Disusun oleh:
Kelompok 5
Puji dan syukur penyusun ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
limpahan anugerah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Makalah Customer Relationship Management” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Customer Retention Marketing yang diberi oleh Andri Budiwidodo, S.Si, M.Ikom.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dalam isi
maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
wawasan penyusun. Oleh karena itu, penyusun mengaharapkan kritik dan saran
demi penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penyusun mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini. Penyusun
mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PEMASARAN
1.1 Pengertian Pemasaran .................................................................................. 1
1.2 Konsep Pemasaran ....................................................................................... 2
1.3 Perilaku Konsumen ...................................................................................... 7
ii
BAB I
PEMASARAN
Pemasaran merupakan bagian dan kegiatan yang penting dari suatu perusahaan
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan tetap exist dalam industri.
Pemasaran merupakan tulang punggung dari kegiatan perusahaan karena
berhubungan dengan konsumen. Pemasaran pada dasarnya mencakup semua
kegiatan yang ada di pasar, dimana dalam kegiatan ini terjadi suatu transaksi atau
pertukaran antara konsumen dengan perusahaan berdasarkan nilai tukar yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak. Oleh sebab itu konsep pemasaran menganggap
bahwa kunci untuk mencapai tujuan perusahaan yang ingin memperoleh laba
1
sebesar mungkin hanya dapat dicapai dengan memenuhi kebutuhan dan keinginan
dari sasaran pasar yang ada. Hal ini sesuai dengan konsep pemasaran yang
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen yang beraneka ragam yang
diakibatkan oleh perkembangan jaman secara terus menerus.
2
Munculnya berbagai kebutuhan, keinginan dan permintaan pasar,
mendorong produsen untuk mempelajari, melakukan riset pasar, mengamati
prilaku konsumen, menganalisis keluhan dan ketidakpuasan yang dialami
konsumen, mencari jawaban produk atau jasa apa yang sedang disukai, akan
disukai dan yang tidak disukai konsumen. Dengan demikian, produsen dapat
menawarkan produk (barang, jasa, dan gagasan) kepada pasar untuk
diperhatikan, dimiliki atau dikonsumsi sehingga kepuasan konsumen dapat
tercapai. Perusahaan sering membuat kesalahan dengan lebih memperhatikan
produk fisik daripada jasa yang diberikan produk tersebut. Sebuah produk fisik
adalah suatu cara mengemas sebuah jasa. Tugas pemasar adalah menjual
manfaat atau jasa yang diwujudkan kedalam produk fisik, bukan hanya
menggambarkan ciri-ciri produk tersebut. Pemasar yang memusatkan
pemikirannya pada produk fisik, bukan pada kebutuhan dan keinginan
pelanggan, dikatakan menderita myopa pemasaran (rabun pemasaran) yaitu
ketidak-pedulian terhadap faktor-faktor penentu kepuasan pelanggan.
Konsumen yang dilayani oleh penjual yang myopa pemasaran menjadi tidak
loyal dan memiliki kecenderungan yang besar untuk berpindah ke
produsen/produk substitusi lainnya.
3
Kepuasan pelanggan tergantung pada anggapan kinerja produk dalam
menyerahkan nilai relatif terhadap harapan pembeli. Bila kinerja atau prestasi
sesuai atau bahkan melebihi harapan, maka pembelinya akan merasa puas.
Perusahaan yang cerdik memfokuskan diri terhadap kepuasan konsumen
dengan hanya menjanjikan apa yang dapat mereka serahkan, kemudian
menyerahkan lebih banyak dari yang mereka janjikan, sehingga konsumen
selalu loyal terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
Kepuasan pelanggan berkaitan erat dengan mutu. Dalam upaya perbaikan
mutu produk yang dihasilkan, produsen menerapkan konsep Total Quality
Management (TQM) yaitu program yang dirancang untuk memperbaiki mutu
produk, jasa dan proses pemasaran secara terus menerus. TQM memiliki
komitmen antara lain:
- Fokus terhadap pelanggan
- Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas
- Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah
- Memperbaiki proses secara kesinambungan
- Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan untuk karyawan
4
- Masing-masing pihak yakin bahwa berunding dengan pihak lain adalah
layak dan bermanfaat (negosiasi).
Pertukaran baru akan terjadi apabila kedua belah pihak dapat menyetujui
syarat pertukaran, yang akan membuat mereka lebih baik (atau setidak-
tidaknya tidak lebih buruk) daripada sebelum pertukaran. Pertukaran sering
dilukiskan sebagai proses penciptaan nilai, sebab pertukaran apada umumnya
membuat kedua belah pihak menjadi lebih baik. Pertukaran harus dilihat
sebagai suatu proses dan bukan sabagai sebuah kejadian. Dua pihak terlibat
dalam pertukaran jika mereka berunding dan mengarah kepada suatu
kesepakatan yang saling menguntungkan. Saat dicapainya kesepakatan, maka
dapat dikatakan telah terjadi suatu transaksi.
