Ringkasan Makro PDF
Ringkasan Makro PDF
EKONOMI MAKRO
OLEH :
KRISDINAR SUMADJA
I. EKONOMI MAKRO
1. Masalah yang dipelajari alam teori ekonomi makro bisa digolongkan menjadi dua,
yaitu, (a) masalah stabilisasi atau masalah makro jangka pendek dan (b) masalah
pertumbuhan atau masalah makro jangka panjang.
5. Ahli ekonomi makro melihat perekonomian terdiri dari empat pasar utama, yaitu
(a) pasar barang, (b) pasar uang, (c) pasar tenaga kerja, dan (d) pasar luar negeri.
Perubahan situasi pasar-pasar inilah yang dikatakan sebagai perubahan keadaan
ekonomi makro suatu negara.
6. Situasi Pasar di sini menyangkut dua aspek, yaitu (a) aspek harga dan (b) aspek
volume (jumlah). Teori ekonomi makro mempelajari faktor-faktor apa yang
mempengaruhi situasi pasar ini. Dan tujuan selanjutnya adalah menentukan, faktor-
faktor mana yang bisa dipengaruhi melalui kebijaksanaan pemerintah, sehingga
pemerintah bisa “mengendalikan” situasi pasar sesuai dengan yang diinginkan.
*
II. TEORI EKONOMI MAKRO KLASIK
1. Teori makro klasik mempunyai dasar filsafat bahwa perekonomian yang didasarkan
pada sistem bebas berusaha (laissez faire) adalah self regulating, artinya
mempunyai kemampuan untuk kembali pada posisi keseimbangan pasar secara
otomatis. Oleh sebab itu pemerintah tidak perlu campur tangan.
3. Di pasar tenaga kerja, dalam jangka pendek hanya ada pemgangguran sukarela.
Tetapi pengangguran inipun hanya bersifat “sementara”, karena pabila harga-harga
turun (termasuk tingkat upah), maka konsumsi dan produksi akan kembali lagi ke
tingkat semula (yaitu tingkat full employment).
4. Di pasar uang, Kaum Klasik mempunyai Teori Kuantitas, yang menyatakan bahwa
permintaan akan uang adalah proporsional dengan nilai transaksi yang dilakukan
masyarakat (Md = PQ). Di pasar uang ini ditentukan tingkat harga umum; apabila
jumlah uang yang beredar (penawaran akan uang) naik, maka tingkat hargapun akan
naik. Ms = PQ Æ P = Ms/Q
5. Dalam sistem standar kertas, tidak ada proses otomatis yang menstabilkan tingkat
harga. Disini kaum Klasik melihat satu-satunya peranan makro pemerintah, adalah
mengendalikan jumlah uang yang beredar sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
6. Dalam sistem standar emas, ada mekanisme otomatis yang menjamin kestabilan
harga. Disini peranan pemerintah tidak dianggap perlu. Pada sistem standar emas,
jumlah uang yang beredar akan otomatis menyesuaikan diri dengan kebutuhan
masyarakat.
2. Menurut Keynes, situasi makro suatu perekonomian ditentukan oleh apa yang terjadi
dengan permintaan agregat masyarakat. Apabila permintaan agregat melebihi
penawaran agregat (atau output/produksi yang dihasilkan) dalam periode tersebut,
maka akan terjadi situasi “kekurangan produksi”. Pada periode berikutnya output
akan naik atau harga akan naik, atau keduanya terjadi bersamaan.
3. Apabila permintaan agregat lebih kecil daripada penawaran agregat, maka terjadi
situasi “kelebihan produksi”. Pada periode berikunya output akan turun atau harga
akan turun, atau keduanya terjadi secara bersamaan.
4. Inti dari kebijakan makro Keynes adalah bagaimana pemerintah bisa mempengaruhi
permintaan agregat (dengan demikian mempengaruhi situasi makro), agar mendekati
posisi “full employment” nya.
5. “Permintaan agregat adalah seluruh jumlah uang yang dibelanjakan oleh seluruh
lapisan masyarakat untuk membeli barangdan jasa dalam suatu tahun tertentu.
Barang dan jasa diartikan sebagai barang dan jasa yang diproduksi dalam tahun
tersebut (barang bekas atau barang yang yang diproduksikan tahun-tahun
sebelumnya atau barang yang tidak diproduksikan seperti tanah, tenaga kerja, tidak
termasuk dalam pengertian barang dan jasa disini).
6. Dalam perekonomian tertutup permintaan agregat (Z) terdiri dari tiga unsur yaitu 1.
pengeluaran konsumsi oleh Rumah Tangga ( C ), 2. pengeluaran untuk investasi
oleh Produsen ( I ) dan 3. pengeluaran oleh Pemerintah ( G ).
