Anda di halaman 1dari 6

KERAGAMAN DALAM ORGANISASI

Paper ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perilaku Keorganisasian
Pengampu: Arum Darmawati, SE., MM.

“Diskriminasi dalam Keragaman Organisasi ”

oleh
Indah Puspasari
18808144009

PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2020
Pendahuluan
Perbedaan ataupun keragaman di suatu organisasi merupakan hal yang biasa bagi
sebagian besar orang. Keragaman dalam suatu kelompok atau organisasi dapat berupa umur,
gender, suku, ras, warna kulit, dan lain sebagainya. Adanya keragaman di suatu organisasi
tersebut dapat meningkatkan peluang bagi terciptanya suasana kerja dengan prinsip “Bhineka
Tunggal Ika” dan memotivasi untuk saling mengenal satu dengan yang lainnya. Akan tetapi
banyaknya keragaman di dalam organisasi juga dapat membuat sebagian orang merasa
diperlakukan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perlakuan yang berbeda tersebut dapat
menciptakan rasa ketidakadilan bagi orang-orang yang berada dalam kelompok atau organisasi
sehingga munculah diskriminasi.

Diskriminasi adalah salah satu fenomena yang sering terjadi di dalam suatu kelompok
organisasi. Menurut Brigham (dalam Kuncoro:2007) diskriminasi adalah perlakuan secara
berbeda karena keanggotaannya dalam suatu kelompok etnic tertentu. Kelompok etnic yang
dimaksud diantaranya adalah suku, adat istiadat, kebangsaan, bahasa, agama, dan lain-lain.
Diskriminasi dapat memberi pengaruh buruk bagi orang yang dirugikan.

Jenis-Jenis Diskriminasi

Robbins & Judge membagi diskriminasi menjadi beberapa jenis. Pertama, kebijakan
diskriminatif (tindakan yang diambil oleh perwakilan organisasi yang menyangkal kesempatan
untuk melakukan atau imbalan yang tidak sama untuk kinerja). Contoh diskriminasi kebijakan
adalah seorang pekerja yang lebih tua mungkin menjadi sasaran PHK karena
mereka dibayar tinggi dan memiliki manfaat yang menguntungkan.

Jenis diskriminasi yang kedua adalah pelecehan seksual. Pelecehan seksual tersebut dapat
berupa perilaku verbal dan fisik yang bersifat seksual dan menciptakan rumor lingkungan kerja
yang ofensif. Contoh dari pelecehan seksual adalah berupa rayuan (verbal) hingga menyentuh
tubuh orang lain secara sengaja di tempat kerja (non-verbal). Gutek dan Dunwoody, 1987 (dalam
Kurnianingsih) menjelaskan organisasi kerja di mana pelecehan seksual akan lebih banyak
terjadi adalah organisasi kerja yang mempunyai ciri sebagai berikut: (1) mempunyai struktur dan
stratifikasi yang tinggi, (2) hampir tidak mempunyai perhatian untuk perbaikan terhadap urusan
yang berhubungan dengan pekerjaan, (3) mempunyai pilihan atau persyaratan untuk berlibur atau
kerja lembur, (4) mempunyai rasio jenis kelamin yang tidak seimbang, (5) mempunyai
pengharapan akan “perilaku yang seksi” di tempat kerja, (6) memiliki iklim organisasional yang
dikarakterisasikan dengan masalah peran, (7) memiliki kelompok kerja yang besar atau kantor
yang semi privat, dan (8) pimpinan tidak ketat dalam memberi sanksi bagi pelaku pelecehan.
Delapan hal tersebut dapat membuat pelecehan di tempat kerja atau organisasi semakin rawan
dan memerlukan pengawasan ketat.

Bentuk diskriminasi berikutnya adalah ejekan dan hinaan. Contohnya adalah ketika
seseorang di dalam suatu organisasi atau tempat kerja memberi candaan berupa hinaan dan
ejekan terhadap fisik. Beberapa orang mungkin tidak menghiraukan apa yang telah ia katakan.
Namun untuk seorang korban, hal ini dapat sangat menyakiti hatinya dan menurunkan mental
serta kinerjanya.

Diskriminasi keempat adalah pengecualian. Pengecualian dimaksudkan mempersempit


peluang seseorang dalam hak berbicara, mengutarakan pendapat, mendapatkan pekerjaan,
berdiskusi, dan beberapa kegiatan lainnya. Contohnya adalah ketika seorang perempuan diberi
batasan hak untuk berdiskusi dalam satu pertemuan dan lebih mengutamakan suara laki-laki
dalam membahas topik tertentu.

