Anda di halaman 1dari 19

Requirements Gathering /Teknik pengumpulan Data

Pengumpulan kebutuhan (requirements gathering) adalah aktivitas yang dilakukan


untuk mengekplorasi konsep-konsep/fenomena alami yang ada pada ranah persoalan. Ini adalah
tahap untuk menangkap dan menganalisa kebutuhan fungsional dari aplikasi untuk masuk ke
tahap desain.  Berikut adalah beberapa teknik untuk mengumpulkan kebutuhan yang diinginkan
oleh user/konsumen (requirements gathering)
1.   One-on-one interviews
Teknik yang paling umum untuk pengumpulan persyaratan adalah untuk duduk dengan
klien dan bertanya apa yang mereka butuhkan. Diskusi harus direncanakan terlebih dahulu
berdasarkan jenis persyaratan yang dicari. Ada banyak cara yang baik untuk merencanakan
wawancara, tetapi umumnya anda ingin bertanya pertanyaan terbuka untuk membuat orang yang
diwawancarai mulai berbicara dan kemudian menanyakan pertanyaan penyelidikan untuk
mengungkap persyaratan sebenarnya.
2.   Group interview
Wawancara kelompok serupa dengan wawancara satu-satu, kecuali bahwa lebih dari
satu orang yang sedang diwawancarai - biasanya dua sampai empat. Wawancara ini bekerja
dengan baik ketika semua orang berada pada tingkat yang sama atau memiliki peran yang sama.
Wawancara kelompok memerlukan persiapan yang lebih dan formalitas lebih untuk
mendapatkan informasi yang diinginkan dari semua peserta. Anda dapat menemukan satu set
persyaratan yang lebih kaya dalam waktu yang lebih singkat jika anda dapat menjaga kelompok
tetap terfokus.
3.   Facilitated Session
Dalam sesi difasilitasi, anda membawa kelompok yang lebih besar (lima atau lebih)
bersama-sama untuk tujuan yang sama. Dalam hal ini, anda mencoba untuk mengumpulkan satu
set persyaratan umum dari kelompok dengan cara yang lebih cepat daripada jika anda
mewawancara masing-masing dari peserta secara terpisah.
4.   Joint application development (JAD)
Sesi JAD mirip dengan sesi difasilitasi umum. Namun, kelompok biasanya tetap dalam
sesi sampai tujuan sesi selesai. Untuk persyaratan sesi JAD, para peserta tinggal di sesi sampai
satu set persyaratan lengkap didokumentasikan dan disetujui. JAD ( Joint Application
Development / Design ) adalah suatu teknik pengembangan Aplikasi yang melibatkan antara
pemakai dan profesional dalam pengembangan sistemnya, Teknik JAD dapat diterapkan disetiap
tahap pengembangan sistem.
Joint Application Development (JAD) dimulai oleh Chuck Morris & Tony Crawford di
IBM pada 1977. Crawford mendefinisikan JAD sebagai konsep perancangan sistem interaktif
yang melibatkan kelompok-kelompok diskusi yang dipertemukan dalam suatu workshop yang
produktif dan kreatif untuk memperoleh persyaratan (requirements) dan spesifikasi (functional
& technical specs) yang berkualitas. JAD telah menjadi metoda pendekatan yang diterima
dibanyak perusahaan. Sekarang JAD menjadi acuan untuk memfasilitasi proses yang dirancang
untuk mengidentifikasi strategi, mendefinisikan proses, dan memecahkan masalah.
JAD dibuat untuk menjembatani gap komunikasi antara users dengan designers dengan
teknik didasarkan pada sesi brainstorming yang intensif untuk mengurangi waktu dan usaha
dalam pendokumenan dan dalam menetapkan spesifikasi persyaratan dan rancangan. Metode
JAD merupakan suatu kerjasama yang terstruktur antara pemakai sistem informasi, manajer dan
ahli sistem informasi untuk menentukan dan menjabarkan permintaan pemakai, teknik yang
dibutuhkan dan unsur rancangan eksternal.
JAD adalah proses manajemen yang membantu perancang sistem dapat bekerja secara
efektif dengan pemakai untuk mengembangkan solusi TI yang dapat benar-benar berfungsi.
Teknik JAD cocok digunakan untuk proyek yang membutuhkan teknik analisis dan perancangan
sistem dengan menekankan pengembangan partisipasi antara system owners, users,
designer, dan builders.
Ada beberapa alasan pentingnya keterlibatan user dalam perancangan dan
pengembangan sistem informasi menurut Laela Dmodaran (1983) yaitu :
1. Kebutuahan user. User adalah orang dalam perusahaan. System Analys atau ahli sistem
adalah orang diluar perusahaan. Sistem informasi dikembangkan bukan untuk pembuat
sistem tapi untuk user agar sistem bisa diterapkan, sistem tersebut harus bisa menyerap
kebutuhan user dan yang mengetahui kebutuhan user adalah user sendiri, sehingga
keterlibatannya dalam pengembangan sistem informasi akan meningkatkan tingkat
keberhasilan pengembangan sistem informasi.
2. Pengetahuan akan kondisi lokal. Pemahaman terhadap lingkungan dimana sistem
informasi akan dioterapkan perlu dimiliki oleh perancang sistem informasi, dan untuk
memperoleh pengetahuan tersebut perancang sistem meminta bantuan user yang
menguasai kondisi lingkungan tempatnya bekerja.
3. Keengganan untuk berubah. Seringkali user merasa bahwa sistem informasi yang disusun
tidak dapat dipergunakn dan tidak sesuai dengan kebutuhan. Untuk mengurangi
keengganan untuk berubah tersebut dapat dikurangi bila user terlibat dalam proses
perancangan dan pengembangan sistem informasi.
Mengapa Menggunakan Joint Application Development,yaitu:
 Bertambah besarnya jumlah Tim.
 Fokus pada kualitas dan produktivitas.
 Pemakai semakin pintar.
 Bergeser dari teknologi ke bisnis.
 Fokus pada Business Process Reengineering.
 Bertambahnya besarnya biaya.
 Permintaan pengembangan yang cepat.
 Bergerak dari Waterfall life cycle.

