Anda di halaman 1dari 13

Cara Grup Ciputra kembangkan bisnis di Makassar

JAKARTA. Ciputra Group dalam kerja sama operasi atau joint operation dengan perusahaan lokal
Makassar, PT Yasmin Bumi Asri siap kembangkan kawasan kota baru. Mengusung nama CitraLand City
Losari Makassar nantinya akan dibangun di atas lahan seluas 107 hektare. Nantinya kota baru hasil joint
operation Ciputra-Yasmin ini akan menjadi bagian dari masterplan kawasan bisnis global terpadu seluas
1.000 hektare. Proyek dengan nama Centre Point of Indonesia (CPI) ini merupakan proyek Pemprov
Sulsel bersama Pemkot Makassar. PT Yasmin Bumi Asri sebagai pemenang tender investasi pemerintah
Sulawesi Selatan sudah memulai proses pembangunan proyek CPI ini. Sejumlah pekerjaan konstruksi
dan reklamasi (penimbunan laut) telah dan sedang dikerjakan. “Berdasarkan Perjanjian Kerja Sama (PKS)
antara Pemprov Sulsel dengan PT Yasmin Bumi Asri, akan terdapat lahan seluas 157 hektare untuk
dikembangkan. Sekitar 50 hektare lahan reklamasi akan diserahkan kepada Pemprov Sulsel,” kata
Soeprapto Budisantoso, Penananggung Jawab Kawasan. Nantinya di atas lahan seluas 50 hektare
tersebut akan dibangun fasilitas umum seperti masjid, area terbuka hijau, kantor pemerintahan, dan
pantai. Saat ini kedua perusahaan sedang fokus mengembangkan kawasan reklamasi darat pada areal
yang tidak memerlukan teknologi tinggi. Nantinya pada kawasan itu akan dibangun kantor pengelola
CPI. Sedangkan untuk kegiatan reklamasi arah laut, Ciputra saat ini sedang melakukan tender yang
diikuti oleh tujuh perusahaan reklamasi. Adapun dua perusahaan Belanda yakni Van Oord dan Boskalis
International, dua perusahaan Belgia yaitu Jan De Nul dan Dredging International, dua perusahaan China
yakni China Harbour dan Hai Yin serta satu perusahaan dalam negeri yakni PT Pembangunan
Perumahan. Sisanya, 107 hektare akan menjadi kawasan kota baru CitraLand City Losari Makassar.
“Kawasan integrasi ini akan terdiri dari area pemukiman dan komersial seperti mall, hotel, apartemen
dan perkantoran,” kata Sinyo Pelealu, Associate Director Ciputra Group dalam rilisnya Kamis (14/5).

Ciputra garap megaproyek Center Point of Indonesia

MAKASSAR. Ciputra Group melalui tentakel PT Ciputra Surya Tbk akhirnya dipilih sebagai salah satu
pengembang yang digandeng PT Yasmin Bumi Asri selaku pemenang tender investasi pembangunan
proyek jumbo Center Point Indonesia (CPI) di Makassar, Sulawesi Selatan.

Menurut Direktur PT Yasmin Bumi Asri, Adityawarman M Kouwagam, CPI akan menjadi ikon kota
Makassar. Pembangunannya saat ini sudah sesuai jadwal. Hal ini ditandai dengan sejumlah pekerjaan
konstruksi dan reklamasi (penimbunan laut) yang telah dan sedang dikerjakan.

Terkait dipilihnya Ciputra Group yang digandeng untuk membentuk kerjasama operasi atau joint
operation (JO) Ciputra Yasmin, karena proyek ini berskala besar dengan tantangan yang kompleks.

“Kami sepakat bekerja sama untuk melengkapi kekuatan yang dimiliki kedua belah pihak. Kami juga
telah mengantongi izin-izin lengkap dari instansi terkait," tutur Adityawarman kepada Kompas.com,
Jumat (15/5/2015).
Penanggung Jawab Kawasan CPI Soeprapto Budisantoso, menambahkan proyek CPI merupakan bagian
dari rancangan induk Kawasan Bisnis Global Terpadu seluas 1.000 hektar.

