Anda di halaman 1dari 14

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian pengembangan ini akan dilakukan pada 2 hingga 9 Desember 2020.

Tempat yang akan dijadikan tempat pebelitian adalah salah satu Madrasah Aliyah yang

ada di Palembang, yaitu MA Al-Fatah Palembang yang berlokasi di Jl. Prof. KH. Zainal

Abidin Fikri KM 3,5 Komplek UIN Raden Fatah Palembang.

Gambar 3.1 Peta Lokasi MA Al-Fatah Palembang

B. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengebangan atau Research

and Depelopment (R&D). Research and Depelopment (R&D) adalah metode penelitian

yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu (Sugiyono, 2009).

Banyaknya hasil penelitian yang masih jauh dari pemenuhan kebutuhan nyata

masyarakat, yang mana hasil temuan temuan-temuan tersebut berkualitas secara ilmiah,

dan dipublikasikan pada jurnal-jurnal nasional maupun internasional. Temuan-temuan ini

hanya fokus kepada keilmuan teoritis dengan sedikitnya produk ataupun jasa baru yang

dihasilkan sehingga diciptakanlah Research and Depelopment (R&D) peneliti agar dapat

menciptakan produk-produk baru (Rusdi, 2018). Research and Depelopment

(R&D )bertujuan untuk menghasilkan produk baru melalui pengembangan, produk


penelitian dan pengembangan dalam pendidikan yang dihasilkan dapat berupa model,

media, peralatan, buku, modul, alat evaluasi, dan perangkat pembelajaran;kurikulum,

kebijakan sekolah, dan lain-lain (Mulyaningsih, 2011).

Borg dan Gall (Emzir, 2015) mengemukakan langkah-langkah dalam penelitian

dan pengembangan yang bersifat siklus seperti yang terlihat di dalam tabel berikut.

Tabel 3.1 10 langkah desain Borg & Gall.

Langkah Utama Brog & Gall 10 Langkah Borg & Gall


Penelitian dan pengumpulan informasi 1. Penelitian dan pengumpulan informasi
(research and information collecting)
Perencanaan (planning) 2. Perencanaan
Pengembangan bentuk awal produk 3. Pengembanga bentuk awal produk
(develop preliminary form of produk)
Uji lapangan dan revisi produk (field testing 4. Uji lapangan awal
and product revision)
5. Revisi produk
6. Uji lapangan utama
7. Revisi produk operasional
8. Uji lapangan operasional
Revisi produk akhir (final product revision) 9. Revisi produk akhir

Diseminasi dan implementasi 10. Diseminasi dan implementasi


(dissemination and implementation)

Desain penelitian yang digunakan adalah model penelitian dan pengembangan

menurut Borg & Gall. Model ini memuat langkah-langkah pokok yang bertujuan untuk

menghasilkan suatu produk yang bisa dipakai. Menurut model pengembangan Borg &

Gall (Emzir, 2015), ada 10 langkah prosedur penelitian yang dilakukan, namun dalam

hal ini peneliti hanya menggunakan 7 langkah prosedur. Prosedur pengembangan dari

penelitian Borg & Gall adalah sebagai berikut.

Melakukan Membuat Pengembangan


penelitian dan perencanaan persiapan bentuk
pengumpulan produk
informasi

Melakukan perbaikan produk utama sebagaimana Melaksanakan


yang disarankan oleh hasil-hasil uji coba lapangan lapangan
pendahuluan pendahuluan
Melakukan pengujian Melakukan Melakukan
lapangan yang utama perbaikan produk pengujian lapangan
yang terukur secara terukur

Desimilasi dan implementasi Melakukan revisi produk


produk final

Gambar 3.2 Desain Pengembangan Produk Model Borg & Gall

Prosedur model pengembangan produk Borg & Gall dilakukan hanya sampai 7

tahap, yaitu tahap pengumpulan informasi, perencanaan, pengembangan produk,

validasi, revisi, uji coba lapangan, dan hasil akhir.

Pengumpulan Perencanaan Pengembangan


informasi produk

Hasil Produk Uji Coba Revisi Validasi


Akhir Lapangan

Skala Kecil Skala


Menengah

Gambar 3.3 Langkah-Langkah Pengembangan yang Diadopsi.


C. Definisi Operasional Variabel

1. Instrumen adalah alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data dalam

kegiatan yang sedang diteliti secara sistematis.

2. Intrumen tes diagnostik soal Three Tier Multiple Choice adalah sebuah intrumen

yang bertujuan untuk mengetahui miskonsepsi yang dialami oleh peserta didik

dengan soal pilihan ganda tiga tingkat.

3. Larutan penyangga adalah larutan yang dapat menstabilkan pH atau dapat mengubah

pH namun tidak signifikan.