Tahap-Tahap pada Joint Application Development antara lain:


 Project Definition. Menentukan tujuan & lingkup projek, kendala-kendala projek, dan
project team
 Research. Penelitian didasarkan pada user requirements
 Preparation. Mempersiapkan sesi JAD seperti agenda, perangkat bantu dan
mengembangkan bahan-bahan pertemuan
 Session. Menfasilitasi pertemuan dalam memecahkan ‘communication gap’ antara users
dengan perancang dengan teknik kolaborasi dan brainstorming;
 Final Document. Memprediksi dan mendapatkan persetujuan untuk dokumen akhir yang
fokus pada kebutuhan bisnis.
Kelebihan JAD antara lain:
 Jika pengembang dan user bekerjasama dalam satu tim akan sangat mendukung
penerapan prototyping.
 Melibatkan kerjasama tim proyek.
 Memberikan dukungan yang besar dan penerimaan sistem yang baru dapat menghasilkan
sistem dengan kualitas yang lebih tinggi.
 Dapat mengurangi scope creep hingga 50%.
 Keterlibatan banyak user akan memudahkan proses implementasi sistem baru dengan
biaya training yang lebih rendah.
 Kekurangan JAD
 Dana yang diperlukan untuk membangun suatu sistem lebih mahal.
 Dalam analisa sistem akan memakan waktu yang lebih lama, karena sangat sulit untuk
mendapatkan waktu dan ketersediaan user dalam JAD Session.
 Pendekatan JAD memiliki banyak masalah yang disebabkan oleh proses kelompok
membuat seseorang yang mendominasi forum, sedangkan yang lainnya akan menjadi
“penonton” saja dan tidak memberikan kontribusi dalam pembahasan.
5.   Quistionnaires
Kuesioner jauh lebih informal, dan ini adalah teknik yang bagus untuk mengumpulkan
persyaratan dari para pemangku kepentingan di daerah terpencil atau mereka yang akan memiliki
kemampuan minim dalam memenuhi keseluruhan persyaratan. Kuesioner juga dapat digunakan
ketika anda harus mengumpulkan masukan dari puluhan, ratusan, atau ribuan orang.
Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analis
mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama di dalam
organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada.
Dengan menggunakan kuesioner, analis berupaya mengukur apa yang ditemukan dalam
wawancara, selain itu juga untuk menentukan seberapa luas atau terbatasnya sentimen yang
diekspresikan dalam suatu wawancara. Penggunaan kuesioner tepat bila :
1. Responden (orang yang merenpons atau menjawab pertanyaan) saling berjauhan.

2. Melibatkan sejumlah orang di dalam proyek sistem, dan berguna bila mengetahui berapa
proporsi suatu kelompok tertentu yang menyetujui atau tidak menyetujui suatu fitur
khusus dari sistem yang diajukan.

3. Melakukan studi untuk mengetahui sesuatu dan ingin mencari seluruh pendapat sebelum
proyek sistem diberi petunjuk-petunjuk tertentu.
4. Ingin yakin bahwa masalah-masalah dalam sistem yang ada bisa diidentifikasi dan
dibicarakan dalam wawancara tindak lanjut.
1. Jenis Pertanyaan dalam Quesioner
Perbedaaan pertanyaan dalam wawancara dengan pertanyaan dalam kuesioner adalah
dalam wawancara memungkinkan adanya interaksi antara pertanyaan dan artinya. Dalam
wawancara analis memiliki peluang untuk menyaring suatu pertanyaan, menetapkan istilah-
istilah yang belum jelas, mengubah arus pertanyaan, memberi respons terhadap pandanmgan
yang rumit dan umumnya bisa mengontrol agar sesuai dengan konteksnya. Beberapa diantara
peluang-peluang diatas juga dimungkinkan dalam kuesioner. Jadi bagi penganalisis pertanyaan-
pertanyaan harus benar-benar jelas, arus pertanyaan masuk akal, pertanyaan-pertanyaan dari
responden diantisipasi dan susunan pertanyaan direncanakan secara mendetail.
Jenis-jenis pertanyaan dalam kuesioner adalah :
1. Pertanyaan Terbuka : pertanyaan-pertanyaan yang memberi pilihan-pilihan respons
terbuka kepada responden. Pada pertanyaan terbuka antisipasilah jenis respons yang
muncul. Respons yang diterima harus tetap bisa diterjemahkan dengan benar.
2. Pertanyaan Tertutup : pertanyaan-pertanyaan yang membatasi atau menutup pilihan-
pilihan respons yang tersedia bagi responden.