Berdasarkan Perjanjian Kerjasama (PKS) antara Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan dengan
PT Yasmin Bumi Asri, sekitar 50 hektar lahan reklamasi tersebut akan diserahkan kepada Pemprov Sulsel
dari total keseluruhan pengembangan kawasan CPI seluas 157 hektar.

"Berbagai fasilitas umum seperti masjid besar, area terbuka hijau (taman interaktif), kantor
pemerintahan, pantai buatan dan lain-lain akan dibangun di atas lahan 50 hektar tersebut,” ungkap
Soeprapto.

Selebihnya di atas lahan sekitar 107 hektar, JO Ciputra Yasmin akan mengembangkan kota baru bertajuk
CitraLand City Losari Makassar sebagai kawasan modern terintegrasi yang terdiri dari area pemukiman
dan area komersial (pusat belanja, hotel, apartemen, perkantoran dan lain-lain).

Progres lapangan

Sementara itu, Associate Director PT Ciputra Surya Tbk Sinyo Pelealu menjelaskan, kegiatan reklamasi
darat atau Onshore reclamation pada areal yang tidak memerlukan teknologi tinggi, sudah dikerjakan. Di
atas lahan reklamasi darat ini, akan dibangun kantor pengelola di lokasi CPI dalam waktu dekat agar
seluruh tim Ciputra Yasmin bisa lebih fokus bekerja keras dalam mengembangkan proyek ini.

Untuk kegiatan reklamasi dari arah laut atau biasa disebut Offshore Reclamation, sedang dilaksanakan
proses tender yang diikuti oleh enam perusahaan reklamasi terbaik di dunia, masing-masing 2 dua
perusahaan dari Belanda yaitu Van Oord dan Boskalis International, dua perusahaan dari Belgia yaitu Jan
De Nul dan Dredging International, dua perusahaan dari Tiongkok yakni China Harbour dan Hai Yin, serta
satu perusahaan dalam negeri dengan reputasi internasional yaitu PT Pembangunan Perumahan yang
saat ini merupakan kontraktor utama proyek pembangunan Terminal Peti Kemas Kali Baru Tanjung Priok
di Jakarta.

"Kami juga menggunakan jasa sekaligus dua konsultan reklamasi bertaraf internasional yaitu
Witteveen+Bos dan Royal Haskoning DHV dari negeri Belanda," tambah Sinyo.

Rp 3,5 Triliun

Sebelumnya, Direktur Utama PT Ciputra Surya Tbk., Harun Hajadi, mengungkapkan, dana yang
dianggarkan untuk pekerjaan reklamasi sekitar Rp 3,5 triliun.

Tahun pertama pengembangan, jelas Harun, berupa perluasan lahan akan menelan dana sekitar Rp 1
triliun. "Perluasan lahan ini kami targetkan rampung pada 2017 mendatang," pungkasnya. (Hilda B
Alexander)

Ciputra Group-Yasmin Garap Centre Point of Indonesia di Makassar


JAKARTA - PT Yasmin Bumi Asri dan Ciputra Group sepakat menjalin kerja sama operasi (KSO) untuk
mengembangkan kawasan terpadu di atas pulau reklamasi di Makassar, Sulawesi Selatan bertajuk
Centre Point of Indonesia (CPI).

Penanggung Jawab Kawasan CPI, Soeprapto Budisantoso mengatakan kawasan CPI memiliki luas lahan
157 hektare ha) dan 50 ha diserahkan kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

“Berbagai fasilitas umum seperti masjid, Wisma Negara, area terbuka hijau, Kantor Pemerintahan,
pantai buatan, dan lain-lain akan dibangun di atas lahan 50 hektar tersebut," kata Soeprapto, Rabu
(13/5).