Pengaruh Diskriminasi terhadap Kinerja dalam Organisasi

Diskriminasi tentunya bukanlah hal yang diinginkan bagi setiap orang dalam suatu
organisasi dan dimanapun dia berada. Namun pada kenyataannya, berbagai faktor telah
menyatukan berbagai orang dengan berbagai keragaman di satu tempat kerja atau organisasi. Hal
tersebut dapat memicu berbagai macam keragaman di organisasi menjadi satu hal yang cukup
merugikan bagi beberapa orang.

Adanya perlakuan tidak adil dengan berbagai macam alasan dapat memunculkan
perasaan tidak nyaman yang juga mengganggu mental seseorang dan menurunkan motivasi
seseorang dalam bekerja. Jika kinerja seseorang menurun, maka hal tersebut juga akan sangat
berpengaruh pada output perusahaan atau organisasi tersebut. Keragaman yang sejatinya
merupakan peluang bagi seseorang maupun organisasi untuk sama-sama berkembang dan
mencapai tujuan bersama justru menjadi bencana bagi kedua pihak. Oleh karena itu, sangat
disarankan bagi seluruh organisasi untuk memiliki pengawasan ketat terhadap perilaku individu
di tempat tersebut untuk menjaga kenyamanan dan agar tujuan awal organisasi dapat tercapai
secara harmonis.

DAFTAR PUSTAKA
Kuncoro, Joko. “Prasangka Dan Diskriminasi” dalam Jurnal Psikologi Proyeksi, diunduh dari
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/proyeksi/article/view/236 pada hari Selasa, 11
Februari 2020.
Kurnianingsih, Sri. “Pelecehan Seksual Terhadap Perempuan di Tempat Kerja”, diunduh dari
https://journal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/article/view/7464/5803 pada hari Senin, 10
Februari 2020.
Robbins dan Judge. 2013. Organizational Behavior. Pearson Education, Inc.
RINGKASAN KASUS THE FLYNN EFFECT

Sejumlah besar kemampuan manusia diwariskan kepada keturunannya. Namun semakin


berkembangnya zaman, kemampuan manusia semakin meningkat. Hal ini ditunjukan dengan
adanya hasil penelitian tes skor IQ manusia oleh seorang peneliti dari Selandia Baru, yaitu James
Flynn. Hasil yang didapat dari tes skor IQ manusia tersebut menunjukkan bahwa pada tahun
1970-an skor IQ semua orang lebih baik dan meningkat daripada tahun 1940-an. Skor IQ
meningkat bukan hanya di negara Amerika Serikat, namun juga di negara-negara yang telah
diuji. Fenomena ini disebut dengan Flynn Effect.

Beberapa hal yang dapat menjelaskan faktor dari efek tersebut antara lain, pendidikan
yang dinilai lebih baik dibandingkan dengan leluhur, keluarga yang lebih kecil, cerdas dalam
melaksanakan ujian, dan gen. Namun, terlepas dari beberapa hal tersebut, peneliti masih terus
berusaha untuk menemukan mekanisme peningkatan skor IQ. Mekanisme secara fisik sulit
ditentukan oleh peneliti untuk meningkatkan IQ dan mereka mengusulkan ke arah mekanisme
peningkatan IQ secara kimia dengan bahan obat, seperti dopamin.

Pertanyaan:

1. Apakah Anda percaya orang benar-benar semakin pintar? Mengapa iya atau mengapa
tidak?
2. Manakah dari faktor-faktor yang menjelaskan efek Flynn yang Anda terima?
3. Jika efek Flynn benar, apakah ini merusak teori bahwa IQ sebagian besar diwariskan?
Mengapa iya atau mengapa tidak?

Jawab:

1. Ya, saya percaya bahwa orang benar-benar semakin pintar. Hal ini sangat didukung oleh
beberapa hal seperti berkembangnya teknologi dan industri sampai di era saat ini (industri
4.0). Adanya teknologi terbarukan setiap waktu mendukung orang-orang untuk semakin
pandai bereksperimen dan menemukan hal baru yang belum pernah ditemui sebelumnya.
2. Faktor yang dapat saya terima adalah adanya pendidikan yang lebih baik. Pendidikan
yang semakin maju dan berkembang akan menciptakan lingkungan yang baru dengan
dukungan teknologi baru pula dalam proses belajar-mengajar. Lingkungan yang baru
tersebut dapat menciptakan motivasi untuk mempelajari hal baru dalam berbagai bidang
sehingga kecerdasan manusia pun meningkat.
3. Ya, hal tersebut dapat merusak teori bahwa IQ sebagian besar diwariskan. Beberapa
kondisi dapat mendukung hal tersebut seperti makin majunya pendidikan dan juga
teknologi. Meskipun kemungkinan besar bahwa IQ sebagian besar diwariskan, namun hal
tersebut dapat diubah dan diperbaiki seiring berkembangnya zaman dari waktu ke waktu.

Anda mungkin juga menyukai