Anda di halaman 1dari 37

PROPOSAL TUGAS AKHIR II

PRARANCANGAN PABRIK ALUMINIUM FLUORIDA DARI ASAM


FLUOSILIKAT DAN ALUMINIUM HIDROKSIDA MENGGUNAKAN
PROSES BASAH DENGAN KAPASITAS 20.000 TON PER TAHUN

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Kimia

DISUSUN OLEH :

Aldri Henrian 2016430002

Novel 2016430018

JURUSAN TEKNIK KIMIA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2020
ABSTRAK
Pabrik aluminium fluorida didirikan untuk memenuhi kebutuhan aluminium
fluorida di dalam maupun di luar negeri. Hal tersebut didasarkan atas ketersediaan
bahan baku dan kebutuhan aluminium fluorida pada beberapa sektor industri.
Pabrik aluminium fluorida dengan bahan baku asam fluosilikat dan aluminium
hidroksida direncanakan akan dibangun di daerah Gresik, Jawa Timur dengan
kapasitas 20.000 ton/tahun.
Aluminium fluorida merupakan bahan kimia yang diperlukan dalam industri
permbuatan aluminium. Dalam industri tersebut, aluminium fluorida digunakan
sebagai bahan tambahan dalam peleburan bijih aluminium. Adanya penggunaan
aluminium fluorida menjadikan proses peleburan bijih aluminium menjadi lebih
singkat dan suhu yang lebih rendah. Selain itu, aluminium fluorida digunakan
sebagai bahan tambahan dalam industri keramik.
Dalam prosesnya, asam fluosilikat dan aluminium hidroksida yang kemudian
diumpankan menuju reaktor. Reaktor yang digunakan adalah Reaktor Alir Tangki
Berpengaduk (RATB) dengan kondisi operasi reaksi pada suhu 100oC dengan
tekanan 1 atm, bersifat eksotermis, non adiabatis isothermal.

Biaya Investasi Total :

Biaya Produksi Rata-Rata :


Perjualan Pertahun :
Break Even Point (BEP) :
Pay Out Time (POT) :
Return On Invesment (ROI) :
DC

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia sebagai negara berkembang banyak melakukan pembangunan di
segala bidang. Hal ini ditandai dengan pembangunan pabrik baru dan penambahan
kapasitas pada pabrik yang sudah ada di berbagai daerah, salah satunya adalah
pembangunan sub sektor industri kimia. Hingga saat ini, Indonesia sudah mampu
menghasilkan beberapa bahan kimia baik itu bahan baku, bahan setengah jadi
hingga produk jadi untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. Namun
ketergantungan impor cukup besar, untuk itu perlu adanya pendirian pabrik baru
yang dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, salah satunya adalah pabrik
aluminium fluorida (AlF3).
Aluminium fluorida digunakan untuk aditif penting untuk produksi
aluminum. Indonesia memiliki produsen aluminium (Al) terbesar di Asia, yaitu
PT Inalum dan beberapa produsen aluminium dalam skala besar lainnya. Padahal
pembuatan aluminium memerlukan waktu yang sangat lama dikarenakan dalam
peleburan bijih aluminium memerlukan temperatur hingga 1.200°C, tentu
membutuhkan waktu dan penggunaan energi dalam jumlah besar yang tentunya
dapat dikatakan sebagai pemborosan. Karena sebenarnya dalam peleburan
aluminium dapat dilakukan pada suhu sekitar 660°C dengan bantuan aluminium
fluorida (AlF3). Selain itu, alumnium fluorida dapat digunakan sebagai bahan
tambahan dalam industri keramik. Berkaitan dengan kebutuhan - kebutuhan
tersebut, maka pembangunan pabrik aluminium fluorida dinilai cukup penting.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, kebutuhan aluminium fluorida di
Indonesia rata-rata pertahunnya sebesar 25.000 ton/tahun sedangkan Indonesia
sampai saat ini baru memiliki satu pabrik aluminium fluorida yaitu PT. Petrokimia
Gresik dengan total kapasitas produksi sebesar 12.600 ton/tahun.
Melihat data tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan melebihi kemampuan
produksi pabrik Aluminium fluorida, sehingga setiap tahunnya Indonesia terus
mengalami kekurangan dan harus mengimpor dari negara lain. Oleh karena itu,
perlu didirikan pabrik aluminium fluorida baru, untuk memenuhi kebutuhan

1
Aluminium fluorida di dalam negeri serta mengurangi impor aluminium fluorida
dari luar negeri. Hal tersebut didukung oleh tersedianya bahan baku utama, yaitu
asam fluosilikat dan aluminium hidroksida yang cukup berlimpah dan tersedia di
dalam negeri dimana asam fluosilikat diperoleh dari PT Petrokimia Gresik dan
aluminium hidroksida diperoleh dari PT Indonesia Chemical Alumina.

