Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN TB PARU

A. KONSEP KELUARGA
1. Definisi Keluarga
Menurut UU No.10 Tahun 1992, keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami-istri dan anaknya, atau ayah
dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Sedangkan menurut WHO, keluarga adalah
anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi
atau perkawinan. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena
ikatan tertentu untuk saling berbagi pengalaman dan melakukan pendekatan
emosional, serta mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga
(Friedman, 2010).
Menurut Sudiharto (2012), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal
di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Sedangkan menurut Harmoko
(2012), keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu sama lain.

2. Tipe Keluarga
Berbagai tipe keluarga sebagai berikut :
a. Tipe keluarga tradisional, terdiri atas beberapa tipe yaitu:
1) The Nuclear Family ( keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri atas suami,
istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak angkat.
2) The dyad family ( keluarga dyad), suatu rumah tangga yang terdiri dari atas
suami dan istri tanpa anak.
3) Single parent, yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua dengan anak
(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian.
4) Single adult,yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang dewasa.
Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak menikah atau tidak
mempunyai suami.
5) Extended family, keluarga yang terdiri atas keluaga inti ditambah keluarga
lain, seperti paman, bibi, kakek, dan sebagainya. Tipe keluarga ini banyak
dianut oleh keluarga indonesia terutama di daerah pedesaan.
6) Middle-aged or elderly couple, orang tua yang tinggal sendiri di rumah
(baik suami/istri atau keduanya), karena anak-anaknya sudah membangun
karir sendiri atau sudah menikah.
7) Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling
berdekatan dan menggunakan barang –barang pelayanan, seperti dapur dan
kamar mandi yang sama.
b. Tipe keluarga yang kedua adalah tipe kelurga nontradisional, tipe keluarga ini
tidak lazim ada di indonesia, terdiri atas beberapa tipe sebagai berikut.
1) Unmarried parent and child family, yaitu keluarga yang terdiri atas orang
tua dan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) Cohabitating couple. Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
3) Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan jenis
kelamin tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup
bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5) Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/
saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
(Siti Nur Kholifah, 2016)

3. Fungsi Keluarga
Menurut friedman fungsi keluarga ada lima antara lain :
a. Fungsi afektif
Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan
psikososial anggota keluarga.Melalui pemenuhan fungsi ini, maka keluarga
akan dapat mencapai tujuan psikososial yang utama, membentuk sifat
kemanusiaan dalam diri anggota keluarga,stabilitas kepribadian dan tingkah
laku, kemampuan menjalin secara lebih akrab, dan harga diri.
b. Fungsi sosialisasi dan penempatan social
Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan kematian. Sosialisasi
merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, karena individu
secara kontinyu mengubah perilaku mereka sebagai respon terhadap situasi
yang terpola secara sosial yang mereka alami. Sosialisasi merupakan proses
perkembangan atau perubahan yang dialami oleh seorang individu sebagai
hasil dari interaksi sosial dan pembelajaran peran-peran sosial.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia.
d. Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan
tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Perawatan kesehatan
dan praktik-praktik sehat(yang mempengaruhi status kesehatan anggota
keluarga secara individual) merupakan bagian yang paling relevan dari fungsi
perawatan kesehatan.
1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga
2) Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi keluarga
3) Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan
4) Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau menciptakan suasana
rumah yang sehat
5) Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas.