Selebihnya sekitar 107 ha, KSO Ciputra dan Yasmin akan mengembangkan kota baru bertajuk CitraLand
City Losari Makassar, yang terdiri dari area pemukiman serta area komersial seperti mal, hotel,
apartemen, perkantoran dan lain-lain.

Beberapa waktu lalu Direktur Utama PT Ciputra Surya Tbk, Harun Hajadi mengatakan pihaknya
mengalokasikan dana sebesar Rp3,5 triliun untuk membangun lahan reklamasi kawasan terpadu di
Pantai Losari tersebut.

KSO Ciputra Yasmin Mulai Garap CPI, Proyek Waterfront Megah di Makassar

MAKASSAR- KSO Ciputra Yasmin memulai pekerjaan konstruksi proyek reklamasi terpadu megah, Centre
Point of Indonesia (CPI) di tepi laut Losari, Makassar dengan target reklamasinya selesai pada April 2018.

Pengembang kawakan tersebut akan melakukan reklamasi tepi laut dengan konsesi seluas 157 hektar,
dimana 50.47 hektar diantaranya akan menjadi milik Pemprov Sulawesi Selatan.

Ciputra Group dalam siaran persnya menyebutkan pekerjaan reklamasi itu akan dilakukan oleh PT
Boskalis Internasional Indonesia yang ditunjuk menjadi kontraktor pelaksananya yang dibantu oleh
konsultan Witteveen+Bos.
“[Ciputra Group] dengan kontraktor pelaksana reklamasi proyek Centre Point of Indonesia (CPI), Boskalis
serta pihak konsultan Witteveen+Bos telah melakukan kick-off meeting pada akhir Maret. Hal itu
menandai dimulainya pengerjaan fase konstruksi. Pertemuan itu juga membahas beberapa hal yang
telah dilakukan oleh Boskalis dalam fase persiapan sejak penandatanganan kontrak,” ujar bunyi
pernyataan dari salah satu konglomerasi pengembang properti terbesar di Asia Tenggara tersebut yang
dirilis Senin (10/4).

Seperti dilansir oleh situs Tribun Makassar baru-baru ini, Managing Director of Ciputra Group, Harun
Hajadi menambahkan Boskalis dalam dekat ini akan mulai merampungkan pembangunan kantor
lapangan, mobilisasi peralatan penunjang seperti pontoon sparayer, sinker pipe, floating pipe, crane,
excavator hingga mobilisasi tenaga kerja.

“Nilai Investasi Proyek Centre Point of Indonesia pada tahap pertama sekitar Rp 3,5 triliun, terdiri dari
biaya reklamasi baik yang akan dikerjakan oleh Boskalis dan akan dikerjakan oleh kontraktor lokal,
termasuk di dalamnya fasilitas infrastruktur seperti jalan, jembatan, saluran, lanskap, serta utilitas yang
ada di atasnya,” ujarnya.

Investasi sebesar itu meliputi pekerjaan reklamasi seluas 95 hektare, dimana 50 hektare untuk Pemprov
dan 45 hektare untuk investor pengembang. KSO Ciputra Yasmin adalah kolaborasi PT Ciputra Surya
Tbk., salah satu entitas usaha grup Ciputra dengan PT Yasmin Bumi Asri, selaku pemegang konsesi
proyek.

Terkait dimulainya pekerjaan konstruksi reklamasi itu, ungkap Ciputra Group, dilakukan setelah
pembuatan Detail Engineering Design (DED) mencapai 95%.

“Seperti yang telah dibahas, jenis kontrak kerja yang disepakati pada proyek ini adalah Design and Build.
Oleh karenanya setelah memenangkan tender, Boskalis wajib melakukan pekerjaan survey ulang yang
lebih lengkap dan akurat, menganalisa kembali perhitungan-perhitungan sebelumnya secara lebih detail,
sebagai syarat untuk menghasilkan DED yang memenuhi standar reklamasi Internasional.”

