Anda di halaman 1dari 44

R&D

Research and Development

MODEL PENELITIAN
❑ Model Dick – Carey adalah model desain
Instruksional yang dikembangkan oleh
Walter Dick, Lou Carey dan James O Carey.
❑ Model ini adalah salah satu dari model
prosedural, yaitu model yang menyarankan
agar penerapan prinsip disain Instruksional
disesuaikan dengan langkah-langkah yang
harus di tempuh secara berurutan.
❑ Model Dick – Carey tertuang dalam Bukunya
The Systematic Design of Instruction edisi 6
tahun 2005.
Model Dick & Carey terdapat
beberapa komponen
❑ Model Dick and Carey terdiri dari 10
langkah& menunjukan hubungan yang
sangat jelas, dan tidak terputus antara
langkah yang satu dengan yang lainya.
❑ Setiap langkah sangat jelas maksud dan
tujuannya sehingga bagi perancang pemula
sangat cocok sebagai dasar untuk
mempelajari model desain yang lain.
❑ system yang terdapat pada Dick and Carey
sangat ringkas, namun isinya padat dan jelas
dari satu urutan ke urutan berikutnya
Langkah–langkah Desain
Pembelajaran menurut Dick and Carey

1. Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran.


2. Melaksanakan analisi pembelajaran
3. Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan
karakteristik siswa
4. Merumuskan tujuan performansi
5. Mengembangkan butir–butir tes acuan patokan
6. Mengembangkan strategi pembelajaran
7. Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran
8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
9. Merevisi bahan pembelajaran
10. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.
Reseach and Development (R & D) Versi
Borg and Gall
❑ Menurut Borg and Gall (1989:782 model penelitian dan
pengembangan adalah “a process used develop and validate
educational product”.
❑ Penelitian ini juga disebut ‘research based
development’, yang muncul sebagai strategi dan bertujuan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Selain untuk
mengembangkan dan memvalidasi hasil-hasil pendidikan,
❑ Research and Development juga bertujuan untuk menemukan
pengetahuan-pengetahuan baru melalui ‘basic research’, atau
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan khusus tentang
masalah-masalah yang bersifat praktis melalui ‘applied
research’, yang digunakan untuk meningkatkan praktik-praktik
pendidikan.
❑ Research and Development dimanfaatkan untuk menghasilkan
model pelatihan keterampilan sebagai upaya pemberdayaan,
Langkah pendekatan Reseach and
Development (R & D) Borg dan Gall (1989:
783-795),

Studi Pendahuluan
1. analisis kebutuhan,
2. studi pustaka,
3. studi literature,
4. penelitian skala kecil
5. standar laporan yang dibutuhkan.
1. Analisis kebutuhan,
 ada beberapa kriteria, yaitu
❑ Apakah produk yang akan dikembangkan merupakan
hal yang penting bagi pendidikan?
❑ Apakah produknya mempunyai kemungkinan untuk
dikembangkan?
❑ Apakah SDM yang memiliki keterampilan,
pengetahuan dan pengalaman yang akan
mengembangkan produk tersebut ada?
❑ Apakah waktu untuk mengembangkan produk
tersebut cukup?
Studi Literatur; Riset Skala Kecil:

❑ Studi Literatur: Studi literatur ini


dikerjakan untuk mengumpulkan temuan
riset dan informasi lain yang
bersangkutan dengan pengembangan
produk yang direncanakan.
❑ Riset Skala Kecil: pengembang perlu
melakukan riset skala kecil untuk
mengetahui beberapa hal tentang
produk yang akan dikembangkan.
2. Merencanakan Penelitian
 Setelah melakukan studi pendahuluan,
pengembang dapat melanjutkan langkah
kedua, yaitu merencanakan penelitian.
Perencaaan penelitian R & D meliputi:
❑ merumuskan tujuan penelitian;
❑ memperkirakan dana, tenaga dan waktu;
❑ merumuskan kualifikasi peneliti dan bentuk-
bentuk partisipasinya dalam penelitian.
3. Pengembangan Desain
❑ Menentukan desain produk yang akan
dikembangkan (desain hipotetik);
❑ Menentukan sarana dan prasarana
penelitian yang dibutuhkan selama proses
penelitian dan pengembangan;
❑ Menentukan tahap-tahap pelaksanaan uji
desain di lapangan;
❑ Menentukan deskripsi tugas pihak-pihak
yang terlibat dalam penelitian
Preliminary Field Test : Uji
Terbatas
• Langkah ini merupakan uji produk
secara terbatas.
❑ melakukan uji lapangan awal terhadap
desain produk;
❑ bersifat terbatas, baik substansi desain
maupun pihak-pihak yang terlibat;
❑ uji lapangan awal dilakukan secara
berulang-ulang sehingga diperoleh desain
layak, baik substansi maupun metodologi.
Revisi Hasil Uji Lapangan
Terbatas
❑ Langkah ini merupakan perbaikan
model
❑ Dilakukan dengan pendekatan
kualitatif.
❑ Evaluasi yang dilakukan lebih pada
evaluasi terhadap proses, sehingga
perbaikan yang dilakukan bersifat
perbaikan internal.
Main Field Test : UJI PRODUK SCR LUAS

