“Tata Laksana Diet pada Pasien Gastritis Erosiva Multiple, Pharingitis E.C
Streptococcus Alpha, Staphylococcus Coagulase Negatif dan Klebsiella
Oxytoca, Hipoalbuminenia, Hipokalemia”
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kepaniteraan Klinik II
Disusun Oleh
190400540
“Tata Laksana Diet pada Pasien Gastritis Erosiva Multiple, Pharingitis E.C
Streptococcus Alpha, Staphylococcus Coagulase Negatif dan Klebsiella
Oxytoca, Hipoalbuminenia, Hipokalemia”
Oleh :
Novita Fauziah P
190400540
Pembimbing I
Resti Kurnia
Tanggal…………….. …………………………
Mengetahui,
Ketua Program Studi …………………….
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Alma Ata
(……………………………….)
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PROSES ASUHAN GIZI
A. Pendahuluan
Data Umum
Nama/ Tn.B No.RM
Inisial
Usia 65 tahun Tanggal 03 Februari 2021
masuk
Jenis Laki-laki Tanggal kasus 03 Februari 2021
kelamin
Pekerjaan - Diagnosis Gastritis Erosiva Multiple,
Pharingitis E.C Streptococcus Alpha,
medis Staphylococcus Coagulase Negatif
dan Klebsiella Oxytoca,
Hipoalbuminenia, Hipokalemia.
Kesimpulan :
B. Skrining
Malnutrition Screening Tool (MST)
Parameter Skor
1. Apakah pasien penurunan BB yang tidak diinginkan dalam 6 bulan
terakhir
Tidak ada penurunan berat badan 0
Tidak yakin/tidak tahu/baju terasa lebih longgar 2
Jika ya, berapa penurunan berat badan tersebut
1-5 Kg 1
6-10 Kg 2
11-15 Kg 3
>15 Kg 4
2. Apakah asupan makanan berkurang karena tidak nafsu
makan
Tidak 0
√ Ya 1
Total Skor 3
Pasien dengan diagnose khusus :
DM, Kemoterapi, Hemodialisa / Geriatrik / Kanker, Bedah
digestive/Imunitas/Lain-lain
Sebutkan (DM, CKD dan Hipertensi)
Bila skor ≥ 2 dan atau pasien dengan diagnosis/kondisi khusus
dilanjutkan dengan assessment gizi oleh Nutrisionis/Dietisien
Interpretasi
MST = 0-1 tidak berisko malnutrisi
MST = ≥2 berisiko malnutrisi
C. Assesmen
I. Riwayat Makan (FH)
1. Asupan Makanan dan Nutrisi (dari hasil recall)
Kode Makanan dan Hasil
IDNT zat gizi
FH.1.1.1 Asupan energi 1152 kkal
FH.1.5.1 Asupan protein 72 gram
FH.1.5.2 Asupan lemak 0 gram
FH.1.5.3 Asupan KH 216 gram
FH.1.2.3 Asupan ASI/ Tidak ada
Susu formula
(jika ada)
FH.1.3.2 Asupan DL 5x300 cc
parenteral
FH.1.4.2 Asupan subtansi Tidak ada
bioaktif
FH.1.6 Asupan Tidak ada
mikronutrien
FH.1.2.2. Pola makan Pasien 1-3x
3 makan/ hari. Nasi
1-3x/hari @100gr
Lauk hewani :
telur, daging
ayam (jarang
dikonsumsi)
Lauk nabati :
sangat jarang
dikonsumsi
Sayur :
Bayam, wortel,
kacang panjang,
daun pepaya,
daun melinjo,
labu siam 1-
3x/hari
Buah :
Pisang dan
pepaya (sanga
jarang konsumsi).
Mengkonsumsi
air putih >8
gelas/hari
SQ-FFQ
E : 474,2 kkal
P : 12,8 gram
L : 4,5 gram
KH : 93,6 gram
Pemenuhan Kebutuhan
a) Hasil Recall 24 Jam
Energi Protein Lemak KH
Asupan oral - - - -
Infus D5% 20
288 - - 72
tpm = 1440 cc
Infus
aminovel 20 684 72 - 144
tpm = 1440 cc
Standar Diet
1417 67,7 58 198,2
RS
% Asupan 69% 106% 0% 109%
Keterangan Defisit berat Normal Defisit berat Normal
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil Recall 24 jam didapatkan hasil bahwa asupan
energi dan lemak pada Tn.B termasuk kedalam kategori defisit berat
karena asupan energy dan lemak kurang (<80%). Sedangkan asupan
protein dan karbohidrat termasuk dalam kategori normal karena
asupan protein dan karbohidrat pasien >80%.