1.2 Maksud dan Tujuan Prarancangan Pabrik

Dalam pembuatan pabrik Aluminium Fluorida ini tentu memiliki maksud


dan tujuan. Maksud dan tujuan pembuatan pabrik ini adalah sebagai berikut:

1. Memenuhi kebutuhan Aluminium fluorida di dalam negeri.


2. Mengurangi impor Aluminium fluorida dari luar negeri.
3. Memanfaatkan ketersediaan aluminium hidroksida dan asam fluosilikat di
dalam negeri.
4. Sebagai pemasok bahan baku bagi industri dalam negeri yang memakai
Aluminium fluorida sebagai bahan baku maupun bahan pembantu
sehingga dapat memacu perkembangan industri yang menggunakan
Alumium fluorida.
5. Membuka lapangan pekerjaan bagi penduduk sekitar, demi mengurangi
tingkat pengangguran dalam negeri.
6. Penerapan Ilmu Teknik Kimia dalam bidang perancangan pabrik, proses,
Operasi Teknik Kimia, dan ilmu penunjang lainnya, sehingga dapat
diketahui kelayakan prarancangan pabrik tersebut.

1.3 Analisa Pasar dan Perencanaan Kapasitas Produksi

1.3.1 Analisa Pasar


Dilihat dari manfaat yang ada, Aluminium Fluorida sangat dibutuhkan
dalam industri peleburan bijih aluminium dan dapat digunakan sebagai bahan
tambahan dalam industri keramik. Dengan demikian, pendirian pabrik aluminium
fluorida akan membawa dampak yang positif. Pendirian pabrik ini diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan aluminium fluorida dalam negeri sehingga tidak perlu
melakukan impor dan memacu perkembangan industri yang menggunakan
aluminium fluorida sebagai bahan pembantu di industri aluminium dan keramik.

2
Selain itu, diharapkan dapat dilakukan ekspor guna memberikan pengaruh
terhadap perekonomian. Berdasarkan data Ekspor – Impor Alumium Fluorida
yang dihimpun dari BPS dapat dilihat pada tabel 1.1 di bawah ini :

Tabel 1.1 Data Kebutuhan Aluminium Fluorida Indonesia


Impor Ekspor Produksi
Tahun Kebutuhan
(Ton/tahun) (Ton/tahun) (Ton/tahun)
2015 15.000 5.200 12.600 22.400

2016 17.240 6.400 12.600 23.440

2017 22.040 8.450 12.600 26.190

2018 24.850 9.270 12.600 28.180

2019 25.980 10.340 12.600 28.240


(Sumber: Badan Pusat Statistik, 2020)

Rencana pembangunan pabrik Aluminium Fluorida merupakan solusi


terbaik untuk memenuhi kebutuhan dan dapat menghemat devisa negara karena
Aluminium Fluorida di industri aluminium dan keramik sangat penting
digunakan.

1.3.2 Perencanaan Kapasitas Produksi


Dalam tahap perancangan pabrik, penentuan kapasitas produksi adalah
tahap yang terpenting. Secara matematis semakin besar kapasitas suatu pabrik,
semakin tinggi pula keuntungan yang diperoleh karena dengan waktu dan biaya
produksi yang sama menghasilkan produk yang lebih banyak.
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan kapasitas
suatu pabrik, antara lain :

a. Analisa Proyeksi Kebutuhan Dalam Negeri


Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 1.1. yang terdapat data
kebutuhan aluminium fluorida, penentuan kapasitas produksi dapat dilakukan
dengan memperkirakan kebutuhan Aluminium Fluoride di Indonesia pada tahun
yang akan datang. Proyeksi kebutuhan dilakukan menggunakan analisa regresi
Least Square (Chiulli, 1999), di bawah ini :

y=a+b( x − x́) ................................................................................... (1.1)