❑ melakukan uji efektivitas desain produk;


❑ uji efektivitas desain, pada umumnya,
menggunakan teknik eksperimen model
penggulangan;
❑ hasil uji lapangan adalah diperoleh desain
yang efektif, baik dari sisi substansi maupun
metodologi.
Revisi Hasi Uji Lapangan
Lebih Luas
❑ Untuk memantapkan produk yang di
kembangkan, karena pada tahap uji coba
lapangan sebelumnya dilaksanakan dengan
adanya kelompok kontrol.
❑ Desain yang digunakan adalah pretest dan
posttest. Selain perbaikan yang bersifat
internal.
❑ Penyempurnaan produk ini didasarkan pada
evaluasi hasil sehingga pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan kuantitatif.
Uji Kelayakan
sebaiknya dilakukan dengan skala besar:
❑ melakukan uji efektivitas dan adaptabilitas
desain produk;
❑ uji efektivitas dan adabtabilitas desain
melibatkan para calon pemakai produk;
❑ hasil uji lapangan adalah diperoleh model
desain yang siap diterapkan, baik dari sisi
substansi maupun metodologi.
Revisi Final Hasil Uji Kelayakan
❑ Penyempurnaan produk akhir dipandang
perlu untuk lebih akuratnya produk yang
dikembangkan.
❑ Pada tahap ini sudah didapatkan suatu
produk yang tingkat efektivitasnya dapat
dipertanggungjawabkan.
❑ Hasil penyempurnaan produk akhir memiliki
nilai “generalisasi” yang dapat diandalkan.
Desiminasi dan Implementasi Produk
Akhir

❑ melalui forum-forum ilmiah,


ataupun melalui media massa.
❑ Distribusi produk harus dilakukan
setelah melalui quality control.
10 langkah disederhanakan
menjadi 3
1. Penelitian Pendahuluan : Survey &
kajian pustaka /referensi→ Draf
Desain→ validasi ahli
2. Pengembangan Produk : melalui
PTK→pre tes & post tes→ uji
terbatas dan uji luas
3. Uji Efektivitas Produk: quasi
eksperimen→ kel. Ekperimen dan
kel Semu
Pengembangan model 4D
(four-D model).
1. tahap pendefinisian (define),
2. tahap perancangan (design),
3. tahap pengembangan (develop)
4. tahap ujicoba (disseminate).
• Tahapan yang dilakukan pada penelitian ini
baru sampai pada tahap pengembangan
(develop).
Tahap Pendefinisian (define).
• Tujuan :menentapkan dan mendefinisikan
syarat-syarat pembelajaran di awali dengan
analisis tujuan dari batasan materi yang
dikembangkan perangkatnya.
• Tahap ini meliputi 5 langkah pokok,
• (a) Analisis ujung depan,
• (b) Analisis siswa,
• (c) Analisis tugas.
• (d) Analisis konsep,
• (e) Perumusan tujuan pembelajaran.
Tahap Perencanaan (Design ).
Tujuan :menyiapkan prototipe perangkat pembelajaran.
Tahap ini terdiri dari empat langkah yaitu,
1. Penyusunan tes acuan patokan. Tes disusun
berdasarkan hasil perumusan Tujuan Pembelajaran
Khusus (Kompetensi Dasar dalam kurikukum KTSP).
2. Pemilihan media yang sesuai tujuan, untuk
menyampaikan materi pelajaran
3. Pemilihan format. Di dalam pemilihan format ini
misalnya dapat dilakukan dengan mengkaji format-
format perangkat yang sudah ada dan yang
dikembangkan di negara-negara yang lebih maju.
Tahap Pengembangan
(Develop).
 Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat
pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari
pakar. Tahap ini meliputi:
(a) validasi perangkat oleh para pakar diikuti dengan revisi,
(b) simulasi yaitu kegiatan mengoperasionalkan rencana
pengajaran, dan
(c) uji coba terbatas dengan siswa yang sesungguhnya. Hasil
tahap (b) (c) digunakan sebagai dasar revisi.
❑ Langkah berikutnya adalah uji coba lebih lanjut dengan siswa
yang sesuai dengan kelas sesungguhnya.
Tahap penyebaran
(Disseminate).
❑ Pada tahap ini merupakan tahap
penggunaan perangkat yang telah
dikembangkan pada skala yang lebih
luas misalnya di kelas lain, di sekolah
lain, oleh guru yang lain.
❑ Tujuan lain adalah untuk menguji
efektivitas penggunaan perangkat di
dalam KBM.
MODEL ADDIE
(Analysis-Design-Develop-Implement-
Evaluate).
• muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh
Reiser dan Mollenda.
• Salah satu fungsinya ADIDE yaitu menjadi pedoman
dalam membangun perangkat dan infrastruktur program
pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja
pelatihan itu sendiri.