b) Hasil SQFFQ
Energi Protein Lemak KH
Asupan oral 474,2 kkal 12,8 gram 4,5 gram 93,6 gram
4. Pengetahuan/Kepercayaan/Sikap (FH-4.1)
Pasien belum pernah mendapatkan konseling tentang gizi
AD.1.1. TB -
1
AD.1.1. BB (estimasi) 44,1585 kg
2
AD.1.1. Perubahan BB -
4
AD.1.1. %/percentile Lila 66,77%
5
AD.1.1. Status Gizi Gizi Buruk
5
AD.1.1. BB ideal -
2
AD.1.1. LLA 20,5 cm
5
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut, terjadi gangguan pada fungsi
ginjal diketahui melalui nilai ureum dan kreatinin yang tinggi. Sementara itu,
pemeriksaan Hb dilakukan untuk mendeteksi adanya anemia dan penyakit
ginjal, diketahui nilai Hb tersebut mengindikasikan anemia.
Tanggal
Vital sign Nilai Nilai normal Ket
pemeriksaan
Tekanan
120/80 mmHg 120/80 mmHg Normal
darah
Tgl
03/02/2021 Nadi 78x/menit 60-100 Normal
Kesimpulan :
Kondisi fisik Tn. B dalam keadaan lemas, terdapat penurunan kesadaran, mual,
muntah setiap makan, namun tanda-tanda vital Tn.B normal.
V. Riwayat Pasien (CH)
1. Riwayat pribadi (CH-1)
Kode Riwayat Pribadi Hasil
IDNT
CH 1.1.2 Jenis kelamin Laki laki
CH.1.1.6 Bahasa Indonesia
Kemampuan literasi Baik
CH.1.1.8 Pendidikan SMA
FH 1.1.9 Peran dalam keluarga Kepala keluarga
CH 1.1 Pribadi Hasil
CH 1.1 Jenis kelamin Laki-laki
Merokok Tidak merokok
Keterbatasan fisik Tidak bisa bediri
CH 3.1 Mobilitas -
3. Riwayat Sosial
D. Diagnosis Gizi
1. Domain Intake
a) NI 1.2 Asupan energi tidak adekuat berkaitan dengan kurangnya
pemenuhan zat gizi ditandai dengan adanya penurunan nafsu makan,
mual, muntah, sakit tenggorokan, dan lemas serta hasil recall 24 jam
asupan energi 66,65% termasuk kategori defisit berat.
b) NI.5.6.1 Asupan lemak tidak adekuat berkaitan dengan kurangnya
asupan lemak ditandai dengan hasil recall 24 jam asupan lemak 0% yang
termasuk kedalam kateori defisit berat.
2. Domain Clinical
a) NC.3.1 Berat badan kurang (underweight) berkaitan dengan intake
energi kurang ditandai dengan %percentile lila 66,77% yang termasuk
kategori gizi buruk.
b) NC.2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi berkaitan dengan
gangguan fungsi ginjal ditandai dengan kadar albumin 0,82 g/dl
(rendah), kadar BUN 2,7 mg/dl (rendah) dan asam urat 1,5 mg/dl
(rendah).
3. Domain Behaviour
a) NB 1.1. Gangguan pola makan berkaitan dengan pola makan tidak
tertur ditandai dengan frekuensi makan pasien 1-3x/hari dengan
frekuensi selingan sangat jarang, jadwal makan tidak teratur, porsi
makan kecil dan adanya penolakan makan dari pasien dengan alasan
preferensi rasa.
E. Intervensi Gizi
I. Perencanaan
1. ND 3.1.5 Tujuan Diet
a) Meningkatkan asupan makanan secara bertahap tanpa memberatkan
kerja lambung.
b) Meningkatkan asupan serat dan albumin.
2. Syarat Diet
a) Energi cukup sesuai kebutuhan pasien yaitu 1458,38 kkal.
b) Protein tinggi sebesar 1,5g/kgBBI yaitu 66,24 gram (18,21%)
c) Lemak rendah 15% dari kebutuhan energi total, yaitu 24,31 gram.
d) Karbohidrat cukup 61,79% dari kebutuhan energi total yaitu 225,28
gram.