D. Subjek Penelitian

1. Validator Ahli

Validator ahli terdiri dari:

a. Validator ahli bahasa

Ahli bahasa dimaksudkan disini adalah orang yang memiliki kepemahaman

tentang bahasa yang baik dan benar sehingga soal tersebut lebih mudah

dipahami oleh peserta didik. Fungsi ahli bahasa adalah untuk melakukan

validasi terhadap bahasa yang digunakan di dalam soal.

b. Validator ahli materi

Ahli materi dalam penelitian pengembangan ini adalah orang memiliki bidang

ilmu linier dengan pengembangan produk. Ahli materi berfungsi untuk

melakukan validasi isi atau konsep materi sehingga terhindar dari miskonsepsi

(Ardiansya, et.al., 2017).

c. Validator ahli instrumen evaluasi

Ahli instrumen evaluasi adalah orang yang memvalidasi kesesuaian soal

dengan indikator (validasi konstruk) sehingga menjamin soal instrumen


diagnostik yang dikembangkan dapat mengukur pemahaman konseptual

peserta didik (Ardiansya, et.al., 2017).

d. Praktisi pendidikan kimia

Praktisi pendidikan kimia adalah seorang guru yang mengajar di sekolah.

Fungsi guru adalah memvalidasi kelayakan instrumen diagnostik sebelum

diterapkan di sekolah (Ardiansya, et.al., 2017).

2. Subjek Uji coba

Subjek uji coba skala kecil sebanyak 30 peserta didik dan menengah sebanyak 60

peserta didik dilakukan di kelas XI MA Al-Fatah Palembang.

E. Prosedur Penelitian

1. Tahap Pengumpulan Informasi

Tahap ini dilakukan melalui studi lapangan melalui wawancara kepada guru

mata pelajaran dan penyebaran angket kepada peserta didik mengenai materi dan

proses penilaian yang ada di MA Al-Fatah Palembang.

2. Tahap Perencanaan

Kegiatan pengumpulan informasi yang telah dilakukan sebelumnya, kemudian

dilanjutkan tahap perencanaan. Tahap ini adalah tahap perencanaan produk yang akan

dibuat berdasarkan hasil data studi lapangan.

3. Tahap Pengembangan Produk

Tahap ini berupa pengembangan soal Three Tier Multiple Choice atau soal

pilihan ganda tiga tingkat. Produk yang akan dikembangkan adalah soal Three Tier
Multiple Choice pada materi Larutan Penyangga. Pembuatan butir soal ini disesuaikan

pada materi larutan penyangga yang biasanya terjadi miskonsepsi.

4. Tahap Validasi

Tahap validasi adalah tahap untuk menetukan kelayakan dari butir soal yang

telah dibuat. Vasilidasi dilakukan oleh validator ahli bahasa, ahli materi, ahli evaluasi,

dan praktisi pendidikan oleh guru mata pelajaran kimia.

5. Tahap Revisi Produk

Tahap revisi produk berasal dari saran atau masukan oleh para validator untuk

memperbaiki kesalahan dalam pembuatan soal Three Tier Multiple Choice atau soal

piliha ganda tiga tingkat. Perbaikan ini bertujuan agar butir soal yang sesuai dengan

kriteria.

6. Uji Coba Lapangan

Uji coba lapangan dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu uji coba skala kecil dan

skala menengah. Uji coba skala kecil dilakukan pada 30 peserta didik kelas XI di MA

Al-Fatah Palembang. Uji coba skala menengah dilakukan pada 60 peserta didik kelas

XI di MA Al-Fatah Palembang.

7. Produk Akhir

Tahap terakhir yang dari penelitian pengembangan ini adalah hasil akhir

produk. Hasil akhir dari pengembangan ini adalah soal Three Tier Multiple Choice

atau soal piliha ganda tiga tingkat pada materi Larutan Penyangga.

F. Teknik Pengumpulan Data


Intrumen adalah sebuah alat yang dapat digunakan untuk mengerjakan ssuatu atau

seperangkat tes yang akan diuji.

1. Pedoman wawancara adalah pedoman yang digunakan untuk mendapatkan informasi

awal dan menganalisis kebutuhan. Pedoman wawancara ini diberikan kepada guru

mata pelajaran kimia.

2. Pedoman angket kepada peserta didik adalah angket yang digunakan untuk

mendapatkan informasi awal dan menganalisis kebutuhan.

3. Lembar validasi adalah lembar yang digunakan untuk menilai kelayakan instrumen

tes yang dibuat. Lembar validasi ini diberikan kepada validator ahli bahasa, ahli

materi, ahli evaluasi, dan praktisi pendidikan kimia.

4. Angket respon siswa adalah angket yang digunakan untuk melihat respon siswa

terhadap instrumen tes yang telah dibuat.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan terdiri dari 2, yaitu teknik kualitatif dan

kuantitatif.