Transaksi adalah perdagangan antara dua pihak atau lebih, yang paling
sedikit melibatkan dua macam nilai, persetujuan mengenai kondisi, waktu dan
tempat. Biasanya sistem hukum digunakan untuk memperkuat dan memaksa
agar pihak yang bertransaksi mematuhinya. Tanpa adanya hukum perjanjian,
maka transaksi akan dipandang dengan kecurigaan yang mengakibatkan
kerugian bagi semua pihak.
5
Hasil pemasaran hubungan yang utama adalah pengembangan asset unik
perusahaan yang disebut dengan jaringan pemasaran. Jaringan terdiri dari
perusahaan dan semua pihak-pihak pendukung, pelanggan, supplier,
distributor, pengecer, agen iklan, ilmuwan dan pihak lain yang bersama-sama
dengan perusahaan dalam membangun hubungan bisnis yang saling
menguntungkan. Semakin lama, persaingan tidak lagi berlangsung antar
perusahaan melainkan antar seluruh jaringan, yang akan dimenangkan oleh
perusahaan yang telah membangun jaringan yang lebih baik.
6) Pasar
Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli, terjadi
transaksi, serta pertukaran produk (barang/jasa) yang bernilai antara dua belah
pihak atau lebih. Istilah pasar saat ini bukan lagi mengacu kepada suatu tempat
secara fisik, namun lebih kepada sekumpulan pembeli dan penjual yang
melakukan transaksi atas produk atau kelas produk tertentu. Pasar terdiri dari
semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau keinginan tertentu
yang sama, yang mungkin bersedia dan mampu melaksanakan pertukaran
untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan itu.
Istilah pasar dalam dunia bisnis, secara informal sering digunakan untuk
mencakup beragam pengelompokan pelanggan. Misalnya: pasar kebutuhan
(contoh: pasar diet), pasar produk (contoh: pasar daging, telur, dan lainnya),
pasar demografis (contoh: pasar remaja, dewasa, anak-anak), pasar geografis
(contoh: pasar Bali, Denpasar, dan lainnya).
6
keduanya disebut sebagai pemasar dan situasi tersebut adalah salah satu
pemasaran timbal balik (reciprocal marketing).
Dalam situasi normal, pemasar adalah perusahaan yang berhadapan
dengan pesaing dalam melayani suatu pasar. Perusahaan (produsen) mengirim
produk secara langsung dan atau melalui perantara pemasaran kepada
pengguna (konsumen) akhir. Efektifitas relative mereka dipengaruhi oleh
pemasok serta kekuatan lingkungan utama (demografis, ekonomi, fisik,
teknologi, politik/hukum, sosial/budaya).
Secara ringkas, dalam penerapan konsep inti pemasaran dilakukan hal-hal
sebagai berikut:
- Proses perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pemasaran
- Penetapan harga dan promosi
- Penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang
memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi.
Menurut Kotler dan Keller (2012:173) Perilaku konsumen adalah studi tentang
bagaimana individu, kelompok dan organisasi memilih, membeli, menggunakan,
dan bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan
dan keinginan mereka.
7
konsumen, salah satu implikasinya adalah bahwa generalisasi perilaku konsumen
biasanya terbatas untuk jangka waktu tertentu, produk, dan individu atau grup
tertentu. Dalam hal pengembangan strategi pemasaran, sifat dinamis perilaku
konsumen mengisyaratkan bahwa seseorang tidak boleh ber-harap bahwa suatu
strategi pemasaran yang sama dapat memberikan hal yang sama disepanjang waktu,
pasar, dan industri. Perilaku konsumen melibatkan pemasaran. Hal itu merupakan
hal terakhir yang ditekankan dalam definisi perilaku konsumen yaitu pertukaran di
antara individu. Hal ini membuat definisi perilaku konsumen tetap konsisten
dengan definisi pemasaran.
8
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Kebudayaan adalah faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan
perilaku seseorang. Dengan kata lain merupakan faktor paling utama dalam
perilaku pengambilan keputusan dan perilaku pembelian.
Menurut Setiadi (2003) yang dikutip oleh Firmansyah (2018: 254), kebudayaan
didefinisikan sebagai kompleks simbol dan barang-barang buatan manusia
(artifacts) yang diciptakan oleh masyarakat tertentu dan diwariskan dari generasi
satu ke generasi yang lain sebagai faktor penentu (determinants) dan pengatur
(regulator) perilaku anggotanya. Faktor kebudayaan terdiri atas kultur, sub-kultur
dan kelas sosial.
1) Faktor Sosial
Selain faktor budaya, faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta
peran sosial dan status mempengaruhi perilaku pembelian. Dibawah ini
dijelaskan mengenai ketiga kelompok tersebut, yaitu mengenai kelompok
acuan, keluarga, peran dan status.