3. Pemberian Makanan
a) ND 1.2.2 Pemberian Energi (Rumus WHO/FAO)
Perhitungan kebutuhan gizi pasien menggunakan rumus
WHO/FAO :
- BMR laki-laki = (11,711 x BB) + 587,7
= (11,711 x ,1585) + 587,7
= 517,1 + 587,7
= 1104,84 kkal
- Koreksi faktor akivitas = 1,1 x BMR
= 1,1 x 1104,84
= 1215,324 kkal
- Koreksi faktor stress = 1,2 x 1215,324
= 1458,38 kkal
Pengukuran/Pengamata
Parameter Waktu Target Ukur
n
Antropometri Berat badan 3 hari BB Stabil
9. Distribusi Penukar
a) Distribusi Penukar Hari ke-1
Bahan
Penuk
Makana E (kkal) P (g) L (g) Kh (g)
ar
n
Sumber
3 1/2 612 1/2 14 0 140
Kh
Protein
Hewani 1 75 7 5 0
S
Protein
Hewani 2 100 14 4 0
R
Protein
Hewani 0 0 0 0 0
TL
Protein
2 1/2 187,5 12,5 7,5 17,5
Nabati
Sayuran
0 0 0 0 0
A
Sayuran
3 75 3 0 15
B
Buah 2 1/2 125 0 0 30
Gula 2 100 0 0 24
Susu
rendah 0 0 0 0 0
lemak
Susu
tanpa 2 150 14 0 20
Lemak
Kesimpulan :
Distribusi makanan pasien dibai kedalam 6 jadwal makan yaiu makan
pagi, selingan pagi, makan siang, selingan sore, makan malam dan selingan
malam.
Protein
Hewani 2 100 14 4 0
R
Protein
Hewani 0 0 0 0 0
TL
Protein
2 1/2 187,5 12,5 7,5 17,5
Nabati
Sayuran
0 0 0 0 0
A
Sayuran
3 75 3 0 15
B
Buah 2 1/2 125 0 0 30
Gula 2 100 0 0 24
Susu
rendah 0 0 0 0 0
lemak
Minyak 2 1/2 125 0 12 1/2 0
Susu
tanpa 2 150 14 0 20
Lemak
Protein
Hewani 2 100 14 4 0
R
Protein
Hewani 0 0 0 0 0
TL
Protein
2 1/2 187,5 12,5 7,5 17,5
Nabati
Sayuran
0 0 0 0 0
A
Sayuran
3 75 3 0 15
B
Susu
tanpa 2 150 14 0 20
Lemak
1458,3
Kebutuhan 66,24 32,41 225,28
8
1604,21 247,80
Plus 10% 8 72,864 35,651 8
1312,54 202,75
Minus 10% 2 59,616 29,169 2
BAB II
PEMBAHASAN
Pasien Tn. B usia 56 tahun dengan diagnosis CKD Stage 5v, Acute Coronary
Syndrome, STEMI, Anterior Post Trombolisis, NIDDM, Hiperkalemia, Ulkus DM
Pedis Dextra. Pasien mengalami kondisi lemas, sesak napas, rasa tidak nyaman
didada, dan saat ini mengeluh mual sera nafsu makan menurun. Assessment pasien
dilakukan pada tanggal 21 Januari 2021 dan kemudian dilakukan rencana
monitoring dan evaluasi dari tanggal 21 Januari 2021 hingga 23 Januari 2021.
A. Dasar Teori
1. Diabetes Mellitus Tipe 2
a) Definisi
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. DM tipe 2 atau
sering juga disebut dengan Non Insuline Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM) merupakan penyakit diabetes yang disebabkan oleh
terjadinya resistensi tubuh terhadap efek insulin yang diproduksi oleh
sel β pancreas. Penderita DM tipe 2 masih dapat menghasilkan insulin
akan tetapi, insulin yang dihasilkan tidak cukup atau tidak bekerja
sebagaimana mestinya di dalam tubuh sehingga glukosa tidak dapat
masuk ke dalam sel-sel tubuh. DM tipe 2 umumnya diderita pada orang
yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Diabetes mellitus tipe 2
dikarakteristikkan oleh adanya hiperglikemia, resistensi insulin, dan
adanya pelepasan glukosa ke hati yang berlebihan (ADA, 2010).
b) Etiologi
Penyebab DM tipe 2 diantaranya oleh faktor genetik, resistensi
insulin, dan faktor lingkungan. Selain itu terdapat faktor-faktor
pencetus diabetes 12 diantaranya obesitas, kurang gerak/olahraga,
makanan berlebihan dan penyakit hormonal yang kerjanya berlawanan
dengan insulin (Bhatt et al., 2016).
