Segala Puja dan puji syukur kita haturkan Kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang
telah memberikan kita berbagai macam nikmat terutama nikmat sehat dan sempat sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “ Konsep Dasar dan Konsep Asuhan Keperawatan
pada Pasien dengan Gastritis” ini dapat diselesaikan dengan apa adanya dan tepat pada
waktunya.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak, atas bantuan,dukungan dan doanya. Makalah ini mungkin kurang
sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan saran dari Bapak/Ibu Dosen dan teman-teman
untuk penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah yang kami tulis ini dapat memberikan tambahan wawasan bagi teman-
teman mahasiswa keperawatan dan semoga bisa menjadi bahan referensi untuk pembelajaran
kita bersama.
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar.................................................................................................................1
Daftar Isi..........................................................................................................................2
Bab I Pendahuluan
1.3 Tujuan........................................................................................................................5
1.4 Manfaat......................................................................................................................6
Bab II Pembahasan
A. KONSEP TEORI GASTRITIS
2. Definisi..........................................................................................................10
3. Etiologi..........................................................................................................12
4. Patofisiologi...................................................................................................13
5. Klasifikasi......................................................................................................14
6. Penatalaksanaan.............................................................................................17
7. Discharge Planning........................................................................................17
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GASTRITIS
1. Pengkajian......................................................................................................18
2. Diagnosa Keperawatan..................................................................................19
3. Perencanaan ..................................................................................................19
4. Implementasi..................................................................................................24
1
5. Evaluasi..........................................................................................................27
3.1 Simpulan....................................................................................................................29
3.2 Saran..........................................................................................................................30
Daftar Pustaka.................................................................................................................. 31
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Gastritis atau yang lebih dikenal dengan sebutan maag, merupakan salah
satu penyakit yang banyak dikeluhkan oleh masyarakat (Mustakim, 2009).Gastritis
bukanlah penyakit tunggal, tetapi beberapa kondisi yang mengacu pada peradangan
lambung (Herlan, 2001)
Keluhan Gastritis merupakan suatu keadaan yang sering dan banyak dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Tidak jarang kita jumpai penderita Gastritis kronis selama bertahun-
tahun pindah dari satu dokter ke dokter yang lain untuk mengobati keluhan Gastritis
tersebut. Berbagai obat-obatan penekan asam lambung sudah pernah diminum seperti
antasida maupun yang lain, namun keluhan selalu datang silih berganti. Keluhan yang
bekepanjangan dalam menyembuhkan Gastritis ini dapat menimbulkan gangguan psikologi
seseorang yaitu berupa stress. Stress ini bukan tidak mungkin justru menambah berat
Gastritis penderita yang sudah ada (Budiana, 2006).
Budiana (2006), mengatakan bahwa Gastritis ini terbesar di seluruh dunia dan bahkan
di perkirakan diderita lebih dari 1,7 milyar. Pada negara yang sedang berkembang infeksi
diperoleh pada usia dini dan pada negara maju sebagian besar dijumpai pada usia tua.
Menurut Maulidiyah dan Unum (2006), angka kejadian infeksi Gastritis Helicobacter
Pylory pada beberapa daerah di Indonesia menunjukan data yang cukup tinggi. di Kota
Surabaya angka kejadian Gastritis sebesar 31,2%, Denpasar 46%, sedangkan di Medan
angka kejadian infeksi cukup tinggi sebesar 96,1 %. Sedangkan menurut Herlan (2001),
bahwa adanya penemuan infeksi Helicobacter Pylory ini mungkin berdampak pada
tingginya kejadian Gastritis.
Faktor etiologi Gastritis lainnya adalah asupan alkohol berlebihan (20%), merokok
(5%), makanan berbumbu (15%), obat-obatan (18%) dan terapi radiasi (2%). Berdasarkan
data statistik yang ada di Puskesmas Kecamatan Kemayoran pada tahun 2009 sebanyak
(40,9%), dan pada tahun 2010 sebanyak (32,7%). Hal ini menunjukan bahwa terjadi
penurunan pada penderita penyakit gastritis pada setiap tahunnya, meskipun terjadi
3
penurunan tetapi masih perlu adanya penanganan dan perhatian khusus dalam perawatan
maupun pencegahan untuk mengatasi masalah keperawatan yang muncul pada penderita
gastritis.