9
2) Faktor Pribadi
Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Faktor
pribadi ini terdiri dari:
3) Faktor Psikologis
Keadaan psikologis konsumen mempunyai peran yang sangat penting dalam
pembentukan perilaku konsumen. Perusahaan dituntut untuk memahami
keadaan psikologis konsumen agar dapat menciptakan nilai-nilai yang dapat
membentuk perilaku konsumen yang sesuai dengan yang diharapkan. Menurut
Kotler dan Keller (2012:182), menjelaskan empat kunci psikologis konsumen
yang terdiri dari motivasi (motivation), persepsi (perception), pembelajaran
(learning), dan memori (memory).
10
a. Motivasi (motivation)
Abraham Maslow menjelaskan mengapa orang didorong oleh kebutuhan
tertentu pada waktu tertentu. Jawabannya adalah bahwa kebutuhan
manusia diatur dalam hierarki dari yang paling mendesak seperti
kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan
penghargaan diri, dan kebutuhan aktualisasi diri.
b. Persepsi (perception)
Persepsi adalah proses dimana kita memilih, megatur, dan
menginterprestasikan masukan informasi untuk menciptakan gambaran
yang berarti.
c. Pembelajaran (learning)
Ketika kita bertindak, kita belajar. Pembelajaran menyebabkan perubahan
dalam perilaku yang timbul dari pengalaman.
d. Memori (memory)
Memori dibedakan antara memori jangka pendek dan memori jangka
panjang. Memori jangka pendek adalah tempat penyimpanan informasi
sementara dan terbatas. Sedangkan memori jangka panjang merupakan
tempat penyimpanan informasi permanen yang pada dasarnya tidak
terbatas.
11
BAB II
Dengan demikian pendekatan terbaru yang terjadi sekitar tahun 1990-an dari
bidang pemasaran adalah relationship marketing (RM), yaitu pendekatan
marketing yang mengutamakan interaksi antara perusahaan dengan semua pihak
yang berkepentingan terhadap perusahaan (stakeholders). Pada konsep ini
hubungan baik dengan stakeholders dianggap aset yang paling mendasar bagi
perusahaan, karena hubungan baik akan menentukan masa depan perusahaan. Oleh
karena itu “pendekatan relasional berfokus pada kemitraan yang bersifat jangka
panjang, mengutamakan kolaborasi dan kooperasi sehingga akan memberikan nilai
kepada hubungan tersebut, pembeli merupakan partisipan aktif, perusahaan
merupakan bagian dari proses dengan tidak mengenal batasan, serta mempunyai
rasa ketergantungan dan mengutamakan jaringan.” (Gaffar, 2007)
Berdasarkan konsep relationship marketing (RM) tersebut, dewasa ini banyak
perusahaan mulai mengembangkan ikatan yang lebih kuat dengan salah satu
stakeholders yaitu customer (pelanggan), sehingga dikenal konsep customer
relationship marketing (CRM). Beberapa alasan disebutkan oleh para ahli
marketing berkaitan dengan munculnya konsep CRM, diantaranya pelanggan
semakin lebih cerdas, lebih sadar harga, lebih menuntut, kurang memaafkan, dan
12
didekati oleh lebih banyak perusahaan dengan tawaran yang sama atau bahkan lebih
baik. Jadi tidak cukup hanya menghasilkan pelanggan yang puas, tetapi harus
sampai pada merasa senang dan menjadi setia (loyal).” (Kotler, 2006). Oleh karena
itu terjadi pergeseran dari paradigma pemasaran massal (mass marketing) pada
pemasaran satu-sama-satu (one to one marketing).
Customer Relationship Management (CRM) telah berkembang selama 20
tahun terakhir ini dalam kegiatan bisnis dan korporasi. Pada awalnya CRM
hanyalah sekumpulan basis data elektronik yang digunakan untuk memberikan
informasi kepada konsumen. Namun saat ini CRM telah berkembang menjadi
sebuah strategi, proses dan teknologi untuk memperkuat hubungan perusahaan
dengan pelanggannya, melalui customer life-cycle, mulai dari kegiatan pemasaran
dan penjualan, sampai dengan pelayanan purna jual. Dengan sistem CRM
diharapkan pelanggan mendapatkan kemudahan akses informasi, pelayanan yang
memuaskan, sekaligus jaminan pelayanan purna jual yang jelas.
13
Customer Relationship Management (CRM) merupakan salah satu strategi
perusahaan untuk mempertahankan pelanggan. Program Customer Relationship
Management (CRM) diterapkan untuk merebut hati pelanggan, dengan cara
mengalokasikan seluruh sumber daya yang ada dalam perusahaan, agar tercapainya
kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan memainkan peran yang sangat penting
dalam industri yang sangat bersaing, karena terdapat perbedaan yang sangat besar
dalam loyalitas antara pelanggan yang sekedar puas dan yang benar-benar puas atau
senang (Lovelock dan Wright, 2007:103).
Tujuan CRM menurut Kalakota dan Robinson (dalam Gifano, 2012: 39) yaitu:
1) Menggunakan hubungan dengan pelanggan untuk meningkatkan
keuntungan perusahaan;
2) Menggunakan informasi yang terintegrasi untuk memberikan pelayanan
yang memuaskan kepada pelanggan;
3) Mendukung proses penjualan berulang kepada pelanggan.