c) Faktor Resiko
Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2,
berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat
diubah, faktor risiko yang dapat diubah dan faktor lain. Menurut
American DiabetesAssociation (ADA) bahwa DM berkaitan dengan
faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputiriwayat keluarga dengan
DM (first degree relative), umur ≥45 tahun, etnik, riwayatmelahirkan
bayi dengan berat badan lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah
menderita DM gestasional dan riwayat lahir dengan beratbadan rendah
(<2,5 kg). Faktor risiko yang dapat diubah meliputi obesitas
berdasarkan IMT ≥25kg/m2 atau lingkar perut ≥80 cm pada wanita dan
≥90 cm pada laki-laki, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemi
dan diet tidak sehat. Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes
adalah penderita polycystic ovarysindrome (PCOS), penderita sindrom
metabolik memiliki riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau
glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya, memiliki riwayat
penyakit kardiovaskuler seperti stroke, PJK, atau peripheral arterial
Diseases (PAD), konsumsi alkohol,faktor stres, kebiasaan merokok,
jenis kelamin,konsumsi kopi dan kafein (Bhatt et al., 2016).
2. Gagal Ginjal Kronik
a) Definisi
Penyakit ginjal kronik (Chronic Kidney Desease) adalah keadaan
dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang cukup berat secara
perlahan – lahan (menahun) disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal.
Peyakit ini bersifat progresif dan umumnya tidak dapat pulih kembali
(irreversibel). Gejala penyakit ini umumnya adalah tidak ada nafsu
makan, mual, muntah, pusing, sesak nafas, rasa Lelah, edema pada kaki
dan tangan serta uremia. Apabila nilai Glomerulo Filtration Rate
(GFR) atau Tes Kliren Kreatinin (TKK) < 25 ml/menit, diberikan Diet
Rendah Protein (Yulianto & Basuki, 2017).
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan faal ginjal yang
menahun mengarah pada kerusakan jaringan ginjal yang tidak
reversible dan progresif. Adapun GGT (Gagal Ginjal Terminal) adalah
fase terakhir dari Gagal Ginjal Kronik (GGK) dengan faal ginjal sudah
sangat buruk. Kedua hal tersebut bisa dibedakan dengan tes klirens
kreatinin (Yulianto & Basuki, 2017).
b) Etiologi
Etiologi memegang peran penting dalam memperkirakan
perjalanan klinis Gagal Ginjal Kronik (GGK) dan penaggulangannya.
Penyebab primer Gagal Ginjal Kronik (GGK) juga akan mempengaruhi
manifestasi klinis yang akan 8 sangat membantu diagnose, contoh: gout
akan menyebabkan nefropati gout. Penyeban terbanyak Gagal Ginjal
Kronik (GGK) dewasa ini adalah nefropati DM, hipertensi, glomerulus
nefritis, penyakit ginjal herediter, uropati obstruki, nefritis interstitial.
Sedangkan di Indonesia, penyebab Gagal Ginjal Kronik (GGK)
terbanyak adalah glomerulus nefritis, infeksi saluran kemih (ISK), batu
saluran kencing, nefropati diabetic, nefrosklerosis hipertensi, ginjal
polikistik, dan sebagainya (Sinaga, 2015).
3. Hemodialisa
a) Definisi
Hemodialisis dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengubahan
komposisi solute darah oleh larutan lain (cairan dialisat) melalui
membran semi permeabel (membran dialisis). Tetapi pada prinsipnya,
hemodialisis adalah suatu proses pemisahan atau penyaringan atau
pembersihan darah melalui suatu membran semipermeabel yang
dilakukan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal baik akut maupun
kronik (Wahyuni et al., 2018).
Hemodialisis adalah salah satu terapi pengganti ginjal untuk pasien
penyakit ginjal kronik. Terapi ini dilakukan untuk menggantikan fungsi
ginjal yang rusak. Hemodialisis memerlukan waktu selama 3 – 5 jam
dan dilakukan sekitar 3x dalam seminggu. Pada akhir interval 2 – 3 hari
diantara terapi, keseimbangan garam, air dan pangkat hidrogen (PH)
sudah tidak normal lagi dan penderita biasanya merasa tidak sehat.
Konsensus Pernefri, 2003 menyebutkan bahwa indikasi dilakukan
tindakan dialisis adalah pasien gagal ginjal dengan Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG) < 5 mL/menit, fungsi ekskresi ginjal sudah minimal
sehingga mengakibatkan akumulasi zat 13 toksik dalam darah dan
komplikasi yang membahayakan bila tidak dilakukan tindakan dialisis
segera.