Dari hasil penelitian para pakar, didapatkan jumlah penderita gastritis (90%) lebih
banyak wanita dibandingkan pria dan gastritis dapat menyerang sejak usia dewasa muda
hingga lanjut usia dan tidak mengetahui mengenai dampak buruk gastritis. Hal ini
disebabkan karena berbagai macam faktor diantaranya psikologis. Hal yang sering dijumpai
pada perubahan psikologis seseorang salah satunya yaitu stress dan karena hampir sebagian
besar wanita tidak bisa untuk mencari jalan keluar untuk setiap masalahnya, oleh karena itu
banyak para wanita terdiagnosis penyakit ini (Riyanto, 2008).
Penyebab tersebut, apabila tidak segera ditangani akan berdampak bagi penderita.
Dampak dari gastritis bisa mengalami komplikasi seperti perdarahan saluran cerna bagian
atas, hematemesis dan melena (anemia), ulkus peptikum, perforasi (Arief, 2000).
Berdasarkan masalah tersebut perawat melalui upaya promotif yaitu penyuluhan
kepada masyarakat dan keluarga dengan tujuan keluarga mampu mengenal masalah gastritis
dan dapat menanggulanginya. Upaya preventif yaitu menyarankann agar tidak makan yang
pedas dan asam . Upaya kuratif yaitu memberitahukan pada pasien untuk mengkonsumsi
obat-obat herbal,jika makin parah maka berikan obat-obatan yang digunakan dalam
mengatasi gastritis. Upaya rehabilitatif yaitu upaya masa pemulihan, perawat berperan
penting untuk menyarankan kepada keluarga atau masyarakat agar menjaga pola makan
yang lebih sehat dan menyarankan agar makan tepat waktu.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
4
2. Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien gastritis.
D. MANFAAT PENULISAN
Makalah ini dibuat oleh mahasiswa dengan harapan dapat menjadi bahan bacaan untuk
mahasiswa lain dalam memahami konsep dasar penyakit gastritis yang meliputi pengertian,
penyebab, jalannya penyakit, klasifikasi sampai dengan penatalaksanaannya. Selain itu juga
untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pasien meliputi pengkajian, diagnosa,
perencanaan, tindakan, sampai dengan evaluasi tindakan. Semoga makalah ini dapat
menambah wawasan mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan sehingga dapat
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada mastarakat.
5
A. KONSEP TEORI GASTRITIS
6
makanan menjadi partikel-partikel yang kecil, mengaduk dan mencampur makanan
tersebut dengan cairan lambung dan mendorong ke arah duodenum.
3. Submukosa
Terdiri dari jaringan areoral yang menghubungkan lapisan mukosa dan lapisan
muskularis. Jaringan ini memungkinkan mukosa bergerak bersama gerakan
peristaltik. Lapisan ini juga mengandung pleksus saraf, pembuluh darah dan
saluran limfe.
4. Mukosa
Lapisan dalam lambung tersusun dari lipatan longitudinal yang disebut rugae.
Dengan adanya lipatan-lipatan ini lambung dapat berdistensi sewaktu diisi
makanan, pada mukosa ini terdapat kelenjar yaitu:
a. Kelenjar kardia terletak dekat lubang kardia yang mengekresi mukus.
b. Kelenjar fundus atau gastrik terletak pada fundus dan hampir seluruh korpus
lambung. Pada kelenjar fundus ini terdapat tiga jenis sel utama yaitu sel-sel
zimogenik atau chiefcells mensekresikan pepsinogen, sel parietal,
mensekresikan asam hidroklorida dan faktor instrinsik, sel mukus
mensekresikan mukus.
c. Kelenjar pilorus terletak pada daerah pilorus lambung yang menghasilkan
gastrin (Wilson, 2002)
Adapun fungsi lambung yaitu:
1. Fungsi motorik
a. Fungsi reservoir yaitu menyimpan makanan sampai makanan tersebut sedikit
demi sedikit dicernakan dan bergerak pada saluran cerna. Menyesuaikan
peningkatan volume tanpa menambah tekanan dengan relaksasi resektif otot
polos diperantarai saraf vagus dan dirangsang oleh gastrin.
b. Fungsi mencampur yaitu memecahkan makanan menjadi partikel-partikel
kecil dan mencampurnya dengan getah lambung melalui kontraksi otot yang
mengelilingi lambung.
c. Fungsi pengosongan lambung diatur oleh pembukaan spingter pilorus yang
dipengaruhi oleh viskositas, volume keasaman,aktivitas osmotik, keadaan
fisik serta oleh emosi, obat-obatan dan kerja.
