Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No.

2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357

PENELITIAN
PENGARUH TERAPI TOKEN TERHADAP KEMAMPUAN
MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN PADA PASIEN
GANGGUAN JIWA
Sunarsih*, Idawati Manurung*, Holidy*
*Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang
Email: sunarsihkarim@gmail.com, idawatimanurung@yahoo.com, holidyilyas@yahoo.co.id

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik
maupun psikologis bisa dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Token Ekonomi adalah suatu wujud modifikasi yang dirancang untuk meningkatkan perilaku yang
diinginkan dan pengurangan perilaku yang tidak diinginkan dengan pemakaian token (hadiah-hadiah).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai rata-rata kemampuan mengontrol diri pasien rawat inap di
LKS-ODK Kemiling Bandar Lampung sebelum dan setelah dilakukan terapi token. Jenis penelitian ini
adalah quasy experimental dengan rancangan pretest-posttest one group design. Jumlah sampel sebanyak
20 orang, dipilih dengan purposive sampling. Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi. Hasil
yang didapat adalah rata-rata nilai kemampuan mengontrol perilaku kekerasan sebelum dilakukan terapi
token adalah 20,05, dan rata-rata nilai kemampuan mengontrol perilaku kekerasan setelah mendapat terapi
token adalah 36,20. Hasil uji dependen sample t-test didapat bahwa ada pengaruh kemampuan mengontrol
perilaku kekerasan sebelum dan setelah dilakukan terapi token (p value 0,00<0,05). Diharapkan petugas
kesehatan dapat lebih meningkatkan intervensi pada asuhan keperawatan untuk pasien-pasien gangguan
jiwa, khususnya perilaku kekerasan dengan menerapkan terapi aktivitas kelompok dan terapi token secara
terprogram dan terstruktur.

Kata Kunci: Perilaku kekerasan, token ekonomi

LATAR BELAKANG cenderung terjadi peningkatan gangguan


jiwa.
Gangguan jiwa menurut American Perilaku kekerasan adalah suatu
Psychiatric Assosiation dalam Diagnostic bentuk perilaku yang bertujuan untuk
and Statistic Manual of Mental (DSM) IV- melukai seseorang secara fisik maupun
TR (2000 dalam Townsend, 2009) adalah psikologis bisa dilakukan secara verbal,
sindroma perilaku yang secara klinik diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan
bermakna atau sindroma psikologis atau lingkungan.
pola yang dihubungkan dengan kejadian Ketidakmampuan yang terjadi pada
distres pada seseorang atau klien gangguan jiwa dikaitkan dengan
ketidakmampuan atau peningkatan secara disabilitas akibat gangguan jiwa berat yang
signifikan resiko untuk kematian, sakit, dialami. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
ketidakmampuan atau hilang rasa bebas. Dasar Tahun 2013 yang menyebutkan
Gangguan jiwa mencapai 13% dari bahwa gangguan jiwa mencapai 1,7%
penyakit secara keseluruhan dan ke meningkat dari tahun 2007 sebesar 0,46%.
kemungkinan akan berkembang menjadi Wilayah paling banyak dengan kasus
25% di tahun 2030, gangguan jiwa juga gangguan jiwa adalah Daerah Istimewa
berhubungan dengan bunuh diri, lebih dari Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali,
90% dari satu juta kasus bunuh diri setiap dan Jawa Tengah (Kemenkes RI. 2014).
tahunnya akibat gangguan jiwa (WHO, Berdasarkan wawancara dengan perawat
2015). Gangguan jiwa ditemukan di semua ruangan pada tanggal 7 Mei 2016,
negara, terjadi pada semua tahap didapatkan data bahwa jumlah pasien
kehidupan, termasuk orang dewasa dan rawat inap ada 70 pasien gangguan jiwa
dan didapatkan 80% mempunyai riwayat

