 20,5) – (4,019 x 0) – 14,533
= 58,6915 – 0 – 14,533
= 44,1585 kg
Liadiukur
 %Percenile Lila = x 100%
Nilai Standar Lila
20,5
= x 100%
30,7
= 66,77%

Kesimpulan: Berdasarkan perhitungan %percentile lila diperoleh sebesar


66,77% yang menunjukkan bahwa status gizi Tn. B termasuk kategori gizi
buruk.

Status gizi menurut % Percentile Lila:


Klasifikasi % Percentile Lila
Obesitas >120%
Overweight 110-120%
Gizi Baik 85-110%
Gizi Kurang 70,1-84,9%
Gizi Buruk <70%

III. Data Biokimia (BD)

Tanggal Kode Pemeriksaan


Nilai Nilai normal Ket
pemeriksaan IDNT biokimia
AT 106 10-
3
/l
Albumin 0,82 g/dl 4-5,3 g/dl Rendah
TP 1,81 g/dl
AST 18,9 u/l 4-40 U/L Normal
ALT 8,7 u/L 1-45 U/L Normal
03 Februari BUN 2,7 6-23 mg/dl Rendah
2021 mg/dl
Creatinin 0,29 <1,5 mg/dl Normal
mg/dl
Asam urat 1,5 3,4-7 mg/dl Rendah
mg/dl
Na serum 127,4
mmol/L

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut, terjadi gangguan pada fungsi
ginjal diketahui melalui nilai ureum dan kreatinin yang tinggi. Sementara itu,
pemeriksaan Hb dilakukan untuk mendeteksi adanya anemia dan penyakit
ginjal, diketahui nilai Hb tersebut mengindikasikan anemia.

IV. Pemeriksaan Fisik Terkait Nutrisi (PD)


1. Kesan Umum : lemas, penurunan kesadaran, stomatitis, mual, perut
terasa sakit, gangguan menelan, mulut teras pahit, tenggorokan terasa
sakit, konstipasi, tidak makan/minum.
2. Vital Sign

Tanggal
Vital sign Nilai Nilai normal Ket
pemeriksaan
Tekanan
120/80 mmHg 120/80 mmHg Normal
darah
Tgl
03/02/2021 Nadi 78x/menit 60-100 Normal

Kode IDNT Suhu 36,8°C 36,5-37,2 °C Normal


PD.1.1.9
RR 20/menit 12-20/menit Nomal
Tidak
PD.1.15.24 Mual (+) Positif (-) Negatif
Normal
Tidak
PD.1.15.27 Muntah (+) Positif (-) Negatif
Normal

Kesimpulan :
Kondisi fisik Tn. B dalam keadaan lemas, terdapat penurunan kesadaran, mual,
muntah setiap makan, namun tanda-tanda vital Tn.B normal.
V. Riwayat Pasien (CH)
1. Riwayat pribadi (CH-1)
Kode Riwayat Pribadi Hasil
IDNT
CH 1.1.2 Jenis kelamin Laki laki
CH.1.1.6 Bahasa Indonesia
Kemampuan literasi Baik
CH.1.1.8 Pendidikan SMA
FH 1.1.9 Peran dalam keluarga Kepala keluarga
CH 1.1 Pribadi Hasil
CH 1.1 Jenis kelamin Laki-laki
Merokok Tidak merokok
Keterbatasan fisik Tidak bisa bediri
CH 3.1 Mobilitas -

2. Riwayat Penyakit Pribadi dan Keluarga (CH-2)


Kode Riwayat Penyakit Hasil
IDNT
CH 2.1.1 Keluhan utama Lemas, stomatitis, mual,
muntah, gangguan menelan,
mulit terasa pahit, tenggorokan
sakit, konstipasi.
CH 2.1 Riwayat penyakit Gastritis erosiva multiple,
sekarang pharingitis e.c.streptococcus
alpha, staphylococcus coagulase
negatif, klebsrella oxytoca,
hipoalbuminemia, hipokalemia.
CH 2.1.2 Riwayat penyakit dahulu Tidak ada
CH .1.2.1 Riwayat penyakit Tidak ada
keluarga

3. Riwayat Sosial

Kesimpulan: TN B berjenis kelamin laki-laki, berusia 65 tahun,


merupakan kepala keluarga.

D. Diagnosis Gizi
1. Domain Intake
a) NI 1.2 Asupan energi tidak adekuat berkaitan dengan kurangnya
pemenuhan zat gizi ditandai dengan adanya penurunan nafsu makan,
mual, muntah, sakit tenggorokan, dan lemas serta hasil recall 24 jam
asupan energi 66,65% termasuk kategori defisit berat.
b) NI.5.6.1 Asupan lemak tidak adekuat berkaitan dengan kurangnya
asupan lemak ditandai dengan hasil recall 24 jam asupan lemak 0% yang
termasuk kedalam kateori defisit berat.

2. Domain Clinical
a) NC.3.1 Berat badan kurang (underweight) berkaitan dengan intake
energi kurang ditandai dengan %percentile lila 66,77% yang termasuk
kategori gizi buruk.
b) NC.2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi berkaitan dengan
gangguan fungsi ginjal ditandai dengan kadar albumin 0,82 g/dl
(rendah), kadar BUN 2,7 mg/dl (rendah) dan asam urat 1,5 mg/dl
(rendah).
3. Domain Behaviour
a) NB 1.1. Gangguan pola makan berkaitan dengan pola makan tidak
tertur ditandai dengan frekuensi makan pasien 1-3x/hari dengan
frekuensi selingan sangat jarang, jadwal makan tidak teratur, porsi
makan kecil dan adanya penolakan makan dari pasien dengan alasan
preferensi rasa.
E. Intervensi Gizi
I. Perencanaan
1. ND 3.1.5 Tujuan Diet
a) Meningkatkan asupan makanan secara bertahap tanpa memberatkan
kerja lambung.
b) Meningkatkan asupan serat dan albumin.
2. Syarat Diet
a) Energi cukup sesuai kebutuhan pasien yaitu 1458,38 kkal.
b) Protein tinggi sebesar 1,5g/kgBBI yaitu 66,24 gram (18,21%)
c) Lemak rendah 15% dari kebutuhan energi total, yaitu 24,31 gram.
d) Karbohidrat cukup 61,79% dari kebutuhan energi total yaitu 225,28
gram.
3. Pemberian Makanan
a) ND 1.2.2 Pemberian Energi (Rumus WHO/FAO)
 Perhitungan kebutuhan gizi pasien menggunakan rumus
WHO/FAO :
- BMR laki-laki = (11,711 x BB) + 587,7
= (11,711 x ,1585) + 587,7
= 517,1 + 587,7
= 1104,84 kkal
- Koreksi faktor akivitas = 1,1 x BMR
= 1,1 x 1104,84
= 1215,324 kkal
- Koreksi faktor stress = 1,2 x 1215,324
= 1458,38 kkal