B. Skrining
Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang di sesuaikan
dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status
metabolisme tubuh. Tahapan pelayanan gizi rawat inap diwali dengan skrining
atau penapisan. Skrining gizi merupakan proses yang cepat, sederhana, efisien,
mampu dilakukan, murah, tidak berisiko kepada individu yang di skrining,
valid dan reliabel serta dapat dilaksanakan oleh petugas kesehatan ruangan.
Alat skring di rumah sakit antara lain : MUST (Malnutrition Universal
Screening Tools), NRS 2002 (Nutritional Risk Screening), MNA (Mini
Nutritional Assesment), SNAQ (Short Nutritional Assesment Quesioner),
STAMP (Screening Tools Assesment of Malnutrition in Pediatric), PNI
(Prognostic Nutritional Index) dan SGA (Subjective Global Assesment).
Skrining gizi bertujuan untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko malnutrisi,
tidak berisiko malnutrisi atau kondisi khusus (Herawati et al., 2014).
Berdasarkan Journal Of Clinical Nursing Tahun 2011, alat skrining
gizi yang cepat, mudah dan cocok digunakan sesuai dengan kondisi pasien
dibandingkan dengan alat skrining lain seperti MUST, NRS 2002, MNA,
SNAQ, STAMP, PNI dan SGA. Kelebihan alat skrining MST adalah lebih
Nutrisionis/Dietisien.
C. Asesmen
Kondisi pasien lemah dan adanya luka gangren pada kaki sehingga tidak
dapat berdiri, maka pengukuran berat badan dilakukan menggunakan
pengukuran LILA. Lila pasien yaitu 23,3 cm dengan tinggi badan 157 cm.
Berdasarkan pengukuran LILA diketahui estimasi berat badan pasien adalah
50,96 kg. Estimasi berat badan kemudian digunakan untuk perhitungan Indeks
Massa Tubuh (IMT) dengan hasil 20,7 kg/m2. Dengan dapat disimpulkan status
gizi pasien normal (baik). Pasien tidak mengetahui adanya penurunan berat
badan. Status gizi yang baik diperlukan dalam penanganan pasien hemodialisa,
menurut (Salwani, 2016) malnutrisi pada pasien gagal ginjal tahap akhir akan
meningkatkan resiko kesakitan dan kematian. Sehingga penilain status gizi
pasien sangatlah penting terutama dilakukan sebelum dimulai dialisis serta
evaluasi dilakukan secara terus-menerus setiap 3-6 bulan. Status gizi Tn.B
masih dalam kategori normal dan adanya penurunan berat badan sebelum
masuk rumah sakit tidak. Akan tetapi hasil recall 24 jam asupan makan pasien
sebelum masuk rumah sakit termasuk kategori defisit berat, hal ini perlu
diperhatikan agar asupan makan pasien dapat meningkat secara bertahap dan
tidak terjadi penurunan berat badan tidak disengaja selama perawatan.
Dampak dari pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi
hemodialisis salah satunya adalah anemia. Menurut (Sunarianto et al., 2019)
pada proses hemodialisis terjadi difusi larutan antara darah dan dialisat yang
mengalir kearah berlawanan, dan dipisahkan oleh membran semipermeabel.
Masalah yang paling sering muncul adalah instabilitas kardiovaskuler selama
dialisis, dan sulitnya mendapatkan akses vaskular. Selain itu, pada proses
hemodialisis dapat terjadi defisiensi erythropoietin, dan terjadi kehilangan
darah yaitu terjadinya retensi darah pada dialiser atau tubing pada mesin
Hemodialisis sehingga menyebabkan penurunan kadar Hb dalam darah. Pada
hari kedua di RS kadar hemoglobin Tn. B tergolong rendah yaitu 9,5 g/dL dan
juga diketahui untuk kadar ureum dan kreatinin darah diatas ambang batas
normal yaitu 56,1 dan 2,41 mg/dL. Salah satu cara menegakkan diagnosis
gagal ginjal dengan menilai kadar ureum dan kreatinin serum, karena kedua
senyawa ini hanya dapat diekskresikan oleh ginjal. Kreatinin adalah hasil
perombakan keratin, semacam senyawa berisi nitrogen yang terutama ada
dalam otot. Ureum adalah hasil akhir metabolisme protein. Ureum dan
kreatinin merupakan senyawa kimia yang menandakan fungsi ginjal normal.
Oleh karena itu, tes ureum kreatinin selalu digunakan untuk melihat fungsi
ginjal kepada pasien yang diduga mengalami gangguan pada organ ginjal.
