Anda di halaman 1dari 10

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis penelitian

pengembangan, yang lebih dikenal dengan istilah Research & Development (R&D).

Penelitian Pengembangan kadangkala disebut juga sebagai suatu pengembangan

berbasis pada penelitian atau Research-based Development. Menurut Sugiyono

(2013: 2-4) menjelaskan secara sederhana R&D bisa didefinisikan sebagai metode

penelitian yang secara sengaja, sistematis, bertujuan/diarahkan untuk mencari

temukan, merumuskan, memperbaiki, mengembangkan, menghasilkan, menguji

keefektifan produk, model, metode/strategi/cara, jasa, prosedur tertentu yang lebih

unggul, baru, efektif, efesien, produktif, dan bermakna.

Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang berorientasi produk yang

dapat dikembangkan. Dalam penelitian ini, dikembangkan berupa ubi jalar menjadi

produk es krim. Peneliti melakukan pengembangan ubi jalar menjadi produk eskrim

merupakan terobosan yang diciptakan dalam ekonomi kreatif. Tingkat kelayakan

produk pengembangan ubi jalar menjadi eskrim ini diketahui melalui validasi oleh

ahli produk, dan validasi oleh ahli desain.

33
34

B. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan produk ini memuat tahap-tahap yang harus dilakukan

dalam setiap pengembangan yang dilakukan. Penelitian ini merupakan penelitian

pengembangan ubi jalar menjadi eskrim dengan tahapan sebagai berikut:

Tahap I : Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan mengumpulkan bahan untuk membuat produk awal dengan

mengumpulkan bahan-bahan yang dilakukan dengan cara mencari melalui internet

dan membaca buku. Tujuan dari studi pendahuluan adalah menghimpun data

mengenai kondisi yang ada sebagai perbandingan atas produk yang akan

dikembangkan. Pada tahap ini peneliti juga melakukan studi lapangan untuk

mengumpulkan informasi tentang inovasi ubi jalar menjadi eskrim. serta memperoleh

informasi tentang keunggulan dari produk yang di kembangkan..

Tahap II : Tahap Pengembangan Model

1. Model Pengembangan (Desain Produk)

Model pengembangan yang dipakai pada peneitian ini adalah model ADDIE.

Model ADDIE terdiri atas lima langkah, yaitu: (1) analisis (analyze), (2) perancangan

(design), (3) pengembangan (development), (4) implementasi (implementation), (5)

evaluasi (evaluation). Model ADDIE dikembangkan oleh Dick and Carry (1996)

untuk merancang sistem pengembangan produk. Tahap ini kemudian dipakai dalam

pengembangan ubi jalar menjadi eskrim dalam ekonomi kreatif.


35

a. Analysis

Pada tahap ini, kegiatan utama adalah menganalisis perlunya pengembangan

produk ubi jalar menjadi eskrim dan menganalisis kelayakan dan syarat-syarat

pengembangan produk yang dikembangkan. Analisis merupakan tahap pertama yang

harus dilakukan oleh seorang pengembang produk. Ada tiga segmen yang harus

dianalisis yaitu proses pengolahan produk, uji kelayakan produk, dan evaluasi

produk. Langkah-langkah dalam tahapan analisis ini setidaknya adalah menganalisis

proses atau mekanisme dalam pembuatan produk ubi jalar menjadi eskrim, uji

kelayakan eskrim yang akan di pasarkan, dan evaluasi yang dilakukan terkait dengan

produk yang dikembangkan.

b. Design

Kegiatan ini merupakan proses sistematik yang dimulai dari menetapkan

tujuan produk, merancang merek, dan merancang desain tampilan produk .

c. Development

Development dalam model ADDIE berisi kegiatan realisasi rancangan produk.

Dalam tahap desain, telah disusun desain produk. Dalam tahap pengembangan,

bahan-bahan yang dibutuhkan dalam menciptakan produk tersebut direalisasikan

menjadi produk yang siap diimplementasikan. Dalam melakukan langkah

pengembangan, ada dua tujuan penting yang perlu dicapai antara lain:

1) Memproduksi atau merevisi produk yang digunakan untuk mencapai tujuan

pemasaran yang telah dirumuskan sebelumnya.