- ND 1.2.3 Pemberian Protein


Protein = 1,5g/kg x BB
= 1,5 x 44,1585
= 66,24 gram (18,21%)
- ND 1.2.4 Pemberian Lemak
Lemak = 15% x 1458,38/9
= 24,31 gram
- ND 1.2.5 Pemberian Karbohidrat
KH = 61,79 % x 1458,38/4
= 225,28 gram
b) Pemesanan diet : Diet Lambung II Tinggi Serat dan Albumin
c) Bentuk makanan : Cair
d) Cara/jalur pemberian : NGT
e) Jadwal pemberian : 3x makan utama dan 3x selingan
4. Rencana Edukasi Gizi
a) Tujuan edukasi :
Memberikan pengetahuan kepada pasien terkait diet untuk penderita
diabetes mellitus yang menderita gagal ginjal kronik dengan
hemodialisa.
b) Prioritas modifikasi :
- Asupan oral tidak adekuat
- Diet DM
- Diet GGK on HD
c) Sasaran : Pasien dan keluarga
d) Media : Leaflet DM pada pasien CKD on HD dan daftar penukar
bahan makanan
5. Rencana Konsultasi Gizi
a) Masalah gizi :
1) Asupan oral kurang
2) DM tipe 2
3) Gagal ginjal akut dengan HD
b) Tujuan :
Agar pasien dan keluarga pasien :
- Memotivasi pasien untuk meningkatkan asupan oral.
- Mengetahui dan memahami diet DM 1700, HD 65 gram
RG III dan tinggi Fe.
- Mengetahui tujuan diet diet DM 1700, HD 65 gram RG III
dan tinggi Fe.
- Mengetahui dan memahami makanan yang dianjurkan dan
tidak dianjurkan untuk pasien.
- Mengetahui dan memahami pola makan dan kebutuhan
makan sesuai kondisi pasien serta contoh menu sehari.
c) Sasaran : Pasien dan keluarga
d) Media : Leaflet DM pada pasien CKD on HD dan daftar penukar
bahan makanan.
e) Rekomendasi modifikasi :
Berdasarkan asesmen yang dilakukan, rekomendasi modifikasi yan akan
dilakukan yaitu melakukan pemilihan bahan makanan, metode
pengolahan serta jumlah makanan
f) Topik lain
Faktor yang menyebabkan DM maupun GGK dengan hemodialisa
berkaitan dengan tekanan darah, sehingga perlu edukasi terkait menjaga
tekanan darah normal agar tidak hipertensi yang akan menambah parah
diagnosa acute coronary syndrome serta makanan yang baik untuk
dikonsumsi.
g) Leaflet
6. Kolaborasi dan Rujukan Asuhan Gizi
a) Dokter : Menyelaraskan pemberian diet dengan diagnosa medis
dan anjuran dokter.
b) Perawat : Melakukan pemantauan kondisi fisik klinik pasien selama
perawatan.
c) Farmasi : Menyelaraskan obat minum pasien terhadap interaksinya
dengan makanan agar tidak menurunkan mutu cerna gizi
makanan atau reaksi obat.
d) Analis : Melakukan monitoring berupa hasil pemeriksaan biokimia
pasien.

7. Pemulangan dan Asuhan Gizi


Sebelum pulang pasien diberikan edukasi gizi terkait diet dan pengaturan
pola makan selama rawat jalan dirumah.
Media : Leaflet DM pada pasien CKD on HD dan daftar penukar bahan
makanan
Materi yang disampaikan :
 Menjelaskan bentuk makanan untuk meningkatkan asupan
makan pasien.
 Menjelaskan tentang bahan makanan yang dianjurkan dan tidak
dianjurkan.
 Menjelaskan kebutuhan gizi pasien dan contoh menu sehari.
8. Rencana Monitoring dan Evaluasi

Pengukuran/Pengamata
Parameter Waktu Target Ukur
n
Antropometri Berat badan 3 hari BB Stabil

Biokimia Ureum 3 hari Ureum : 8 - 25 mg/dl


Kreatinin Kreatinin : 0,7 – 1,4 mg/dl
Hb Hb : 13-16 g/dL

Fisik/Klinik Tekanan darah Setiap TD Normal : 90-120/60-80


hari mmHg
Dietary E,P,L dan KH Setiap Asupan E, P, L dan KH 80-
hari 110% kebutuhan.

9. Distribusi Penukar
a) Distribusi Penukar Hari ke-1
Bahan
Penuk
Makana E (kkal) P (g) L (g) Kh (g)
ar
n
Sumber
3 1/2 612 1/2 14 0 140
Kh
Protein
Hewani 1 75 7 5 0
S

Protein
Hewani 2 100 14 4 0
R

Protein
Hewani 0 0 0 0 0
TL

Protein
2 1/2 187,5 12,5 7,5 17,5
Nabati
Sayuran
0 0 0 0 0
A
Sayuran
3 75 3 0 15
B
Buah 2 1/2 125 0 0 30

Gula 2 100 0 0 24

Susu
rendah 0 0 0 0 0
lemak

Minyak 2 1/2 125 0 12 1/2 0

Susu
tanpa 2 150 14 0 20
Lemak

Jumlah total 1550 64,5 29 246,5

Kebutuhan 1458,38 66,24 32,41 225,28


1604,21
Plus 10% 8 72,864 35,651 247,808
1312,54
Minus 10% 2 59,616 29,169 202,752