4. Tahap Perkembangan Keluarga


Terdapat delapan tahap perkembangan keluarga yang perlu di ketahui yaitu :
a. Keluarga baru menikah atau pemula
Tugas perkembangannya adalah :
1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan
2) Membina hubungan persaudaraan, teman, dan kelompok social
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak.
b. Tahap perkembangan keluarga yang kedua adalah keluarga dengan anak baru
lahir. Tugas perkembangan adalah :
1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
mengintegrasikan bayi yang baru lahir ke dalam keluarga
2) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan
anggota keluarga.
3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan
peran – peran orang tua dan kakek nenek.
c. Keluarga dengan anak usia pra sekolah
Tugas perkembangannya adalah :
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti rumah, runag bermain,
privasi, dan keamanan.
2) Mensosialisasikan anak
3) Mengintegrasikan anak yang baru, sementara tetap memenuhi kebutuhan
anak yang lain
4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan di laur
keluarga.
d. Keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas perkembangannya adalah :
1) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
hubungan dengan teman sebaya yang sehat
2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
3) Memenuhi kenutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
e. Keluarga dengan anak remaja
Tugas perkembangannya adalah :
1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri
2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak
f. Keluarga melepas anak usia dewasa muda
Tugas perkembangannya adalah:
1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru
yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.
2) Melanjutkan untuk memperbarui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan
3) Membantuk orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau istri
g. Keluarga dengan usia pertengahan
Tugas perkembangannya adalah :
1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para
orang tua lansia dan anak-anak.
3) Memperkokoh hubungan perkawinan
h. Keluarga dengan usia lanjut
Tugas perkembangannya adalah :
1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
3) Mempertahankan hubungan perkawinan
4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
5) Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi
6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaan hidup).
(Siti Nur Kholifah, 2016)

B. KONSEP TBC
1. Definisi
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan
oleh"Mycobacterium tuberculosis".kuman ini dapat menyerang semua bagian
tubuh manusia, dan yang paling sering terkena adalah organ paru (Wahid, 2013).
Penyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang sebagian besar
disebabkan oleh bacteri mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut biasanya
masuk ke dalam tubuh manusia melalui uara yang dihirup ke dalam paru,
kemudian kuman tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lain melalui
system peredaran darah, system saluran limfe, mealui saluran pernapasan
(bronchus) atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya
(Notoatmojo, 2011).
2. Etiologi
Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang
berukuran panjang 1-4mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar kompenen
M.Tuberculosis adalah berupa lemak/lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap
asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik mikroorganisme ini
adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena
itu, M.Tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru yang kandungan
oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit
tuberkulosis (Somantri, irman 2008).

3. Manifestasi Klinis
Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala
umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul
tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtobatik.
Gambaran klinik TB Paru dapat dibagi menjadi 2 golongan :
a. Gejala respiratorik, meliputi:
1) Batuk : Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang
paling sering dikeluhkan. Mula-mula non produktif kemudian berdahak
bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
2) Batuk darah : Darah yang dikelurkan dalam dahak bervariasi, mungkin
tampak berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah
segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya
pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar
kecilnya pembuluh darah yang pecah.
3) Sesak napas : Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah
luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,
pneumothorax, anemia dan lain-lain.
4) Nyeri dada : nyeri dada pada TB Paru termasuk nyeri pleuritik yang
ringan,. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
b. Gejala sistematik, meliputi :
1) Demam : Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada
sore dan malam hari mirip demam demam influenza, hilang timbul dan
makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan
makin pendek.
2) Gejala sistemik lain : Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan serta malaise.
3) Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan
tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang
dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
(Andra, Yessie, 2013)