7
2. Fungsi pencernaan dan sekresi
a. Pencernaan protei oleh pepsin dan HCL dimulai di lambung, pencernaan
karbohidrat dan lemak oleh amilase dan lipase dalam lambung kecil
peranannya.
b. Sintesis dan pelepasan gastrin dipengaruhi oleh protein yang dimakan,
peregangan antrum, alkalinisasi antrum dan rangsangan vagus.
c. Sekresi faktor intrinsik memungkinkan absobsi vitamin B.12.
d. Sekresi mukus membentuk selubung yang mellindungi lambung serta
berfungsi sebagai pelumas sehingga makanan lebih mudah diangkut.
Pengaturan sekresi lambung dibagi menjadi:
1. Fase sefalik
Dimulai makanan masuk lambung yaitu sebagai akibat melihat, mencium
dan memikirkan atau mengecap makanan. Fase ini diperantarai seluruhnya
oleh syaraf vagus dan dihilangkan dengan vagotomi sinyal neotogenik yang
menyebabkan fase sefalik berasal dari korteks serebri atau pusat nafsu
makan.impuls aferen kemudian dihantar melalui syaraf vagus ke lambung.
Hasilnya kelenjar gastrik dirangsang mengeluarkan asam HCL, pepsinogen
dan menambah mukus.
2. Fase gastrik
Dimulai saat makanan mencapai antrum pilorus. Distensi yang terjadi pada
antrum menyebabkan terjadinya rangsangan mekanis dari reseptor-reseptor
pada dinding lambung. Impuls tersebut menuju medula melalui aferen vagus,
impuls ini merangsang pelepasan hormon gastrin an secara langsung juga
merangsang kelenjar-kelenjar lambung. Gastrin di lepas dari antrum
kemudian dibawa ke aliran darah menuju kelenjar lambung untuk
merangsang sekresi. Pelepasan gastrin juga dirangsang oleh PH alkali, garam
empedu di atrum. Gastrin adalah stimulus utama sekresi asam hidroklorida.
3. Fase intestinal
Dimulai oleh gerakan kismus dari lambung ke duodenum. Adanya protein
yang telah dicerna sebagian dalam duodenum merangsang pelepasan gastrin
usus suatu hormon yang menyebabkan lambung terus menerus mensekresi
8
cairan lambung, tetapi peranan usus halus sebagai penghambat sekresi
lambung jauh lebih besar (Wilson,2002)
2. Definisi
Gastritis adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat
akut, dengan kerusakan “Erosive” karena permukaan hanya pada bagian mukosa (Iin
Inaya, 2004).
Gastritis adalah peradangan pada lapisan lambung (Medicastore,2003). Gastritis
adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung
(Suyono,2001).
David Ovedorf(2002) mendefinisikan gastritis sebagai inflamasi mukosa gaster
akut atau kronik.
Pengertian yang lebih lengkap dari gastritis yaitu peradangan lokal atau
menyebar pada mukosa lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa
dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain (Reeves, 2002).
Jadi gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut
atau kronik, diffus atau lokal. Menurut penelitian, sebagaian besar gastritis
disebabkan oleh infeksi bacterial mukosa lambung yang kronis. Selain itu beberapa
bahan yang sering dimakan dapat mennyebabkan rusaknya sawar mukosa pelindung
lambung.
3. Etiologi
Lapisan lambung menahan iritasi dan biasanya tahan terhadap asam yang kuat. Tetapi
lapisan lambung dapat mengalami iritasi dan peradangan karena beberapa penyebab:
a. Gastritis bakterialis biasanya merupakan akibat dari infeksi oleh Helicobacter
pylori ( bakteri yang tumbuh yang tumbuh di dalam sel penghasil lendir di lapisan
lambung). Tidak ada bakteri lainnya yang ada dalam keadaan normal tumbuh di
dalam lambung yang bersifat asam, tetapi jika lambung tidak menghasilkan asam,
berbagai bakteri bisa tumbuh di lambung. Bakteri ini bisa menyebabkan gastritis
menetep atau gastritis sementara.
9
b. Gastritis karena steress akut, merupaka n jenis gastritis yang paling berat, yang
disebabkan oleh penyakit berat atau trauma (cedera) yang terjadi secara tiba-tiba.