Kesimpulan :
Distribusi makanan pasien dibai kedalam 6 jadwal makan yaiu makan
pagi, selingan pagi, makan siang, selingan sore, makan malam dan selingan
malam.

b) Distribusi Penukar Hari ke-2


Bahan
Penuk E
Makana P (g) L (g) Kh (g)
ar (kkal)
n
Sumber
3 1/2 612 1/2 14 0 140
Kh
Protein
Hewani 1 75 7 5 0
S

Protein
Hewani 2 100 14 4 0
R

Protein
Hewani 0 0 0 0 0
TL
Protein
2 1/2 187,5 12,5 7,5 17,5
Nabati
Sayuran
0 0 0 0 0
A
Sayuran
3 75 3 0 15
B
Buah 2 1/2 125 0 0 30
Gula 2 100 0 0 24
Susu
rendah 0 0 0 0 0
lemak
Minyak 2 1/2 125 0 12 1/2 0
Susu
tanpa 2 150 14 0 20
Lemak

Jumlah total 1550 64,5 29 246,5


1458,3
Kebutuhan 66,24 32,41 225,28
8
1604,21 247,80
Plus 10% 8 72,864 35,651 8
1312,54 202,75
Minus 10% 2 59,616 29,169 2

c) Distribusi Penukar Hari Ke-3


Bahan
Penuk E
Makana P (g) L (g) Kh (g)
ar (kkal)
n
Sumber
3 1/2 612 1/2 14 0 140
Kh
Protein
Hewani 1 75 7 5 0
S

Protein
Hewani 2 100 14 4 0
R

Protein
Hewani 0 0 0 0 0
TL
Protein
2 1/2 187,5 12,5 7,5 17,5
Nabati

Sayuran
0 0 0 0 0
A

Sayuran
3 75 3 0 15
B

Buah 2 1/2 125 0 0 30


Gula 2 100 0 0 24
Susu
rendah 0 0 0 0 0
lemak

Minyak 2 1/2 125 0 12 1/2 0

Susu
tanpa 2 150 14 0 20
Lemak

Jumlah total 1550 64,5 29 246,5

1458,3
Kebutuhan 66,24 32,41 225,28
8
1604,21 247,80
Plus 10% 8 72,864 35,651 8

1312,54 202,75
Minus 10% 2 59,616 29,169 2

Pelaksanaan Edukasi/Konsultasi Gizi

BAB II
PEMBAHASAN

Pasien Tn. B usia 56 tahun dengan diagnosis CKD Stage 5v, Acute Coronary
Syndrome, STEMI, Anterior Post Trombolisis, NIDDM, Hiperkalemia, Ulkus DM
Pedis Dextra. Pasien mengalami kondisi lemas, sesak napas, rasa tidak nyaman
didada, dan saat ini mengeluh mual sera nafsu makan menurun. Assessment pasien
dilakukan pada tanggal 21 Januari 2021 dan kemudian dilakukan rencana
monitoring dan evaluasi dari tanggal 21 Januari 2021 hingga 23 Januari 2021.
A. Dasar Teori
1. Diabetes Mellitus Tipe 2
a) Definisi
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. DM tipe 2 atau
sering juga disebut dengan Non Insuline Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM) merupakan penyakit diabetes yang disebabkan oleh
terjadinya resistensi tubuh terhadap efek insulin yang diproduksi oleh
sel β pancreas. Penderita DM tipe 2 masih dapat menghasilkan insulin
akan tetapi, insulin yang dihasilkan tidak cukup atau tidak bekerja
sebagaimana mestinya di dalam tubuh sehingga glukosa tidak dapat
masuk ke dalam sel-sel tubuh. DM tipe 2 umumnya diderita pada orang
yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Diabetes mellitus tipe 2
dikarakteristikkan oleh adanya hiperglikemia, resistensi insulin, dan
adanya pelepasan glukosa ke hati yang berlebihan (ADA, 2010).