Dan yang lebih lagi, menurut Ciputra Group, telah mengajukan perizinan pekerjaan reklamasi yang
terdiri dari Surat Izin Kerja Reklamasi (SIKR), Surat Izin Kerja Keruk (SIKK), dan Izin Penggunaan Kapal
Asing (IPKA).

Selanjutnya SIIKA atau Surat Izin Impor Kapal Asing dan IUP OP atau Izin Usaha Pertambangan & Operasi
Produksi Pasir Laut yang semuanya selesai diurus pada April ini.
Dalam proses memulai pekerjaan konstruksi reklamasi, ungkap Ciputra dalam siaran pers itu, harus
dilakukan terlebih dahulu

pembersihan ranjau peninggalan perang dunia II di lokasi reklamasi. Dalam pekerjaan ini bekerja sama
dengan jajaran TNI Angkatan Laut Republik Indonesia.

“Masih ada kewajiban lain yang menjadi perhatian seperti mobilisasi peralatan penunjang pekerjaan
reklamasi dan mobilisasi tenaga kerja professional asing maupun lokal,” Soeprapto Budisantoso,
Penanggung Jawab Proyek Centrepoint of Indonesia.

Dalam proses pekerjaan konstruksi tersebut, ungkap Soeprapto lagi, Boskalis aka memulai pekerjaannya
dengan merampungkan pembangunan kantor lapangan atau site office, mobilisasi peralatan penunjang
reklamasi seperti pontoon sprayer, sinker pipe, floating pipe, Crane, Excavator, hingga mobilisasi tenaga
kerja.

2019, Ciputra Memulai Proyek Garuda Raksasa di Lahan Reklamasi

JAKARTA, KompasProperti - Ciputra Group menargetkan dapat memulai pembangunan perumahan


CitraLand City Losari, Makassar, Sulawesi Selatan, pada 2019 mendatang.

Proyek dengan rancangan induk (master plan) yang mengadopsi simbol Garuda Raksasa ini berdiri di
atas lahan reklamasi 157,23 hektar. Seluas 50 hektar di antaranya akan diserahkan kepada Pemerintah
Provinsi (pemprov) Sulawesi Selatan.

Baca: Ini Tahapan Pembangunan Garuda Raksasa yang Digarap Ciputra

Direktur Ciputra Group Harun Hajadi mengungkapkan hal tersebut dalam perbincangan dengan
KompasProperti, di DBS Tower, Jakarta, Selasa (19/9/2017).
Menurut Harun, saat ini pembangunan lahan reklamasi CitraLand City Losari sudah mencapai 80 persen.
Targetnya, November 2017 sudah harus selesai.

"Dengan masa settlement satu tahun, kami pastikan pembangunan properti di atasnya bisa dimulai pada
2019 mendatang," kata Harun.

Untuk membangun lahan reklamasi, Ciputra Group menggandeng Boskalis International dengan nilai
kontrak keseluruhan Rp 3,5 triliun. Perusahaan serupa juga menangani pekerjaan reklamasi Pluit City
milik PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN).

Harun optimistis, target pekerjaan reklamasi yang membutuhkan 9 juta meter kubik pasir, dapat
terealisasi. Hal ini mengingat Boskalis bekerja mengangkut pasir 100.000 meter kubik per hari

2019, Ciputra Memulai Proyek Garuda Raksasa di Lahan Reklamasi

Selasa, 19 September 2017 | 15:28 WIB

dokumentasi Ciputra Surya

Master plan CitraLand City Losari, Makassar, Sulawesi Selatan.

Penulis: Hilda B Alexander | Editor: Hilda B Alexander

JAKARTA, KompasProperti - Ciputra Group menargetkan dapat memulai pembangunan perumahan


CitraLand City Losari, Makassar, Sulawesi Selatan, pada 2019 mendatang.

Proyek dengan rancangan induk (master plan) yang mengadopsi simbol Garuda Raksasa ini berdiri di
atas lahan reklamasi 157,23 hektar. Seluas 50 hektar di antaranya akan diserahkan kepada Pemerintah
Provinsi (pemprov) Sulawesi Selatan.