2. Petunjuk-petunjuk yang harus diikuti saat memilih bahasa untuk kuesioner adalah
sebagai berikut :
 Gunakan bahasa responden kapanpun bila mungkin. Usahakan agar kata-katanya tetap
sederhana.
 Bekerja dengan lebih spesifik lebih baik daripada ketidak-jelasan dalam pilihan kata-kata.
Hindari menggunakan pertanyaan-pertanyaan spesifik.
 Pertanyaan harus singkat.
 Jangan memihak responden dengan berbicara kapada mereka dengan pilihan bahasa
tingkat bawah.
 Hindari bias dalam pilihan kata-katanya. Hindari juga bias dalam pertanyaan –pertanyaan
yang menyulitkan.
 Berikan pertanyaan kepada responden yang tepat (maksudnya orang-orang yang mampu
merespons). Jangan berasumsi mereka tahu banyak.
 Pastikan bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut secara teknis cukup akurat sebelum
menggunakannya.
 Gunakan perangkat lunak untuk memeriksa apakah level bacaannya sudah tepat bagi
responden.
3. Skala dalam kuesioner
Penskalaan adalah proses menetapkan nomor-nomor atau simbol-simbol terhadap
suatu atribut atau karakteristik yang bertujuan untuk mengukur atribut atau karakteristik tersebut.
Alasan penganalisis sistem mendesain skala adalah sebagai berikut :
 Untuk mengukur sikap atau karakteristik orang-orang yang menjawab kuesioner.
 Agar respoden memilih subjek kuesioner.
Ada empat bentuk skala pengukuran , yaitu :
1. Nominal : Skala nominal digunakan untuk mengklasifikasikan sesuatu. Skala nominal
merupakan bentuk pengukuran yang paling lemah, umumnya semua analis bisa
menggunakannya untuk memperoleh jumlah total untuk setiap klasifikasi. Contoh : Apa
jenis perangkat lunak yang paling sering anda gunakan ? 1 = Pengolah kata, 2 =
Spreadsheet, 3 = Basis Data, 4 = Program e-mail
2. Ordinal
Skala ordinal sama dengan skala nominal, juga memungkinkan dilakukannya kalsifikasi.
Perbedaannya adalah dalam ordinal juga menggunakan susunan posisi. Skala ordinal
sangat berguna karena satu kelas lebih besar atau kurang dari kelas lainnya.
3. Interval
Skala interval memiliki karakteristik dimana interval di antara masing-masing nomor
adalah sama. Berkaitan dengan karakteristik ini, operasi matematisnya bisa ditampilkan
dalam data-data kuesioner, sehingga bisa dilakukan analisis yang lebih lengkap.
4. Rasio
Skala rasio hampis sama dengan skala interval dalam arti interval-interval di antara
nomor diasumsikan sama. Skala rasio memiliki nilai absolut nol. Skala rasio paling
jarang digunakan.
4. Merancang Kuesioner
Merancang formulir-formulir untuk input data sangat penting, demikian juga merancang
format kuesioner juga sangat penting dalam rangka mengumpulkan informasi mengenai sikap,
keyakinan, perilaku dan karakteristik.
a.. Format kuesioner sebaiknya adalah :
 Memberi ruang kosong secukupnya,
 Menunjuk pada jarak kosong disekeliling teks halaman atau layar. Untuk meningkatkan
tingkat respons gunakan kertas berwarna putih atau sedikit lebih gelap, untuk rancangan
survey web gunakan tampilan yang mudah diikuti, dan bila formulirnya berlanjut ke
beberapa layar lainya agar mudah menggulung kebagian lainnya.
 Memberi ruang yang cukup untuk respons,
 Meminta responden menandai jawaban dengan lebih jelas.
 Menggunakan tujuan-tujuan untuk membantu menentukan format.
 Konsisten dengan gaya.
b.UrutanPertanyaan
Dalam menurutkan pertanyaan perlu dipikirkan tujuan digunakannya kuesioner dan
menentukan fungsi masing-masing pertanyaan dalam membantu mencapai tujuan.
 Pertanyaan-pertanyaan mengenai pentingnya bagi responden untuk terus, pertanyaan
harus berkaitan dengan subjek yang dianggap responden penting.
 Item-item cluster dari isi yang sama.
 Menggunakan tendensi asosiasi responden.
 Kemukakan item yang tidak terlalu kontroversial terlebih dulu.
6.   Prototyping
Prototyping adalah teknik yang relatif modern untuk pengumpulan persyaratan. Dalam
pendekatan ini, anda mengumpulkan persyaratan awal yang anda gunakan untuk membangun
sebuah versi awal dari solusi - prototipe. Anda menunjukkan ini kepada klien, yang kemudian
memberikan persyaratan tambahan. Anda mengubah aplikasi dan siklus sekitar dengan klien
lagi. Proses berulang-ulang terus sampai produk memenuhi massa kritis kebutuhan bisnis atau
jumlah yang disepakati untuk iterasi.
7.   Use cases
Use cases pada dasarnya cerita yang menggambarkan bagaimana proses pekerjaan
diskrit. Cerita-cerita termasuk orang (aktor) dan menggambarkan bagaimana solusi bekerja dari
perspektif pengguna. Use cases mungkin lebih mudah bagi pengguna untuk mengartikulasikan,
meskipun kasus penggunaan mungkin perlu disaring lagi kemudian menjadi persyaratan rinci
lebih spesifik.