Apabila diketahui ureum kreatinin pada air seni menurun, akan mengakibatkan
penurunan laju filtrasi glomerolus (fungsi penyaringan ginjal). Penurunan laju
filtrasi glomerolus tersebut yang membuat ureum kreatinin akan meningkat di
dalam darah. Kadar ureum dan kreatinin yang juga tinggi dapat menyebabkan
komplikasi tambahan yaitu menyebabkan syock uremikum yang dapat
berlanjut menjadi kematian (Heriansyah, Aji Humaedi, 2019).
Tanda fisik klinis yang diamati adalah vital sign (tekanan darah, nadi,
respirasi dan suhu). Untuk kesadaran umum pasien yaitu compos mentis. Hasil
pemeriksaan tekanan darah pasien termasuk kategori Pra-Hipertensi. Hasil
pemeriksaan nadi, suhu dan respirasi tergolong membaik dari sejak pertama
kali datang. Hal ini sesuai dengan kondisi umum pasien yang mengalami
lemas. Tanda fisik klinis yang perlu diperhatikan pada penderita gagal ginjal
kronik dengan hemodialisa adalah tekanan darah. Menurut Thalib (2019)
hemodialisa akan dapat membantu penderita dengan mempermudah kerja
ginjal. Mengekskresi zat-zat sisa, garam, dan cairan yang berlebih agar tidak
terakumulasi dalam sirkulasi tubuh, beberapa zat kimia dalam kadar yang aman
bagi tubuh.
D. Diagnosis Gizi
Diagnosis gizi sangat spesifik dan berbeda dengan diagnosis medis.
Diagnosis gizi bersifat sementara sesuai dengan respon pasien. Diagnosis gizi
adalah masalah gizi spesifik yang menjadi tanggung jawab dietisien untuk
menanganinya. Tujuan diagnosa gizi adalah untuk mengidentifikasi adanya
problem gizi, faktor penyebab yang mendasarinya, dan menjelaskan tanda dan
gejala yang melandasi adanya problem gizi (Kemenkes, 2014). Berdasarkan
permasalahan gizi yang dihadapi oleh pasien, maka ditetapkan 5 diagnosa gizi
yang diprioritaskan, yaitu :
1) NI 2.1 Asupan oral tidak adekuat
2) NI.5.4 Penurunan kebutuhan lemak jenuh
3) NC.2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi
4) NC.2.1 Gangguan utilisasi zat gizi
5) NB 1.1. Kurang pengetahuan terkait makanan dan zat gizi
E. Intervensi
Intervensi yang diberikan pada Tn. B ditujukan untuk meningkatkan
asupan makanan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan kondisi Tn.B
tanpa memberatkan fungsi kerja ginjal. Terapi diet yang diberikan kepada Tn.B
yaitu diet DM 1900, HD 65 gram dan Rendah Garam III. Untuk menentukan
kebutuhan kalori harus diketahui metabolisme basal kemudian adanya koreksi
usia, faktor aktivitas dan faktor stres yang sesuai untuk memperkirakan energi
lebih dari 80% dari kebutuhan untuk pasien rawat inap. Dalam perhitungan
kebutuhan faktor aktivitas yang digunakan yaitu 10% karena pasein dalam
keadaan bedrest, sedangkan faktor stres yaitu 10% karena tingkat penyakit
yang dialami Tn.B tergolong sedang. Pemberian diet DM 1900 dikarenakan
Tn.B memiliki riwayat penyakit diabetes sejak 20 tahun yang lalu dan setelah
dihitung kebutuhan total Tn.B yaitu sebesar 1966,5 kkal sehingga dipilihlah diet
DM 1900 kkal yang paling mendekati dengan kriteria Tn.B (Soelistijo et al.,
2019). Diet DM 1900 ini kemudian dipadukan dnegan diet HD 65 gram dan RG
III, hal ini dikarenakan Tn.B juga mengalami gagal ginjal kronik dengan
hemodialisa serta memiliki riwayat hipertensi. Pemilihan diet HD 65 gram
dikarenakan hasil perhitungan kebutuhan protein Tn.B sebesar 68,4 gram
sehingga yang paling mendekati adalah diet HD 65 gram. Sedangkan pemilihan
diet RG III dikarenakan kondisi hipertensdi pasien termasuk dalam keadaan
ringan sehingga cukup diberikan diet Rendah Garam III (Oky Nurdiani, 2019).