b) Etiologi
Penyebab DM tipe 2 diantaranya oleh faktor genetik, resistensi
insulin, dan faktor lingkungan. Selain itu terdapat faktor-faktor
pencetus diabetes 12 diantaranya obesitas, kurang gerak/olahraga,
makanan berlebihan dan penyakit hormonal yang kerjanya berlawanan
dengan insulin (Bhatt et al., 2016).
c) Faktor Resiko
Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2,
berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat
diubah, faktor risiko yang dapat diubah dan faktor lain. Menurut
American DiabetesAssociation (ADA) bahwa DM berkaitan dengan
faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputiriwayat keluarga dengan
DM (first degree relative), umur ≥45 tahun, etnik, riwayatmelahirkan
bayi dengan berat badan lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah
menderita DM gestasional dan riwayat lahir dengan beratbadan rendah
(<2,5 kg). Faktor risiko yang dapat diubah meliputi obesitas
berdasarkan IMT ≥25kg/m2 atau lingkar perut ≥80 cm pada wanita dan
≥90 cm pada laki-laki, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemi
dan diet tidak sehat. Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes
adalah penderita polycystic ovarysindrome (PCOS), penderita sindrom
metabolik memiliki riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau
glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya, memiliki riwayat
penyakit kardiovaskuler seperti stroke, PJK, atau peripheral arterial
Diseases (PAD), konsumsi alkohol,faktor stres, kebiasaan merokok,
jenis kelamin,konsumsi kopi dan kafein (Bhatt et al., 2016).
2. Gagal Ginjal Kronik
a) Definisi
Penyakit ginjal kronik (Chronic Kidney Desease) adalah keadaan
dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang cukup berat secara
perlahan – lahan (menahun) disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal.
Peyakit ini bersifat progresif dan umumnya tidak dapat pulih kembali
(irreversibel). Gejala penyakit ini umumnya adalah tidak ada nafsu
makan, mual, muntah, pusing, sesak nafas, rasa Lelah, edema pada kaki
dan tangan serta uremia. Apabila nilai Glomerulo Filtration Rate
(GFR) atau Tes Kliren Kreatinin (TKK) < 25 ml/menit, diberikan Diet
Rendah Protein (Yulianto & Basuki, 2017).
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan faal ginjal yang
menahun mengarah pada kerusakan jaringan ginjal yang tidak
reversible dan progresif. Adapun GGT (Gagal Ginjal Terminal) adalah
fase terakhir dari Gagal Ginjal Kronik (GGK) dengan faal ginjal sudah
sangat buruk. Kedua hal tersebut bisa dibedakan dengan tes klirens
kreatinin (Yulianto & Basuki, 2017).
b) Etiologi
Etiologi memegang peran penting dalam memperkirakan
perjalanan klinis Gagal Ginjal Kronik (GGK) dan penaggulangannya.
Penyebab primer Gagal Ginjal Kronik (GGK) juga akan mempengaruhi
manifestasi klinis yang akan 8 sangat membantu diagnose, contoh: gout
akan menyebabkan nefropati gout. Penyeban terbanyak Gagal Ginjal
Kronik (GGK) dewasa ini adalah nefropati DM, hipertensi, glomerulus
nefritis, penyakit ginjal herediter, uropati obstruki, nefritis interstitial.
Sedangkan di Indonesia, penyebab Gagal Ginjal Kronik (GGK)
terbanyak adalah glomerulus nefritis, infeksi saluran kemih (ISK), batu
saluran kencing, nefropati diabetic, nefrosklerosis hipertensi, ginjal
polikistik, dan sebagainya (Sinaga, 2015).
3. Hemodialisa
a) Definisi
Hemodialisis dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengubahan
komposisi solute darah oleh larutan lain (cairan dialisat) melalui
membran semi permeabel (membran dialisis). Tetapi pada prinsipnya,
hemodialisis adalah suatu proses pemisahan atau penyaringan atau
pembersihan darah melalui suatu membran semipermeabel yang
dilakukan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal baik akut maupun
kronik (Wahyuni et al., 2018).
Hemodialisis adalah salah satu terapi pengganti ginjal untuk pasien
penyakit ginjal kronik. Terapi ini dilakukan untuk menggantikan fungsi
ginjal yang rusak. Hemodialisis memerlukan waktu selama 3 – 5 jam
dan dilakukan sekitar 3x dalam seminggu. Pada akhir interval 2 – 3 hari
diantara terapi, keseimbangan garam, air dan pangkat hidrogen (PH)
sudah tidak normal lagi dan penderita biasanya merasa tidak sehat.
Konsensus Pernefri, 2003 menyebutkan bahwa indikasi dilakukan
tindakan dialisis adalah pasien gagal ginjal dengan Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG) < 5 mL/menit, fungsi ekskresi ginjal sudah minimal
sehingga mengakibatkan akumulasi zat 13 toksik dalam darah dan
komplikasi yang membahayakan bila tidak dilakukan tindakan dialisis
segera.
B. Skrining
Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang di sesuaikan
dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status
metabolisme tubuh. Tahapan pelayanan gizi rawat inap diwali dengan skrining
atau penapisan. Skrining gizi merupakan proses yang cepat, sederhana, efisien,
mampu dilakukan, murah, tidak berisiko kepada individu yang di skrining,
valid dan reliabel serta dapat dilaksanakan oleh petugas kesehatan ruangan.
Alat skring di rumah sakit antara lain : MUST (Malnutrition Universal
Screening Tools), NRS 2002 (Nutritional Risk Screening), MNA (Mini
Nutritional Assesment), SNAQ (Short Nutritional Assesment Quesioner),
STAMP (Screening Tools Assesment of Malnutrition in Pediatric), PNI
(Prognostic Nutritional Index) dan SGA (Subjective Global Assesment).
Skrining gizi bertujuan untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko malnutrisi,
tidak berisiko malnutrisi atau kondisi khusus (Herawati et al., 2014).
Berdasarkan Journal Of Clinical Nursing Tahun 2011, alat skrining

gizi yang cepat, mudah dan cocok digunakan sesuai dengan kondisi pasien

yang dirawat di rumah sakit adalah MST (Malnutrition Screening Tools)

dibandingkan dengan alat skrining lain seperti MUST, NRS 2002, MNA,

SNAQ, STAMP, PNI dan SGA. Kelebihan alat skrining MST adalah lebih

efisien (waktu 30 detik), pertanyaan lebih sederhana, nilai sensitivitas dan

spesifisitas 93-95%, nilai keandalan 90-97%, tidak tergantung pada nilai

antropometri dan laboratorium. Meskipun demikian MST juga memiliki

kelemahan yaitu tidak bisa diterapkan pada pasien yang mengalami

kesulitan komunikasi. Di Indonesia alat skrining gizi MST sudah diterapkan


di rumah sakit yang sudah terakreditasi KARS versi JCI seperti RSCM

Jakarta dan RSUP Sanglah (Herawati et al., 2014).

Berdasarkan hasil skrining Tn.B menggunakan alat banu MST

didapatkan skor hasil akhir 3 yang berarti pasien berisiko malnutrisi

sehingga perlu unuk dilanjutkan dengan assesment gizi oleh

Nutrisionis/Dietisien.