[234]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357

perilaku kekerasan atau sekitar 56 pasien Variabel independen dalam


yang memiliki riwayat perilaku kekerasan. penelitian ini adalah penelitian ini adalah
Salah satu terapi yang dapat kemampuan mengontrol perilaku terapi
dilakukan perawat untuk mengontrol token. Variabel dependen dalam
perilaku kekerasan adalah dengan kekerasan. Analisis univariat dilakukan
diberikan terapi kognitif, terapi keluarga, untuk mengetahui kemampuan mengontrol
terapi perilaku : token ekonomi (Susana, perilaku kekerasan klien menggunakan
2012). Perilaku ini dipilih peneliti sebagai analisis yaitu mean, median, standar
pendamping terapi psikofarmaka untuk deviasi. Analisa bivariat dilakukan untuk
meningkatkan perilaku dalam mengontrol membuktikan hipotesis penelitian
perilaku kekerasan. menggunakan uji dependen sample t-test.
Terapi token ekonomi dianggap
efektif dalam merubah tingkah laku klien,
terapi ini dengan memberikan klien HASIL
imbalan atas perilaku yang diharapkan dari
klien dan mampu dilakukannya. Kegiatan Analisis Univariat
ini dapat dilakukan dengan memberi token
(permen, uang, atau makanan) bila klien Responden dalam penelitian ini
sukses mengubah perilakunya. berjumlah 20 orang dengan karakteristik
Berdasarkan uraian diatas, maka usia sebagian besar berusia 31-40 tahun
perilaku kekerasan merupakan gangguan (65%) dan berusia 19-30 tahun (35%).
jiwa yang membutuhkan perawatan Berdasaekan jenis kelamin sebagian besar
intensif karena dapat menciderai diri, responden berjenis kelamin laki-laki
oranglain dan lingkungan. Salah satu terapi (70%). Sedangkan berdasarkan lama rawat
yang dapat digunakan adalah terapi responden sebagian besar dirawat dalam
perilaku token ekonomi yang dianggap kurun waktu 11-25 tahun (60%).
efektif dalam merubah tingkah laku klien,
terapi ini dengan memberikan klien Tabel 1: Distribusi Responden Berdasar-
imbalan atas perilaku yang diharapkan dari kan Kemampuan Mengontrol
klien dan mampu dilakukannya. Perilaku Kekerasan Sebelum dan
Sesudah Terapi Token

METODE Kemampuan mengontrol Pre test Post test


perilaku kekerasan f % f %
Desain yang digunakan dalam Tidak mampu mengontrol 13 35 6 30
penelitian ini adalah quasy Mampu mengontrol 7 65 14 70
experimentaldengan rancangan pretest- Jumlah 20 100 20 100
posttest one group design. Ciri dari desain
penelitian ini dengan memberikan Berdasarkan tabel di atas diketahui
intervensi kepada responden yang akan bahwa distribusi frekuensi kemampuan
dilakukan terapi token. Sampel penelitian dalam mengontrol perilaku kekerasan
yang diteliti adalah klien yang dirawat inap sebelum dilakukan terapi 7
dengan perilaku kekerasan dengan respondenmampu mengontrl dan setelah
memperhatikan kriteria inklusi sebanyak dilakukan terapi token kemampuan
20 orang dipilih dengan purposive mengontrol perilaku kekerasan meningkat
sampling. InstrumenVyang digunakan menjadi 14 responden mampu mengontrol
berupa lembar observasi. perilaku kekerasan.
Waktu penelitian dilakukan pada
tanggal 20-30 Juli 2016. Tempat penelitian
ini dilaksanakan di LKS-ODK Ekspsikotik
Kemiling Bandar Lampung.