3
Dengan,
a= ý .............................................................................................. (1.2)

xy−¿
∑ x∑ y
∑ ( x́−x )−( ý − y) = ∑ n ......................................
b= 2 2
¿
∑ (x́−x ) ∑ x −¿ ¿ ¿¿
............... (1.3)
Keterangan:
y = variabel terikat (konsumsi)
a = axis interscept
b = slope of regression line
x = variabel bebas (periode tahun)
x́ = x rata – rata
ý = y rata – rata
n = jumlah data yang diobservasi
(Miller, 2010)

Untuk menghitung proyeksi kebutuhan Aluminium Fluoride Indonesia,


dihitung terlebih dahulu variabel-variabel yang diperlukan seperti pada Tabel 1.2.
di bawah ini:

Tabel 1.2 Perhitungan Proyeksi Kebutuhan Aluminium Fluorida


Kebutuhan Dalam Negeri
Tahun X Y Y2 X2 X.Y
2015 1 22.400 501.760.000 1 22.400

2016 2 23.440 549.433.600 4 46.880

2017 3 26.190 685.916.100 9 78.570

2018 4 28.180 794.112.400 16 112.720

2019 5 28.240 797.497.600 25 141.200


1
Jumlah 128.450 3.328.719.700 55 401.770
5
Rata-rata 3 25.690 665.743.940 11 80.354

Perhitungan :

4
15
x́= =3
5
a= ý=25.690

xy−¿
∑ x∑ y
∑ ( x́−x )−( ý − y) = ∑ n
b= 2 2
¿
∑ (x́−x ) ∑ x −¿ ¿ ¿¿
∑ x∑ y
∑ xy−¿ n
b= ¿
∑ x 2−¿ ¿ ¿ ¿
b=1.642

Maka diperoleh persamaan,


y=a+b( x − x́)
y=22.406+1.642( x−3)
y=20.764+1.642 x

Berdasarkan persamaan di atas dapat dibuat proyeksi konsumsi Aluminium


Fluoride pada tahun mendatang dengan mengubah x sebagai periode tahun yang
ingin ditentukan. Misal:
Untuk menghitung konsumsi Aluminium Fluoride pada tahun 2020 ( x =
6) adalah sebagai berikut :
y=20.764+1.642 x
y=20.764+1.642 (6 )=¿ 30.616

Dengan cara yang sama jumlah konsumsi Aluminium Fluoride di


Indonesia pada tahun 2020 - 2030 dapat diproyeksikan pada Tabel 1.3. di bawah
ini

Tabel 1.3. Proyeksi Kebutuhan Aluminium Fluorida di Indonesia


Tahun Tahun ke - (X) Proyeksi (Y) (ton)
2020 6 30.616
2021 7 32.258
2022 8 33.900
2023 9 35.542
2024 10 37.184

5
2025 11 38.826
2026 12 40.468
2027 13 42.110
2028 14 43.752
2029 15 45.394
2030 16 47.036

b. Ketersediaan Bahan Baku


Pembuatan Aluminium Fluorida ini menggunakan bahan baku Aluminium
Hidroksida dan Asam Fluosilikat. Pabrik yang menyediakan Aluminium
Hidroksida ialah PT Indonesia Chemical Alumina, sedangkan Asam Fluosilikat
dari PT Petrokimia Gresik dengan perhitungan sebagai berikut :
% Yield Aluminium Fuorida : 99%
Kapasitas produksi : 20.000 ton/tahun
: 20.000.000 kg/tahun
: 238.095,23 kmol/tahun
Produk Akhir
% Yield : x 100 %
Umpan
238.095,2381kmol /tahun
99% : x 100 %
Umpan
Umpan : 240.500,24 kmol/tahun

Apabila disesuaikan dengan stoikiometri reaksi, maka umpan masuk


berupa asam fluosilikat sebanyak 240.500,24 kmol/tahun dan umpan masuk
aluminium fluorida adalah dua kali umpan masuk asam fluosilikat. Dengan
konsentrasi saat reaksi berjalan digunakan persamaan sebagai berikut :
H2SiF6 + 2Al(OH)3 2AlF3 + SiO2 + 4H2O
M : 240.500,24 481.000,48 - - -
B : 238.095,23 476.190,47 238.095,23 119.047,61 476.190,47
S : 2.405,01 4.810,01 238.095,23 119.047,61 476.190,47
Maka kebutuhan bahan baku, diantaranya :
 Asam Fluosilikat (H2SiF6)