Z = C+ I + G
Pemerintah bisa mempengaruhi permintaan agregat (Z) secara langsung melalui
pengeluaran pemerintah dan secara tidak langsung terhadap pengeluaran konsumsi
dan pengeluaran investasi.
2. Menurut Keynes, permintaan akan uang akan bersumber pada 3 (tiga) motif
kebutuhan akan uang, yaitu (1) kebutuhan transaksi, (b) kebutuhan berjaga-jaga
dan (c) kebutuhan spekulasi.
3. Permintaan akan uang untuk transaksi ditentukan oleh : (a) volume output yang
ditransaksikan (yaitu GDP riil) dan (b) tingkat harga umum. Dalam hal ini Keynes
tidak berbeda dengan teori makro klasik. Permintaan uang untuk berjaga-jaga
relatif kecil dan dalam analisis biasanya diabaikan.
5. Hubungan antara harga obligasi dan tingkat bunga yang berlaku adalah kebalikan.
Harga obligasi naik berarti tingkat bunga turun. Sebaliknya, harga obligasi turun
berarti tingkat bunga naik
6. Bila harga obligasi diperkirakan akan naik, ini berarti harga obligasi saat ini
dianggap terlalu rendah. Bila harga obligasi diperkirakan akan turun, ini berarti
harga obligasi saat ini dianggap terlalu tinggi
7. Atas dasar logika dalam point 4, 5 dan 6 di atas, Keynes menyatakan bahwa
permintaan akan uang untuk spekulasi saat ini tinggi, apabila tingkat bunga saat ini
(dirasa) terlalu rendah, dan permintaan akan uang untuk spekulasi saat ini rendah
apabila tingkat bunga saat ini (dirasa) tinggi. Hubungan berkebalikan antara
permintaan akan uang dengan tingkat bunga adalah inti dari teori moneter Keynes.
Md = P[k.Q + θ (r)]
(Permintaan untuk berjaga-jaga diabaikan)
10. Tingkat bunga merupakan penghubung utama antara pasar uang dengan pasar
barang, sebab tingkat bunga menentukan pengeluaran investasi oleh para investor.
Selanjutnya pengeluaran investasi tersebut menentukan permintaan agregat (Z)
11. Penghubung lain antara kedua pasar barang dan pasar uang adalah tingkat harga
(P) dan output (Q), karena kedua variabel ini mempengaruhi Liquidity preference
(Md). Jadi hubungan antara kedua pasar tersebut adalah timbal balik
Tingkat bunga ( r )
Pasar Pasar
Barang Uang
P dan Q
12. Dalam teori Keynes, pasar tenaga kerja mengikuti pasar barang. Apabila output (Q)
naik maka jumlah orang yang bekerja (N) juga naik. Sebaliknya apabila output (Q)
turun maka jumlah orang yang bekerja (N) juga turun.
13. Keynes menekankan bahwa proses makro adalah proses menuju keseiimbangan
umum (general equilibrium). Apabila terjadi suatu perubahan (misalnya, I atau G
atau Ms berubah), maka akan mempunyai pengaruh berantai terhadap semua pasar.
Perekonomian akan menyesuaikan diri (terhadap perubahan tersebut) sehingga
tercapai posisi keseimbangan umum yang baru. Posisi keseimbangan umum
diartikan sebagai posisi di mana semua pasar (barang, uang, tenaga kerja) berada
pada posisi keseimbangannya secara bersama-saman. Suatu perekonomian akan
selalu bergerak menuju posisi keseimbangan umumnya.
1. Jumlah uang yang beredar tidak seluruhnya ditentukan oleh pemerintah. Perilaku
bank-bank dan masayarakat umum ikut menentukan pula proses timbulnya uang
beredar, meskipun pemerintah masih tetap merupakan pelaku yang paling
menentukan.
2. Ada dua pengertian mengenai uang yang beredar yaitu a. Narrow money (uang
kartal plus uang giral dan b. Broad money (uang kartal plus uang giral (narrow
money) plus quasi money). Quasi money mencakup saldo deposito berjangka dan
simpanan tabungan di bank. Dalam keadaan “normal” kedua konsep uang beredar
tersebut berkembang sejalan satu satu sama lainnya, dalam keadaan lain tidak.
3. Proses penciptaan uang beredar berawal dari timbulnya uang inti (reserve money).
Uang inti adalah seluruh uang yang dikeluarkan oleh pemerintah (bank sentral) plus
saldo rekening koran milik- bank-bank (atau masyarakat) pada bank sentral. Uang
inti bisa dilihat pula sebagai penjumlahan antara uang kartal dengan cadangan bank
(reserve).