[235]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357

Tabel 2: Distribusi Rata-rata Kemampuan Berdasarkan dari jenis kelamin,


Mengontrol Perilaku Kekerasan didapatkan bahwa distribusi frekuensi jenis
Sebelum dan Sesudah Terapi kelamin pada pasien perilaku kekerasan
Token lebih banyak pada katagori laki-laki
sebanyak 14 dengan persentase 70%. Hal
Kemampuan ini menunjukkan bahwa terjadinya perilaku
Min-
mengontrol Mean Median SD kekeasan lebih banyak dilakukan oleh
Maks
perilaku kekerasan klien dengan jenis kelamin laki-laki. Hal
Sebelum dilakukan ini sejalan dengan teori Al-saffar dan
20,05 18,00 7,02 12-32
terapi token Saeed (2007), mengatakan bahwa laki-laki
Sesudah dilakukan
36,20 39,50 11,23 16-50 lebih sering di diagnosis sebagai gangguan
terapi token
jiwa dibanding perempuan. Pada umumnya
laki-laki dan perempuan mempunyai resiko
Berdasarkan tabel di atas rata-rata
yang sama untuk menderita gangguan jiwa
skor kemampuan mengontrol perilaku
berat namun, derajat keparahan gangguan
kekerasan sebelum dilakukan terapi token
jiwa berat lebih besar pada laki-laki. Jenis
sebesar 20,05 dengan standar deviasi
kelamin mempengaruhi kemampuan
sebesar 7,02. Skor terendah 12 dan
mengontrol diri, dikatakan pria lebih
teringgi 32. Sedangkan sesudah dilakukan
temperamental dari pada wanita yang
terapi token menjadi sebesar 36,20 dengan
dikatakan lebih sabar dalam mengontrol
standar deviasi sebesar 11,23. Skor
perilakunya.
terendah 16 dan tertinggi 50.
Berdasarkan lama dirawat,
Berdasarkan hasil penelitian di dapat
bahwa distribusi frekuensi lama di rawat
PEMBAHASAN
pada pasien perilaku kekerasan diketahui
lebih banyak pada 11-25 tahun sebesar
Jika dilihat dari segi usia,
(60%). Menurut teori Noviadi (2008) yang
berdasarkan hasil penelitian, distribusi
dikutip oleh Aristina Haalwa (2014) yang
frekuensi umur pasien perilaku kekerasan
menyatakan bahwa semakin lama pasien
lebih banyak pada kategori usia 31-40
dirawat makasemakin banyak pasien
tahun sebanyak 13 orang dengan
tersebut mendapatkan terapi pengobatan
persentase 65% dan usia 19-30 tahun
dan perawatan. Sehingga dapat
sebanyak 7 orang dengan persentase
disimpulkan bahwa pasien yang sudah
(35,0%).Data ini menunjukkan klien yang
lama dirawat maka kemampuan dalam
mengalami perilaku kekerasan lebih
mengontrol perilaku kekerasan dirinya
banyak pada klien usia produktif. Hal
maka semakin baik.
inisejalan dengan konsep Niven (2002)
Berdasarkan hasil penelitian dapat
bahwa seseorang yang memiliki usia muda
diketahui bahwa rata-rata skore
lebih patuh daripada usia tua. Hal ini
kemampuan mengontrol perilaku
memungkinkan karena usia muda memiliki
kekerasan sebelum dilakukan TAK dan
kapasitas dan fungsi memori yang lebih
terapi token sebesar 20,05 dan rata-rata
baik untuk menerima informasi tentang
skore kemampuan mengontrol perilaku
pengobatan. Struat dan Laraia (2009)
kekerasan setelah dilakukan TAK dan
menyatakan usia berhubungan dengan
terapi token sebesar 36,20. Dari hasil uji
pengalaman seseorang dalam menghadapi
paired sample t-test di peroleh p value
berbagai macam stresor, kemampuan
0,00<0,05, artinya Ho ditolak dan Ha
memanfaatkan sumber dukungan dan
diterima, ada pengaruh terapi token
keterampilan dalam mekanisme koping.
ekonomi terhadap kemampuan mengontrol
Dapat disimpulkan bahwa usia
perilaku kekerasan pada pasien rawat inap
berhubungan dengan individu dan
di LKS-ODK Ekspsikotik Kemiling
kemampuan mengambil keputusan dalam
Bandar Lampung Tahun 2016.
menyelesaikan setiap masalah yang
datang.