6
Massa = 240.500,24 kmol x 216 kg/kmol = 51.948.051,80 kg
 Aluminium Hidroksida (Al(OH)3)
Massa = 481.000,48 kmol x 78 kg/kmol = 37.518.037,40 kg
Untuk menghasilkan produk Aluminium Fluorida sebanyak 20.000
ton/tahun dibutuhkan bahan baku Asam Fluosilikat sebanyak 51.948.051,80 kg
yang dapat dipenuhi dari PT Petrokimia Gresik di Gresik, Jawa Timur. Untuk
Aluminium Hidroksida dibutuhkan sebanyak 37.518.037,40 kg yang dapat
dipenuhi dari PT Indonesia Chemical Alumina di Sanggau, Kalimantan Barat.
Berdasarkan perhitungan stoikiometris dari reaksi diatas, ketersediaan bahan baku
di dalam negeri mencukupi kebutuhan untuk kapasitas produksi alumium fluorida
sebesar 20.000 ton/tahun.

c. Kapasitas Pabrik Yang Telah Beroperasi


Selain menggunakan analisa kebutuhan atau konsumsi Aluminium
Fluoride di Indonesia, penentuan kapasitas produksi juga perlu
mempertimbangkan kapasitas produksi pabrik-pabrik yang telah ada di dunia.
Daftar perusahaan penghasil Aluminium Fluorida di dunia dapat dilihat pada
Tabel 1.4 di bawah ini.

Tabel 1.4. Kapasitas Pabrik Aluminium Fluorida Yang Telah Ada


No Nama Perusahaan Kapasitas (Ton/Tahun) Lokasi
1 Alufluor 24.000 Swedia
2 Mexichem 60.000 Meksiko
3 Arab Mining Co. 41.000 Tunisia
4 Aohan Nyinyi 30.000 China
5 Bolidden Odda 40.000 Norwegia
6 Fluorsid co. 90.000 Italia
7 Gulf Fluor 60.000 UEA
8 Petrokimia Gresik 12.600 Indonesia
9 Rio Tinto Alcan 60.000 Kanada

(Sumber : http://alibaba.com/, 2020)

Dari tabel 1.4 diatas dapat dilihat bahwa kapasitas terkecil adalah 12.600
ton/tahun dan kapasitas terbesar adalah 90.000 ton/tahun sehingga kapasitas yang
akan didirikan berada diantara kapasitas tersebut.

7
Berdasarkan faktor dalam penentuan kapasitas suatu pabrik, berikut adalah
alasan yang dapat diambil adalah :
 Dari data Badan Pusat Statistik tahun 2015-2019, peluang pasar yaitu hasil
proyeksi kebutuhan pada tahun 2024 sebesar 37.184 ton/tahun, maka
pabrik Aluminium fluorida direncanakan dirancang dengan kapasitas
20.000 ton/tahun. Dengan kapasitas produksi tersebut diharapkan dapat
memenuhi 80% kebutuhan dalam dan luar negeri dari total kebutuhan
Indonesia terhadap Aluminium fluorida pada tahun 2024.
 Untuk menghasilkan produk aluminium fluorida sebanyak 20.000
ton/tahun akan membutuhkan bahan baku asam fluosilikat yang diperoleh
dari PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur. Aluminium hidroksida yang
didapat dari PT Indonesia Chemical Alumina di Kalimantan Barat.
 Berdasarkan pabrik – pabrik yang sudah ada untuk memenuhi kebutuhan
pasar dengan beberapa kapasitas pada tabel 1.4 dengan kapasitas terbesar
90.000 ton/tahun dan kapasitas terkecil sebesar 12.600 ton/tahun. Apabila
pabrik yang akan dibangun di Indonesia memiliki kapasitas 20.000
ton/tahun, maka akan menjadi pabrik dengan kapasitas terbesar di dalam
negeri dan dapat memenuhi kebutuhan nasional, juga dapat
menyeimbangkan kebutuhan pasar global.
Data produksi dan kebutuhan Aluminium Fluorida dapat dilihat pada
Gambar 1.1. di bawah ini.