Baca: Ini Tahapan Pembangunan Garuda Raksasa yang Digarap Ciputra

Direktur Ciputra Group Harun Hajadi mengungkapkan hal tersebut dalam perbincangan dengan
KompasProperti, di DBS Tower, Jakarta, Selasa (19/9/2017).
Menurut Harun, saat ini pembangunan lahan reklamasi CitraLand City Losari sudah mencapai 80 persen.
Targetnya, November 2017 sudah harus selesai.

"Dengan masa settlement satu tahun, kami pastikan pembangunan properti di atasnya bisa dimulai pada
2019 mendatang," kata Harun.

Untuk membangun lahan reklamasi, Ciputra Group menggandeng Boskalis International dengan nilai
kontrak keseluruhan Rp 3,5 triliun. Perusahaan serupa juga menangani pekerjaan reklamasi Pluit City
milik PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN).

Baca: Ada Belanda di Balik Proyek Reklamasi Pluit City dan CPI

Harun optimistis, target pekerjaan reklamasi yang membutuhkan 9 juta meter kubik pasir, dapat
terealisasi. Hal ini mengingat Boskalis bekerja mengangkut pasir 100.000 meter kubik per hari.

dokumentasi Ciputra Surya

Master plan CitraLand City Losari, Makassar, Sulawesi Selatan.

"Kami sudah bayar mereka Rp 1 triliun," sebut Harun seraya menambahkan, dari penjualan CitraLand
City Losari ini, Ciputra Group mengantongi Rp 1,5 triliun.

CitraLand City Losari sendiri merupakan usaha patungan atau joint operation (JO) antara Ciputra Group
dan PT Yasmin Bumi Asri.

Proyek ini digadang-gadang sebagai kawasan pertumbuhan baru untuk menstimulasi, dan mempercepat
peningkatan perekonomian, pembangunan kawasan, dan juga mendekonsentrasi pusat bisnis dan
keuangan ke Kawasan Timur Indonesia.
Properti Berita

2019, Ciputra Memulai Proyek Garuda Raksasa di Lahan Reklamasi

Selasa, 19 September 2017 | 15:28 WIB

Komentar

Master plan CitraLand City Losari, Makassar, Sulawesi Selatan.

Editor: Hilda B Alexander

Baca: Ciputra, di Antara Megaproyek Reklamasi, Warisan Karya, dan Putera Mahkota

Simbol burung Garuda raksasa dalam rancangan induk (master plan) diadopsi sebagai representasi
kesiapan Makassar untuk tinggal landas sebagai hub bisnis, industri, dan jasa dengan segala potensi yang
dimilikinya, sehingga menjadi kekuatan kedua setelah ibu kota, Jakarta di barat Indonesia.

Menurut Harun, simbol burung Garuda merupakan ide kreatif Danny Pomanto selama masih menjalani
profesi sebagai arsitek, dan sebelum menjadi Wali Kota Makassar. Rancangan induk tersebut kemudian
direvisi, serta disesuaikan dengan batasan teknis, dan dinamika pasar.

"Batasan teknis itu terkait hasil wave study, dan bathymetric study," jelas Harun.

Setelah mengalami penyesuaian dan penyempurnaan yang memakan waktu panjang, kata Harun,
didapatlah rancangan induk seperti burung Garuda tersebut.
Harun menambahkan, penyempurnaan rancangan induk dilakukan oleh arsitek dan perancang
profesional asal Singapura. Dalam hal ini, Ciputra Group menunjuk DP Architects sebagai arsitek
sekaligus pembuat rancangan induk CitraLand City Losari.

Harun menghitung, estimasi gross development value (GDV) CPI senilai Rp 30 triliun.