C. Asesmen
Kondisi pasien lemah dan adanya luka gangren pada kaki sehingga tidak
dapat berdiri, maka pengukuran berat badan dilakukan menggunakan
pengukuran LILA. Lila pasien yaitu 23,3 cm dengan tinggi badan 157 cm.
Berdasarkan pengukuran LILA diketahui estimasi berat badan pasien adalah
50,96 kg. Estimasi berat badan kemudian digunakan untuk perhitungan Indeks
Massa Tubuh (IMT) dengan hasil 20,7 kg/m2. Dengan dapat disimpulkan status
gizi pasien normal (baik). Pasien tidak mengetahui adanya penurunan berat
badan. Status gizi yang baik diperlukan dalam penanganan pasien hemodialisa,
menurut (Salwani, 2016) malnutrisi pada pasien gagal ginjal tahap akhir akan
meningkatkan resiko kesakitan dan kematian. Sehingga penilain status gizi
pasien sangatlah penting terutama dilakukan sebelum dimulai dialisis serta
evaluasi dilakukan secara terus-menerus setiap 3-6 bulan. Status gizi Tn.B
masih dalam kategori normal dan adanya penurunan berat badan sebelum
masuk rumah sakit tidak. Akan tetapi hasil recall 24 jam asupan makan pasien
sebelum masuk rumah sakit termasuk kategori defisit berat, hal ini perlu
diperhatikan agar asupan makan pasien dapat meningkat secara bertahap dan
tidak terjadi penurunan berat badan tidak disengaja selama perawatan.
Dampak dari pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi
hemodialisis salah satunya adalah anemia. Menurut (Sunarianto et al., 2019)
pada proses hemodialisis terjadi difusi larutan antara darah dan dialisat yang
mengalir kearah berlawanan, dan dipisahkan oleh membran semipermeabel.
Masalah yang paling sering muncul adalah instabilitas kardiovaskuler selama
dialisis, dan sulitnya mendapatkan akses vaskular. Selain itu, pada proses
hemodialisis dapat terjadi defisiensi erythropoietin, dan terjadi kehilangan
darah yaitu terjadinya retensi darah pada dialiser atau tubing pada mesin
Hemodialisis sehingga menyebabkan penurunan kadar Hb dalam darah. Pada
hari kedua di RS kadar hemoglobin Tn. B tergolong rendah yaitu 9,5 g/dL dan
juga diketahui untuk kadar ureum dan kreatinin darah diatas ambang batas
normal yaitu 56,1 dan 2,41 mg/dL. Salah satu cara menegakkan diagnosis
gagal ginjal dengan menilai kadar ureum dan kreatinin serum, karena kedua
senyawa ini hanya dapat diekskresikan oleh ginjal. Kreatinin adalah hasil
perombakan keratin, semacam senyawa berisi nitrogen yang terutama ada
dalam otot. Ureum adalah hasil akhir metabolisme protein. Ureum dan
kreatinin merupakan senyawa kimia yang menandakan fungsi ginjal normal.
Oleh karena itu, tes ureum kreatinin selalu digunakan untuk melihat fungsi
ginjal kepada pasien yang diduga mengalami gangguan pada organ ginjal.
Apabila diketahui ureum kreatinin pada air seni menurun, akan mengakibatkan
penurunan laju filtrasi glomerolus (fungsi penyaringan ginjal). Penurunan laju
filtrasi glomerolus tersebut yang membuat ureum kreatinin akan meningkat di
dalam darah. Kadar ureum dan kreatinin yang juga tinggi dapat menyebabkan
komplikasi tambahan yaitu menyebabkan syock uremikum yang dapat
berlanjut menjadi kematian (Heriansyah, Aji Humaedi, 2019).
Tanda fisik klinis yang diamati adalah vital sign (tekanan darah, nadi,
respirasi dan suhu). Untuk kesadaran umum pasien yaitu compos mentis. Hasil
pemeriksaan tekanan darah pasien termasuk kategori Pra-Hipertensi. Hasil
pemeriksaan nadi, suhu dan respirasi tergolong membaik dari sejak pertama
kali datang. Hal ini sesuai dengan kondisi umum pasien yang mengalami
lemas. Tanda fisik klinis yang perlu diperhatikan pada penderita gagal ginjal
kronik dengan hemodialisa adalah tekanan darah. Menurut Thalib (2019)
hemodialisa akan dapat membantu penderita dengan mempermudah kerja
ginjal. Mengekskresi zat-zat sisa, garam, dan cairan yang berlebih agar tidak
terakumulasi dalam sirkulasi tubuh, beberapa zat kimia dalam kadar yang aman
bagi tubuh.
D. Diagnosis Gizi
Diagnosis gizi sangat spesifik dan berbeda dengan diagnosis medis.
Diagnosis gizi bersifat sementara sesuai dengan respon pasien. Diagnosis gizi
adalah masalah gizi spesifik yang menjadi tanggung jawab dietisien untuk
menanganinya. Tujuan diagnosa gizi adalah untuk mengidentifikasi adanya
problem gizi, faktor penyebab yang mendasarinya, dan menjelaskan tanda dan
gejala yang melandasi adanya problem gizi (Kemenkes, 2014). Berdasarkan
permasalahan gizi yang dihadapi oleh pasien, maka ditetapkan 5 diagnosa gizi
yang diprioritaskan, yaitu :
1) NI 2.1 Asupan oral tidak adekuat
2) NI.5.4 Penurunan kebutuhan lemak jenuh
3) NC.2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi
4) NC.2.1 Gangguan utilisasi zat gizi
5) NB 1.1. Kurang pengetahuan terkait makanan dan zat gizi
E. Intervensi
Intervensi yang diberikan pada Tn. B ditujukan untuk meningkatkan
asupan makanan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan kondisi Tn.B
tanpa memberatkan fungsi kerja ginjal. Terapi diet yang diberikan kepada Tn.B
yaitu diet DM 1900, HD 65 gram dan Rendah Garam III. Untuk menentukan
kebutuhan kalori harus diketahui metabolisme basal kemudian adanya koreksi
usia, faktor aktivitas dan faktor stres yang sesuai untuk memperkirakan energi
lebih dari 80% dari kebutuhan untuk pasien rawat inap. Dalam perhitungan
kebutuhan faktor aktivitas yang digunakan yaitu 10% karena pasein dalam
keadaan bedrest, sedangkan faktor stres yaitu 10% karena tingkat penyakit
yang dialami Tn.B tergolong sedang. Pemberian diet DM 1900 dikarenakan
Tn.B memiliki riwayat penyakit diabetes sejak 20 tahun yang lalu dan setelah
dihitung kebutuhan total Tn.B yaitu sebesar 1966,5 kkal sehingga dipilihlah diet
DM 1900 kkal yang paling mendekati dengan kriteria Tn.B (Soelistijo et al.,
2019). Diet DM 1900 ini kemudian dipadukan dnegan diet HD 65 gram dan RG
III, hal ini dikarenakan Tn.B juga mengalami gagal ginjal kronik dengan
hemodialisa serta memiliki riwayat hipertensi. Pemilihan diet HD 65 gram
dikarenakan hasil perhitungan kebutuhan protein Tn.B sebesar 68,4 gram
sehingga yang paling mendekati adalah diet HD 65 gram. Sedangkan pemilihan
diet RG III dikarenakan kondisi hipertensdi pasien termasuk dalam keadaan
ringan sehingga cukup diberikan diet Rendah Garam III (Oky Nurdiani, 2019).
F. Monitoring dan Evaluasi
Rencana monitoring dan evaluasi Tn.B dilakukan selama 3 hari
terhadap data pengukuran antropometri, fisik klinis, biokimia dan asupan
makan pasien. Pengukuran antropometri dilakukan setiap 3 hari sekali dengan
harapan BB pasien stabil dan tidak ada penurunan berat badan. Pengukuran
fisik klinis pasien dilakukan setiap hari dengan harapan tekanan darah pasien
normal dan pasien tidak lemas. Pengukuran biokimia pasien dilakukan setiap 3
hari dengan harapan kadar ureum, kreatinin dan hemoglobin pasien kembali
normal. Pengukuran asupan makan pasien juga dilakukan setiap hari dnegan
harapan asupan makan pasien >80% kebutuhan setiap harinya.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Antropometri
Berdasarkan pengukuran lingkar lengan (23,3 cm) dan tinggi badan (157
cm) diperoleh status gizi pasien yaitu normal (IMT = 20,7 kg/m2).
2. Biokimia
Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut, terjadi gangguan pada fungsi
ginjal diketahui melalui nilai ureum dan kreatinin yang tinggi. Sementara
itu, pemeriksaan Hb dilakukan untuk mendeteksi adanya anemia dan
penyakit ginjal, diketahui nilai Hb tersebut mengindikasikan anemia.