Model ini menggunakan 5 tahap pengembangan yakni :


1. Analysis (analisa)
2. Design (disain / perancangan)
3. Development (pengembangan)
4. Implementation (implementasi/eksekusi)
5. Evaluation (evaluasi/ umpan balik)
Langkah 1: Analisis
❑ Suatu proses mendefinisikan apa yang akan
dipelajari oleh peserta belajar, yaitu melakukan
needs assessment (analisis kebutuhan),
mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan
melakukan analisis tugas (task analysis).

❑ output yang akan kita hasilkan adalah berupa


karakteristik atau profile calon peserta belajar,
identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan
dan analisis tugas yang rinci didasarkan atas
kebutuhan.
a. Analisis Kinerja
untuk mengetahui dan mengklarifikasi apakah
masalah kinerja yang dihadapi memerlukan solusi.
Contoh :
❑ Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan
menyebabkan rendahnya kinerja individu dalam
PERUSAHAAN → i diperlukan solusi berupa
penyelenggaraan program pembelajaran.
❑ Rendahnya motivasi berprestasi, kejenuhan, atau
kebosanan dalam bekerja→ memerlukan solusi
perbaikan kualitas manajemen.(pemberian insentif
terhadap prestasi kerja, rotasi dan promosi, serta
penyediaan fasilitas kerja yang memadai.)
b. Analisis Kebutuhan

❑ Diperlukan untuk menentukan


kemampuan-kemampuan atau
kompetensi yang perlu dipelajari oleh
siswa untuk meningkatkan kinerja atau
prestasi belajar.

❑ Halini dapat dilakukan apabila program


pembelajaran dianggap sebagai solusi
dari masalah pembelajaran yang
sedang dihadapi.
dua pertanyaan kunci
tahap analisis
1. Apakah tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan, dibutuhkan oleh siswa?
2. Apakah tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan, dapat dicapai oleh siswa?
❑ Jika hasil nya mengarah kepada pembelajaran
sebagai solusi
❑ selanjutnya perancang program pembelajaran
melakukan analisis kebutuhan dengan cara
menjawab beberapa pertanyaan lagi yakni :
Lanjutan…
1. Bagaimana karakteristik siswa yang akan mengikuti
program pembelajaran? (learner analysis )
2. Pengetahuan dan ketrampilan seperti apa yang telah
dimiliki oleh siswa?(pre-requisite skills)
3. Kemampuan atau kompetensi apa yang perlu dimiliki
oleh siswa? (task atau goal analysis)
4. Apa indikator atau kriteria keberhasilan? (evaluation and
assessment)
5. Kondisi i apa yang diperlukan oleh siswa agar dapat
memperlihatkan kompetensi yang telah dipelajari?
(setting or condition analysis)
Langkah 2: Desain

• Membuat rancangan (blueprint )


1. merumuskan tujuan pembelajaran yang SMAR
(spesifik, measurable, applicable, dan realistic).
2. menyusun tes, dimana tes tersebut harus
didasarkan pada tujuan
3. strategi pembelajaran yang tepat harusnya
seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut.
4. sumber-sumber pendukung lain, semisal
sumber belajar yang relevan, lingkungan belajar
yang seperti apa seharusnya, dan lainlain. .
Langkah 3: Pengembangan
• Pengembangan adalah proses mewujudkan
blue-print
❑ jika dalam desain diperlukan suatu software berupa multimedia
pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan.
Atau diperlukan modul cetak, maka modul tersebut perlu
dikembangkan.
❑ Begitu pula halnya dengan lingkungan belajar lain yang akan
mendukung proses pembelajaran semuanya harus disiapkan
dalam tahap ini.
❑ Satu langkah penting dalam tahap pengembangan adalah uji
coba sebelum diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang
merupakan bagian dari salah satu langkah ADDIE, yaitu
evaluasi. Lebih tepatnya evaluasi formatif, karena hasilnya
digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang
sedang kita kembangkan.