8.    Following people around


Teknik ini sangat membantu ketika mengumpulkan informasi tentang proses saat ini.
Anda dapat menemukan, misalnya, bahwa beberapa orang memiliki rutinitas pekerjaan yang
berubah menjadi suatu kebiasaan yang mengatakan bahwa sulit menjelaskan apa yang mereka
lakukan atau mengapa. Anda mungkin perlu untuk melihat mereka melakukan pekerjaan mereka
sebelum anda dapat memahami gambaran keseluruhan. Dalam beberapa kasus, Anda mungkin
juga ingin berpartisipasi dalam proses kerja yang sebenarnya untuk dapat merasakan bagaimana
bisnis bekerja hari ini.
9.     Request for proposals (RPFs)
Jika anda adalah vendor, anda mungkin menerima persyaratan melalui RFP. Daftar
persyaratan ini ada untuk anda membandingkan dengan kemampuan anda sendiri untuk
menentukan seberapa dekat anda dengan kebutuhan klien.
10.  Brainstorming
Pada beberapa proyek, persyaratan tidak "ditemukan" sebanyak mereka "ditemukan."
Dengan kata lain, solusinya adalah merek baru dan perlu dibuat sebagai seperangkat gagasan
yang semua orang akan dapat menerimanya. Untuk proyek jenis ini, brainstorming yang
sederhana dapat menjadi titik awal. Para ahli subjek yang sesuai materi masuk ke sebuah
ruangan dan memulai brainstorming(curah pendapat) kreatif tentang seperti apa solusinya nanti.
Setelah semua ide yang dihasilkan, para peserta memprioritaskan orang-orang yang mereka pikir
adalah yang terbaik untuk solusi ini. Konsensus yang dihasilkan dari ide-ide terbaik digunakan
untuk persyaratan awal.
11.  Action Research
Action Research merupakan suatu penelitian yang diprakarsai untuk memecahkan
masalah langsung atau proses reflektif masalah progresif pemecahan dipimpin oleh individu
yang bekerja dengan orang lain dalam tim atau sebagai bagian dari suatu "komunitas praktek"
untuk memperbaiki cara mereka mengatasi masalah dan memecahkan masalah. Ini kadang-
kadang disebut riset aksi partisipatif. Pada umumnya penelitian tindakan untuk mencapai tiga hal
berikut :
a. Peningkatan praktik.
b. Peningkatan (pengembangan profesional) pemahaman praktik dan praktisinya.
c. Peningkatan situasi tempat pelaksanaan praktik.
12.  Wawancara
Wawancara (bahasa Inggris: interview) merupakan percakapan antara dua orang atau
lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah
untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan
untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai. Langkah persiapan untuk melakukan wawancara :
a. Menjelaskan kerangka wawancara kepada subjek yang meliputi hal-hal berikut: isu apa
yang akan dibahas, dan mengapa isu itu diangkat, untuk apa informasi digunakan, apa di
balik itu, bagaimana wawancara akan dilakukan, siapa yang akan melakukan wawancara,
siapa yang harus ada dalam wawancara, di mana dan berapa lama wawancara dilakukan.
b. Ciptakan atmosfir yang baik, yang meliputi:
 Bersikap rileks, (atau setidaknya timbulkan kesan rileks),
 Mencoba memahami pesan lawan bicara, apapun yang disampaikan merupakan
informasi bermakna.
 Berikan lawan bicara ruang untuk mengeluarkan pandangannya.
Wawancara (bahasa Inggris: interview) merupakan percakapan antara dua orang atau lebih
dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk
mendapatkan informasi yang tepat dari narasumber yang terpercaya. Wawancara adalah suatu
bentuk komunikasi verbal, jadi semacam percakapan, yang bertujuan memperoleh informasi.
Wawancara adalah sebuah instrumen penelitian yang lebih sistematis. Dalam wawancara,
pertanyaan dan jawaban yang diberikan dilakukan secara verbal. Biasanya komunikasi ini
dilakukan dalam keadaan tatap muka, atau jika terpaksa dapat dilakukan melalui telepon.
Hubungan dalam wawancara biasanya bersifat sementara, yaitu berlangsung dalam jangka waktu
tertentu dan kemudian diakhiri. Dalam wawancara, orang yang dimintai informasi (sumber data)
disebut dengan informan. Pewawancara harus dapat menciptakan suasana akrab, sehingga
informan dapat memberikan keterangan yang kita inginkan dengan penuh kerelaan.
a. Maksud dan Tujuan Wawancara
Maksud diadakannya wawancara seperti dikemukakan oleh Guba dan Lincoln antara
lain sebagai berikut:
 Mengonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi,
tuntutan, kepedulian, dan lain-lain kebulatan.
 Merekonstruksi kebulatan-kebulatan tersebut sebagai hal yang dialami pada masa lalu,
dan memproyeksikan kebulatan-kebulatan tersebut sebagai sesuatu yang telah diharapkan
untuk dialami pada masa yang akan datang.
 Memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain
(informan).
 Memverifikasi, mengubah, dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti
sebagai pengecekan anggota.
b. Keuntungan Wawancara
Keuntungan wawancara sebagai instrumen penelitian adalah sebagai berikut:
1. Dapat memperoleh keterangan sedalam-dalamnya tentang suatu masalah, khususnya
yang berkenaan dengan pribadi seseorang.
2. Peneliti dapat dengan cepat memperoleh informasi yang diinginkan.
3. Peneliti dapat memastikan bahwa informan yang memberi jawaban.
4. Peneliti berusaha agar pertanyaan betul-betul dipahami oleh informan.
5. Wawancara memungkinkan fleksibilitas dalam cara-cara bertanya.
6. Pewawancara yang sensitif dapat menilai validitas jawaban berdasarkan gerak-gerik,
nada, dan raut muka dari informan.
7. Informasi yang diperoleh akan lebih dipercayai kebenarannya karena salah tafsiran dapat
diperbaiki pada saat wawancara dilakukan.
8. Informan lebih bersedia mengungkapkan keterangan dan lebih leluasa dalam
pengungkapannya.