3. Fisik/klinis
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik klinis Tn. B dalam keadaan lemas dan
compos mentis dan tekanan darah pada pasien, yaitu prahipertensi dan
pasien merasakan mual sehingga nafsu makan menurun. Kondisi pasien
pada saat HPRS,yaitu sesak berat, nyeri dada dan keringat dingin.
4. Diagnosa Gizi
Berdasarkan permasalahan gizi yang dihadapi oleh pasien, maka ditetapkan
5 diagnosa gizi yang diprioritaskan, yaitu :
a) NI 2.1 Asupan oral tidak adekuat
b) NI.5.4 Penurunan kebutuhan lemak jenuh
c) NC.2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi
d) NC.2.1 Gangguan utilisasi zat gizi
e) NB 1.1. Kurang pengetahuan terkait makanan dan zat gizi
5. Intervensi
Intervensi yang diberikan pada Tn. B ditujukan untuk meningkatkan asupan
makanan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan kondisi Tn.B tanpa
memberatkan fungsi kerja ginjal. Terapi diet yang diberikan kepada Tn.B yaitu diet
DM 1900, HD 65 gram dan Rendah Garam III.
6. Monitoring dan Evaluasi
Rencana monitoring dan evaluasi Tn.B dilakukan selama 3 hari terhadap
data pengukuran antropometri, fisik klinis, biokimia dan asupan makan
pasien.
B. SARAN
1. Bagi pasien
a) Sebaiknya pasien dapat menerapkan diet yang diberikan dan dapat
menerapkan pola makan sesuai anjuran.
b) Sebaiknya keluarga memberikan dukungan dan motivasi pada pasien
sehingga asupan makan pasien menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