1. Analisis kualitatif

Analisis ini dilakukan untuk menganalisis data kualitatif. Analisis kualitatif

(deskriptif) dilakukan dengan cara mengelompokkan informasi-informasi dari data

kuantitatif seperti masukan, kritik, dan saran perbaikan yang terdapat pada lembar

validasi atau angket. Teknik ini digunakan untuk mengolah data hasil review dari

validator, yaitu ahli bahasa, ahli materi, ahli evaluasi, dan guru sebagai praktisi

pendidikan kimia serta peserta didik.

2. Analisis kuantitatif
a. Analisis respon subjek uji, yaitu peserta didik menggunakan skala Likert.

Penskoran angket menggunakan skala Likert dijabarkan dalam tabel sebagai

berikut.

Tabel 3.2 Penskoran pada Angket Berdasarkan Skala Likert

No. Pilihan Jawaban Skor


1. Sangat Setuju (SS) 5
2. Setuju (S) 4
3. Kurang Setuju (KS) 3
4. Tidak Setuju (TS) 2
5. Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Rumus analisis yang digunakan oleh Sudjana (2005) adalah sebagai berikut.

% X ¿=
∑s ∙100 %
s maks

Keterangan:

%Xin : presentase jawaban angket-i pada penilaian

∑s : jumlah skor jawaban

s maks : skor maksimum yang diharapkan

Menurut Purwanto (Astutik, 2018) kriteria angket respon siswa adalah sebagai

berikut.

Tabel 3.3 Kriteria Angket Respon Siswa

Nilai Persentase Kategori


70% ≤ P ≤ 100% Baik
56% ≤ P ≤ 75% Cukup baik
40% ≤ P ≤ 55% Kurang baik
P ≤ 40% Tidak baik

b. Validitas
Analisis ini adalah validitas logis, yang ditinjau dari validasi ahli

menggunakan validasi isi Aiken. Formula Aiken ini menghitung content

validity atau validitas isi yang didasarkan pada hasil penilaian para ahli

sebanyak n orang terhadap suatu item dari segi mana item tersebut mewakili

konstrak yangh diukur (Aiken, 1985). Dalam validasi Aiken, validasi ahli

dilakukan oleh minimal 5 orang (Hendryadi, 2014).

Rumusnya adalah:

S
V=
[ n( c−1)]
Keterangan:

V: indeks validitas Aiken

S : r-lo

r : angka yang diberikan penilai

lo : angka penilaian validitas terendah

n : jumlah seluruh penilai (validator/rater)

c : angka penilaian validitas tertinggi

Menurut Arikunto (Yeyidya, et.al, 2014), kevalidan suatu soal dijabarkan dalam

tabel berikut.

Tabel 3.4 Interpretasi Tingkat Validitas

Nilai Koefisien Korelasi


Kategori

Kurang dari 0 Tidak Valid


0 - 0,2 Kevalidan Sangat Rendah
0,2 - 0,4 Validitas Rendah
0,4 - 0,6 Validitas Cukup
0,6 - 0,8 Validitas Tinggi
0,8 - 1 Validitas Sangat Tinggi

c. Realibilitas
Realibilitas adalah tingkat ketepatan, keajekan, atau kemantapan

(Suwarto, 2017). KR-20 adalah pengujian realibilitas berdasarkan metode

Kuder-Richardson. Handani (2014) menggunakan rumus KR20 karena

interpretasi penelitian ini menggunakan realibilitas internal dan memiliki jumlah

soal yang ganjil. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

KR 20= ( k−1
k
) (1− ∑s pq )
2

Keterangan:

KR20 : koefisien korelasi dengan KR20

k : jumlah butir soal


2
s❑ : varian skor tes

p : proporsi jawaban benar pada butir tertentu

q : proporsi jawaban salah pada butir tertentu (q = 1-p)

Klasifikasi uji realibilitas menurut Sudijono (2009) ditunjukkan pada tabel

berikut.

Tabel 3.5 Klasifikasi Realibilitas

Realibilitas Kategori
0,00-0,20 Sangat rendah
0,21-0,40 Rendah
0,41-0,70 Sedang
0,71-0,90 Tinggi
0,91-1,00 Sangat tinggi

d. Daya pembeda

Indeks daya pembeda yang diungkapkan oleh Crocker & Algina sejalan

dengan yang diungkapkan oleh Surapranata (Suwarto, 2017) sebagai berikut.