Dugaan Korupsi Proyek Reklamasi Makassar Dilaporkan ke KPK

TEMPO.CO, Jakarta - Komite Pemantau Legislatif (KOPEL) melaporkan dugaan korupsi proyek reklamasi
di pesisir Pantai Losari, Makassar, Sulawesi Selatan, hari ini, Senin, 25 April 2016. Dugaan ini muncul
karena Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo memprogramkan pembangunan kawasan Center
Point of Indonesia (CPI) dan wisma negara tanpa ada persetujuan dari pemerintah pusat.

Direktur KOPEL Indonesia Syamsuddin Alimsyah mengatakan proyek yang dibangun sejak tahun 2009 ini
tidak memenuhi syarat. Sebab, proyek tersebut tidak ada dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJMD).

"Saat membangun tidak ada Raperda yang membahas soal zonasi wilayah pesisir," kata Syamsuddin di
KPK. Dia menjelaskan pada September 2013, Syahrul sudah mengajukan surat ke Kementerian Kelautan
dan Perikanan terkait dengan reklamasi ini. Namun, pengajuan itu ditolak karena dokumen yang
menjadi persyaratan tak lengkap.

Berdasarkan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007, pemerintah daerah wajib menetapkan 4
dokumen perencanaan aktivitas reklamasi, yakni rencana strategi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;
rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; rencana pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil; dan rencana aksi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Meski ditolak Menteri Kelautan dan Perikanan, pada November di tahun yang sama, Syahrul
mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 644/2013 terkait pemberian izin pelaksanaan reklamasi Kawasan
Losari yang masuk dalam proyek CPI. Surat itu diberikan kepada PT Yasmin Bumi Asri. Namun, saat
pelaksanaan proyek itu malah dikerjakan oleh Ciputra Group.
Menurut Syamsuddin, wilayah yang direklamasi seluas 157,23 hektare. Dalam perjanjian kerja sama,
disebutkan PT Yasmin Bumi Asri memperoleh hak atas pekerjaan reklamasi berupa lahan seluas 106,76
hektare dengan status hak guna bangunan. Sementara pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan hanya
mendapat bagian lahan hasil reklamasi seluas 50,47 hektare dengan status hak pengelolaan.

Di atas lahan seluas 106,76 itu kini dibangun proyek CitraLand City Losari Makassar. Ciputra menjual
tanah kavling senilai Rp 13 juta hingga Rp 15 juta per meter persegi. "Tak ada Amdal untuk proyek itu,"
ujar Syamsuddin.

Dari hasil penjualan kavling ini, diperkirakan negara berpotensi mengalami kerugian Rp 15,5 triliun.

"Ada dugaan Gubernur sengaja memperkaya pihak investor," kata Syamsuddin. Oleh sebab itu, ia
melaporkan adanya dugaan korupsi yang dilakukan oleh Gubernur Sulawesi Selatan.

Selain Gubernur, Kopel juga melaporkan Direksi Ciputra Group dan PT Yasmin Bumi Asri dengan dugaan
melawan hukum karena mengabaikan undang-undang.

Kepala Pemberitaan dan Informasi Komisi Pemberantasan Korupsi Priharsa Nugraha mengatakan
pihaknya akan menelisik laporan tersebut. "Setiap pengaduan yang masuk akan ditelaah oleh bagian
pengaduan masyarakat apakah ada indikasi korupsi atau tidak," kata dia.

Pada tahun 2014, Syamsuddin mengatakan sudah pernah mengadu ke KPK. Namun rupanya hingga kini
belum ditindaklanjuti. Kali ini ia datang lagi dengan melaporkan potensi kerugian yang dialami negara
sebesar Rp 15,5 triliun. Ia berharap lembaga antirasuah segera menindaklanjuti laporan ini.