36

2) Memilih bahan –bahan yang mendukung proses pembuatan produk yang

digunakan untuk mencapai terciptanya produk yang dikembangkan.

d. Implementation

Tahap ini diimplementasikannya rancangan produk yang telah

dikembangkan. Pada tahap ini produk ubi jalar menjadi eskrim yang telah divalidasi

oleh para ahli, diimplementasikan kepada konsumen agar mendapatkan penilaian.

Implementasi atau penyampaian produk yang di olah merupakan langkah keempat

dari model desain sistem pembelajaran ADDIE.

e. Evaluation

Evaluasi yaitu proses untuk melihat apakah ubi jalar menjadi produk eskrim

yang sedang dikembangkan berhasil sesuai dengan harapan awal atau tidak.

Sebenarnya tahap evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang

terjadi pada setiap empat tahap di atas itu dinamakan evaluasi formatif, karena

tujuannya untuk kebutuhan revisi.

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari model desain produk ADDIE.

Evaluasi adalah sebuah proses yang dilakukan untuk memberikan nilai terhadap

produk yang dikembangkan. Evaluasi produk bertujuan untuk mengetahui respon

konsumen saat dilakukan pemasaran produk yang dikembangkan.

Hasil evaluasi digunakan untuk memberi umpan balik kepada pihak pengguna

produk. Revisi dibuat sesuai dengan hasil evaluasi atau kebutuhan yang belum dapat

dipenuhi oleh produk tersebut.


37

ANALYSIS

IMPLEMENTATION EVALUATION DESIGN

DEVELOPMENTT

Gambar 3.1. Bagan Model Evaluasi ADDIE

2. Validasi Desain

Pada tahap ini produk ubi jalar menjadi eskrim yang telah dikembangkan

diujikan kepada para ahli untuk mengoreksi kelayakan produk yang telah

dikembangkan. Validasi dilakukan oleh validasi ahli materi, ahli desain dan guru.

Kemudian, informasi yang diperoleh melalui tahap ini digunakan sebagai

pertimbangan dalam merevisi bahan ajar yang telah dikembangkan hingga

menghasilkan produk akhir yang valid.

3. Revisi Desain

Bahan ajar yang telah dikoreksi oleh validator, dijadikan acuan untuk

memperbaiki produk yang dikembangkan.

4. Uji Coba Produk


38

a. Desain Uji Coba

Produk valid yang telah selesai, selanjutnya diuji cobakan dalam pemasaran

peoduk. Untuk uji coba produk dilakukan dengan cara menguji coba uji kelompok

kecil (small group evaluation) dan uji coba lapangan (field test). Menurut Arikunto

(2013: 254) subjek uji coba kelompok kecil dilakukakan pada 4–14 responden dan

untuk kelompok besar antara 15–50 responden. Uji coba ini dimaksudkan untuk

mendapatkan informasi apakah bubi jalar menjadi produk Es Krim dapat menarik

perhatian konsumen untuk memudahkan pengenalan materi sebagai produk

digunakan dalam proses pemasaran.

b. Subjek Uji Coba

Subjek uji coba ubi jalar menjadi produk eskrim ini adalah petani dengan

jumlah 20 responden. Dari responden tersebut diambil sampel yaitu responden yang

ada di Kecamatan Kabawo Kabupaten Muna dan validator sebagai penilai bahan ajar

berbasis komik.

c. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan

oleh produk yang dikembangkan. Data yang dipakai sebagai dasar untuk menentukan

keunggulan produk yang dihasilkan. Jenis data yang dikumpulkan dibagikan menjadi

dua, yaitu:

1) Data penilaian ahli produk tentang kelayakan ubi jalar menjadi produk eskrim,

tampilan produk, kelayakan produk, , pengemasan dan kelengkapan komponen


39

lainnya yang dapat menjadikan pengembangan ubi jalar menjadi produk eskrim

menjadi lebih efektif.

