Anda di halaman 1dari 7

1.

Pembuatan Kompos
1.1. Pendahuluan
Istilah kompos dan pengomposan sudah sejak lama dikenal oleh masyarakat, namun
terkadang masih ditemukan kesulitan dalam membedakan istilah kompos dan pengomposan.
Kompos dan pengomposan adalah dua istilah yang berbeda. Pengomposan ialah proses bio-
oksidasi, sedangkan kompos adalah produk akhir bahan organik hasil dari pengomposan.
Menurut standart nasional dari Kanada, istilah kompos di definisikan sebagai produk matang
padatan yang merupakan hasil dari pengomposan, yaitu pengelolaan proses bio-oksidasi dari
berbagai bahan organik padat yang meliputi fase thermophilic.
Definisi yang lain menyebutkan bahwa kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak
lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh
populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan
aerobik atau anaerobik (modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Pengertian kompos yang lain
adalah perombakan sisa tanaman oleh aktivitas mikroorganisme pengurai (Novizan, 2002).
Sedangkan pengomposan adalah proses bahan organik mengalami penguraian secara biologis,
khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi
sehingga dihasilkan unsur hara tersedia, asam-asam organik dan sebagian kecil sisa bahan
organik yang belum terurai. Membuat kompos adalah mengatur mengontrol proses alami
tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat dan dalam kondisi dan komposisi yang baik,
yaitu sesuai dengan kebutuhan tanaman dan mampu berfungsi sebagai pembenah tanah.
Proses ini meliputi kegiatan dalam membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air
yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator (mikroba pengurai) pengomposan.
Proses pembuatan kompos meliputi pengeringan, penghancuran bahan, penambahan
bioaktivator, pengomposan, pengecekan suhu, kadar air, pematangan, penyaringan, dan
pengkemasan.
Kompos apabila dilihat dari proses pembuatannya dapat dibagi menjadi 2 macam,
yaitu :
a. Kompos yang diproses secara alami,
Yang dimaksud dengan pembuatan kompos secara alami adalah pembuatan kompos
yang dalam proses pembuatannya berjalan dengan sendirinya, dengan sedikit atau tanpa
campur tangan manusia. Manusia hanya membantu mengumpulkan bahan, menyusun bahan,
untuk selanjutnya proses composting / pengomposan berjalan dengan sendirinya. Kompos
yang dibuat secara alami memerlukan waktu pembuatan yang lama, yaitu mencapai waktu 3 –
4 bulan bahkan ada yang mencapai 6 bulan dan lebih.
b. Kompos Yang Dibuat Dengan Campur Tangan Manusia
Yang dimaksud dengan pembuatan kompos dengan campur tangan manusia adalah
pembuatan kompos yang sejak dari penyiapan bahan (pengadaan bahan dan pemilihan bahan),
perlakuan terhadap bahan, pencampuran bahan, pengaturan temperatur, pengaturan
kelembaban dan pengaturan konsentrasi oksigen, semua dilakukan dibawah pengawasan
manusia.
Proses pembuatan kompos yang dibuat dengan campur tangan manusia biasanya
dibantu dengan penambahan aktivator pengurai bahan baku kompos. Aktivator pembuatan
kompos terdapat bermacam-macam merk dan produk, tetapi yang paling penting dalam
menentukan aktivator ini adalah bukan merk aktivatornya, akan tetapi apa yang terkandung
didalam aktivator tersebut, berapa lama aktivator tersebut telah diuji cobakan, apakah ada
pengaruh dari unsur aktivator tersebut terhadap manusia, terhadap ternak, terhadap tumbuh-
tumbuhan maupun pengaruh terhadap organisme yang ada di dalam tanah atau dengan kata
lain pegaruh terhadap lingkungan hidup disamping itu juga harus dilihat hasil kompos seperti
apa yang diperoleh.

Tujuan dari pembuatan kompos yang diatur secara cermat seperti sudah disinggung
diatas adalah untuk mendapatkan hasil akhir kompos jadi yang memiliki standar kualitas
tertentu. Diantaranya adalah memiliki nilai C/N ratio antara 10 – 12.

Kelebihan dari cara pembuatan kompos dengan campur tangan manusia dan
menggunakan bahan aktivator adalah proses pembuatan kompos dapat dipercepat menjadi 2 –
4 minggu.
1.2. Proses Pengomposan
Pengomposan antara lain bertujuan untuk menghasilkan pupuk organik dengan
porositas, kepadatan serta kandungan air tertentu, menyederhanakan komponen bahan dasar
yang mudah di dekomposisi, mengurangi volume bahan dasar serta membunuh pathogen
E.coli dan Salmonella (Setyorini, 2005). Proses pengomposan akan segera berlangsung
setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi
menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses,
oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegredasi akan segera dinanfaatkan oleh
mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula
akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50˚-70˚ C.
Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah
mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan
organik yang aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan
menguraikan bahan organik menjadi CO2 uap air dan panas.
Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur
mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu
pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan
volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30-40% dari volume/bobot
awal bahan. Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobic (menggunakan oksigen) atau
anaerobic (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobic,
dimana mikroba menggunakan oksigen dekomposisi bahan organik.
1.3. Pembagian bahan kompos
Masing-masing kelompok mendapatkan tugas untuk membuat kompos dengan bahan
yang sudah ditentukan. Kompos yang telah dibuat akan dianalisa kandungan kimia untuk
mengetahui kualitasnya. Bahan baku kompos masing-masing kelompok seperti terdapat pada
Tabel 1. Masing-masing kelompok mendapatkan tugas untuk membuat 5 kg kompos jadi,
sehingga bahan baku segar adalah ±15 kg.
Tabel 1. Bahan baku kompos masing-masing kelompok

