Anda di halaman 1dari 11

IDENTIFIKASI OBAT DAN PENYAKIT

Farmakologi
“Hepatitis A,B,C, D,E ”

DISUSUN OLEH :

Viona Yunita Sari

19.0603.0024

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG


FAKULTAS KESEHATAN
S1 KEPERAWATAN
T.A 2019/ 2020
“HEPATITIS”

A. Pengertian Hepatitis
Hepatitis adalah kelainan hati berupa peradangan (sel) hati. Peradangan ini ditandai
dengan meningakatan kadar enzim hati. Peningkatan ini disebabkan adanya gangguan
atau kerusakan membran hati. Ada dua faktor penyebabnya yaitu faktor infeksi dan
faktor non infeksi. Faktor penyebab infeksi antara lain virus hepatitis dan bakteri. Selain
karena virus Hepatitis A, B, C, D, E masih banyak virus lain yang berpotensi
menyebabkan hepatitis misalnya adenoviruses , CMV , Herpes simplex , HIV , rubella
,varicella dan lain-lain. Sedangkan bakteri yang menyebabkan hepatitis antara lain
misalnya bakteri Salmonella typhi, Salmonella paratyphi , tuberkulosis , leptosvera.
Faktor noninfeksi misalnya karena obat. Obet tertentu dapat mengganggu fungsi hati
dan menyebabkan hepatitis (Dalimartha,2008).

B. Ragam Obat Hepatitis Berdasarkan Jenis Hepatitis


Masing-masing jenis hepatitis memiliki pengobatan dan penanganan yang berbeda-
beda. Oleh karena itu, tidak disarankan untuk membeli obat hepatitis sendiri tanpa
berkonsultasi dulu dengan dokter.

1. Hepatitis A
Hepatitis A merupakan jenis hepatitis yang tergolong ringan dan gejalanya dapat
sembuh dalam waktu singkat. Sel-sel hati pun dapat sembuh secara sempurna dalam
waktu 6 bulan tanpa adanya kerusakan permanen. Namun, pasien diharuskan untuk
beristirahat di rumah agar proses penyembuhan lebih cepat dan
tidak menularkan virus ke orang lain.
Obat-obatan untuk hepatitis A akan disesuaikan dengan gejalanya. Bila penderita
demam, dokter akan memberikan obat penurun demam, seperti paracetamol Bila
pasien mual, akan diberikan obat antimual, seperti metoclopramide Bila pasien
mengalami dehidrasi karena muntah atau diare, diperlukan pemberian infus cairan
untuk mengatasinya.
 Obat Hepatitis A
- Paracetamol
- Metoclopramide
 Cara kerja obat
-Paracetamol : Acetaminophen atau paracetamol adalah obat untuk penurun
demam dan pereda nyeri, seperti nyeri haid dan sakit gigi. Paracetamol
tersedia dalam bentuk tablet 500 mg dan 600 mg, sirup, drop, suppositoria, dan
infus.
Paracetamol bekerja dengan cara mengurangi produksi zat penyebab
peradangan, yaitu prostaglandin. Dengan penurunan kadar prostaglandin di d
alam tubuh, tanda peradangan seperti demam dan nyeri akan berkurang.
Apa itu paracetamol ?

Golongan Oba penurun panas dan pereda nyeri (analgesik dan


antipiretik)

Kategori Obat Bebas

Manfaat Meredakan rasa sakit dan demam

Dikonsumsi Dewasa dan anak-anak


oleh

Obat minum dan suppositoria


Kategori kehamilan Kategori B: Studi pada binatang percobaan tidak
dan menyusui memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, namun
belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.Infus dan
suntik
Kategori C: Studi pada binatang percobaan
memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin,
namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.
Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang
diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.
Paracetamol dapat terserap ke dalam ASI. Bila Anda
sedang menyusui, lebih baik berkonsultasi dengan dokter
terlebih dahulu.

Bentuk obat Tablet, kaplet, sirup, drop, infus, dan suppositoria.

 Peringatan Sebelum Mengonsumsi Paracetamol (Acetaminophen)

-Konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan paracetamol jika Anda menderita


gangguan ginjal atau hati.