4. Komplikasi
a. Batuk Darah (Haemoptoe)
Pada dasar nya proses TB Paru adalah proses nekrotis, dan jaringan yang
mengalami nekrotis terdapat pada pembuluh darah. Jumlah darah yang
dibatukkan keluar bervariasi mulai dari sangat sedikit sampai banyak sekali,
tergantung pada pembuluh darah yang terkena.
b. Hematogen
Penyebaran hematogen terjadi bilamana proses nekrotis mengenai pembuluh
darah. Bahan-bahan nekrotis yang penuh basil-basil TB akan tertumpah dalam
aliran darah. Basil-basil ini kemudian akan bersarang di organorgan tubuh.
hariya ada dua organ tubuh yang memang secara alamiah tidak dapat diserang
TB, yaitu otot sekiet dan otot jantung.
c. TB Larings
Karena tiap kali dahak yang mengandung basil TB dikeluarkan melalui
lanings, maka basil yang tersangkut di larings akan menimbulkan proses TB di
larings. Maka terjadilah TB larings.
d. Pneumotoraks
Apabila proses riekrotis dekat dengan pleura maka pleura akan bocor.
Sehingga terjadilah penumathorules (pecahnya dinding kavitas yang
berdekatan dengan pleura.
e. Abses paru
Infeksi sekunder dapat pula mengenai jaringan nekrotis itu langsung, sehingga
terjadi abses paru (Simanullang, 2013).
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada klien dengan tuberculosis paru,
yaitu:
a. Laboratorium darah rutin : LED normal/meningkat, limfositosis
b. Pemeriksaan sputum : untuk memastikan diagnostic TB paru, namun
pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30 – 70 % pasien yang
didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini
c. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining
untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB
d. Tes Mantoux/Tuberkulin
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining
untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB
e. Tehnik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun
hanya satu mikroorganisme dalam specimen juga dapat mendeteksi adanya
resistensi
f. Becton Dickinson diagnostic instrument system (BACTEC)
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolism asam
lemak oleh mikrobakterium tuberculosis
g. MYCODOT
Deteksi antibody memakai antigen liporabinomannan yang direkatkan pada
suatu alat berbentuk seperti sisir plastic, kemudian dicelupkan dalam jumlah
memadai memakai warna sisir akan berubah
h. Pemeriksaan radiology : Rontgen thorax PA dan lateral
Gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis TB, yaitu :
1) Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segmen apical lobus
bawah
2) Bayangan berwarna (patchy) atau bercak (nodular)
3) Adanya kavitas, tunggal atau ganda
4) Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru
5) Adanya klasifikasi
6) Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
7) Bayangan millie
6. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga
mencegah kematian, mencegah kekambuhan, atau resistensi terhadap OAT, serta
memutuskan mata rantai penularan (Arif Muttaqim, 2014).
a. Mekanisme kerja Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
1) Aktifitas bakterisidal untuk bakteri yang membelah cepat.
a) Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan adalah Rifampisin (R) dan
Streptomisin (S).
b) Intraseluler, jenis obat yang digunakan adalah Rifampisin (R) dan
Isoniazid (INH).
2) Aktifitas sterilisasi, terhadap the persisters (bakteri semidormant)
a) Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan adalah Rifampisin (R) dan
Isoniazid (INH).
b) Intraseluler, untuk slowly growing bacilli digunakan Rifampisin (R)
dan Isoniazid. Untuk very slowly growing bacilli, digunakan
Pirazinamid (Z).
3) Aktifitas bakteriostatis, obat-obatan yang mempunyai aktifitas
bakteriostatis terhadap bakteri tahan asam.
a) Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Etambutol (E), Asam
Para-amino Salisilik (PAS), dam Sikloserine.
b) Intraseluler, kemungkinan masih dapat dimusnahkan oleh Isoniazid
dalam keadaan telah terjadi restensi sekunder.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)
dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan
obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO
adalah Ripafisin, Isoniazid (INH), Pirasinamid, Streptomisin dan Etabutol.
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan khusus terlebih dahulu
berdasarkan lokasi TB, berat dan ringannya penyakit, hasil pemeriksaan bakteriologi,
apusan spuntum, dan riwayat pengobatan sebelumnya. Untuk program nasional
pemberantasan TB paru, WHO mengajukan panduan obat sesuai dengan katgori
penyakit. Kategori berdasarkan urutan kebutuhan pengobatan dalam progam. untuk
itu, penderita dibagi menjadi empat kategori sebagai berikut:
1) Kategori 1
Kategori 1 adalah Kasus baru dengan spuntum positif dan penderita dengan
keadaan yang berat seperti miningitis, TB milier, Perikarditis, peritonitis, pleuritis
pasif atau belateral, spondiolitis dengan gangguan neurologis dan penderita
dengan spuntum negatiftetapi kelainan parunya luas, TB usus, TB saluran kemih,
dan sebagainya.
Dimulai dengan fase 2 HRZS(E) obat diberikan setiap hari selama dua bulan.
Bila selama dua bulan spuntum menjadi negatif, maka dimulai fase selanjutnya.
Bila setelah dua bulan spuntum masih tetap positif, maka fase intensif
diperpanjang 2-4 minggu lagi (dalam program P2TB Depkes diberikan satu bulan
dan dikenal sebagai obat sisipan), kemudian diteruskan dengan fase lanjutan tanpa
melihat apakah spuntum sudah negatif atau belum. Fase selanjutnya adalah 4HR
atau 4H3R3. Pada penderita miningitis, TB milier, spondiolitis dengan kelainan
neurologis, fase selanjutnya diberikan lebih lama, yaitu 6-7 bulan hingga total
pengobatan 8-9 bulan. Sebagai panduan alternatif pada fase selanjutnya 6HE.
2) Kategori 2
Kategori 2 adalah kasus kambuh atau gagal dengan spuntum tetap positif. Fase
positif dengan bentuk 2HRZES-1 HRZE. Bila setelah fase intensif spuntum
menjadi negatif, baru diteruskan kefase selanjutnya. Bila setelah 3 bulan spuntum
masih tetap positif, maka fase intensif diperpanjang 1 bulan lagi dengan HRZE
(juga dikenal sebagai obat sisipan). Bila setelah empat bulan spuntum masih tetap
positif, maka obat dihentikan 2-3 hari. Kemudian, periksa biarkan dan uji
resistensi lalu pengobatan diteruskan dengan fase selanjutnya.
Bila penderita mempunyai resisten sebelumnya dan ternyata bakteri masih
sensitif terhadap semua obat dan setelah fase intensif spuntummenjadi negatif
maka fase selanjutnya dapat diubah seperti kategori 1 dengan pengawasan ketat.
Bila data menunjukkan restistensi terhadap H atau R, maka fase selanjutnya harus
diawasi dengan ketat. Bila data menunjukkan restistensi terhadap H dan R, maka
kemungkinan keberhasilan pengobatan kecil fase selanjunya adalah 5 H3R3E3
bila dapat dilakukan pengawasan atau 5 HRE bila tidak dapat dilakukan
pengawasan.
3) Kategori 3
Kategori 3 adalah kasus dengan spuntum negatif tetapi kelainan parunya tidak
luas dan kasus TB diluar paru selain yang disebutkan kategori 1. Pengobatan
diberikan:
a) 2 HRZ/6 HE
b) 2 HRZ/4 HR
c) 2 HRZ/4 H3R3
4) Kategori 4
Kategori 4 aadalah tuberkulosis kronis. Prioritas pengobatan rendah karena
kemungkinan keberhasilan prngobatan kecil sekali. Untuk negara kurang mampu
dari segi kesehatan masyarakat, dapat diberikan H saja seumur hidup. untuk
negara maju atau pengobatan secara individu (penderita mampu), dapat dicoba
pemberian obat berdasarkan uji resisten atau obat lapis kedua seperti Quinolon,
Ethioamide, Sikloserin, Amikasin, Kanamisin, dan sebagainya.

