Modul 14 Korosi Dan Degradasi Material
Modul 14 Korosi Dan Degradasi Material
Mekanisme Korosi
Mekanisme korosi yang terjadi pada logam besi (Fe) dituliskan sebagai berikut :
Fe (s) + H2O(l) + ½ O2(g) → Fe(OH)2 (s) …………..…………..(1)
Fero hidroksida [Fe(OH)2] yang terjadi merupakan hasil sementara yang dapat teroksidasi
secara alami oleh air dan udara menjadi feri hidroksida [Fe(OH)3], sehingga mekanisme
reaksi selanjutnya adalah :
Ferri hidroksida yang terbentuk akan berubah menjadi Fe2O3 yang berwarna merah
kecoklatan yang biasa kita sebut karat.
Reaksinya adalah:
Fe + 2HCl → +2 +
Jenis korosi yang dikarakterisasikan oleh reaksi kimia atau elektrokimia dengan
penampakan produk korosi dan peronggaan skala besar dan merata.
contoh,
a. potongan baja atau seng dicelupkan pada asam sulfat encer, biasanya akan terlarut
secara seragam pada seluruh permukaannya.
b. Korosi merata adalah pada pelat baja atau profil, permukaannya bersih dan
logamnya homogen, bila dibiarkan di udara biasa beberapa bulan maka akan
terbentuk korosi merata pada seluruh permukaanya.
Korosi merata merupakan keadaan kerusakan yang sangat besar terhadap material,
namun demikian korosi ini kurang diperhatikan karena umur dari peralatan dapat
diperkirakan secara akurat dengan pengujian lain yang lebih sederhana. Korosi merata
dapat dilakukan pencegahan dengan cara pelapisan, inhibitor dan proteksi katodik.
Korosi erosi merupakan jenis korosi yang menggunakan proses mekanik melalui
pergerakan relatif antara aliran gas atau cairan korosif dengan logam
Korosi jenis ini biasanya menyerang peralatan yang lingkungannya adalah fluida yang
bergerak, seperti aliran dalam pipa ataupun hantaman dan gerusan ombak ke kaki-kaki
jetty. Keganasan fluida korosif yang bergerak diperhebat oleh adanya dua fase atau lebih
dalam fluida tersebut, misalnya adanya fase liquid dan gas secara bersamaan, adanya fase
liquid dan solid secara bersamaan ataupun adanya fase liquid, gas dan solid secara
bersamaan. Kavitasi adalah contoh erosion corrosion pada peralatan yang berputar di
lingkungan fluida yang bergerak, seperti impeller pompa dan sudu-sudu turbin. Erosion /
abrassion corrosion juga terjadi di saluran gas-gas hasil pembakaran.
i) Freeting Corrosion
Sumber : corrosion-doctors.org
Freeting corrosion merupakan jenis korosi yang terjadi pada dua permukaan kontak logam
dengan beban yang besar bergerak dengan gerak vibrasi pada permukaan logam dasar
di lingkungan korosif
Sumber :corrosion-doctors.org
Peronggaan (cavitation): Peronggaan terjadi saat tekanan operasional cairan turun di bawah
tekanan uap gelembung-gelembung gas yang dapat merusak permukaan logam dasar.
Korosi mikroba (microbial corrosion) : Korosi yang terjadi akibat aktivitas mikroba sebagai
penyedia lingkungan yang korosif.
1. Suhu
Suhu merupakan faktor penting dalam proses terjadinya korosi, di mana Kenaikan suhu
akan menyebabkan bertambahnya kecepatan reaksi korosi. Hal ini terjadi karena makin
tinggi suhu maka energi kinetik dari partikel-partikel yang bereaksi akan meningkat sehingga
melampaui besarnya harga energi aktivasi dan akibatnya laju kecepatan reaksi (korosi)
juga akan makin cepat, begitu juga sebaliknya.
4. Oksigen
Adanya oksigen yang terdapat di dalam udara dapat bersentuhan dengan permukaan logam
yang lembab. Sehingga kemungkinan menjadi korosi lebih besar. Di dalam air (lingkungan
terbuka), adanya oksigen menyebabkan korosi (Djaprie,1995).
5. Waktu Kontak
Dalam proses terjadinya korosi, laju reaksi sangat berkaitan erat dengan waktu. Pada
dasarnya semakin lama waktu logam berinteraksi dengan lingkungan korosif maka semakin
tinggi tingkat korosifitasnya.
Aksi inhibitor diharapkan dapat membuat ketahanan logam terhadap korosi lebih besar.
Dengan adanya penambahan inhibitor kedalam larutan, maka akan menyebabkan laju reaksi
menjadi lebih rendah, sehingga waktu kerja inhibitor untuk melindungi logam menjadi
lebih lama. Kemampuan inhibitor untuk melindungi logam dari korosi akan hilang atau
habis pada waktu tertentu, hal itu dikarenakan semakin lama waktunya maka inhibitor akan
semakin habis terserang oleh larutan.
4. Dampak Korosi
Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan berlangsung
spontan, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau dihentikan sama sekali. Korosi
hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga memperlambat proses
kerusakannya. Banyak sekali dampak yang diakibatkan oleh korosi ini, berikut
beberapa dampak negatif yang bisa ditimbulkan oleh proses korosi diantaranya adalah :
a. Patahnya peralatan yang berputar karena korosi, yang merugikan dari segi materil dan
mengancam keselamatan jiwa.
b. Pecahnya peralatan bertekanan dan/atau bersuhu tinggi karena korosi, yang selain
merusak alat juga membahayakan keselamatan
c. Hancurnya peralatan karena lapuk oleh korosi sehingga tidak bisa dipakai lagi sebagai
bahan konstruksi, dan harus diganti dengan yang baru.
d. Hilangnya keindahan konstruksi karena produk korosi yang menempel padanya.
e. Bocornya peralatan, seperti : tangki, pipa dan sebagainya, sehingga tidak bisa berfungsi
optimal.