-Jangan memberikan paracetamol kepada anak berusia di bawah 2 tahun tanpa


petunjuk dari dokter.

-Konsumsi alkohol bersama paracetamol dapat meningkatkan risiko kerusakan hati


pada pengunanya.
-Beritahukan segala jenis obat, suplemen, ataupun obat herbal ke dokter, terutama
jika Anda menggunakan obat untuk epilepsi atau tuberkolosis(TBC), serta obat
pengencer darah.

-Segera ke rumah sakit jika gejala yang diderita bertambah parah atau
berkepanjangan, serta ketika muncul kemerahan pada kulit.

-Segera ke dokter jika terjadi alergi atau overdosis.

 Dosis atau aturan pakai paracetamol

Dosis dari paracetamol disesuaikan dengan usia dan kondisi penderita. Berikut
adalah penjelasannya:
Bentuk: Obat minum dan suppositoria
Indikasi dan kegunaan: Meredakan demam dan nyeri Indikasi vaksin hepatitis A
adalah pada individu berusia lebih dari 18 bulan. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
merekomendasikan pemberian vaksin hepatitis A pada anak berusia > 18 bulan
sebanyak 2 kali dengan interval 6-12 bulan. Namun, pemerintah belum memasukkan
vaksin hepatitis A sebagai vaksin wajib. 

 Dewasa
325-650 mg tiap 4-6 jam atau 1.000 mg tiap 6-8 jam.
Paracetamol biasanya tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 500 mg.
Paracetamol 500 mg dapat diminum tiap 4-6 jam sekali untuk meredakan demam.
 Anak < 2 bulan
10-15 mg/kgBB, tiap 6-8 jam sekali atau sesuai dengan anjuran dokter.
 Anak 2 bulan - 12 tahun
10-15 mg/kgBB, tiap 4-6 jam sekali atau sesuai anjuran dokter. Dosis maksimal 5 kali
pemberian dalam 24 jam.
 Anak > 12 tahun
325-650 mg per 4-6 jam atau 1.000 mg tiap 6-8 jam.
Untuk paracetamol infus, dosis paracetamol akan sesuai dengan anjuran dari dokter.

Cara Menggunakan Paracetamol (Acetaminophen) dengan Benar

Pastikan Anda selalu menggunakan paracetamol sesuai aturan pakai yang tertera di
kemasan obat atau anjuran dokter. Hentikan penggunaan paracetamol jika keluhan
tidak reda setelah 3 hari mengonsumsi paracetamol.
Paracetamol tablet dan sirup
Gunakan segelas air putih untuk menelan tablet paracetamol. Untuk paracetamol
sirup, gunakan sendok takar agar dosis yang dikonsumsi tepat. Sebelum itu, pastikan
Anda mengocok sirup terlebih dahulu.
Simpanlah paracetamol dalam suhu ruangan, terhindar dari panas dan lembab, serta
hindarkan dari jangkauan anak-anak.

Paracetamol suppositoria
Paracetamol bentuk suppositoria digunakan dengan cara dimasukkan ke dalam
anus. Pastikan Anda membuka plastik pembungkusnya terlebih dahulu kemudian
masukkan obat bagian ujung yang lancip ke dalam dubur. Setelah obat masuk,
duduk atau tiduran terlebih dahulu hingga obat meleleh. Jangan lupa cuci tangan
sebelum dan sesudah memasukkan obat suppositoria. Paracetamol suppositoria
perlu disimpan di dalam kulkas.
Paracetamol infus
Paracetamol dalam bentuk infus hanya diberikan oleh petugas medis. Sebelum
menggunakan paracetamol dengan bentuk lainnya, pastikan Anda membaca
petunjuk yang tertera di kemasan obat atau sesuai petunjuk dokter.