D=
∑ A−∑ B
nA nB
Keterangan:

D: indeks daya pembeda

ΣA: banyaknya peserta tes yang menjawab benar pada kelompok atas (27%)

ΣB: banyaknya peserta tes yang menjawab benar pada kelompok bawah(27%)

nA: banyaknya peserta tes kelompok atas

nA: banyaknya peserta tes kelompok bawah

Indeks Menurut Arikunto (2016), butir-butir soal yang baik adalah butir-

butir soal yang mempunyai indeks diskriminasi 0,4 sampai 0,7, berikut

klasifikasi daya pembeda.

Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda

Kriteria Kategori
D= 0,00 - 0,20 Jelek (poor)
D= 0,21 - 0,40 Cukup (satistifactory)
D= 0,41 - 0,70 Baik (good)
D= 0,71- 1,00 Baik sekali (excellent)

D= negatif, semuanya tidak baik Dibuang

e. Tingkat kesukaran

Menurut Allen Yen (Suwarto, 2017), tingkat kesukaran butir tes

didefinisikan sebagai proporsi peserta yang menjawab butir itu dengan benar.

Sedangkan menurut Surapranata (dalam Suwarto, 2017), menyatakan bahwa

proporsi benar (p), yaitu jumlah peserta tes yang menjawab benar pada butir

soal yang dianalisis dibandingkan dengan jumlah peserta tes seluruhnya

merupakan tingkat kesukaran yang paling umum digunakan.

Rumus yang digunakan untuk tingkat kesukaran adalah sebagai berikut.

p=
∑x
Sm N
Keterangan:

p : tingkat kesukaran

Σx : banyaknya peserta tes yang menjawab benar

Sm : skor maksimum

N : jumlah peserta

Menurut Arikunto (2016), besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai

1,0. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan soal yang sukar atau

sulit, sedangkan indeks kesukaran 1,00 menunjukkan soal yang mudah. Jadi,

jika p= 0,70 lebih mudah dari p= 0,20. Sedangkan Yeyidaya, et.al (2014)

menjabarkan interpretasi tingkat kesulitan dalam bentuk tabel sebagai berikut.

Tabel 3.7 Interpretasi Tingkat Kesulitan

Indeks Kesukaran (P) Kategori


Kurang dari 0,30 Sukar
0,30 - 0,70 Cukup Sulit
Lebih dari 0,70 Mudah

f. Interpretasi Miskonsepsi

Dalam menganalisis miskonsepsi, maka perlu sebuah interpretasi

miskonsepsi. Cara menganalisis miskonsepsi ini dengan cara

mengkombinasikan antara jawaban soal, alasan dan tingkat keyakinan peserta

didik (Purboyati, 2016). Untuk mengkombinasikan ketiga tingkatn tersebut,

maka tingkat keyakinan membutuhkan nilai CRI (Certainly of Response Index)

yang berfungsi untuk membedakan peserta didik pemahaman peserta didik.

Nilai CRI ini memilili skala 0 -5, yang mana skala nilai CRI < 2,5

memiliki skala 0 – 2 atau memiliki keyakinan yang rendah. Sedangkan nilai

CRI > 2,5 memiliki skala 3 -5 atau memiliki keyakinan yang tinggi. Hasan
(Purboyati, 2016) menjabarkan kategori tingkatan pemahaman konsep sebagai

berikut.

Tabel 3.8 Interpretasi Tingkatan Pemahaman Konsep

Kombinasi Jawaban
Tier 3
Tier 1 Tier 2 Deskripsi
(keyakinan
(jawaban) (alasan)
nilai CRI)
Memahami konsep dengan
Benar Benar > 2,5
baik
Memahami konsep dengan
Benar Benar < 2,5
baik tetapi kurang yakin
Benar Salah > 2,5 Miskonsepsi
Benar Salah < 2,5 Tidak tahu konsep
Salah Benar > 2,5 Miskonsepsi
Salah Benar < 2,5 Tidak tahu konsep
Salah Salah > 2,5 Miskonsepsi
Salah Salah < 2,5 Tidak tahu konsep

Setelah mengkombinasikan jawaban soal, alasan, dan tingkat keyakinan

maka perlu melakukan perhitungan persentase miskonsepsi. Rumus yang

digunakan adalah distribusi Frekuensi Relatif Sugiyono ( Nurhidayatullah &

Profjosantoso, 2018) adalah sebagai berikut.

f
P= × 100 %
N

Keterangan:

P: persentase

f: frekuensi peserta didik dengan kriterian tingkat pemahaman yang dicari

N: jumlah responden

Berdasarkan perhitungan tersebut, persentase peserta didik yang paham,

tidak paham, dan miskonsepsi disesuaikan dengan kategorinya masing-masing.


Berdasarkan Nurhujaimah et.al (2016) kategori tingkatan miskonsepsi adalah

sebagai berikut.

Tabel 3.9 Kategori Tingkatan Miskonsespsi

Persentase Kategori

0-30% Rendah

31-60% Sedang

61-100% Tinggi

Anda mungkin juga menyukai