ADA. (2010). Standards of medical care in diabetes-2010. Diabetes Care,


33(SUPPL. 1). https://doi.org/10.2337/dc10-S011
Audi Ghaffari, M., Segreto, I. L., Tempo, D. E. L., KUMBARA, A. . N. A.,
Terranova, Pablo Lombeida, 1999, Afrianto, H., Kaufmann, B. Y. K., Barbara,
S., Barbara, S., Corners, H., Espaciais, D. P., Giglio, L., Crutzen, P. J.,
Andreae, M. O., Shindell, D. T., Walter, B. P., Faluvegi, G., Ataie, F.,
Irannezhad, P., … KUMBARA, A. . N. A. (2005). No 主観的健康感を中心
とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title.
Globalisasi Dan Kebidayaan Lokal: Suatu Dialektika Menuju Indonesia Baru,
7(2), 147–173.
http://dx.doi.org/10.1016/j.intell.2008.09.007%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/S0
010-9452(58)80010-6%0Ahttp://pss.sagepub.com/content/17/1/67.short
%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.cogdev.2013.06.002%0Ahttp://www.chabris.c
om/Hooven2008.pdf%0Ahttp://www.ncbi.nlm.
Bhatt, H., Saklani, S., & Upadhayay, K. (2016). Anti-oxidant and anti-diabetic
activities of ethanolic extract of Primula Denticulata Flowers. Indonesian
Journal of Pharmacy, 27(2), 74–79.
https://doi.org/10.14499/indonesianjpharm27iss2pp74
Darby, A., Lertpiriyapong, K., Sarkar, U., Seneviratne, U., Park, D. S., Gamazon,
E. R., Batchelder, C., Cheung, C., Buckley, E. M., Taylor, N. S., Shen, Z.,
Tannenbaum, S. R., Wishnok, J. S., & Fox, J. G. (2014). Cytotoxic and
pathogenic properties of Klebsiella oxytoca isolated from laboratory animals.
PLoS ONE, 9(7). https://doi.org/10.1371/journal.pone.0100542
Herawati, H., Sarwiyata, T., & Alamsyah, A. (2014). Metode Skrining Gizi di
Rumah Sakit dengan MST Lebih Efektif dibandingkan SGA. Jurnal
Kedokteran Brawijaya, 28(1), 68–71.
https://doi.org/10.21776/ub.jkb.2014.028.01.26
Heriansyah, Aji Humaedi, N. W. (2019). Gambaran Ureum Dan Kreatinin Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronis Di Rsud Karawang. Binawan Student Journal,
01(01), 8–14.
Kemenkes. (2014). Buku Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar.
Oky Nurdiani. (2019). 7 Gambaran Edukasi Garam ..., Oky Nurdianti Lestari,
Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019. 7–23. https://pbperkeni.or.id/wp-
content/uploads/2020/07/Pedoman-Pengelolaan-DM-Tipe-2-Dewasa-di-
Indonesia-eBook-PDF-1.pdf
PERNEFRI. (2003). Konsensus-Dialisis-2003.Pdf.
Pratiwi, A. T. (2018). Pengaruh Ekstrak Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) dalam
Menurunkan Kadar Gula Darah untuk Diabetes Melitus. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kedokteran Indonesia, 6(2), 138–142.
Salwani, D. (2008). 6. Diagnosis Dan Tatalaksana Hipokalemia, Diagnosis dan
Tatalaksana Hipokalemia, 57–72.
Salwani, D. (2016). Malnurtisi pada gagal ginjal kronik. 1–29.
Score, M., Antigen, R., Test, D., Score, M., Score, M., Test, S., Score, M., Score,
M., Antigen, R., & Test, D. (2014). PENENTUAN Streptococcus Group A
PENYEBAB FARINGITIS PADA ANAK MENGGUNAKAN McIsaac
SCORE DAN RAPID ANTIGEN DETECTION TEST (RADT) DALAM
UPAYA PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SECARA BIJAK. Jurnal Biologi,
17(1), 6–9.
Sinaga, W. (2015). JAKARTA.
Soelistijo, S. A., Lindarto, D., Decroli, E., Permana, H., Sucipto, K. W., Kusnadi,
Y., Budiman, & Ikhsan, R. (2019). Pedoman pengelolaan dan pencegahan
diabetes melitus tipe 2 dewasa di Indonesia 2019. Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia, 1–117. https://pbperkeni.or.id/wp-
content/uploads/2020/07/Pedoman-Pengelolaan-DM-Tipe-2-Dewasa-di-
Indonesia-eBook-PDF-1.pdf
Sunarianto, A. G., Wulandari, N. A., & Darmawan, A. (2019). Penurunan
Hemoglobin pada Penyakit Ginjal Kronik Setelah Hemodialisis di RSU “KH”
Batu. Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), 6(2),
211–217. https://doi.org/10.26699/jnk.v6i2.art.p211-217
Thalib, A. H. S. (2019). Gambaran Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisis Di Ruang Hemodialisa
Rumah Sakit TK. II Pelamonia Makassar. (Jkg) Jurnal Keperawatan Global,
4(2), 89–94. https://doi.org/10.37341/jkg.v4i2.71
Wahyuni, P., Miro, S., & Kurniawan, E. (2018). Hubungan Lama Menjalani
Hemodialisis dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik dengan
Diabetes Melitus di RSUP Dr. M Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas,
7(4), 480. https://doi.org/10.25077/jka.v7.i4.p480-485.2018
Yulianto, D., & Basuki, H. (2017). Analisis Ketahanan Hidup Pasien Penyakit
Ginjal Kronis Dengan Hemodialisis Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Jurnal
Manajemen Kesehatan Yayasan RS.Dr. Soetomo, 3(1), 96.
https://doi.org/10.29241/jmk.v3i1.92
Yunita Widyastuti, Mahmud, A. P. W. D. (2017). Hipoalbuminemia : Pengaruhnya
Pada Farmakokinetika Agen-Agen Anestesi. Convention Center Di Kota
Tegal, 5(November), 83–91.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Leaflet
Lampiran 2. Hasil Keluaran Perhitungan Hasil Recall
Keterangan E (kcal) P (g) L (g) KH (g)
Asupan oral - - - -
Infus D5% 20 tpm = 1440 cc 288 - - 72
Infus aminovel 20 tpm = 1440 cc 684 72 - 144
Standar Diet RS 1417 67,7 58 198,2
% 69% 106% 0% 109%
Lampiran 3. Hasil Keluaran Perhitungan SQFFQ

Berat
Rata-
E KH
Sumber Bahan Nama Berat Frekuensi Konsumsi Rata P (gr) L (gr)
URT (Kkal) (gr)
Makanan Makanan (gr) Perhar
i