8
50000

40000
Kapasitas Produksi (Ton)
30000

20000
Produksi
Kebutuhan
10000

0
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

Tahun

Gambar 1.1. Grafik Produksi dan Kebutuhan

1.4 Pemilihan Lokasi

Lokasi pabrik merupakan salah satu yang paling penting dalam pendirian
suatu pabrik untuk kelangsungan operasi pabrik. Banyak pertimbangan yang
menjadi dasar dalam menentukan lokasi pabrik, misalnya kemudahan dalam
pengoperasian pabrik dan perencanaan di masa depan, letak pabrik dengan sumber
bahan baku dan bahan pembantu, letak pabrik dengan pasar penunjang,
transportasi, tenaga kerja, kondisi sosial dan lain-lain. Pemilihan lokasi pabrik
berhubungan langsung dengan nilai ekonomis pabrik dan harus menguntungkan.

Adapun faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi


pendirian pabrik adalah sebagai berikut:
A. Faktor Primer
Faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi proses produksi dan
distribusi. Faktor primer yang berpengaruh secara langsung dalam pemilihan
lokasi pabrik meliputi :
1. Ketersediaan Bahan Baku
Suatu pabrik sebaiknya berada di daerah yang dekat dengan sumber bahan
baku sehingga transportasi dapat berjalan dengan lancar dan biaya transportasi
dapat diminimalisir. Ketersediaan bahan baku Asam Fluosilikat untuk pembuatan
produk dapat diperoleh dari PT Petrokimia Gresik, sedangkan bahan baku

9
Aluminium Hidroksida diperoleh dari PT Indonesia Chemical Alumina,
Kalimantan Barat .
Tabel 1.5. Kapasitas Bahan Baku
No Bahan Baku Pabrik Lokasi Kapasitas
1 Asam PT Petrokimia Gresik, Jawa 250.000
Fluosilikat Gresik Timur ton/tahun
2 Aluminium PT Indonesia Sanggau, 325.000
Hidroksida Chemical Alumina Kalimantan Barat ton/tahun

2. Lokasi Pemasaran
Produk pabrik ini merupakan bahan tambahan dalam industri aluminium.
Pada tabel 1.6 terdapat nama pabrik beserta lokasi dan untuk target pemasaran.
Tabel 1.6. Lokasi Pemasaran
No Nama Pabrik Produk Lokasi
.
1 PT Starmas Inti Aluminium Tangerang, Banten
Aluminium
2 PT Alcomex Indo Aluminium Jakarta Pusat, DKI Jakarta
3 PT Indal Aluminium Aluminium Jakarta Utara, DKI Jakarta
4 PT Borneo Alumina Aluminium Kabupaten Mempawah,
Indonesia Kalimantan Barat
5 PT Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung, Sumatera
Aluminum Utara

Lokasi dari beberapa pabrik didominasi di pulau Jawa, maka dari itu
pabrik akan dibangun di Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Dalam hal ini,
pengiriman produk dilakukan dengan menggunakan kapal maupun alat
transportasi darat lainnya.

3. Utilitas
Dalam pendirian pabrik, tenaga listrik, air dan bahan bakar adalah faktor
penunjang yang paling penting. Tenaga listrik didapat dari generator diesel.
Lokasi pabrik yang merupakan kawasan industri memungkinkan suplai seperti air

10
proses, air pendingin atau steam, perumahan dan lain-lain dapat diperoleh dengan
mudahdari instalasi pengolahan air.
4. Transportasi
Pendirian pabrik di kawasan industri dilakukan dengan pertimbangan
kemudahan sarana transportasi darat dan laut yang mudah dijangkau.
5. Tenaga Kerja
Tenaga kerja dapat dengan mudah diperoleh di Kabupaten Gresik dan
sekitarnya. Hal ini dikarenakan dari tahun ke tahun tenaga kerja semakin
meningkat. Hal ini berbanding lurus dengan lulusan sarjana di Indonesia yang
semakin meningkat dan berkualitas. Kawasan industri Gresik merupakan salah
satu tujuan para pencari kerja untuk melamar kerja.
6. Keadaan Geografis dan Iklim
Kabupaten Gresik, Jawa Timur merupakan suatu daerah yang terletak di
daerah kawasan industri. Daerah ini telah direncanakan pemerintah sebagai salah
satu pusat pengembangan wilayah produksi industri. Temperatur udara normal di
Gresik adalah 22-30oC, sehingga operasi pabrik dapat berjalan dengan lancar.
Bencana alam seperti gempa bumi dan tanah longsor jarang terjadi sehingga
operasi pabrik dapat berjalan dengan lancar.