c. Kelemahan Wawancara
Di samping keuntungan, wawancara juga memiliki sejumlah kelemahan, di antaranya
adalah sebagai berikut.
1. Jawaban verbal diragukan validitasnya.
2. Peneliti sendiri tidak konstan keadaannya.
3. Apabila proses wawancara tidak dilakukan oleh peneliti sendiri, akan terdapat salah tafsir
dari pihak yang diberi tugas untuk melakukan wawancara. Selain itu, karakteristik pribadi
informan tidak terekam oleh peneliti itu sendiri.
4. Banyak kendala dalam pengolahan hasil wawancara.
5. Belum ada sistem baku yang ada untuk pencatatan hasil wawancara, sehingga peneliti
cenderung mengembangkan sendiri cara pencatatan hasil wawancara.
6. Memakan banyak waktu, tenaga, biaya, dan pikiran.
7. Menemui informan tidak mudah, sehingga peneliti harus menyesuaikan dengan waktu
informan. Hal itu karena kita yang membutuhkan dia, bukan dia yang membutuhkan kita.
13.  Simulasi
Simulasi adalah satu metode pelatihan yang memperagakan sesuatu dalam bentuk tiruan
yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya; simulasi: penggambaran suatu sistem atau
proses dengan peragaan memakai model statistic atau pemeran.(Pusat Bahasa Depdiknas (2005).
Dalam melakukan simulasi terdapat langkah-langkah yang perlu dilakukan:
a. Pendefinisian Sistem, menentukan batasan sistem dan identifikasi variable yang
signifikan.
b. Formulasi Model, yaitu merumuskan hubungan antar komponen model.
c. Pengambilan Data, yaitu identifikasi data yang diperlukan model sesuai tujuan
pembuatannya.
d. Pembuataan Model, yaitu menyesuaikan penyusunan model dengan jenis bahasa simulasi
yang digunakan.
e. Verifikasi Model, yaitu proses pengecekan terhadap model apakah sudah bebas dari
kesalahan. Dalam tahap ini perlu disesuaikan dengan bahasa simulasi yang digunakan.
f. Validasi Model, yaitu proses pengujian terhadap model apakah sesuai dengan Sistema
nyatanya.
g. Skenariosasi, yaitu penyusunan scenario terhadap model. Setelah model dianggap valid,
maka berikutnya adalah membuat beberapa scenario atau eksperimen untuk memperbaiki
kinerja sistem sesuai dengan keinginan.
h. Interpretasi Model, yaitu proses penarikan kesimpulan dari hasil output model simulasi.
i. Implementasi, yaitu penerapan model pada sistem nyata.
j. Dokumentasi, yaitu proses penyimpanan hasil output model.
14.  Video-Taping
Pengumpulan informasi dapat dilakukan dengan menggunakan video taping / video
rekaman. Video-taping merupakan suatu cara untuk membuat dokumentasi menggunakan sebuah
pita magnetik yang biasa digunakan untuk merekam gambar visual dan suara terkait untuk
pemutaran berikutnya atau penyiaran.
15. Observasi
Pengertian Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis
dan sengaja, yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang diselidiki. 
Pengertian Observasi dalam Arti Sempit adalah mengamati secara langsung terhadap
gejala yang ingin diselidiki. Pengertian Obsevasi dalam Arti Luas adalah mengamati secara
langsung dan tidak langsung terhadap gejala-gejala yang diselidiki.
Dari pengertian observasi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pengertian Observasi
adalah proses mengamati tingkah siswa dalam suatu situasi tertentu. Situasi yang dimaksud dapat
berupa situasi sebenarnya atau alamiah, dan juga situasi yang sengaja diciptakan atau
eksperimen. Dalam melakukan observasi kita harus memperhatikan dengan teliti objek yang
akan diteliti. Satu sampel yang kita ambil belum bisa dijadikan sebagai kesimpulan dari
penilitian, oleh karena itu diperlukan banyak objek penelitian sebagai pembanding dalam
melakukan observasi.
A. Pengertian Observasi menurut Para Ahli
Menurut KBBI
Observasi adalah pengamatan atau peninjauan secara cermat.
Menurut Alwasih
Observasi adalah sebuah penelitian atau pengamatan sistematis dan terencana yang diniati untuk
perolehan data yang dikontrol validitas dan realibitasnya.
Menurut Nasution
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan
data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.
Menurut Syaodih
Observasi adalah teknik yang digunakan atau cara yang digunakan untuk mengumpulkan data
dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sudah berlangsung.
Menurut Margono
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak
pada objek penelitian.
Menurut Sutrisno Hadi
Observasi adalah suatu proses yang komplek, suatu proses yang tersusun dari berbagai biologis
dan psikologis. Dua diantara yang penting adalah proses pengamatan dan ingatan.