[236]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357

Menurut Parendrawati (2009) bahwa menarik nafas dalam dan pukul bantal.
metode pemberian reward atau Secara verbal, bagaimana cara meminta
reinforcementpositif memiliki pengaruh dengan baik, menolak dengan baik,
berarti terhadap peningkatan perilaku. menerima dengan baik, dan permintaan
Menurut Stuart & Laraia, (2009) untuk maaf. Secara spiritual, sholat dan berdoa
meningkatkan pengetahuan dan perilaku tanpa harus menyalahkan Tuhan dengan
seseorang dapat dilakukan dengan keadaan yang seperti ini. Dan patuh
memberikan dasar pengetahuan yang kuat minum obat, apa manfaat patuh minum
dan pemberian reinforcement positif atau obat bagi klien, cara minum obat dengan
pemberian reward. Strategi lain untuk prinsip 5 benar. Informasi yang sudah
mengubah perilaku secara efektif adalah diberikan ini untuk merubah perilaku klien
dengan token ekonomi. Hasil penelitian selain pemberian informasi terapi perilaku
yang didapat juga didukung oleh teori token juga diperkuat dengan pemberian
Nasir dan Muhith (2011) salah satu terapi reward yang berupa hadiah, yang
perilaku untuk merubah perilaku adalah didapatkan ketika responden mampu
dengan pemberian token ekonomi yaitu menunjukan kemampuan mengontrol
reinforcement positif yang sering perilaku kekerasan. Pemberian token
digunakan pada klien psikiatri. Terapi (hadiah) ini dilakukan segera setelah klien
perilaku token ekonomi merupakan suatu mampu mengontrol perilaku kekerasan dan
wujud modifikasi perilaku yang dirancang memiliki nilai tertinggi, dengan hadiah
untuk meningkatkan perilaku yang yang telah disediakan peneliti, hal ini
diinginkan dan pengurangan perilaku yang menyebabkan klien merasa dihargai atas
tidak diinginkan. perilaku yang mereka lakukan sehingga
Hasil ini sejalan dengan penelitian klien akan mengulangi perilaku tersebut
yang dilakukan oleh Suardika (2012), sehingga terjadi perubahan perilaku yaitu
dengan judul penelitian “Pengaruh Terapi klien menjadi mampu dalam mengontrol
Token Ekonomi terhadap Kemampuan perilaku kekerasannya.
Mengontrol Perilaku Kekerasan Pada Hasil penelitian ini menunjukkan
Klien Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit setelah dilakukan terapi perilaku token
Jiwa Provinsi Bali”.Hasil penelitian ini ekonomi, kepatuhan minum obat pada
membuktikan ada perbedaan kemampuan klien skizofrenia mengalami peningkatan.
klien mengontrol perilaku kekerasan pre Terjadinya perubahan perilaku menjadi
test dengan post test pada kelompok patuh minum obat setelah diberikan terapi
perlakuan sebelum dan sesudah perilaku token ekonomi karena pada saat
mendapatkan terapi token (p value <0,05). pelaksanaan terapi perilaku token ekonomi
Terapi token ekonomi dianggap ini klien diarahkan dan diajarkan terlebih
efektif dalam merubah tingkah laku klien, dahulu perilaku yang akan dirubah, dan
terapi ini dengan memberikan klien klien akan diberikan reward
imbalan atas perilaku yang diharapkan dari (reinforcement positif) berbentuk tanda
klien dan mampu dilakukannya. Kegiatan bintang dan tandabintang ini akan
ini dapat dilakukan dengan memberi token ditukarkan dengan hadiah yang sudah
(permen, uang, atau makanan) bila klien disediakan oleh peneliti jika klien mampu
sukses mengubah perilakunya. merubah perilakunya. Reinforcement
Adanya pengaruh terapi perilaku positif yang berbentuk tanda bintang ini
token ekonomi terhadap kemampuan merupakan salah satu bentuk motivsai
mengontrol perilaku kekerasan disebabkan ekstrinsik yang dapat merubah perilaku
karena pada saat pelaksanaan terapi klien, dan diharapkan perilaku yang
perilaku token sebanyak 4 sesi, dimana muncul akan cukup mengajarkan untuk
disetiap sesi ini klien mendapatkan memelihara tingkah laku yang baru.
berbagai informasi mengenai kemampuan Motivasi ekstrinsik pada penelitian
mengontrol perilaku kekerasan secara ini adalah mendapatkan reward dari nilai
fisik, diantaranya klien diajarkan cara tertinggi, tetapi karena mereka

[237]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357

melaksanakan dan mereka mendapatkan kemampuan mengontrol perilaku


manfaat yang baik dari perubahan itu, kekerasan.
ditambah lagi mendapat respon atau pujian Berdasarkan kesimpulan penulis
yang baik dari teman dan pasien, maka menyarankan agar pusat layanan pasien
motivasi itu berkembang menjadi motivasi ekspsikotik mampu meningkatkan mutu
instrinsik karena responden mendapatkan pelayanan dengan menerapkan terapi-
langsung hadiahnya yaitu menjadi orang terapi aktivitas kelompok dan psikoterapi
yang lebih baik dan direspon baik dari kepada pasien gangguan jiwa secara
orang sekelilingnya. Perolehan tingkah terprogram dan terstruktur.
laku yang diinginkan akhirnya dengan
sendirinya akan menjadi cukup
mengajarkan untuk memelihara tingkah DAFTAR PUSTAKA
laku yang baru yang diyakini dan
dilakukannya. Abdul Nasir, A. M. (2011). Dasar-Dasar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
KESIMPULAN Kemenkes RI. 2014. Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) 2013. Jakarta:
Hasil penelitian menyimpulkan Balitbang Kemenkes RI.
bahwa rata-rata nilai kemampuan LKS-ODK. (2016). Laporan Kesehatan
mengontrol perilaku kekerasan pada pasien Jiwa Yayasan Aulia Rahma.Rekam
rawat inap sebelum dilakukan terapi token Medik LKS-ODK Ekspsikotik.
sebesar 20,05 dan setelah dilakukan terapi Kemiling: Lampung.Tidak
token menjadi sebesar 36,02, hal ini dipublikasikan.
berarti terjadi peningkatan. Berdasarkan Muhith, A. (2015). Pendidikan
hasil analisis statistik, maka disimpulkan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: CV
bawha ada perbedaan kemampuan ANDI OFFSET.
mengontrol kekerasan sebelum dan Stuart, G. W. (2009). Buku Saku
sesudah dilakukan terapi token (p value = Keperawatan Jiwa . Jakarta: EGC.
0,00 < 0,05). Sehingga dapat disimpulkan Susana, S. A. (2012). Terapi Modalitas
ada pengaruh terapi token terhadap Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

[238]

Anda mungkin juga menyukai