B. Faktor Sekunder
Faktor sekunder tidak secara langsung berperan dalam proses operasional
pabrik. Akan tetapi berpengaruh dalam kelancaran proses operasional dari pabrik
itu sendiri. Faktor-faktor sekunder meliputi :
a. Perluasan Pabrik
Pendirian pabrik harus mempertimbangkan rencana perluasan pabrik
tersebut dalam jangka waktu 10 atau 20 tahun kedepan. Karena apabila suatu saat
nanti akan memperluas area pabrik tidak kesulitan mencari lahan perluasan.
b. Perizinan
Kebijakan pemerintah mengenai kebijakan pengembangan industri, daerah
Gresik telah dijadikan sebagai daerah kawasan industri. Sehingga memudahkan
perizinan dalam pendirian pabrik, karena faktor - faktor lain seperti iklim,
karakteristik lingkungan, dampak sosial serta hukum tertentu sudah
diperhitungkan.

11
c. Prasarana dan Fasilitas Sosial
Prasarana dan fasilitas sosial yang dimaksud adalah seperti penyedia
bengkel industri dan fasilitas umum lainnya seperti rumah sakit, sekolah dan
sarana ibadah.
d. Lingkungan masyarakat sekitar
Masyarakat disekitar pabrik cukup terbuka untuk menerima berdirinya
pabrik karena pendirian pabrik akan membuka lapangan pekerjaan bagi mereka.
Hal tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Selain itu
pendirian pabrik ini tidak akan mengganggu keselamatan dan keamanan
masyarakat di sekitar karena dampak dan faktor - faktornya sudah
dipertimbangkan sebelum pabrik berdiri.

Berdasarkan beberapa pertimbangan diatas pabrik Asam Fenil Asetat


direncanakan akan didirikan di Kawasan Industri JIIPE Gresik , Jalan Raya
Manyar, Gresik, Jawa Timur dengan alasan sebagai berikut:

1. Kota Gresik dipilih karena dekat dengan pabrik bahan baku Asam
Fluosilikat yakni PT Petrokimia Gresik di Kabupaten Gresik,
sedangkan Aluminium Hidroksida diperoleh PT Indonesia Chemical
Alumina di Kalimantan.
2. Kota Gresik merupakan kawasan industri, maka transportasi dan
komunikasi di Gresik, Jawa timur cukup baik. Dalam hal ini
diharapkan arus bahan baku dan produk dapat berjalan dengan lancar.
Transportasi darat maupun air melalui pelabuhan tersedia.
3. Lokasi pabrik yang merupakan kawan industri menjadikan utilitas pabrik
dapat dipenuhi dengan mudah diperoleh. Adapun titik lokasi pabrik dapat
dilihat dari Gambar 1.2. di bawah ini :

12
Gambar 1.2. Lokasi Pabrik Didirikan

13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Baku Pembuatan Aluminium Fluorida


Bahan baku adalah bahan utama yang diolah dalam proses produksi
menjadi produk jadi. Bahan-bahan baku yang digunakan dalam pembuatan
Aluminium Fluorida, antara lain Aluminium Hidroksida, Asam Fluosilikat,
Hidrogen Fluorida, Hidrogen, dan Asam Sulfat.

2.1.1 Aluminium Hidroksida


Aluminium hidroksida adalah suatu senyawa kimia dengan rumus kimia
Al(OH)3, ditemukan di alam sebagai mineral gibbsite (dikenal pula sebagai
hydrargillite) dan tiga polimorfnya yang langka: bayerit, doyleit, dan nordstrandit.
Aluminium hidroksida bersifat amfoterik di alam, yaitu, senyawa ini memiliki
sifat asam dan basa. Senyawa terkait yang berhubungan dengan senyawa ini
seperti aluminium oksida hidroksida, AlO(OH), dan aluminium oksida atau
alumina (Al2O3), yang terakhir juga bersifat amfoterik. Senyawa ini bersama-sama
merupakan komponen utama dari bijih bauksit aluminium.