b. Cara kerja, potensi, dan dosis OAT utama dapat dilihat pada tabel berikut:
Rekomendasi Dosis (mg/kg
N Obat Anti TB
Aksi Potensi BB)
o Esensial Perminggu
Perhari
3× 2×
1 Isoniazid (INH) Bakterisidal Tinggi 5 10 15
2 Ripafisin (R) Bakterisidal Tinggi 10 10 10
3 Pirasinamid (Z) Bakterisidal Rendah 25 35 50
4 Streptomisin (S) Bakterisidal Rendah 15 15 15
5 Etabutol (E) Bakteriostatik Rendah 15 30 45

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas diri pada klien
1) Nama
2) Jenis kelamin
3) Umur
4) Tempat / tanggal lahir
5) Alamat
6) Pekerjaan
b. Riwayat Kesehatan
1) Kesehatan sekarang
a) Keadaan pernafasan (nafas pendek)
b) Nyeri dada
c) Batuk dan
d) Sputum
2) Kesehatan dahulu:
Jenis gangguan kesehatan yang baru saja di alami, cedera dan pembedahan
3) Kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita empisema, asma, alergi dan TB
a. Gejala yang berkaitan dengan masalah utama, misalnya:
1) Demam
2) Menggigil
3) Lemah
4) Keringat dingin malam merupakan gejala yang berkaitan dengan
TB
b. Status perkembangan, misalnya:
1) Ibu yang melahirkan anak prematur perlu ditanyakan apakah
sewaktu hamil mempunyai masalah-masalah risiko dan apakah usia
kehamilan cukup
2) Pada usia lanjut perlu ditanya apakah ada perubahan pola
pernapasan, cepat lelah sewaktu naik tangga, sulit bernafas,
3) sewaktu berbaring atau apakah bila flu sembuhnya lama
c. Data pola pemeliharaan kesehatan, misalnya:
1) Tentang pekerjaan
2) Obat yang tersedia di rumah
3) Pola tidur-istirahat dan strees
d. Keterlambatan atau pola peran-kekerabatan, misalnya:
1) Adakah pengaruh dari gangguan / penyakitnya terhadap dirinya
dan keluarganya, serta
2) Apakah gangguan yang dialami mempunyai pengaruh terhadap
peran sebagai istri / suami dan dalam melakukan hubungan seksual
e. Pola aktifitas / istirahat
1) Gejala :
a) Kelelahan umum dan kelemahan
b) Napas pendek karena kerja
c) Kesulitan tidur pada malam atau demam malam hari, menggigil
dan atau berkeringat
2) Tanda :
a) Takikardi, takipnea / dispnea pada kerja
b) Kelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut)
f. Pola intergritas ego
1) Gejala :
a) Adanya / faktor stres lama
b) Masalah keuangan, rumah
c) Perasaan tidak berdaya / tidak ada harapan
d) Populasi budaya/etnik
2) Tanda :
a) Menyangkal (khususnya tahap dini)
b) Ansietas, ketakutan, mudah terangsang
g. Makanan / cairan
1) Gejala :
a) Kehilangan nafsu makan
b) Tidak dapat mencerna
c) Penurunan BB
2) Tanda :
a) Turgor kulit, buruk, kering / kulit bersisik
b) Kehilangan otot / hilang lemak subkutan
h. Nyeri / kenyamanan
1) Gejala :
a) Nyeri dada meningkat karena batuk berulang
2) Tanda :
a) Perilaku distraksi, gelisah
i. Ernapasan
1) Gejala :
a) Batuk produktif atau tidak produktif
b) Napas pendek
c) Riwaya TB / terpanjang pada individu terinfeksi