Cederanya sendiri mungkin tidak mengenai lambung seperti yang terjadi pada
luka bakar yang luas atau cedera yang menyebabkan perdarahan hebat.
c. Gastritis erosif kronis bisa merupakan akibat dari : bahan-bahan seperti obat-
obatan , terutama aspirin dan obat anti peradangan non steroid lainya, penyakit
Crohn, infeksi virus dan bakteri. Gastritis ini terjadi secara perlahan pada orang-
orang yang sehat, bisa disertai dengan perdarahan atau pembentukan ulkus
(borok, luka terbuka), paling sering terjadi pada alkoholik.
d. Gastritis karena virus atau jamur bisa terjai pada penderita penyakit menahun atau
penderita yang mengalamu gangguan sistem kekebalan.
e. Gastritis eosinofilik bisa terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi terhadap infeksi
cacing gelang . eosinofil (sel darah putih) terkumpul di dinding lambung.
f. Gastritis atrofik terjadi jika antibodi menyerang lapisan lambung, sehingga
lapisan lambung menjadi sangat tipis dan kehilangan sebagian atau seluruh selnya
yang menghasilkan asam dan enzim. Keadaan ini biasanya terjadi pada usia lanjut
gastritis ini juga cenderung terjadi pada orang-orang yang sebagian lambungnya
telah diangkat (mengalami pembedahan gastrektomi parsial). Gastritis atrofik bisa
menyebabkan anemia pernisiosa karena mempengaruhi penyerapan vittamin B12
dari makanan.
g. Penyakit Meniere merupakan jenis gastritis yang penyebabnya tidak diketahui.
Dinding lambung menjadi tebal, lipatanya melebar, kelenjarnya membesar dan
memiliki kista yang terisi cairan. Sekitar 10% penderita penyakit ini menderita
kanker lambung.
h. Gastritis sel plasma merupakan gastritis yang penyebabnya tidak diketahui. Sel
plasma (salah satu jenis sel darah putih) terkumpul di dalam dinding lambung dan
organ lainnya. Gastritis juga bisa terjadi jika seseorang menelan bahan korosif
atau menerima terapi penyinaran dengan dosis yang berlebihan.
10
4. Patofisiologi
Bahan-bahan makanan, minuman, obat maupun zat kimia yang masuk kedalam
lambung menyebabkan iritasi atau erosi pada mukosanya sehingga lambung
kehilangan barrier (pelindung). Selanjutnya terjadi peningkatan difusi balik ion
hidrogen. Gangguan difusi pada mukosa dan penngkatan sekresi asam lambung yang
meningkat / banyak. Asam lambung dan enzim-enzim pencernaan. Kemudian
menginvasi mukosa lambung dan terjadilah reaksi peradangan.
Demikian juga terjadi peradangan dilambung karena invasi langsung pada sel-
sel dinding lambung oleh bakteri dan terinfeksi. Peradangan ini termanifestasi seperti
perasaan perih di epigastrium, rasa panas / terbakar dan nyeri tekan.
11
Sumber pohon masalah : Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan
diagnose Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta : Mediaction
Perdarahan
Inflamasi Erosi mukosa lambung
Mukosa lambung
Nyeri epigastrum kehilangan integritas
Menurunnya tonus dan
jaringan
peristaltic lambung
Anoreksia
12
5. Klasifikasi
a. Gastritis Superfisialis Akut
1) Definisi
Adalah suatu peradangan permukaan lambung yang akut dengan
kerusakan-kerusakan erosi.
2) Etiologi
a) Obat analgetik-anti inflamasi terutama aspirin
b) Bahan kimia, misalnya lisol
c) Merokok
d) Alkohol
e) Stress fisis ( combustio, sepsis, trauma, gagal ginjal)
f) Refluks usus halus
g) Endotoksin bakteri
h) Makanan berbumbu (lada, cuka)
3) Manifestasi klinis
a) Keluhan dapat bervariasi, kadang tidak ada keluhan tertentu
sebelumnya dan sebagian besar hanya mengeluh nyeri epigastrium
yang tidak hebat
b) Kadang disertai dengan nausea dan vomitus
c) Anorexia
d) Gejala yang berat:
(1) Nyeri epigastrium hebat
(2) Perdarahan
(3) Vomitus
(4) Hematemesis
4) Pemeriksaan Diagnostik
a) Hispatologi biopsy
b) Analisis cairan lambung
c) Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya
antibodi H.Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan
13
bahwa pasien pernnah kontak dengan bakteri pasa suatu waktu dalam
hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena
infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang
terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.
d) Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H.
pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat
mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan
terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya
pendarahan pada lambung.
e) Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat
adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin
tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan
sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan
masuk ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil.
Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum
endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman
menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat
mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari
jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium
untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30
menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini
selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang,
kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes ini.
Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada
tenggorokan akibat menelan endoskop.
f) Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-
tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan
diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan
ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih
jelas ketika di ronsen.
14
5) Komplikasi
a) Perdarahan saluran cerna
b) Ulkus
c) Perforasi (jarang terjadi)
6) Penatalaksanaan
a) Gastritis superfisial akut biasanya mereda bila agen-agen penyebab
dapat dihilangkan
b) Penatalaksanaan medik yang diberikan:
(1) Obat anti mual/ muntah
(2) Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit IV jika masih
muntah
(3) Penghambat H2 (ranitidine)
(4) Antacid
b. Gastritis Atropik Kronik
1) Definisi
Suatu peradangan bagian permukaan lambung yang menahun. Gastritis ini
ditandai oleh artrofi progesif epitely
2) Etiologi
Belum diketahui
a) Namun penyakit ini sering terdapat pada orang tua, peminum alkohol
berlebih, merokok ( merupakan predisposisi gastritis atrofik)
b) Pada klien dengan anemia pernisiosa , patogenesis berkaitan dengan
mekanisme imunologik
c) Gastritis kronik merupakan predisposisi timbulnya tukak lambung dan
Ca
3) Manifestasi Klinis
a) Perasaan penuh pada abdomen
b) Anorexia, nausea
c) Distres epigastrik yang tidak nyata
d) Nyeri ulu hati, nyeri ulkus peptik
15
e) Keluhan-keluhan anemia
6. Penatalaksanaan
7. Discharge Planning
a. Hindari minuman berakohol karena dapat mengiritasi lambung sehingga terjadi
inflamasi dan perdarahan
b. Hindari merokok karena dapat menggangu lapisan dinding lambung sehingga
pasien lebih mudah mengalami gastritis dan tukak/ulkus. Dan rokok dapat
meningkatkan asam lambung dan memperlambat penyembuhan tukak/ ulkus. Dan
rokok dapat meningkatkan asam lambung.
c. Atasi stress sebaik mungkin.
d. Makan makanan yang kaya akan buah dan sayur, namun hindari sayur dan buah
yang bersifat asam ( misal: jeruk, lemon, grapefruit, nanas dan tomato).
e. Jangan berbaring setelah makan untuk menghindari refluks (aliran balik) asam
lambung.’
16
f. Berolahraga secara teratur untuk membantu mempercepat aliran makanan melalui
usus
g. Bila perut mudah mengalami kembung (banyak gas) untuk sementara waktu
kurangi makananyang tinggi serat.
h. Makan dalam porsi sedang (tidak banyak) tetapi sering, berupa makanan lunak
dan rendah lemak. Makanlah secara perlahan dan rileks.
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
1) Gejala nyeri ulu hati
2) Tidak dapat makan
3) Mual/muntah
4) Kapan gejala dirasakan : sebelum/sedudah makan, setelah mencerna makanan
pedas atau mengiritasi lambung, atau setelah mencerna obat tertentu atau
alkohol?
5) Apakah gejala b.d ansietas, stress, alergi, makan atau minum terlalu banyak,
atau makan terlalu cepat?
6) Bagaimana gejala hilang?
7) Apakah ada riwayat penyakit lambung sebelumnya atau menjalani
pembedahan lambung?
8) Pola makan dan riwayat diet
9) Identifikasi lamanya gejala, kapan hilang atau berkurang, dengan metode apa
pasien mengatasi keluhan, efek gejala terhadap pasien
b. Pemeriksaan fisik
1) Nyeri tekan abdomen
2) Dehidrasi ( perubahan turgor kulit, membran mukosa kering).
3) Gangguan sistemik yang dapat diketahui menjadi penyebab gastritis.
17
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak
cukup dan kehilangan cairan berlebih karena muntah.