 Efek Samping dan Bahaya Paracetamol (Acetaminophen)


Paracetamol jarang menyebabkan efek samping. Namun, paracetamol bisa
menimbulkan beberapa efek samping berikut jika digunakan secara berlebihan:

 Demam
 Muncul ruam kulit yang terasa gatal
 Sakit tenggorokan
 Muncul sariawan
 Nyeri punggung
 Tubuh terasa lemah
 Kulit atau mata berwarna kekuningan
 Timbul lebam pada kulit
 Urine berwarna keruh atau berdarah
 Tinja berwarna hitam atau BAB berdarah

Jika dikonsumsi secara berlebihan, paracetamol bisa menyebabkan overdosis,


dengan gejala berupa:

 Perut bagian atas terasa sakit


 Kehilangan nafsu makan
 Mual atau muntah
 Diare
 Keringat dingin
2. Hepatitis B
Infeksi hepatitis B terbagi dalam dua jenis, yaitu hepatitis B akut dan kronis. Gejala
hepatitis B akut hanya berlangsung dalam waktu singkat. Namun, setelah sembuh,
virus tetap bertahan di dalam tubuh dan dapat menimbulkan komplikasi
berupa sirosis dan kanker hati di kemudian hari.
Tidak semua penderita hepatitis B kronis memerlukan pengobatan khusus.
Namun, penderita harus kontrol secara berkala ke dokter untuk menjalani
pemeriksaan fungsi hati dan jumlah virus. Penderita hepatitis B memerlukan obat
antivirus jika fungsi hati mulai menurun dan jumlah virusnya tinggi.
Obat-obatan antivirus bekerja dengan cara melawan dan memperlambat kemampuan
virus dalam merusak hati. Contoh antivirus yang umum digunakan untuk hepatitis B
adalah adefovir, entecavir, lamivudine, dan telbivudine.
Obat Hepatitis B
Antivirus : - adevoir
- entecavir
- lamivudine
- telbivudine
Cara Kerja Obat
Obat antivirus adalah golongan obat yang digunakan untuk menangani
penyakit-penyakit yang disebabkan infeksi virus. Obat antivirus bekerja
dengan cara mematikan serangan virus, menghambat, serta membatasi
reproduksi virus di dalam tubuh. Penggunaan obat antivirus hanya diberikan
berdasarkan saran dari dokter.

Efek Samping Obat Antivirus


Seperti obat-obat lainnya, obat antivirus juga dapat menyebabkan efek
samping, meskipun tidak semua orang akan mengalami efek samping setelah
mengonsumsi obat, karena respons tubuh terhadap obat bisa berbeda-beda.
Beberapa efek samping yang dapat terjadi setelah mengonsumsi obat
antivirus adalah:
 Sakit kepala
 Mual dan muntah
 Diare
 Masalah kulit
 Halusinasi
Jenis Obat
-Adefovir
Merek dagang: Hepsera
Kondisi: Hepatitis B

 Tablet
Dewasa: 10 mg, 1 kali sehari.

-Entecavir
Merek dagang: Atevir, Baraclude
Kondisi: Hepatitis B

 Tablet
Dewasa: 0,5 atau 1 mg, 1 kali sehari.

-Lamivudine
Merek dagang: 3 TC, 3 TC-HBV, Duviral, Hiviral, Lamivudine, LMV, Telura,
Tenolam-E
Kondisi: Hepatitis B

 Tablet
Dewasa: 100 mg, 1 kali sehari. Khusus pasien yang juga menderita
HIV, dosis yang diberikan adalah 150 mg, 2 kali sehari atau 300 mg, 1
kali sehari.
Anak usia 2-17 tahun: 3 mg/kgBB, 1 kali sehari. Dosis maksimal 100
mg per hari.

-Telbivudine
Merek dagang: Sebivo
Kondisi: Hepatitis B

 Tablet
Dewasa: 600 mg, 1 kali sehari.

Indikasi :
Indikasi vaksin hepatitis B adalah untuk pencegahan penyakit hepatitis B dalam
bentuk formulasi sesuai dengan usia. Vaksin hepatitis B dapat diberikan pada semua
usia, dari bayi baru lahir sampai dewasa.
Kontraindikasi :
Kontraindikasi vaksin hepatitis B adalah pada pasien yang memiliki reaksi alergi
berat, seperti anafilaksis, terhadap dosis sebelumnya, atau terhadap komponen
vaksin. Karena vaksin hepatitis B rekombinan mengandung sel ragi, alergi terhadap
ragi juga menjadi kontraindikasi.