Hari Minggu Bulan Tahun

Makanan
Nasi 2 cg 100 3       300 390,1 7,2 0,6 85,8
Pokok

Protein Telur 1 btr 60   1     9 17,2 1,1 1,4 0,1


Hewani Ayam 1 ptg 60   1     9 29,9 2,4 2,1 0,3

Bayam 1 ctg 15 1       15 1,8 0,2 0 0,3

Wortel 1 ctg 15 1       15 3,2 0,1 0 0,5

Kacang
1 ctg 15 1       15 3,2 0,1 0,2 0,4
Sayuran Panjang

Daun Pepaya 1 ctg 15 1       15 9 0,8 0,1 1,7

Daun Melinjo 1 ctg 15 1       15 5,6 0,6 0 1,1

Labu Siam 1 ctg 15 1       15 2,1 0,1 0,1 0,3

Buah Pisang 1 bh 50   1     7,1 6,5 0,1 0,0 1,7


Pepaya 1 bh 100   1     14,3 5,6 0,1 0 1,4

JUMLAH 474,2 12,8 4,5 93,6

Kebutuhan 1458,38 66,24 32,41 225,28

Persentase 33% 19% 14% 42%


Lampiran 4. Menu Hari Ke-1

Jadwal Menu BM Berat E P L KH

Beras Putih
50 180,4 3,3 0,3 39,8
Giling

Ayam tanpa
40 65,6 12,304 1,416 0
kulit

Tahu 55 41,8 4,45 2,65 1,05


Makan
Sonde
Pagi

Wortel 50 13 0,4 0,2 2,4

Labu Siam 50 10,05 0,45 0,15 2,15


Minyak
Kelapa 2,5 21,6 0 2,5 0
Sawit
Susu Skim
5 18,4 1,8 0,1 2,6
Bubuk

Havermout 12,5 44,2 1,5 0,9 7,5

Pisang 50 46 0,5 0,3 11,7


Selinga
Sonde
n Pagi
Gula Pasir 6,5 25,2 0 0 6,5

Susu Skim
50 17,45 1,7 0,1 1,225
Cair
Makan Sonde Beras Putih
Siang 50 180,4 3,3 0,3 39,8
Giling
Telur Ayam 55 74 6,29 4,97 0,56
Tempe
Kedele 50 99,6 9,6 3,8 8,6
Murni
Brokoli 100 23,2 3,2 0,2 1,9
Minyak 5 43,1 0 5 0
Kelapa
Sawit
Susu Skim
Susu 100 34,9 3,4 0,2 2,45
Cair
Tepung
12,5 47,6 0 0 11,4
Maizena
Selinga Pepaya 90 50,2 0,2 0,3 13
Sonde
n Sore Gula Pasir 13 50,4 0 0 13
Susu Skim
50 17,45 1,7 0,1 1,225
Cair
Beras Putih
50 180,4 3,3 0,3 39,8
Giling
Ikan Mujair 40 33,6 7,3 0,3 0
Tahu 55 41,8 4,45 2,65 1,05
Sonde
Makan Toge 100 60,9 2,8 3 4,8
Malam Minyak
Kelapa 5 43,1 0 5 0
Sawit
Susu Skim
Susu 100 34,9 3,4 0,2 2,45
Cair
Kacang
10 11,6 0,8 0,1 2,1
Hijau
Bubur
Kacan
Selinga Pisang 25 72,7 1,1 0,4 15,7
g Hijau
n
+
Malam
Pisang
Saring Gula Pasir 6,5 25,2 0 0 6,5
Susu Skim
50 17,45 1,7 0,1 1,225
Cair
240,48
Jumlah 1626,2 78,944 35,536
5
Kebutuhan 1458,38 66,24 32,41 225,28
% Kebutuhan 112% 119% 110% 107%

Lampiran 5. Menu Hari Ke-2


Men
Jadwal BM Berat E P L KH
u

Beras Putih
50 180,4 3,3 0,3 39,8
Giling

Udang 35 27,7 5,8 0,3 0

Sond
Makan e
Pagi Tempe Kedele
37,5 74,7 7,2 2,85 6,45
Murni

Buncis 100 34,9 1,9 0,3 7,9

Minyak Kelapa
2,5 21,6 0 2,5 0
Sawit

Susu Susu Skim cair 50 17,45 1,7 0,1 1,225


Tepung Maizena 12,5 47,6 0 0 11,4
Melon 190 72,7 1,1 0,4 15,7
Selinga Sond
n Pagi e Gula Pasir 6,5 25,2 0 0 6,5

Susu Skim cair 50 17,45 1,7 0,1 1,225

Beras Putih
50 180,4 3,3 0,3 39,8
Giling

Daging Sapi
Sond 35 47,95 7,4935 1,75 0
Makan Tanpa Lemak
e
Siang Tahu 110 83,6 8,9 5,3 2,1
Wortel 100 25,8 1 0,2 1,9
Minyak Kelapa
5 43,1 0 5 0
Sawit
Susu Susu Skim Cair 100 34,9 3,4 0,2 2,45
Mangga 90 58,5 0,4 0,3 15,3
Selinga Sond
n Sore e Gula Pasir 13 50,4 0 0 13
Susu Skim Cair 50 17,45 1,7 0,1 1,225
Beras Putih
Makan Sond 50 180,4 3,3 0,3 39,8
Giling
Malam e
Ayam tanpa kulit 40 65,6 12,304 1,416 0
Tempe Kedele
37,5 74,7 7,2 2,85 6,45
Murni
Kangkung 100 15,1 2,3 0,2 2,1
Minyak Kelapa
5 43,1 0 5 0
Sawit
Susu Susu Skim Cair 100 34,9 3,4 0,2 2,45
Tepung Maizena 12,5 47,6 0 0 11,4
Selinga
Sond
n Jambu merah 50 25,5 0,4 0,3 5,9
e
Malam Gula Pasir 6,5 25,2 0 0 6,5
Susu Skim cair 50 17,45 1,7 0,1 1,225
1591,3 79,497
Jumlah 30,366 241,8
5 5
1458,3
Kebutuhan 66,24 32,41 225,28
8
% Kebutuhan 109% 120% 94% 107%
Lampiran 6. Menu Hari Ke-3

Jadwal Menu BM Berat E P L KH

Beras
Putih 50 180,4 3,3 0,3 39,8
Giling

Ikan mas 45 58,5 8,2 2,6 0

Sonde
Makan
Tahu 55 41,8 4,45 2,65 1,05
Pagi

Oyong 100 20,1 0,9 0,3 4,3

Minyak
Kelapa 2,5 21,6 0 2,5 0
Sawit
Susu Skim
Susu 50 17,45 1,7 0,1 1,225
cair
Tepung
12,5 47,6 0 0 11,4
Maizena
Jeruk
110 51,8 1 0,1 13
Manis
Selingan
Sonde
Pagi
Gula Pasir 6,5 25,2 0 0 6,5

Susu Skim
50 17,45 1,7 0,1 1,225
cair
Beras
Putih 50 180,4 3,3 0,3 39,8
Giling
Telur
55 74 6,29 4,97 0,56
Ayam
Makan Tempe
Sonde
Siang Kedele 50 99,6 9,6 3,8 8,6
Murni
Labu Siam 50 20,10 0,90 0,30 4,30
Minyak
Kelapa 5 43,1 0 5 0
Sawit
Susu Skim
Susu 100 34,9 3,4 0,2 2,45
Cair
Havermou
12,5 44,2 1,5 0,9 7,5
t
Selingan Kiwi 110 67 1,2 0,6 11,8
Sonde
Sore Gula Pasir 13 50,4 0 0 13
Susu Skim
100 34,9 3,4 0,2 2,45
Cair
Beras
Putih 50 180,4 3,3 0,3 39,8
Giling
Ayam
40 65,6 12,304 1,416 0
tanpa kulit
Sonde Tahu 55 41,8 4,45 2,65 1,05
Makan
Malam Bayam 100 37 3,7 0,2 7,3
Minyak
Kelapa 5 43,1 0 5 0
Sawit
Susu Skim
Susu 100 34,9 3,4 0,2 2,45
Cair
Susu
Sari Kedelai 12,5 24,6 3,7 0,2 0,1
Selingan Bubuk
Kedela
Malam
i Anggur 82,5 24,8 0,1 0,2 6,4
Gula Pasir 6,5 25,2 0 0 6,5
Jumlah 1607,9 81,794 35,086 232,56
1458,3
Kebutuhan 66,24 32,41 225,28
8
% Kebutuhan 110% 123% 108% 103%

Anda mungkin juga menyukai