Yahya (2008: 85) menyatakan bahwa tujuan CRM bagi perusahaan sebagai
berikut:
1) Mengenali dan menganalisis relasi;
2) Mengenali dan menganalisis pasar;
3) Mengenali dan menganalisis produk keluaran.
14
Adapun menurut Buttle (2009: 15) CRM sebagai inti dari strategi bisnis
bertujuan untuk menciptakan dan menghasilkan nilai kepada target pelanggan
sebagai sebuah keuntungan menunjukkan bahwa CRM tidak hanya berkaitan
dengan permasalahan IT (Information Technology). Buttle (2009: 3-11)
menjelaskan secara singkat mengenai tipe CRM yang terdiri dari strategic,
operational, analytical, dan collaborative.
a. Strategic
Strategis CRM memfokuskan pengembangan pada budaya bisnis
pelanggan. Budaya bisnis pelanggan dibentuk perusahaan untuk
memenangkan dan menjaga pelanggan dengan menciptakan dan
mengirimkan nilai dibandingkan dengan perusahaan saingan (kompetitor).
Budaya bisnis pelanggan tercermin dakam perilaku pimpinan, desain sistem
perusahaan yang formal, serta “myths and stories” yang dibentuk oleh
perusahaan.
b. Operational
Operasionalisasi CRM dilakukan secara otomatis guna mendukung proses
bisnis. Software aplikasi CRM memungkinkan untuk pemasaran, penjualan
dan pelayanan yang dilakukan secara otomatis dan terintegrasi.
c. Analytical
Analisis CRM berkaitan dengan pendataan, penceritaan, pengutipan,
pengintegrasian, pemrosesan, penginterpretasian, pendistribusian,
penggunaan dan pelaporan data yang berhubungan dengan pelanggan
sehingga data dapat meningkatkan nilai pelanggan dan perusahaan. Analisis
CRM dibangun dengan landasan pada informasi yang berhubungan dengan
pelanggan (customer-related information).
d. Collaborative
Kolaborasi CRM merupakan istilah untuk menggambarkan strategi dan
taktis normal yang seimbang dengan memisahkan perusahaan dalam rantai
persediaan agar mampu mengidentifikasi, menarik, menyimpan dan
mengembangkan pelanggan yang ada. Misalnya dengan meningkatkan
15
kemampuan pegawai, proses dan teknologi untuk melayani pelanggan
sehingga lebih efektif dan efisien.
16
6) Mampu menganalisis pola data transaksi, sebagai contoh mampu
mengetahui kombinasi produk yang akan dijual pada waktu-waktu tertentu.
17
5) Peningkatan pendapatan
Seperti yang telah disebutkan diatas, penerapan CRM yang tepat akan
meningkatkan loyalitas pelanggan, mengurangi biaya, meningkatkan
efisiensi operasional, dan peningkatan time to market yang pada akhirnya
akan berujung pada peningkatan pendapatan perusahaan.
2) Customer Intelligence
Customer intelligence adalah sebuah upaya untuk mengkotak-kotakkan
customer sesuai dengan needs dan kebutuhannya masing-masing. Tentu
saja hal ini bisa dilakukan dengan bantuan software atau manual manusia.
Setelah ia dikotak-kotakkan kita akan dengan mudah memasukkan
customer itu kedalam permainan strategi bisnis perusahaan. Contohnya
adalah pembagian customer potensial, customer biasa, dan customer tak
potensial. Ini akan memudahkan kita untuk mengetahui apakah customer
itu cukup puas atau tidak.
18
Tujuan utama dari teknologi pendukung ini adalah continous improvement
yang memungkinkan perusahaan berada sedikit lebih dekat dengan apa
yang dimaui oleh customer. Sistem yang kompleks memang dibutuhkan
untuk mencapai hal ini, tapi bukan hanya itu saja, praktek langsung jauh
lebih powerful untuk mencapai level kepuasan pelanggan yang diinginkan,
kombinasi sempurna dari manusia dan teknologi akan menghasilkan salah
satu core competencies yang memungkinkan perusahaan terus berada di
depan dalam kompetisi CRM. Kesuksesan dalam memilih tools, teknologi,
dan praktik langsung akan kemudian ditiru oleh perusahaan yang lain
ketika kombinasi itu terbukti sukses. Hal ini akan menyebabkan
perusahaan kita menjadi market leader dalam CRM. Tentu saja market
leader tak kan dapat dipertahankan lama bila tak ada perubahan dinamis
didalam perusahaan yang disesuaikan dengan pergerakan keinginan
customer.