4. Jumlah uang inti di masyarakat meningkat karena tiga sebab yaitu : a. surplus
neraca pembayaran (nilai ekspor) b. defisit APBN yang dibiayai dengan pencetakan
uang baru c. Kenaikan kredit bank sentral pada bank-bank umum dan kepada
lembaga-lembaga lain. Sebaliknya uang inti akan berkurang karena a. Defisit neraca
pembayaran (nilai impor) b. Surplus APBN dan penrurunan kredit bank sentral
kepada bank-bank umu dan lembaga lainnya.
5. Dalam proses penciptaan uang, bagian dari uang inti yang dipegang oleh
masyarakat umum langsung menjadi uang kartal, sedangkan sisanya yang dipegang
oleh-bank-bank umum sebagai cadangan bank, kemudian melipat diri menjadi uang
giral.
6. Proses penciptaan uang beredar dari uang inti tersebut diringkas dalam konsep
money multiplier (nilai pelipat uang) yang menghubungkan antara uang inti dengan
jumlah uang beredar. Nilai dari money multiplier tergantung pada (a)
kecenderungan masyarakat memegang uangnya dalam bentuk kartal (u = K/Ms) dan
(b) berapa besar cadangan yang dipegang bank umum untuk menjamin uang giral (v
= R/D). Semakin besar u dan v semakin kecil nilai money multiplier. Nilai money
multiplier biasanya lebih besar dari satu, artinya setiap Rp 1,00 uang inti bisa
menimbulkan lebih dari Rp 1,00 uang beredar.
8. Menurut Keynes, kebijakan moneter bisa mempengaruhi situasi makro lewat jumlah
uang beredar, kemudian tingkat bunga, kemudian pengeluaran investasi dan
selanjutnya permintaan agregat.
9. Ada dua kritik mengenai keampuhan kebijakan moneter dalam praktek. Pertama
Keynes menyatakan bahwa kebijakan moneter tidak efektif dalam masa depresi
karena ada Liquidity trap. Liqudity trap timbul karena tingkat bunga menjadi tidak
elastis (tidak berubah) terhadap perubahan jumlah uang yang beredar. Kedua,
pengaruh kebijakan moneter sulit diterka (kapan dan berapa besarnya) sehingga
menyulitkan penggunaanya dalam praktek. Disarankan agar pemerintah secara
otomatis dan teratur menaikkan jumlah uang beredar sesuai dengan kenaikan
kebutuhan uang rata-rata sebagai ganti dari kebijakan moneter.
Tingkat bunga
Ms’ Ms
Liquidity Trap
10
2. Uang inti merupakan inti dari proses penciptaan uang, baik penciptaan uang kartal
maupun giral. Dengan kata lain tanpa uang inti maka tidak akan tercipta uang kartal
maupun giral.
∆ H = (X-M) + A + B1 + B2
Uang inti dapat berbentuk kartal maupun giral, oleh sebab itu dilihat dari jenisnya
maka perubahan uang inti adalah
∆ H = ∆K + ∆R
apabila uang inti berbentuk giral (R) maka uang giral tersebut akan mengalami
pelipatan nilai uang (money multiplier) dengan koefisien
. 1 .
u + v ( 1 – u)
u = K/Ms, adalah persentase uang kartal yang dipegang oleh masyarakat dari seluruh
jumlah uan yang beredar
v = R/D, adalah persentase jaminan (nilai uang tunai atau inti/Cash Ratio) yang
dipegang bank-bank umum bagi saldo rekening giro milik masyarakat yang
11
4. Dengan demikian perubahan jumlah uang beredar bergantung pada koefisien pelipat
uang dan uang inti :
Ms = . 1 . [(X-M) + A + B1 + B2]
u + v ( 1 – u)
6. Dengan mempengaruhi jumlah uang yang beredar maka akan mempengaruhi tingkat
bunga. Dengan perubahan tingkat bunga maka akan mempengaruhi jumlah Investasi
dan selanjutnya permintaan agregat ( ingat ! Z = C + I + G ).
12
13
permintaan agregat (∆Z) sebesar c/(1-c) rupiah. Dengan demikian ∆G akan lebih
besar jumlahnya dibandingkan dengan ∆W atau ∆R.
6. Pada putaran pertama, setiap perubahan Pajak (∆T) akan mengubah permintaan
agregat (∆Z) sebesar – c/(1-c). Pajak bisa dianggap sebagai transfers of payments
(∆R) negatif. Pos-pos lain pada sisi penerimaan menpunyai pengaruh utama pada
pasar uang dan melalui ini akan berpengaruh terhadap permintaan agregat. Kredit
dari bank sentral mempunyai pengaruh inflasioner.
14