Salah satu kegunaan utama aluminium hidroksida adalah sebagai bahan


baku untuk pembuatan senyawa aluminium lainnya: alumina
khusus aluminium, aluminium sulfat, polialuminium klorida, aluminium
klorida, zeolit, natrium aluminat, alumina aktif, dan aluminium nitrat. Bentuk
aluminium hidroksida yang diendapkan dengan gel baru, yang merupakan dasar
penerapan garam aluminium sebagai flokulan dalam pemurnian air. Gel ini
mengkristal dengan waktu. Gel aluminium hidroksida dapat mengalami dehidrasi
(misal: menggunakan pelarut berair non - air yang mudah larut seperti etanol)
untuk membentuk bubuk amonia hidroksida amorf, yang mudah larut dalam asam.
Bubuk aluminium hidroksida yang telah dipanaskan sampai suhu tinggi dalam
kondisi yang dikontrol dengan hati-hati dikenal sebagai alumina aktif dan
digunakan sebagai desikan, sebagai adsorben dalam pemurnian gas, sebagai
pendukung katalis Claus untuk pemurnian air, dan sebagai penyerap katalis
selama pembuatan polietilena oleh proses Sclairtech (Totten and Mackenzie,
2003).

14
1. Proses Pembuatan dengan Metode Bayer
Proses Bayer adalah metode yang digunakan dalam dunia perindustrian
untuk memproduksi alumina (aluminium oksida) dari bauksit. Bauksit hanya
mengandung sekitar 30–60% aluminium oksida, Al2O3, dan sisanya merupakan
campuran silika, berbagai besi oksida dan titanium dioksida. Aluminium oksida
harus dimurnikan sebelum bisa dijadikan logam aluminium.

Proses Bayer diciptakan pada tahun 1887 oleh Carl Josef Bayer. Ia


mendapati bahwa aluminium hidroksida yang mengalami pengendapan dari
larutan alkalin merupakan sebuah kristalin dan dapat dengan mudah difilter dan
dibersihkan, sementara yang mengalami pengendapan dari asam sulit untuk
dibersihkan. Saat ini proses ini memproduksi hampir seluruh persediaan alumina
dunia yang dibutuhkan untuk menghasilkan aluminium.

Pada tahun 2010, lumpur merah yang merupakan limbah proses Bayer


membanjiri wilayah di sekitar pabrik alumina di Ajka, Hongaria, dan
mencemari Sungai Donau. Dalam proses ini, bauksit bereaksi dengan natrium
hidroksida yang terkonsentrasi dengan tekanan 7 bar dan suhu sekitar 180 °C.

Bauksit + NaOH → Na(Al(OH)4) + Fe2O3 (2.1)

Residu yang tidak terlarut mengandung senyawa besi yang dapat dikenali
dari warna merahnya. "Lumpur merah" ini biasanya dikumpulkan di tempat
pembuangan akhir, tetapi di beberapa negara dibuang ke sungai, sehingga memicu
permasalahan lingkungan. Dari natrium aluminat yang telah
diencerkan, aluminium hidroksida akan mengalami pengendapan selama proses
pendinginan. Filtratnya diencerkan dengan natrium hidroksida, suhunya
diturunkan menjadi 78 °C dan tekanannya dikembalikan seperti semula. Melalui
proses inokulasi dengan aluminium hidroksida padat sebagai inti kristal,

15
aluminium hidroksida kemudian mengalami pengendapan dan sebagian dari
natrium hidroksida dapat diperoleh kembali untuk keperluan yang lain.

Na(Al(OH)4) → Al(OH)3 + NaOH (2.2)

Aluminium hidroksida padat yang dihasilkan lalu dimasukkan ke dalam


alat rotary kiln dan dibakar dengan suhu antara 1200 hingga 1300 °C, dan dari
situ dihasilkan aluminium oksida.

Al(OH)3 → Al2O3 + 3H2O (2.3)


2. Sifat Fisika (Kirk dan Othmer, 1983)
 Fase : Padatan
 Massa molekul : 78,00 kg/kmol
 Densitas : 2,42 g/cm3
 Titik lebur : 300 °C
 Kelarutan dalam air : larut dalam air dengan 0,0001 g/ 100 mL

3. Sifat Kimia (Kirk dan Othmer, 1983)


 Reaksi asam basa
Aluminiun hidroksida beraksi dengan asam kuat dapat menghasilkan
garam.

3 HCl+ Al (OH )3 → AlCl 3 +3 H 2 O (2.4)

 Dalam reaksi basa


Aluminium hidroksida bertindak sebagai asam lewis dengan mengambil
pasangan elektron dari ion hidroksida.
−¿¿

Al(OH )3+OH −¿ → Al(OH ) ¿


4
(2.5)

2.1.2. Asam Fluosilikat


Asam fluosilikat adalah senyawa anorganik dengan rumus kimia H2SiF6
Asam ini merupakan cairan tak berwarna dengan bau yang tajam. Asam ini
dihasilkan secara alami dalam jumlah besar di gunung berapi. Asam ini
diproduksi sebagai pendahulu aluminium trifluorida dan kriolit sintetik. Asam ini
sering digunakan sebagai sumber fluorida dalam proses fluoridasi air garam yang
berasal dari asam Fluosilikat disebut "heksafluorosilikat".