2) Data mengenai respon konsumen tentang penggunaan ubi jalar menjadi produk

eskrim berdasarkan uji coba penggunaan oleh s produk yang dipasarkan

C. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam pengembangan ini adalah mendeskripsikan semua

saran validoator yang didapat dari lembar komentar. Pada tahap uji coba, data

dihimpun menggunakan angket penilaian terbuka untuk memberikan kritik, saran,

masukan dan perbaikan. Hasil analisis deskriptif ini digunakan untuk menentukan

tingkat kelebihan dan kemenarikan produk atau hasil pengembangan yang berupa

Produk eskrim dari ubi jalar

Data dari angket merupakan data kualitatif yang dikuantitatifkan

menggunakan ratting scale yang berkriteria empat tingkat data interval antara 1-4.

Skala pengukuran ratting scale ini terdiri dari jawaban berupa sangat baik, baik,

cukup dan kurang. kemudian dianalisis melalui perhitungan persentase rata-rata skor

item pada setiap jawaban dari setiap pertanyaan dalam angket. Pedoman skor

penilaian (Sugiyono, 2015: 98) sebagai berikut:

Tabel 3.1. Pedoman Skor Penilaian


Skor interval skala
SB B C K
Baik
Sangat baik Cukup Kurang
40

Kemudian, menentukan hasil persentasi skor penilaiannya dengan


menggunakan rumus perhitungannya, yaitu sebagai berikut:

P=
∑f x 100%
n
Keterangan:
P = Nilai yang dicari
∑f = Jumlah skor perolehan
n = Jumlah frekuensi/skor maksimal

Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah

subjek sampel uji coba dikonversikan pada pernyataan penilaian untuk menentukan

kualitas dan tingkat kemanfaatan produk yang dihasilkan berdasarkan pendapat

pengguna dengan menggunakan skala kelayakan (Arikunto, 2010: 35)

Tabel 3.2. Skala Kelayakan


Skor (%) Kriteria
81 – 100% Sangat Baik
61 – 80% Baik
41 – 60% Cukup
21 – 40% Kurang
< 21% Kurang sekali
(Arikunto, 2010: 35).

Penilaian pengembangan ubi jalar menjadi produk eskrim ini ditentukan dengan

persentase minimal 61%. Jadi jika persentase rata-rata dari ahli produk, ahli desain,

dan tanggapan konsumen memperoleh nilai 61%, maka bahan ubi jalar menjadi

produk eskrim ini dinyatakan layak.

D. Revisi Produk
41

Produk yang telah melewati beberapa validasi oleh para ahli dan sudah masuk

dalam kategori layak, maka produk tersebut tidak perlu lagi direvisi.

E. Evaluasi dan Penyempurnaan

Apabila hasil uji coba ubi jalar menjadi produk eskrim mendapatkan

tanggapan dari validator ataupun konsumen mengatakan bahwa produk ini baik dan

menarik untuk di konsumsi, maka dapat dikatakan bahwa ubi jalar menjadi produk

eskrim ini telah selesai dikembangkan sehingga menghasilkan produk akhir. Namun

apabila produk belum sempurna maka hasil dari uji coba ini dijadikan bahan

perbaikan dan penyempurnaan bahan yang dibuat.

F. Model Hipotetik

Rancangan model pengembangan bahan diuji coba akan kelayakannya di

lapangan. Melihat kurang menariknya ubi jalar yang hanya di fungsikan sebagai

makanan pokok masyarakat sekitar di Kab. Muna, maka peneliti melakukan

pengembangan ubi jalar menjadi produk eskrim yang diharapkan dapat meningkatkan

pemahaman dan kreatifitas bagi masyarkat sekitar, menjadi pedoman kewirausahaan

serta menambah variasi makanan lokal sehingga beralih fungsi ke produk modern

yang memiliki nilai jual yang tinggi. Penyusunan ubi jalar menjadi produk eskrim

dilakukan dengan membuat prosedur pengolahan yang kemudian rangkum penelitian

ini. Penelitian pengembangan ubi jalar menjadi produk eskrim ini dilakukan dengan
42

melakukan studi pendahuluan, desain produk dan produksi pengembangan. Sehingga

menghasilkan produk akhir yang valid/layak.

ANALYSIS

EVALUATION
IMPLEMENTATION DESIGN

DEVELOPMENT

Gambar 3.2. Bagan Model Hipotetik Pengembangan Ubi Jalar


Menjadi Produk Es krim Mengacu pada Model ADDIE

Anda mungkin juga menyukai