B. Jenis Jenis Observasi


Jenis Jenis Observasi menurut Marie Jahoda, sebagai berikut.
1.  Observasi Partisipasi
Observasi partisipasi merupakan salah satu dari jenis jenis observasi. Observasi
partisipasi pada umumnya dipergunakan untuk penelitian yang bersifat eksploratif. Suatu
observasi disebut observasi partisipasi bia observer turut mengambil bagian dalam kehidupan
observasi.
2. Observasi Sistematik
Observasi sistematik merupakan salah satu dari jenis jenis observasi. Observasi
sistematik biasa disebut dengan observasi berkerangka. Sebelum mengadakan observasi terlebih
dahulu dibuat kerangka mengenai berbagai faktor dan ciri ciri yang akan diobservasi.
3. Observasi Eksperimental
Observasi eksperimental merupakan salah satu dari jenis jenis observasi. Observasi
eksperimental memiki ciri ciri sebagai berikut :
1. Situasi yang dibuat sedemikian rupa sehingga observasi tidak mengetahui maksud
diadakannya observasi.
2. dibuat variasi situasi untuk menimbulkan tingkah laku tertentu.
3. observasi dihadapkan pada situasi yang seragam.
4. situasi ditimbulkan atau dibuat sengaja.
5. faktor-faktor yang tidak diinginkan pengaruhnya dikontrol secermat mungkin.
6. segala aksi-reaksi dari observasi dicatat dengan teliti dan cermat.

C. Tujuan Observasi
Tujuan observasi yaitu menggambarkan segala sesuatu yang berhubungan dengan objek
penelitian, mengambil kesimpulan yang disusun menjadi sebuah laporan yang relevan dan dapat
bermanfaat sebagai sebuah bahan pembelajaran atau studi. Beberapa hal yang dijadikan alasan
mengapa sebuah observasi perlu dilakukan adalah untuk mengetahui segala sesuatu yang
berhubungan dengan objek secara langsung dan jelas tanpa perlu mengira-ngira. Observasi yang
dilakukan pada kalangan anak-anak biasa nya hasilnya lebih tepat daripada observasi pada orang
dewasa. Hal itu dikarenakan orang dewasa cenderung tanpa sadar membuat-buat jawaban dan
tidak apa adanya.