Karena kekuatan utama dari CRM adalah database dari pelanggan, maka yang
paling bertanggung jawab dalam penyediaan data ini tak lain adalah front office,
yaitu tak lain adalah sales, marketing, dan juga tak ketinggalan service. Setiap
interkasi dengan customer akan dicatat dan masuk dalam sistem kontak history
customer. Jika memang dibutuhkan data ini akan bisa diolah kembali untuk
kepentingan perusahaan. Salah satu kelebihan yang diperoleh dari kontak history
customer adalah customer dapat berinteraksi dengan berbagai macam contact
channel di dalam perusahaan dari waktu ke waktu tanpa harus menjelaskan pada
para officer komplain apa saja yang telah mereka hadapi terdahulu.
19
3. Menilai respon customer terhadap produk dan level service, misalnya
seperti kenaikan harga, new product development, dan lainnya
4. Mengambil keputusan manajemen seperti forecasting financial dan
customer profitability analysis
5. Prediksi terhadap level defect yang tak diinginkan customer (churn
analysis)
20
2.6 Pendekatan CRM
Ada dua macam pendekatan implementasi CRM menurut Nasution (2017: 96-
97), yaitu:
21
BAB III
22
sehingga meningkatkan pula nilai konsumen di mata perusahaan. Dengan naiknya
tingkat kepuasan konsumen, akan meningkat pula kecenderungan konsumen untuk
kembali membeli produk yang ditawarkan perusahaan. Pada gilirannya, kondisi ini
akan memengaruhi perilaku beli konsumen dan berdampak sangat signifikan
terhadap performa bisnis perusahaan.
Adapun beberapa cara mengukur kepuasan pelanggan menurut Kotler dan
Keller (2012: 140), antara lain:
1) Complaint and suggestion system (Sistem keluhan dan saran)
Banyak perusahaan yang berhubungan dengan langganan membuka kotak
saran dan menerima keluhan-keluhan yang dialami oleh langganan. Ada juga
perusahaan yang memberi amplop yang telah ditulis alamat perusahaan untuk
digunakan menyampaikan saran keluhan serta kritik setelah mereka sampai di
tempat tujuan. Saran-saran tersebut dapat juga disampaikan melalui kartu
komentar, customer hotline. Informasi ini dapat memberikan ide-ide dan
masukan kepada perusahaan yang memungkinkan perusahaan mengantisipasi
dan cepat tanggap terhadap kritik dan saran tersebut.
2) Customer satisfaction surveys (Survey kepuasan pelanggan)
Tingkat keluhan yang disampaikan oleh konsumen tidak bisa disimpulkan
secara umum untuk mengukur kepuasan konsumen pada umumnya. Umumnya
penelitian mengenai kepuasan pelanggan dilakukan melalui survey, melalui
pos, telepon atau wawancara pribadi, atau ada perusahaan mengirimkan angket
ke orang-orang tertentu.
3) Ghost Shopping (Pembeli bayangan)
Dalam hal ini perusahaan menyuruh orang-orang tertentu sebagi pembeli ke
perusahaan lain atau ke perusahaannya sendiri. Pembeli-pembeli misteri ini
melaporkan keunggulan dan kelemahan pelayan-pelayan yang melayaninya.
Juga melaporkan segala sesuatu yang bermanfaat sebagai bahan mengambil
keputusan oleh manajemen. Bukan saja orang-orang lain yang disewa untuk
menjadi pembeli bayangan tetapi juga manajer sendiri harus turun ke lapangan,
belanja ke toko saingan dimana ia tidak dikenal. Pengalaman manajer ini
23
sangat penting karena data dan informasi yang diperoleh langsung ia alami
sendiri.
4) Lost customer analysis (Analisis pelanggan yang beralih)
Perusahaan-perusahaan yang kehilangan langganan mencoba menghubungi
langgan tersebut. Mereka dibujuk untuk mengungkapkan mengapa mereka
berhenti, pindah ke perusahaan lain, adakah sesuatu masalah yang terjadi yang
tidak bisa diatasi. Dari kontak semacam ini akan diperoleh informasi dan akan
memperbaiki kinerja perusahaan sendiri agar tidak ada lagi langganan yang lari
dengan cara meningkatkan kepuasan mereka. Perusahaan jasa yang dikelola
dengan baik memiliki hal-hal berikut yaitu konsep strategis, komitmen
manajemen puncak terhadap kualitas, standar yang tinggi, teknologi swalayan,
sistem untuk mengamati kinerja jasa dan keluhan pelanggan dan penekanan
pada kepuasan karyawan.
24
merupakan aspek vital dalam rangka bertahan dalam bisnis dan memenangkan
persaingan.
Tjiptono dan Chandra (2012) dalam Rohman dan Andita (2017:5) mengatakan
hal positif tentang perusahaan, tetap loyal pada perusahaan, merekomendasikan
kepada orang lain, meningkatkan volume pembeliannya atau bersedia membayar
harga premium.