3. Hepatitis C
Pada fase awal infeksi virus hepatitis C, penderita tidak harus langsung diobati.
Seharusnya, virus dapat dilawan dengan sistem kekebalan tubuh yang baik. Namun,
kadar virus tetap harus dipantau dalam beberapa bulan. Jika sistem kekebalan tubuh
lemah dan virus hepatitis C masih bertahan, dokter akan memberikan obat untuk
membantu tubuh melawan virus.
Obat yang aman dan efektif untuk pencerita hepatitis C antara lain:

 Sofosbuvir
 Simeprevir
 Ribarvin
 Ledispavir
 Velpatasvir

Terkadang juga digunakan kombinasi dua macam obat untuk mencapai hasil yang
optimal.
 Obat Sofosbuvir
Indikasi: 
Terapi hepatitis C kronik dalam kombinasi dengan ribavirin dan/atau PEG interferon
alfa, hepatitis C genotip 1, 2, atau 3 termasuk karsinoma dalam kriteria Milan
(menunggu transplantasi) atau hepatitis C/HIV-1 co-infection.
Peringatan: 
Tidak diberikan sebagai dosis tunggal, anak <18 tahun, menyusui. 

Interaksi: 
Amiodaron atau penurun ritme jantung: risiko blok jantung dan bradikardi berat,
induktor P-gp di usus (rifampisin, rifabutin, rifapentin, karbamazepin, fenobarbital,
fenitoin, oksarbazepin, modafinil): menurunkan kadar sofosbuvir dalam plasma
(menurunkan efek terapi), inhibitor P-gp dan/atau BCRP (Breast Cancer Resistance
Protein): meningkatkan kadar sofosbuvir dalam plasma, penghambat HIV protease
(tipranavir, ritonavir): menurunkan kadar sofosbuvir dalam plasma. 
Kontraindikasi: 
Hipersensitivitas, kehamilan atau berencana hamil, pria dengan pasangan wanita
yang sedang hamil, penggunaan bersama dengan rifampisin, rifabutin.

Efek Samping: 
Sangat umum: demam, diare, mual, muntah, insomnia, rasa lelah, iritabilitas,
menggigil, Influenza-like syndrome, nyeri, sakit kepala, pusing, ruam, pruritus,
penurunan nafsu makan, pegal, artralgia, mialgia, sesak napas, batuk, anemia,
neutropenia, penurunan jumlah platelet, limfosit, dan hemoglobin, peningkatan
bilirubin, astenia. Umum: perubahan mood, depresi, ansietas, gelisah, pandangan
kabur, penurunan daya ingat, gangguan konsentrasi, migrain, penurunan berat
badan, rasa tidak nyaman pada perut, konstipasi, dispepsia, mulut kering, GERD, kulit
kering, alopesia, nyeri punggung, kejang otot, nyeri dada, nasofaringitis, sesak napas
eksersional (dyspnoea exertional).
Dosis: 
Oral: 400 mg sekali sehari dalam dosis kombinasi .

4. Hepatitis D
Penyakit hepatitis D jarang terjadi, namun dinilai paling berbahaya dibandingkan jenis
hepatitis lainnya. Walaupun begitu, virus hepatitis D hanya dapat menyebabkan
kerusakan hati yang parah bila terjadi bersamaan dengan infeksi virus hepatitis B.
Sampai saat ini, belum ada pengobatan yang ampuh untuk mengatasi hepatitis D.
Namun, penggunaan interferon-alpha direkomendasikan untuk penyakit ini.
Penyuntikan obat interferon pada penderita dilakukan 1-3 kali per minggu dan dapat
berlangsung selama 12 bulan.

Pengobatan Hepatitis D
Pengobatan hepatitis D bertujuan untuk menghambat perkembangbiakan virus
hepatitis D (HDV), yaitu dengan:

-Pemberian interferon
Interferon  adalah obat yang berasal dari sejenis protein yang bisa menghentikan
penyebaran virus dan mencegahnya kembali muncul di kemudian hari. Obat ini
biasanya diberikan melalui infus setiap minggu selama 1 tahun.