D. Manfaat Observasi
Manfaat Observasi adalah sebagai Berikut:
1. Hasil observasi yang dibuat dapat dikomfirmasikan dengan hasil penelitian.
2. Deskripsi memberikan gambaran dunia nyata.
3. Memungkinkan pembaca memiliki penafsiran sendiri terhadap temuan dan bagaimana
akan diinterpretasikan.
4. Dapat menjelaskan proses peristiwa berlangsung dan dapat menguji kualitas,
memperkirakan mengapa sesuuatu terjadi dalam seting nyatanya.
5. Dapat mencatat gejala yang kadang tidak jelas berlangsungnya.
6. Mencatat situasi yang tidak dapat direplikasikan dalam eksperimen.
7. Kronologi peristiwa dapat dicatat dengan berurutan.
8. Peralatan dan teknologi dapat merekam secara permanen.
9. Observasi dapat dikombinaskan dengan metode lain.
16. Analisis dokumen
Analisis dokumen merupakan kegiatan pengumpulan informasi mengenai dokumen-
dokumen yang digunakan dalam suatu sistem. Tujuan dari analisis dokumen adalah mengetahui
dan memahami dokumen-dokumen apa saja yang terlibat dan mengalir dalam suatu sistem yang
sedang berjalan. Dalam analisis dokumen akan menjelaskan hal-hal berikut :
a. Nama dokumen : untuk menjelaskan nama dokumen tersebut.
b. Fungsi : untuk menjelaskan kegunaan dokumen yang digunakan.
c. Sumber : asal dokumen.
d. Distribusi : menjelaskan ke proses apa atau ke bagian mana informasi itu mengalir.
e. Rangkap : jumlah salinan dokumen.
f. Bentuk : bentuk dokumen yang digunakan dalam sistem.
Contohnya : nama-nama dokumen yang digunakan dalam Sistem Koperasi yang berjalalan di
Koperasi Simpan Pinjam HARAPAN BERSAMA.
1. Buku pendaftaran anggota koperasi
a. Nama dokumen : Buku Pendaftaran anggota koperasi
b. Fungsi : untuk pendaftaran anggota.
c. Sumber : karyawan.
d. Distribusi : dari karyawan ke Seksi simpan pinjam.
e. Rangkap : satu.
f. Bentuk : Dokumen.
2. Formulir Permohonan Pinjaman
a. Nama dokumen : Formulir Permohonan Pinjaman
b. Fungsi : untuk mengajukan pinjaman.
c. Sumber : karyawan.
d. Distribusi : dari karyawan ke Seksi simpan pinjam.
e. Rangkap : satu.
f. Bentuk : Dokumen.
3. Daftar simpanan pinjaman koperasi
a. Nama dokumen : Daftar simpanan pinjaman koperasi
b. Fungsi : dokumen Seksi simpan pinjam.
c. Sumber : Seksi simpan pinjam.
d. Distribusi : dari Seksi simpan pinjam ke arsip.
e. Rangkap : satu.
f. Bentuk : Dokumen.
4. Daftar pinjaman anggota
a. Nama dokumen : Daftar pinjaman anggota
b. Fungsi : untuk pengesahan pinjaman anggota.
c. Sumber : Seksi simpan pinjam.
d. Distribusi : dari Seksi simpan pinjam ke Bendahara Koperasi dan ke Karyawan.
e. Rangkap : dua.
f. BentukDokumen.
5. Daftar potongan
a. Nama dokumen : Daftar potongan
b. Fungsi : untuk informasi potongan pembayaran.
c. Sumber : Seksi simpan pinjam.
d. Distribusi : dari Seksi simpan pinjam ke Bendahara.
e. Rangkap : satu.
f. Bentuk : Dokumen.

 A. Analisis Data Kuantitatif


Pada penelitian ini, suatu data diproses secara linier, dimulai dari latar belakang masalah,
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, penyusunan instrument penelitian, menentukan
populasi dan subjek penelitian, melaksanakan pengumpulan data dan menganalisis data, dan
diakhiri suatu penyimpulan/pelaporan hasil penelitian. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti
harus benar-benar memahami betuk statistika yang akan digunakan dalam analisis data. Data
yang telah diperoleh itu pun nantinya akan digunakan peneliti untuk mendeskripsikan,
menjelaskan, dan memahami hubungan antar variable-variabel yang diteliti.
Ada 2 hal pokok yang harus dilakukan oleh peneliti saat melakukan pengolahan data
kuantitatif. Pertama, memilih teknik statistik mana yang tepat dan sesuai dengan tujuan
penelitian. Kedua, mempersiapkan dan memilih software bila pengolahan data dilakukan secara
elektronis. Dan yang ketiga adalah melaksanakan langkah-langkah pengolahan, baik itu sesuai
dengan pertimbangan poin pertama dan kedua.