F. Monitoring dan Evaluasi
Rencana monitoring dan evaluasi Tn.B dilakukan selama 3 hari
terhadap data pengukuran antropometri, fisik klinis, biokimia dan asupan
makan pasien. Pengukuran antropometri dilakukan setiap 3 hari sekali dengan
harapan BB pasien stabil dan tidak ada penurunan berat badan. Pengukuran
fisik klinis pasien dilakukan setiap hari dengan harapan tekanan darah pasien
normal dan pasien tidak lemas. Pengukuran biokimia pasien dilakukan setiap 3
hari dengan harapan kadar ureum, kreatinin dan hemoglobin pasien kembali
normal. Pengukuran asupan makan pasien juga dilakukan setiap hari dnegan
harapan asupan makan pasien >80% kebutuhan setiap harinya.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Antropometri
Berdasarkan pengukuran lingkar lengan (23,3 cm) dan tinggi badan (157
cm) diperoleh status gizi pasien yaitu normal (IMT = 20,7 kg/m2).
2. Biokimia
Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut, terjadi gangguan pada fungsi
ginjal diketahui melalui nilai ureum dan kreatinin yang tinggi. Sementara
itu, pemeriksaan Hb dilakukan untuk mendeteksi adanya anemia dan
penyakit ginjal, diketahui nilai Hb tersebut mengindikasikan anemia.
3. Fisik/klinis
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik klinis Tn. B dalam keadaan lemas dan
compos mentis dan tekanan darah pada pasien, yaitu prahipertensi dan
pasien merasakan mual sehingga nafsu makan menurun. Kondisi pasien
pada saat HPRS,yaitu sesak berat, nyeri dada dan keringat dingin.
4. Diagnosa Gizi
Berdasarkan permasalahan gizi yang dihadapi oleh pasien, maka ditetapkan
5 diagnosa gizi yang diprioritaskan, yaitu :
a) NI 2.1 Asupan oral tidak adekuat
b) NI.5.4 Penurunan kebutuhan lemak jenuh
c) NC.2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi
d) NC.2.1 Gangguan utilisasi zat gizi
e) NB 1.1. Kurang pengetahuan terkait makanan dan zat gizi
5. Intervensi
Intervensi yang diberikan pada Tn. B ditujukan untuk meningkatkan asupan
makanan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan kondisi Tn.B tanpa
memberatkan fungsi kerja ginjal. Terapi diet yang diberikan kepada Tn.B yaitu diet
DM 1900, HD 65 gram dan Rendah Garam III.
6. Monitoring dan Evaluasi
Rencana monitoring dan evaluasi Tn.B dilakukan selama 3 hari terhadap
data pengukuran antropometri, fisik klinis, biokimia dan asupan makan
pasien.
B. SARAN
1. Bagi pasien
a) Sebaiknya pasien dapat menerapkan diet yang diberikan dan dapat
menerapkan pola makan sesuai anjuran.
b) Sebaiknya keluarga memberikan dukungan dan motivasi pada pasien
sehingga asupan makan pasien menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Berat
Rata-
E KH
Sumber Bahan Nama Berat Frekuensi Konsumsi Rata P (gr) L (gr)
URT (Kkal) (gr)
Makanan Makanan (gr) Perhar
i
Makanan
Nasi 2 cg 100 3 300 390,1 7,2 0,6 85,8
Pokok
Kacang
1 ctg 15 1 15 3,2 0,1 0,2 0,4
Sayuran Panjang
Beras Putih
50 180,4 3,3 0,3 39,8
Giling
Ayam tanpa
40 65,6 12,304 1,416 0
kulit
Susu Skim
50 17,45 1,7 0,1 1,225
Cair
Makan Sonde Beras Putih
Siang 50 180,4 3,3 0,3 39,8