Jenis bahan Kelas


No Baglog
Tithonia Legume Kotoran ayam Kotoran sapi Jumlah
jamur
1 75% 25% 0% 0% 0% 100% A1
2 50% 50% 0% 0% 0% 100% A2
3 25% 75% 0% 0% 0% 100% B1
4 75% 0% 0% 25% 0% 100% B2
5 50% 0% 0% 50% 0% 100% C1
6 25% 0% 0% 75% 0% 100% C2
7 75% 0% 0% 0% 25% 100% D1
8 50% 0% 0% 0% 50% 100% D2
9 25% 0% 0% 0% 75% 100% E1
10 75% 0% 25% 0% 0% 100% E2
11 50% 0% 50% 0% 0% 100% F1
12 25% 0% 75% 0% 0% 100% F2
13 0% 75% 25% 0% 0% 100% G1
14 0% 50% 50% 0% 0% 100% G2
15 0% 25% 75% 0% 0% 100% H1
16 0% 75% 0% 25% 0% 100% H2
17 0% 50% 0% 50% 0% 100% I1
18 0% 25% 0% 75% 0% 100% I2
19 0% 75% 0% 0% 25% 100% J1
20 0% 50% 0% 0% 50% 100% J2
21 0% 25% 0% 0% 75% 100% K1
22 0% 0% 75% 25% 0% 100% K2
23 0% 0% 50% 50% 0% 100% L1
24 0% 0% 25% 75% 0% 100% L2
25 0% 0% 75% 0% 25% 100% M1
26 0% 0% 50% 0% 50% 100% M2
Alat dan Bahan yang diperlukan pada praktikum ini meliputi :

1. Kotak kayu 5. Bioaktivator


2. Grinder 6. Bahan pupuk organik kompos
3. Gembor 7. Termometer
4. Air
1.4. Teknis Pelaksanaan
- Setiap kelompok mempersiapkan bahan pupuk organik yang sudah dikumpulkan.
- Asisten memberikan penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilakukan dalam persiapan
pembuatan pupuk organik kompos seperti penggilingan, penambahan dan pencampuran
bioaktivator, dan pengomposan.
- Peserta praktikum melakukan penimbangan bahan yang akan digunakan sebagai pupuk
organik
- Peserta praktikum mempersiapkan larutan bioaktivator dengan komposisi: EM4 (10 ml) +
molase/tetes tebu (60 ml) + Air 5 L. Larutan dimasukkan ke dalam gembor.
- Bahan kompos yang sudah digiling disiram dengan larutan bioaktivator dan dicampur
hinggga merata. Apabila bahan kompos masih terlihat kering, bisa ditambahkan air
secukupnya.
- Bahan kompos yang sudah bercampur dengan bioaktivator, dimasukkan ke dalam kotak
kayu dan di tutup untuk proses pengomposan.

1.5. Alur pembuatan kompos


Persiapan alat dan bahan

Menggrinding bahan/menghaluskan bahan

Menimbang bahan kompos sejumlah 15 kg


Menyiapkan EM4 10 ml dan molase 60 ml

Campurkan EM4+ Molase dengan air ± 5000 ml

Bahan pupuk yang sudah disiapkan diratakan dilantai dan disiram dengan campuran 3 bahan
(EM4, Molase, dan air)

Aduk hingga rata dan masukkan ke dalam peti kayu/ ember plastik

Tempatkan di tempat yang teduh


Pengamatan (suhu dan kadar air tiap 3 hari sekali, warna dan pH setiap1 minggu sekali)

Kompos yang baik memiliki beberapa ciri sebagai berikut:


 Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah;
 Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat membentuk suspense;
 Nisbah C/N sebesar 10 – 20, tergantung dari bahan baku dan derajat humifikasinya;
 Berefek baik jika diaplikasikan pada tanah;
 Suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan, dan
 Tidak berbau.

1.6. Tahapaan Pengamatan Kompos


1. Pengukuran suhu kompos
- Tancapkan thermometer ke dalam bahan kompos dan tunggu sampai dengan 5
menit
- Ambil thermometer dan amati berapa suhunya
- Lakukan pengulangan pengukuran sampai 3x
- Catat suhu setiap ulangan ke lembar pengamatan
- Pengukuran suhu kompos dilakukan setiap 3 hari sekali
2. Pengukuran kadar air kompos
- Ambil sebagian kecil bahan kompos (sebanyak 20 g) sebanyak 3 ulangan
(bagian bawah, tengah, atas) dan masukkan ke cawan
- Masukkan masing-masing cawan yang berisi bahan kompos ke dalam oven
(suhu 105˚) selama 24 jam
- Timbang bahan kompos yang sudah kering dan masukkan ke dalam lembar
pengamatan
3. Pemanenan kompos
- Setelah 5 minggu, setiap kelompok melakukan pengecekan tingkat
kematangan kompos.
- Peserta praktikum melakukan pengamatan variable tingkat kematangan
kompos meliputi (warna, struktur, bau, suhu dan kadar air).
- Untuk memperoleh kompos padat halus, peserta praktikum melakukan
pengayakan
- Setiap kelompok mengambil sampel kompos (sebanyak 100 g) yang sudah
matang untuk dilakukan pengukuran kualitasnya
- Sampel kompos tersebut dikering-udarakan selama 7 hari untuk pengukuran
kandungan C-organik, pH dan Nitrogen.

Anda mungkin juga menyukai