Suzanto (2011:31-32) memaparkan bahwa salah satu pendekatan kualitas
pelayanan yang banyak dijadikan acuan riset pemasaran adalah SERVQUAL
(Service Quality) yang dkembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry
(1998), disimpulkan bahwa terdapat sepuluh dimensi SERVQUAL yaitu:
competence, access, courtesy, communication, credibility, tangibles, reliability,
responsiveness, assurance dan empathy. Penggunaan kesepuluh unsur (dimensi)
tersebut dalam perkembangan selanjutnya dimensi yang ada dapat dirangkum
menjadi lima dimensi pokok dan dalam penelitian ini dapat dilihat dari indikator
sebagai berikut:
1) Bukti langsung (tangible), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, dan
pegawai, indikator untuk dimensi ini adalah:
a. tentang bangunan yang digunakan
b. tentang desain interior
c. tentang peralatan yang digunakan
d. tentang kapasitas lahan parkir yang digunakan
e. tentang lokasi
f. tentang petugas dalam memberikan informasi
g. tentang petugas dalam memberikan solusi
25
c. tentang pemenuhan janji
3) Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk membantu
para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap, indikator untuk
dimensi ini adalah:
a. tentang kesiapan dalam rangka melayani pelanggan
b. tentang pelayanan yang diberikan
c. tentang pelayanan yang diberikan apabila menghadapi suatu kendala
4) Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan
sifat dapat dipercaya yang dimiliki oleh para staf, indikator untuk dimensi
ini adalah:
a. tentang keramahan pada saat memberikan pelayanan
b. tentang penampilan karyawan ketika melayani pelanggan
c. tentang penggunaan busana saat melayani pelanggan
d. tentang perlakuan khusus terhadap pelanggan
e. tentang kemampuan petugas dalam bidang analisa
f. tentang reputasi tempat bekerja
5) Empati (empathy) meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,
perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan, indicator
untuk dimensi ini adalah:
a. tentang petugas dalam memberikan informasi mengenai produk jasa
b. tentang petugas dalam memberikan solusi
26
Perilaku setelah pembelian suatu produk ditentukan oleh kepuasan atau
ketidakpuasan akan suatu produk sebagai akhir dari proses penjualan. Bagaimana
perilaku pelanggan dalam melakukan pembelian kembali, bagaimana sikap
pelanggan dalam mengekspresikan produk yang dipakainya dan perilaku lain yang
menggambarkan reaksi pelanggan atas produk yang telah dirasakannya. Setiap
perusahaan pasti menginginkan konsumen yang loyal karena konsumen yang loyal
akan memberikan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan. Selain itu,
konsumen yang loyal merupakan tujuan akhir dari setiap perusahaan. Maka dari itu,
pelanggan yang loyal merupakan suatu aset penting. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Griffin (dalam Sari, 2009: 183) atribut loyalitas pelanggan
meliputi:
1) Makes regular repeat purchase (Melakukan pembelian ulang secara
teratur)
2) Purchase across product and service lines (Membeli antarlini produk dan
jasa)
3) Refers others (Mereferensikan terhadap orang lain)
4) Demonstrate an immunity to the pull of the competition (Menunjukkan
kekebalan terhadap tarikan pesaing)
Tahap-Tahap Loyalitas
Pelanggan yang loyal tumbuh secara bertahap. Setiap tahap memiliki
kebutuhan khusus. Dengan mengenali setiap tahap dan memenuhi kebutuhan
khusus tersebut, perusahaan mempunyai peluang yang lebih besar untuk mengubah
pembeli menjadi pelanggan atau klien yang loyal. Buttle (2009:34)
mendeskripsikan tahapan-tahapan loyalitas dari suspects menjadi advocate sebagai
berikut:
1) Suspect
27
Pada tahap ini adalah tahap dimana kita percaya dan yakin bahwa orang
tersebut adalah target yang akan membeli produk atau jasa dari pasar yang kita
buat.
2) Prospect
Orang yang membutuhkan produk dan jasa kita dan mempunyai kemampuan
untuk membeli. Orang tersebut belum melakukan pembelian tetapi sudah
mendapatkan pendekatan pertama kali tentang produk dan jasa yang Anda
tawarkan, seperti dari rekomendasi dari teman atau iklan.
3) First-time customer
Pembeli pertama kali membeli produk dan jasa yang Anda tawarkan. Pada
tahap ini, loyalitas masih belum terbentuk, karena masih rawan sekali pembeli
akan berpindah kepada pesaing.
4) Repeat customer
Pembeli melakukan pembelian ulang dua kali atau lebih. Siklus pembelian dari
first time customer menjadi repeat customer ada lima tahap, yaitu: pertama,
menyadari produk atau jasa, dan kedua, melakukan pembelian awal.
Kemudian, tahap berikutnya adalah pembentukan sikap evaluasi pasca
pembelian dan berlanjut pada tahap keputusan membeli kembali. Bila
keputusan membeli kembali telah disetujui, maka akan berlanjut pada tahap
yang terakhir yaitu pembelian kembali. Tahap evaluasi pasca pembelian,
keputusan membeli kembali, hingga pembelian kembali akan terus berulang
hingga beberapa kali.