Giling
Telur Ayam 55 74 6,29 4,97 0,56
Tempe
Kedele 50 99,6 9,6 3,8 8,6
Murni
Brokoli 100 23,2 3,2 0,2 1,9
Minyak 5 43,1 0 5 0
Kelapa
Sawit
Susu Skim
Susu 100 34,9 3,4 0,2 2,45
Cair
Tepung
12,5 47,6 0 0 11,4
Maizena
Selinga Pepaya 90 50,2 0,2 0,3 13
Sonde
n Sore Gula Pasir 13 50,4 0 0 13
Susu Skim
50 17,45 1,7 0,1 1,225
Cair
Beras Putih
50 180,4 3,3 0,3 39,8
Giling
Ikan Mujair 40 33,6 7,3 0,3 0
Tahu 55 41,8 4,45 2,65 1,05
Sonde
Makan Toge 100 60,9 2,8 3 4,8
Malam Minyak
Kelapa 5 43,1 0 5 0
Sawit
Susu Skim
Susu 100 34,9 3,4 0,2 2,45
Cair
Kacang
10 11,6 0,8 0,1 2,1
Hijau
Bubur
Kacan
Selinga Pisang 25 72,7 1,1 0,4 15,7
g Hijau
n
+
Malam
Pisang
Saring Gula Pasir 6,5 25,2 0 0 6,5
Susu Skim
50 17,45 1,7 0,1 1,225
Cair
240,48
Jumlah 1626,2 78,944 35,536
5
Kebutuhan 1458,38 66,24 32,41 225,28
% Kebutuhan 112% 119% 110% 107%
Beras Putih
50 180,4 3,3 0,3 39,8
Giling
Sond
Makan e
Pagi Tempe Kedele
37,5 74,7 7,2 2,85 6,45
Murni
Minyak Kelapa
2,5 21,6 0 2,5 0
Sawit
Beras Putih
50 180,4 3,3 0,3 39,8
Giling
Daging Sapi
Sond 35 47,95 7,4935 1,75 0
Makan Tanpa Lemak
e
Siang Tahu 110 83,6 8,9 5,3 2,1
Wortel 100 25,8 1 0,2 1,9
Minyak Kelapa
5 43,1 0 5 0
Sawit
Susu Susu Skim Cair 100 34,9 3,4 0,2 2,45
Mangga 90 58,5 0,4 0,3 15,3
Selinga Sond
n Sore e Gula Pasir 13 50,4 0 0 13
Susu Skim Cair 50 17,45 1,7 0,1 1,225
Beras Putih
Makan Sond 50 180,4 3,3 0,3 39,8
Giling
Malam e
Ayam tanpa kulit 40 65,6 12,304 1,416 0
Tempe Kedele
37,5 74,7 7,2 2,85 6,45
Murni
Kangkung 100 15,1 2,3 0,2 2,1
Minyak Kelapa
5 43,1 0 5 0
Sawit
Susu Susu Skim Cair 100 34,9 3,4 0,2 2,45
Tepung Maizena 12,5 47,6 0 0 11,4
Selinga
Sond
n Jambu merah 50 25,5 0,4 0,3 5,9
e
Malam Gula Pasir 6,5 25,2 0 0 6,5
Susu Skim cair 50 17,45 1,7 0,1 1,225
1591,3 79,497
Jumlah 30,366 241,8
5 5
1458,3
Kebutuhan 66,24 32,41 225,28
8
% Kebutuhan 109% 120% 94% 107%
Lampiran 6. Menu Hari Ke-3
Beras
Putih 50 180,4 3,3 0,3 39,8
Giling
Sonde
Makan
Tahu 55 41,8 4,45 2,65 1,05
Pagi
Minyak
Kelapa 2,5 21,6 0 2,5 0
Sawit
Susu Skim
Susu 50 17,45 1,7 0,1 1,225
cair
Tepung
12,5 47,6 0 0 11,4
Maizena
Jeruk
110 51,8 1 0,1 13
Manis
Selingan
Sonde
Pagi
Gula Pasir 6,5 25,2 0 0 6,5
Susu Skim
50 17,45 1,7 0,1 1,225
cair
Beras
Putih 50 180,4 3,3 0,3 39,8
Giling
Telur
55 74 6,29 4,97 0,56
Ayam
Makan Tempe
Sonde
Siang Kedele 50 99,6 9,6 3,8 8,6
Murni
Labu Siam 50 20,10 0,90 0,30 4,30
Minyak
Kelapa 5 43,1 0 5 0
Sawit
Susu Skim
Susu 100 34,9 3,4 0,2 2,45
Cair
Havermou
12,5 44,2 1,5 0,9 7,5
t
Selingan Kiwi 110 67 1,2 0,6 11,8
Sonde
Sore Gula Pasir 13 50,4 0 0 13
Susu Skim
100 34,9 3,4 0,2 2,45
Cair
Beras
Putih 50 180,4 3,3 0,3 39,8
Giling
Ayam
40 65,6 12,304 1,416 0
tanpa kulit
Sonde Tahu 55 41,8 4,45 2,65 1,05
Makan
Malam Bayam 100 37 3,7 0,2 7,3
Minyak
Kelapa 5 43,1 0 5 0
Sawit
Susu Skim
Susu 100 34,9 3,4 0,2 2,45
Cair
Susu
Sari Kedelai 12,5 24,6 3,7 0,2 0,1
Selingan Bubuk
Kedela
Malam
i Anggur 82,5 24,8 0,1 0,2 6,4
Gula Pasir 6,5 25,2 0 0 6,5
Jumlah 1607,9 81,794 35,086 232,56
1458,3
Kebutuhan 66,24 32,41 225,28
8
% Kebutuhan 110% 123% 108% 103%