PT CIPUTRA YASMIN DAN PT BOSKALIS INTERNASIONAL INDONESIA TANDATANGANI KONTRAK


REKLAMASI

Pada Kamis (24/3), telah dilakukan penandatanganan kontrak Pekerjaan Reklamasi Proyek Centre Point
of Indonesia – Makassar, antara KSO Ciputra Yasmin dengan PT Boskalis Internasional Indonesia.
PT Boskalis Internasional Indonesia akhirnya keluar sebagai Pemenang Tender setelah berhasil
menyisihkan 6 Kontraktor lainnya. Kontrak Pekerjaan Reklamasi tersebut ditandatangani oleh Managing
Director Ciputra Group Harun Hajadi bersama Direktur Utama PT Yasmin Bumi Asri Aditya M. Kouwagam
mewakili KSO Ciputra Yasmin, sementara PT Boskalis International Indonesia diwakili oleh Theodorus
Baartmans, anggota Board of Management – Boskalis International.

Jangka waktu pelaksanaan kontrak yang akan dikerjakan oleh PT Boskalis International Indonesia ini
adalah 24 (dua puluh empat) bulan sejak ditandatangani pada hari ini, sehingga pekerjaan tersebut
diharapkan akan rampung pada bulan Maret tahun 2018. Pada proyek reklamasi ini, KSO Ciputra Yasmin
memulai dengan prioritas pengerjaan lahan yang akan diserahkan untuk Pemprov seluas 50.47 ha,
sebagai dedikasi kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

“KSO Ciputra Yasmin akan menunjukkan komitmennya kepada Pemerintah dan Masyarakat Sulawesi
Selatan pada umumnya, dengan mengutamakan kewajibannya untuk sesegera mungkin membangun
dan menyerahkan Lahan Reklamasi untuk Fasilitas Publik berupa Lahan seluas 50.47 ha sesuai Perjanjian
Kerjasama yang telah disepakati” terang Harun Hajadi, setelah acara penandatanganan dilaksanakan.

Adapun data proyek Centre Point of Indoensia – Makassar :

Luas Total Proyek CPI : 157.23 ha

Lahan Pemprov Sulsel : 50.47 ha

CitraLand City Losari : 106.76 ha

Selain itu, Fasilitas publik lainnya yang telah dikerjakan dan sudah dimanfaatkan langsung oleh
masyarakat sekitar CPI adalah Pengerukan Jalur Nelayan, yang menghabiskan biaya hampir Rp. 2 Milyar.

“Jalur Nelayan dari Pantai Losari menuju Tempat Pelelangan Ikan TPI Rajawali yang tadinya sangat sulit
dilalui oleh Perahu Nelayan karena sudah terjadi pendangkalan dan sempit ukurannya, kini bisa dilalui
dengan leluasa karena sudah dikeruk oleh KSO Ciputra Yasmin menjadi lebih lebar dan lebih dalam”
tambah Harun Hajadi. Jalur Nelayan tersebut nantinya masih akan diperlebar mengikuti Master Plan
yang telah disetujui Pemerintah dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Makassar saat ini, seiring
dengan pengembangan pembangunan kawasan CitraLand City Losari – Makassar.

Secara hukum, KSO Ciputra Yasmin hanya berkewajiban untuk menimbun dan membentuk lahan
reklamasi saja, tetapi khusus di lokasi ini akan dibuatkan pantai buatan dari pasir putih yang dilengkapi
dengan berbagai fasilitas seperti : tempat parkir, toilet, mushola, fasilitas jajan kaki lima, kursi taman,
lanskap yang menarik, dsb, sebagai persembahan khusus KSO Ciputra Yasmin bagi Masyarakat Sulawesi
Selatan. Pekerjaan Pantai Pasir Putih sepanjang 350m tersebut akan diselesaikan dalam tahun ini juga,
dan akan langsung diserahkan kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan untuk dinikmati oleh
Masyarakat Sulawesi Selatan sebagai salah satu Fasilitas Publik yang baru.

Nilai Investasi

Nilai Investasi Proyek Centre Point of Indonesia pada Tahap I ini adalah sekitar Rp. 3.5 Trilyun, terdiri
dari biaya reklamasi baik yang akan dikerjakan oleh Kontraktor Internasional PT Boskalis Internasional
Indonesia maupun yang telah dan akan dikerjakan oleh Kontraktor Lokal, termasuk didalamnya fasilitas
infrastruktur seperti jalan, jembatan, saluran, lanskap, serta utilitas yang ada diatasnya.