5) Majority customer
Seiring dengan pembelian ulang yang terus dilakukan oleh pelanggan dan
terbentuknya citra positif dari perusahaan Anda dimata pelanggan maka
pelanggan akan menempatkan perusahaan Anda sebagai salah satu pilihan
utamanya pada saat pembelian.
6) Loyal customer
Pada tahap inilah loyalitas dari pelanggan terbentuk. Pelanggan tidak akan
berpindah ke perusahaan pesaing dan pelanggan mempunyai sikap yang positif
terhadap perusahaan Anda.
28
7) Advocate
Pelanggan akan mendorong orang lain untuk melakukan pembelian pada
perusahaan Anda, seperti memberitakan hal-hal positif kepada temannya dari
mulut ke mulut (word of mouth).
Jenis-Jenis Loyalitas
Adapun empat jenis loyalitas menurut Dick dan Basu (dalam Tjiptono, 2011:
489-490), yaitu:
1) No Loyalty
Bila sikap dan perilaku pembelian ulang pelanggan sama-sama lemah, maka
loyalitas tidak terbentuk. Ada dua kemungkinan penyebabnya. Pertama sikap
yang lemah (mendekati netral) bisa terjadi bila suatu produk/jasa baru
diperkenalkan dan atau pemasarnya tidak mampu mengkomunikasikan
keunggulan unit produknya. Tantangan bagi pemasar tersebut adalah
meningkatkan kesadaran (awereness) dan preferensi konsumen melalui
berbagai strategi bauran promosi, seperti menyediakan kesempatan kepada
konsumen untuk mencoba produk (bila kemungkinan), program diskon,
kampanye promosi dan iklan yang menekankan pada manfaat produk/jasa yang
jelas, iklan menggunakan public figure, dan sebagainya. Penyebab kedua
berkaitan dengan dinamika pasar, dimana merek-merek yang berkompetisi
dipersipikasikan serupa/sama. Konsekuensinya, pemasar mungkin sangat
sukar membentuk sikap yang positif/kuat terhadap produk atau perusahannya,
namun ia bisa mencoba menciptakan spurious loyalty melalui pemilihan lokasi
yang strategis, promosi yang agresif, meningkatkan shelf space untuk
mereknya, dan lain-lain.
2) Spurious Loyalty
Bila sikap yang relatif lemah dibarengi dengan pola pembelian ulang yang
kuat, maka yang terjadi adalah spurious loyalty atau captive loyalty. Situasi
semacam ini ditandai dengan pengaruh faktor non-sikap terhadap perilaku,
misalnya norma subyektif dan faktor situasional. Situasi ini bisa dikatakan pula
inertia, dimana konsumen sulit membedakan berbagai merek dalam kategori
29
produk dengan tingkatan rendah, sehingga pembelian ulang dilakukan atas
dasar pertimbangan situasional, seperti familiaty (dikarenakan penempatan
produk yang strategis pada rak pajangan; lokasi outlet jasa di pusat
perbelanjaan atau persimpangan jalan yang ramai) atau faktor diskon. Dalam
konteks produk industrial, pengaruh sosial (social influence) juga bisa
menimbulkan spurious loyalty.
3) Latent Loyalty
Situasi loyalty tercemin bila sikap yang kuat dibarengi dengan pola pembelian
ulang yang lemah. Situasi yang menjadi perhatian besar para pemasar ini,
disebabkan pengaruh faktor-faktor non-sikap yang sama kuat atau bahkan
cenderung lebih kuat ketimbang sikap dalam menentukan pembelian ulang.
4) Loyalty
Situasi ini merupakan situasi ideal yang paling diharapkan para pemasar,
dimana konsumen bersikap positif terhadap produk/jasa atau penyedia
produk/jasa bersangkutan dan disertai pola pembelian ulang yang konsisten.
Menurut Griffin yang diterjemahkan oleh Yahya (2005:134), ada tiga jenis
nilai untuk membangun loyalitas pelanggan, antara lain:
1) Keistimewaan Operasi
30
Keistimewaan operasi berarti memungkinkan pelanggan mendapatkan produk
atau jasa dengan harga yang bersaing dan juga dapat dipercaya yang didapat
dari operasional perusahaan yang berbeda dari perusahaan pesaingnya.
2) Keakraban dengan Pelanggan
Kunci dari keakraban pelanggan adalah dengan pengetahuan yang rinci tentang
pelanggan serta operasional yang fleksibel. Berbeda dengan keistimewaan
operasi yang bergantung pada operasional yang efisien, keakraban dengan
pelanggan menuntut untuk lebih memberikan nilai kepada pelanggan lebih
daripada hanya sekedar transaksi dan meyakinkan pelanggan akan memperoleh
apa yang sesungguhnya diinginkan. Keakraban dengan pelanggan bisa
dibangun dengan menggunakan CRM untuk pengetahuan rinci mengenai
pelanggan sehingga dapat merespons kebutuhan pelanggan dengan cepat dan
membidik kemauan pelanggan dengan ketepatan yang akurat.