3. Intervensi
No DX NOC NIC
1 Fluid balance (0601) Fluid managemen ( 4120 )
18
batas normal 6. Monitor vital sign
2 = Cukup bermasalah
3 = Bermasalah sedang
4 = Sedikit bermasalah
5 = Tidak bermasalah
2 Pain control ( 1605 ) Pain managemen (1400)
19
sudah terkontrol
2 = Jarang dilakukan
3 = Kadang dilakukan
4 = Sering dilakukan
5 = Selalu dilakukan
3 Nutritional status : Nutrien intakeNutrition managemen (1100)
(1009)
1. Kaji adanya alergi makanan
20
- (100908) calcium intake
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
4 ANXIETY Control (1402) ANXIETY Reduktion (5820)
21
1 = Tidak pernah memperlihatkan
2 = Jarang memperlihatkan
3 = Kadang memperlihatkan
4 = Memperlihatkan
5 = Selalu memperlihatkan
5 Knowladge : Disease Proses (1803) Pain managemen ( 1400)
Keterangan penilain
22
1 = Tidak pernah dilakukan
2 = Jarang dilakukan
3 = Kadang dilakukan
4 = Sering dilakukan
5 = Selalu dilakukan
4. Implementasi
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan perawatan merupakan tindakan pemberian asuhan
keperawatan yang dilakukan secara nyata untuk membantu klien mencapai tujuan
pada rencana tindakan yang telah dibuat. (Nursalam, 2001 ; 63, dikutip dari Lyer,
et.al, 1996)
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping”. (Nursalam, 2001 ; 63).
23
Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga tahapan yang harus dilalui yaitu persiapan,
perencanaan dan dokumentasi.
b. Fase intervensi:
c. Fase dokumentasi
Merupakan suatu pencatatan lengkap dan akurat dari tindakan yang telah
dilaksanakan yang terdiri dari tiga tipe yaitu:
24
Adapun kriteria yang diharapkan pada implementasi penyakit Gastritis adalah:
d. Penkes kepada pasien mengenai therafi yang diberikan dan indikasi dari
pemberian obat - obatan .
5. Evaluasi
25
untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,
perencanaan, dan pelaksanaan tindakan. (Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari
Ignatavicius & Bayne, 1994).
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan. Hal
ini bisa dilaksanakan dengan melaksanakan hubungan dengan klien berdasarkan
respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat
mengambil keputusan :
a. Proses (Formatif)
b. Hasil (Sumatif)
Adalah evaluasi yang dapat dilihat pada perubahan perilaku atau status kesehatan
klien pada akhir tindakan perawatan klien.
26
Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 yaitu:
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
27
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut
atau kronik, diffus atau lokal. Menurut penelitian, sebagaian besar gastritis
disebabkan oleh infeksi bacterial mukosa lambung yang kronis. Selain itu beberapa
bahan yang sering dimakan dapat mennyebabkan rusaknya sawar mukosa pelindung
lambung.
Proses terjadinya gastritis berawal dari konsumsi makanan. Bahan-bahan
makanan, minuman, obat maupun zat kimia yang masuk kedalam lambung
menyebabkan iritasi atau erosi pada mukosanya sehingga lambung kehilangan barrier
(pelindung). Selanjutnya terjadi peningkatan difusi balik ion hidrogen. Gangguan
difusi pada mukosa dan penngkatan sekresi asam lambung yang meningkat / banyak.
Asam lambung dan enzim-enzim pencernaan. Kemudian menginvasi mukosa
lambung dan terjadilah reaksi peradangan. Demikian juga terjadi peradangan
dilambung karena invasi langsung pada sel-sel dinding lambung oleh bakteri dan
terinfeksi. Peradangan ini termanifestasi seperti perasaan perih di epigastrium, rasa
panas / terbakar dan nyeri tekan. Spasme lambung juga mengalami peningkatan
diiringi gangguan pada spinkter esophagus sehingga terjadi mual-mual sampai
muntah. Bila iritasi / erosi pada mukosa lambung sampai pada jaringan lambung dan
mengenai pembuluh darah. Sehingga kontinuitasnya terputus dapat mennimbulkan
hematemesis maupun melena.
3.2 Saran
Untuk menghindari dan mencegah gastritis ini diharapkan agar menjaga konsumsi
dan pola asupan nutrisinya sehingga mencegah adanya kerusakan jaringan lambung
dan infeksi bakteri pada lambung
28
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Inayah. Lin. (2004). Asuhan Keperawatan Pada Klien denagn gangguan sistem
Masjoer, Arif dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnose Medis dan
Nanda Nic-Noc. Jogjakarta : Mediaction
Price, Sylvia A. Wilson, L. M. (1994). Patofisiologi Konsep Proses Penyakit, edisi 4, Alih
Bahasa Peter Anugrah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica
Ester, Yasmin asih. Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith M. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC
http://www.indofarma.co.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=27&Itemid=125
https://nurhayatiakperrsijumj.files.wordpress.com/2013/11/makalah-gastritis.pdf
29