Langkah 4: Implementasi
❑ pada tahap ini semua yang telah dikembangkan
diinstal atau diset sedemikian rupa sesuai
dengan peran atau fungsinya agar bisa
diimplementasikan.
❑ Misal, jika memerlukan software tertentu maka
software tersebut harus sudah diinstal. Jika
penataan lingkungan harus tertentu, maka
lingkungan atau seting tertentu tersebut juga
harus ditata.
❑ diimplementasikan sesuai skenario atau desain
awal.
Langkah 5: Evaluasi
❑ proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran
yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan
harapan awal atau tidak.
❑ Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap
diatas itu dinamakan evaluasi formatif, karena
tujuannya untuk kebutuhan revisi. Misal, pada tahap
rancangan, mungkin kita memerlukan salah satu
bentuk evaluasi formatif misalnya review ahli untuk
memberikan input terhadap rancangan yang
sedang kita buat.
❑ Pada tahap pengembangan, mungkin perlu uji coba
dari produk yang kita kembangkan atau mungkin
perlu evaluasi kelompok kecil dan lainlain.
MODEL ASSURE
1. Analyze Learners: Menganalisa Siswa
a. Karakteristik Umum:
misal usia, tingkat pendidikan, pekerja
an, kebudayaan, dan faktorsosial
ekonomi.
b. Spesifikasi Kemampuan Awal → entering
behavior dengan pretest atau
semacamny → acuan
c. Gaya Belajar:
1. State Objectives: Perumusan tujuan

1. Tetapkan ABCD
• A (audiens – instruksi yang kita ajukan harus fokus
kepada apa yang harus dilakukan pembelajar )
• B (behavior – kata kerja yang
mendeskripsikan kemampuan baru yang harus
dimiliki pembelajar setelah melalui proses
pembelajaran dan harus dapat diukur),
• C (conditions – kondisi pada saat performans
sedang diukur),
• D (degree – kriteria yang menjadi dasar pengukuran
tingkat keberhasilan pembelajar).
2. Mengklasifikasikan Tujuan: kognitif,
afektif, psikomotor, atau
interpersonal.
3. Perbedaan Individu: berkaitan
dengan kemampuan individu
dalam menuntaskan atau
memahami sebuah materi yang
diberikan.
2. Select Methods, Media, and Material :
Pemilihan metode intruksional sangat ditentukan
dengan sistausi dan kondisi siswa dan lingkungan
pendidikan.

3. Utilize Media and Materials :

➢ mengecek bahan (masih layak pakai atau tidak)


➢ mempersiapkan bahan
➢ mempersiapkan lingkungan belajar
➢ mempersiapkan pembelajar
➢ menyediakan pengalaman belajar (terpusat pada
pengajar atau pembelajar).
4. Require Learner Participation : mengktifkan
pembelajaran

• adanya sentuhan psikologis dalam proses


pembelajaran :
➢ behavioris, karena tanggapan/respon yang sesuai dari pengajar
dapat menguatkan stimulus yang ditampakkan pembelajar.
➢ kognitifis, karena informasi yang diterima pembelajar dapat
memperkaya skema mentalnya.
➢ konstruktivis, karena pengetahuan bertahan lama jika mereka
mengalami langsung setiap aktivitas dalam proses
pembelajaran.
➢ sosial, karena feedback atau tanggapan yang diberikan
pengajar atau teman dalam proses pembelajaran dapat
dijadikan sebagai ajang untuk mengoreksi segala informasi
yang telah diterima dan juga sebagai support secara
emosional.
Evaluate and Review

Evaluasi dan me-review adalah hal


yang lazim dilakukan untuk melihat
seberapa jauh media dan teknologi
yang digunakan telah mencapai
tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.

Model Kemp
 Jerold E. Kemp. berasal dari California State
University di Sanjose. dia adalah orang yang
pertama kali mengembangkan model desain
Instruksional bagi pendidikan.
 Model pembelajaran yang dikembangkan
oleh kemp adalah berbentuk siklus,
sehingga dari komponen mana guru tidak
ditentukan untuk memulai proses
pengembangan.
Langkah-langkah model Kemp
a. Menentukan tujuan dan daftar topik,menetapkan tujuan
umum untuk pembelajaran tiap topiknya;
b. Menganalisis karakteristik pelajar, untuk siapa
pembelajaran tersebut didesain;
c. Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
dengan syarat dampaknya dapat dijadikan tolak ukur
perilaku pelajar;
d. Menentukan isi materi pelajaran yang dapat mendukung
tiap tujuan;
e. Pengembangan prapenilaian/ penilaian awal untuk
menentukan latar belakang pelajar dan pemberian level
pengetahuan terhadap suatu topik;
f. Memilih aktivitas pembelajaran dan sumber
pembelajaran, menentukan strategi belajar-mengajar
g. Mengkoordinasi dukungan sarana penunjang
Mengevaluasi pembelajaran siswa →perbaikan yang
terus menerus, evaluasi yang dilakukan berupa
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif
Selamat Berjuang

Anda mungkin juga menyukai