Peralatan yang bocor/rusak juga mengakibatkan produk ataupun fluida kerja
terkontaminasi oleh fluida atau bahan-bahan lain, maupun oleh senyawa-senyawa hasil
korosi. Bocor/rusaknya peralatan juga merugikan dari segi produksi, akibat hilangnya
produk berharga. Kebocoran/kerusakan bisa mengakibatkan terhentinya operasi pabrik,
bahkan membahayakan lingkungan akibat terlepasnya bahan berbahaya ke lingkungan.
5. PENCEGAHAN KOROSI
Proses korosi dapat dicegah dengan melihat berbagai aspek yang mempengaruhi proses
korosi tersebut. Aspek-aspek dalam pencegahannya yaitu :
a. Seleksi material.
Metode umumnya yang sering digunakan dalam pencegahan korosi yaitu pemilihan
logam atau paduan dalam suatu lingkungan korosif tertentu
Beberapa contoh material yaitu :
i. Baja karbon ;
Logam struktur sering digunakan dengan menggunakan baja karbon karena baja karbon
secara ekonomis relatif murah, banyak sekali variasi jenis baja karbon dan dapat di
kerjakan untuk permesinan, pengelasan dan dibentuk dalam berbagai bentuk. Beberapa
jenis baja karbon dapat terjadi korosi perapuhan hidrogen (hydrogen embrittlement, korosi
seragam, stress corrosion, korosi galvanik dan sebagainya
ii. Baja stainless umumnya sebagai alternatif pengganti baja karbon.
Banyak jenis baja stainless yaitu martensitic stainless steel, ferritic stainless steel, austenitic
stainless steel dan precipitation-hardening stainless steel. Umumnya austenitic stainless
steel (seri 300) dengan unsur pembentuk utama besi dan unsur krom 18% dan nikel 8%.
Jenis ini tahan terhadap korosi secara umumnya. Tapi kurang tahan terhadap korosi
sumuran, korosi celah dan korosi retak tegang pada beberapa lingkungan
iii. Paduan aluminium,
Paduan aluminium umumnya digunakan di bidang penerbangan, otomotif dan
sebagainya dikarenakan mempunyai ketahanan terhadap korosi atmosfer, sayangnya sifat
protektif dari lapisan film oksida aluminium yang membentuk paduan dapat pecah
secara lokal dan akan mengakibatkan kegagalan korosi pada lokasi pecahnya lapisan
protektif itu. Lapisan protektif atau lapisan pasif yang pecah akan mengakibatkan jenis
korosi batas butir (intergranular corrosion) sehingga selanjutnya kan terjadi pelepasan butir-
butir logam dari logam ke lingkungan (exfoliation corrosion) Paduan tembaga; Perunggu
dan kuningan umumnya digunakan untuk material perpipaan, katup-katup dan perkakas
(perabotan). Material tersebut rentan terhadap korosi reta k tegang (stress corrosion
cracking) saat di lingkungan bersenyawa amonia, dealloying dan menyebabkan korosi
dwi logam saat dipasangkan dengan baja atau struktur logam lainnya. Umumnya paduan-
paduan tembaga relatif lunak sehingga rentan terjadi korosi erosi
iv. Titanium
Titanium merupakan salah satu logam yang ada di alam namun jumlahnya terbatas sehingga
relatif mahal saat pembuatannya. Aplikasi logam umumnya ini sebagai bahan industri
antariksa dan industri proses kimia. Dua jenis paduan titanium secara umum yaitu paduan
ruang angkasa (aerospace alloy) dan paduan tahan korosi. Walaupun mempunyai ketahanan
lebih dari materila logam lainnya, titanium dapat terjadi korosi celah.
c. Pelapisan (Coating)
Metode pelindungan logam terhadap serangan korosi adalah dengan pelapisan. Prinsip
umum dari pelapisan yaitu melapiskan logam induk dengan suatu bahan atau material
pelindung. Jenis-jenis pelapisan sebagai pelindung proses korosi dapat dibagi secara umum
tiga bagian yaitu pelapisan organik , non organik dan logam.
a. Pelapisan logam dan non organik
Pelapisan dengan ketebalan tertentu material logam dan non organik dapat memberikan
pembatas antara logam dan lingkungannya.
i. Perubahan Media
Perubahan media lingkungan bertujuan untuk mengurangi dampak korosi. Parameter-
parameter umum yaitu :
• Penurunan temperatur
• Penurunan laju alir larutan elektrolit
• Menghilangkan unsur oksigen atau oksidiser
• Perubahan kosentrasi
ii. Inhibitor
Inhibitor adalah suatu subtansi senyawa yang dimana ditambah dengan
konsentrasi kecil ke lingkungan sehingga mengurangi laju korosi yang ada. Inhibitor dapat
dikatakan sebagai katalis
DAFTAR PUSTAKA
1. Fontana and Mars G. (1986), Corrosion Engineering, Mc Graw Hill, New York.
2. Handbook committee.1987,ASM Handbook Volume 13 Corrosion,ASM
International,New York
3. Roberge Pierre.1999, Handbook Of Corrosion Engineering. McGraw-Hill
International,New York
4. Seon Yeob, Li dkk., Microbiologically influenced Corrosion of underground pipelines
under the disbonded coating, KOGAS, Korea.
5. Trethement, K.R. dan J.Chamberlain. 1988, Corrosion for Students of Science and
Engineering,Longman Group UK Limited,Inggris.