2) Tanda :
a) Peningkatan frekuensi pernapasan (penyakit luas atau fibrosis
parenkim paru dan pleura)
b) Perkusi pekak dan penurunan premitus. Bunyi napas menurun /
tidak ada secara bilateral / unilateral. Bunyi napas tubuler dan /
atau bisikan pektoral di atas lesi luas. Krekels tercatat di atas
apek paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek (krekels
pusttussic)
c) Karakteristik sputum adalah hijau / purulen, mukoid kuning
atau bercak darah
j. Keamanan
1) Gejala :
a) Adanya kondisi penekanan imun, contoh: AIDS, kanker
2) Tanda :
a) Demam rendah atau sakit panas akut
k. Interaksi social
1) Gejala :
a) Perasaan isolasai / penolakan karena penyakit menular
b) Perubahan pola biasa dalam tannggung jawab/ perubahan
kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
l. Penyuluhan dan pembelajaran
1) Gejala :
a) Riwayat keluarga TB
b) Ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk
c) Gagal untuk membaik / kambuhnya TB
d) Tidak berpartisipasi dalam terapi
m. Pertimbangan
DRG menunjukkan rata-rata lama dirawat adalah 6,6 hari
n. Rencana pemulangan :
1) Memerlukan bantuan dengan / gangguan dalam terapi obat dan
bantuan perawatan diri dan pemeliharaan / perawatan rumah
o. Pemeriksaan penunjang
1) Rontgen dada
2) Usap basil tahan asam BTA
3) Kultur sputum
4) Tes kulit tuberkulin (Wijaya & Yessie MP.2013.h.143).
2. Diagnose Keperawatan
a. Penurunan koping keluarga b.d kelelahan orang terdekat dalam memberikan
dukungan d.d terbatasnya komunikasi orang terdekat (D. 0097)
b. Ketidakpatuhan b.d lingkungan tidak terapeutik d.d perilaku tidak
menjalankan anjuran (D. 0114)
c. Perilaku kesehatan cenderung berisiko b.d pemilihan gaya hidup tidak sehat
d.d lingkungan yang tidak sehat (D.0099)
3. Intervensi
Kode Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
D.0097 Setelah dilakukan Status koping keluarga Dukungan koping keluarga (I.09260)
tindakan keperawatan (L.09088) Observasi
selama 2 × 24 jam 1. Kepuasan terhadap - Identifikasi pemahaman tentang keputusan program perawatan yang
diharapkan anggota perilaku bantuan anggota akan dilakukan
keluarga mendukung, keluarga lain meningkat Terapeutik
memberi rasa nyaman, 2. Kemampuan memenuhi - Dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan keluarga
membantu dan kebutuhan anggota - Diskusikan program keperawatan yang akan dilakukan
memotivasi anggota keluarga meningkat - Fasilitasi pengambilan keputusan dalam merencanakan perawatan
keluarga lain yang sakit 3. Komunikasi antar anggota jangka panjang
dengan ekspektasi keluarga meningkat - Hargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang digunakan
membaik Edukasi
- Informasikan kemajuan pasien secara berkala
D.0114 Setelah dilakuakn Tingkat kepatuhan (L.12110) Dukungan kepatuhan program pengobatan (I.12361)
tindakan keperawatan 1. Verbalisasi kemauan Observasi
selama 2 × 24 jam mematuhi program - Identifikasi kepatuhan menjalani program pengobatan
diharapkan perilaku perawatan meningkat Terapeutik
individu mengikuti 2. Verbalisasi mengkuti - Buat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik
rencana perawatan yang anjuran meningkat - Dokumentasikan aktivitas selama menjalani proses perawatan
disepakati dengan 3. Perilaku menjalankan - Libatkan keluarga untuk mendukung program program pengobatan
ekspektasi meningkat anjuran membaik yang dilakukan
Edukasi
- Informasikan program pengobatan yang harus dijalani
- Informasikan manfaat yang akan diperoleh jika teratur menajlani
program pengobatan
D.0099 Setelah dilakukan Perilaku kesehatan (L.12107) Promosi perilaku upaya kesehatan (I.12472)
tindakan keperawatan 1. Penerimaan terhadap Observasi
selama 2 × 24 jam perubahan status - Identifikasi perilaku upaya kesehatan yang dapat ditingkatkan
diharapkan kemampuan kesehatan meningkat - Identifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan
dalam mengubah gaya 2. Kemampuan melakukan Edukasi
hidup/perilaku untuk tindakan pencegahan - Anjurkan mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
memperbaiki status masalah kesehatan - Anjurkan makan sayur dan buah setiap hari
kesehatan dengan meningkat - Anjurkan tidak merokok
ekspektasi membaik 3. Kemampuan peningkatan
kesehatan meningkat

Anda mungkin juga menyukai