Cara penggunaan Interferon Alfa-2A

Obat ini diberikan melalui suntikan ke dalam otot atau di bawah kulit sesuai arahan dokter.
Balikkan suntikan setiap kali Anda menyuntikkan obat ini untuk mencegah rasa sakit. Obat ini
juga dapat diberikan melalui suntikan ke pembuluh darah atau pada luka secara langsung,
biasanya dilakukan oleh seorang perawat profesional.

Jika Anda menggunakan obat ini di rumah untuk diri sendiri, ketahuilah semua persiapan
serta petunjuk penggunaan dari perawat profesional Anda. Jangan mengocok obat karena
akan menurunkan efektivitas obat. Sebelum digunakan, periksalah produk ini apakah
terdapat partikel atau perubahan warna. Jika terdapat gumpalan, jangan gunakan obat
tersebut. Ketahui cara penyimpanan serta pembuangan persediaan medis yang aman.
Jangan pernah menggunakan jarum suntik berulang kali (hanya sekali pakai). Multidose-pen
dapat dipakai berulang kali. Obat ini paling baik digunakan pada malam hari sebelum tidur
untuk mengurangi efek samping.Minumlah banyak cairan ketika menggunakan obat ini,
kecuali diarahkan sebaliknya dokter.

Dosis dibuat berdasarkan kondisi medis dan respon tubuh terhadap terapi. Jangan
mengubah dosis atau frekuensi penggunaan obat ini tanpa persetujuan dokter. Gunakan
obat ini secara teratur untuk mendapatkan manfaat terbaiknya. Untuk membantu Anda ingat,
gunakanlah obat pada waktu yang sama setiap malam sehingga dosis menjadi terjadwal.

Berbagai merek Interferon Alfa memiliki dosis yang berbeda-beda dalam darah. Obat ini
tersedia dalam berbagai macam, yaitu bubuk dalam botol, larutan dalam botol, serta
multidose-pen. Cara penggunaan produk bergantung pada jenis produk yang Anda gunakan.
Ikuti arahan dokter Anda dengan hati-hati. 

EFEK SAMPING

Reaksi di area injeksi (nyeri/bengkak/kemerahan), sakit kepala, kelelahan, diare, sakit perut,
kehilangan nafsu makan, nyeri punggung, pusing, mulut kering, perubahan mood, mual, atau
muntah dapat terjadi. Jika salah satu dari efek tersebut tidak hilang atau memburuk

Indikasi: 
kambuhan atau metatstasis karsinoma sel ginjal, limfoma sel T kutan yang progresif,
limfoma non Hodgkin folikuler, sarkoma Kaposi, hairy cell leukemia, hepatitis B kronik
aktif, hepatitis C kronik aktif, leukemia mieloid kronis

-Pemberian obat antivirus


Obat-obatan antivirus yang diberikan meliputi entecavir, tenofovir, dan lamivudine.
Obat-obatan ini dapat meningkatkan sistem imun untuk melawan virus dan
menghambat kemampuan virus untuk merusak hati.

-Transplantasi hati
Bila hepatitis D sudah menyebabkan kerusakan hati yang berat, dokter mungkin akan
menyarankan transplantasi atau penggantian hati. Melalui prosedur ini, hati penderita
hepatitis D yang rusak akan diganti dengan hati yang sehat dari pendonor.
5. Hepatitis E
Seperti hepatitis A, hepatitis E juga dapat sembuh dalam waktu yang cukup singkat
tanpa pengobatan khusus. Pasien hepatitis E akan dianjurkan untuk memperbanyak
istirahat, minum air putih yang banyak, serta mendapatkan nutrisi yang cukup selama
masa pemulihan.
Obat hepatitis golongan antivirus biasanya hanya diberikan kepada penderita hepatitis
kronis, seperti hepatitis B, C dan D. Namun, semua penderita hepatitis jenis apa pun
harus menerapkan pola hidup yang sehat, seperti makan makanan bergizi dan
menghindari konsumsi minuman beralkohol.
Penggunaan obat hepatitis secara sembarangan dan tanpa resep dokter sangat tidak
direkomendasikan. Begitu juga dengan obat hepatitis herbal. Selain karena belum
terbukti khasiatnya, obat tersebut bisa saja menimbulkan efek samping yang
berbahaya.

Anda mungkin juga menyukai