3) Kepemimpinan Produk
Pada katagori kepemimpinan produk, perusahaan memiliki produk dan jasa
yang terbaik antara para pesaingnya yang seolah-olah membuat produk dan
jasa pesaing terasa sangat kuno.
31
3) nilai sebagai kualitas yang diperoleh konsumen sebagai imbalan atas harga
yang dibayarkan (value as the quality the consumer gets for the price
she/he pays)
4) nilai sebagai apa yang diperoleh konsumen untuk apa yang telah mereka
berikan (value as what the consumer gets for what he/she gives).
Untuk lebih singkatnya, ada dua dimensi yang terkait dengan nilai, yaitu apa
yang diperoleh konsumen (GET) dan apa yang dikorbankan konsumen (GIVE).
Kategori pertama yang mengasosiasikan nilai sebagai harga rendah tentunya fokus
pada GIVE. Kategori kedua yang menganggap nilai sebagai apa saja yang
diinginkan konsumen pada produk (value as whatever the consumer wants in a
product) fokus pada GET. Kategori ketiga yang menganggap nilai sebagai kualitas
yang diperoleh konsumen sebagai imbalan atas harga yang dibayarkan (value as
the quality the consumer gets for the price she/he pays) fokus pada perbandingan
antara GET dan GIVE. Kategori keempat, yang menganggap nilai sebagai apa saja
yang diperoleh konsumen untuk apa yang telah mereka berikan (value as what the
consumer gets for what he/she gives) juga membandingkan GET versus GIVE,
namun lebih lengkap dari kategori ketiga.
32
penelusuran Smith dan Colgate (2007), yakni informasi, produk, interaksi,
lingkungan dan transfer kepemilikan.
33
(seperti perasaan bangga mendapat antaran makanan dari menu
McDonald’s ke rumah) dan nilai biaya atau pengorbanan (seperti
ketenangan karena pengiriman barang dapat dipantau).
Menurut Sweeney dan Soutar yang dikutip oleh Tjiptono (2011:376) nilai
pelanggan dapat diukur dengan 4 aspek utama, yaitu:
1. Emotional value, yang berasal dari perasaan atau efektif/emosi positif yang
ditimbulkan dari mengkonsumsi produk.
2. Social value, yaitu utilitas yang didapatkan dari kemampuan produk untuk
mengingatkan konsep diri social pelanggan.
3. Quality/perfomance value, yakni utilitas yang didapatkan dari produk
dikarenakan reduksi biaya jangka pendek dan biaya jangka panjang.
4. Price/value for money, yakni utilitas yang diperoleh dari persepsi terhadap
kualitas dan kinerja yang diharapkan atas produk.
34
DAFTAR PUSTAKA
Adnin, R., Lubis, N., & Widayanto, W. 2013. Pengaruh Customer Relationship
Management Terhadap Loyalitas Pelanggan PT. Nasmoco Pemuda
Semarang. Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis, 2(3): 36-43. Diakses 2 April 2020,
melalui https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jiab/article/view/2855.
Gaffar, Vanessa. 2007. CRM dan MPR Hotel (Customer Relationship Management
and Marketing Public Relation). Bandung: Alfabeta.
35
Hurriyati, Ratih. 2010. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Bandung:
Alfabeta.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2012. Marketing Management. Edisi 14.
Global Edition. Pearson Prentice Hall.
Rohman, Altofu dan Aglis Andhita H. 2017. Analisis Pengaruh Citra Merek dan
Kualitas Layanan Terhadap Keputusan Pengguna Jasa Pengiriman (Study
36
Kasus Pada Pengguna Jasa JNE Express Across Nations Cabang Nganjuk).
CAPITAL, 1(1): 1-16. Diakses 6 April 2020, melalui http://e-
journal.unipma.ac.id/index.php/capital/article/download/2133/1530.
Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah. 2013. Perilaku Konsumen: Pendekatan Praktis
disertai Himpunan Jurnal Penelitian Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Schiffman, Leon G. dan Leslie Lazar Kanuk. 2010. Consumer Behaviour. Tenth
Edition. New Jersey: Pearson Education.
Suzanto, Boy. 2011. Pengaruh Kualitas Jasa Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien
Pada Rumah Sakit Umum Kota Banjar. Jurnal Ekonomi, Bisnis &
Entrepreneurship, 5(1): 28-44. Diakses 6 April 2020, melalui
https://media.neliti.com/media/publications/41329-ID-pengaruh-kualitas-jasa-
pelayanan-terhadap-kepuasan-pasien-pada-rumah-sakit-umum.pdf.
37
Yahya, Y. 2008. Pengaruh Customer Relationship Management (CRM) dalam
Meningkatkan Loyalitas Pelanggan. Jakarta: Universitas Budi Luhur. Diakses
2 April 2020, melalui http://fe.budiluhur.ac.id/wp-
content/uploads/2011/05/Pengaruh-Customer-Relationship-Management-
Dalam-Meningkatka-Loyalitas-Pelanggan-Yohanes-Yahya.pdf.
38