Kontraktor Pelaksana

Kontraktor pelaksana untuk reklamasi offshore ini adalah PT Boskalis Internasional Indonesia. Boskalis
adalah Kontraktor asal Belanda yang berdiri sejak tahun 1910 dengan nama Royal Boskalis Westminster
dan telah menjadi Perusahaan Publik pada thn 1970. Kontraktor yang sangat berpengalaman di bidang
reklamasi ini, telah melaksanakan berbagai proyek reklamasi di mancanegara, antara lain : Reklamasi di
Tuas – Singapore, Hongkong Airport, Punta Pacifica – Panama City, Vilufushi – Maldives, Rotterdam
Harbour Port Extension, Financial Harbour di Bahrain, dsb.

Konsultan Supervisi

Konsultan Supervisi yang akan mengawasi pekerjaan PT. Boskalis Inetrnasional Indonesia adalah PT.
Witteveen Bos Indonesia, yaitu konsultan reklamasi yang juga berasal dari Belanda dan sangat
berpengalaman di bidang reklamasi sejak tahun 1946. Konsultan ini telah berada di Indonesia sejak
tahun 1973 yang pada awalnya adalah bagian dari konsorsium Konsultan Belanda dengan nama Nedeco.
Di tingkat Internasional, Witteveen + Bos telah dikenal luas sebagai konsultan yang ahli di bidang
reklamasi, dan beberapa proyek yang pernah di desain dan di supervisi di Indonesia antara lain :
Reklamasi Pantai Ancol, Reklamasi Pantai Indah Kapuk, Reklamasi Kapuk Naga Indah, Reklamasi Pantai
Mutiara Pulau H yang semuanya terletak di Pantai Utara Jakarta, kemudian juga sebagai Konsultan
Desain Reklamasi Tangerang International City, serta beberapa proyek Reklamasi di Balikpapan dan
Gresik, Jawa Timur.

Tentang Grup Ciputra :


Grup Ciputra adalah Grup usaha yang telah berkiprah lebih dari 34 tahun yang didirikan oleh Dr. (HC) Ir.
Ciputra beserta keluarga. Hingga saat ini Grup usaha ini memiliki 13 sektor usaha yaitu Pengembang
Perumahan, Gedung Perkantoran, Pusat Perbelanjaan, Hotel, Apartemen, Fasilitas Rekreasi, Pendidikan,
Kesehatan, Agrikultur, Telekomunikasi, Pusat Kesenian, Media dan Digital. Usaha utama Grup adalah
pengembang perumahan skala besar dengan prinsip membangun kota membangun kehidupan
berdasarkan 3 nilai utama yaitu Integritas, Profesionalisme dan Entrepreneurship yang menjamin
pembangunan berkelanjutan bagi warga, masyarakat sekitar dan bangsa. Grup Ciputra telah
mengembangkan proyek-proyek di 38 kota di Indonesia dari Medan hingga Jayapura dan beberapa
Negara di Asia, yaitu Shenyang-China, Hanoi-Vietnam, dan Phnom Penh-Kamboja. Hal ini menjadikan
Grup Ciputra sebagai salah satu Grup Usaha Indonesia terbesar dan paling terdiversifikasi dari segi
produk mix, lokasi geografis dan segmentasi pasar. Sebagai kepedulian Ciputra Group pada masyarakan
dan bangsa, Grup usaha ini berkomitmen untuk fokus pada penyebaran semangat entrepreneurship
diseluruh Indonesia sebagai CSR nya, melalui pelatihan entrepreneurship ke pemerintahan, akademisi,
kalangan bisnis, dan seluruh masyarakat, serta menyelenggarakan kuliah online masal secara gratis
dengan nama UCEO (Universitas Ciputra Entrepreneurship Online Course). (bn)

Anda mungkin juga menyukai