1.       Memilih Teknik Analisis


Analisis data dapat dilakukan dengan teknik deskriptif ataupun verifikatif, baik dengan
analisis perbandingan (komparasi) maupun analisis hubungan (asosiatif). Seperti pada gambar di
bawah ini:
Gambar 1.6. Teknik Analisis

1. Program Software
Software statistic adalah sebuah program pengolah data untuk keperluan penelitian kuantitatif.
Saat ini beragam software yang disajikan untuk digunakan dalam pengolahan data sesuai
kebutuhan peneliti, yang bertujuan menyuguhkan alat bantu yang praktis dan efisien dalam segi
waktu. Adapun program software statistic yang banyak digunakan saat ini berikut: program
Statistic Package for the Social Sciences (SPSS), Linier Structural Relationship (LISREL),
Statistical Analysis System (SAS), SEM, AMOS, dan Minitab.
2. Tahapan pengolahan data
Peneliti mempersiapkan data untuk analisis penelitian kuantitatif yaitu dengan memastikan data
sudah dalam bentuk angka. Selanjutnya mengerjakan kegiatan sesuai tahapan, yaitu sebagai
berikut:
a. Verifikasi Data
Proses verifikasi data pada pokoknya untuk meyakinkan peneliti terhadap mutu data yang
akan diolah. Secanggih apapun teknik statistik yang digunakan bila datanya tidak
bermutu, maka hasil olahannya pun tidak akan bermutu (tidak menghasilkan hasil yang
baik). Demikian langkah-langkah verifikasi data mencakup berikut: (1) mengevaluasi
kinerja tenaga lapangan, (2) memeriksa kelengkapan dan kejelasan data yang terkumpul,
(3) melihat kesatuan ukuran (peneliti harus memeriksa apakah angket sudah terisi dengan
ukuran data yang sama).
b. Klasifikasi dan Pengkodean
Bagian ini merupakan kegiatan pengelompokan data berdasarkan variabel. Pengkodean
adalah pemberian nomer atau symbol lain, pada jawaban agar tanggapan dapat
dikelompokkan ke dalam jumlah klasifikasi yang terbatas. Sementara klasifikasi adalah
pembagian sekumpulan data dari variabel tertentu, misalnya: jenis kelamin, maka
pembagiannya adalah pria dan wanita.
c. Entri Data
Entri data adalah proses memasukkan data ke computer. Saat memasukkan data bisa
terjadi kehilangan data. Untuk memilih teknik penanganan data yang hilang, peneliti
harus menentukan apa yang menyebabkan data itu hilang.
d. Analisis Statistik
B. Analisis Data Kualitatif
Sesuai dengan pernyataan Bogdan & Biklen (dalam Moleong, 2014:248) tentang
analisis data penelitian kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Dengan demikian bahwa dalam suatu penelitian kualitatif ini, prosesnya dari awal
hingga akhir itu yang dianalisis. Ini yang menjadi perbedaan antara penelitian kualitatif dengan
kuantitatif, bahwa pada penelitian kuantitatif proses analisis data tersebut dilakukan setelah data
penelitian itu terkumpul di akhir penelitian, lain halnya dengan penelitian kualitatif bahwa
terkumpulnya data dari awal hingga akhir penelitian dan tidak memiliki batasan waktu
penelitian. Sehingga analisis data penelitian menurut Seiddel (dalam Moleong, 2014: 248) bahwa
prosesnya berjalan sebagai berikut:
1) Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber
datanya tetap dapat ditelusuri.
2) Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar,
dan membuat indeksnya.
3) Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan
menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.
Selanjutnya menurut Janice Mc Drury (Collaborative Group Analysis of Data:1999)
menjelaskan terkait tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:
1) .Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam
Data.
2) Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data.
3) Menuliskan model yang ditemukan.
4) Koding yang telah dilakukan.
Adapun jika ditinjau modus dari analisis data tersebut, maka ada 3 pendekatan modus
analisis data itu sendiri, yaitu: hermeneutic, semiotic, naratif dan metafor. Disini akan dijelaskan
apa yang dimaksud dari ketiga modus tersebut sebagai berikut:
a. Hermeneutik
Pada dasarnya hermeneutik adalah landasan filosofi dan merupakan juga modus analisis
data. Sebagai filosofi pada pemahaman manusia, hal itu menyediakan landasan filosofis untuk
interpretativisme. Sebagai modus analisis hal itu berkaitan dengan pengertian data tekstual.
Hermeneutik ini terutama berkaitan dengan pemaknaan suatu analog teks. Oleh karena itu, objek
itu harus dalam bentuk teks atau analog teks, yang mana biasanya bersifat kabur, remang-
remang, dan terkadang saling bertentangan antara yang satu dengan lainnya. Hal ini sesuai
dengan interpretasi itu sendiri yang memiliki tujuan agar yang tidak jelas menjadi jelas dalam
suatu pemahaman.
b. Semiotik
Semiotik disini berkaitan dengan makna dari tanda dan simbol dalam bahasa. Gagasan
penting adalah kata-kata atau tanda dapat ditugaskan terutama kepada kategori konseptual, dan
ketegori ini mempresentasikan aspek-aspek penting dari suatu teori yang akan diuji. Salah satu
bentuk dari semiotik adalah analisis konten. Analisis konten itu sendiri adalah teknik penelitian
yang digunakan untuk referensi yang replikabel dan valid dari data pada konteksnya. Adapun
bentuk semiotik lainnya adalah analisis pembicaraan dan analisis wacana.

Anda mungkin juga menyukai