16
Dalam larutan berair, kation hidronium (H3O+) biasanya disamakan dengan
proton yang mengalami solvasi, sehingga senyawa ini juga dapat ditulis dengan
rumus H2SiF6 (A,F. Holleman and Wilberg, 2001)

1. Sifat Fisika (Kirk dan Othmer, 1983)


 Rumus molekul : H2SiF6

 Berat molekul : 144,106 kg/kmol

 Bentuk : Cairan tidak berwarna

 Bau : Asam dan pedas

 Densitas : 1,32 g/cm3

 Titik didih : 108,5 °C

 Bahaya : Beracun dan korosif

 Kelarutan : Larut dalam air

2. Sifat Kimia (Kirk dan Othmer, 1983)


 Pembuatan Asam Fluosilikat
Silicon tetrafluorida akan direaksikan dengan air sehingga menghasilkan
H2SiF sebagai bahan baku dan silica.
5 SiF 4 +2 H 2 O →2 H 2 SiF 6 . SiF 4 + SiO2 (2.6)

 Pembuatan Asam Fluosilikat


Pada proses ini mula-mula bahan baku yang berupa H2SiF6 dan A

17
l(OH)3 dimasukan di dalam reaktor batch dengan waktu reaksi sekitar 14
menit. Reaksi yang terjadi di dalam reaktor ada 3 reaksi.
3 H 2 SiF 6 +2 Al ( OH )3 → Al2 (SiF ¿¿ 6)3 +6 H 2 O ¿ (2.7)
Al2 ( SiF ¿¿ 6)3 +6 H 2 O →2 AlF3 +3 SiO2 +12 HF ¿ (2.8)
12 HF + 4 Al (OH )3 → 4 AlF 3 +12 H 2 O (2.9)

2.1.3. Hidrogen
Hidrogen Adalah salah satu gas yang memang bisa dimanfaatkan oleh
manusia baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam bidang ilmu biologi.
Hidrogen juga merupakan salah satu dari jenis unsur kimia yang sering sekali kita
temukan terutama dalam kegiatan sehari-hari atau hormon gas etilen. Perlu anda
ketahui bahwa hidrogen mempunyai sejumlah manfaat baik dalam bentuk gas
maupun cair. Selain itu, jenis senyawa kimia yang satu ini dapat dengan mudah
kita temukan secara bebas tanpa mengeluarkan biaya sedikitpun atau juga bisa
kita dapatkan di pasaran dengan berbagai jenis pilihan yang dapat disesuaikan
dengan kebutuhan.

Sifat dari hidrogen sendiri mudah terbakar karena memang klasifikasinya


yang termasuk ke dalam gas diatomik. Saat tekanan ataupun suhu di atas normal,
keadaan ini akan mempengaruhi dari sifat hydrogen tersebut. Namun jika suhu
dan tekanan tersebut berada pada level normal, hydrogen tidak dapat kita lihat
atau rasakan keberadaannya. Hal ini terjadi karena pada kondisi yang normal
tersebut hidrogen tidaklah bersifat reaktif sehingga tidak menghasilkan bau
ataupun warna-warna tertentu yang dapat dikenali oleh indera manusia. Walaupun
hydrogen sebagai unsur gas yang paling melimpah,, massa atom dari hidrogen
adalah yang terendah di antara gas-gas lainnya (Taro Saito, 1996).

18
Hidrogen banyak digunakan untuk mengikat nitrogen dengan cara unsur
lain dalam proses memproduksi amonia dan proses hidrogenasi lemak dan
minyak. Selain itu gas hidrogen juga di gunakan sebagai bahan bakar roket,
memproduksi asam hidroklorida, mereduksi biji-biji besi serta sebagai gas pengisi
balon.Tenaga lisitrik dalam jumlah besar dihasilakn oleh gas hidrogen, contohnya
seperti baterai yang berbahan bakar hidrogen. Selain mengandung listrik gas ini
dapat menggantikan gas alam lainnya seperti bensin dan berbagai proses kimia
lainnya, dan mengubah sampah menjadi metan dan eliten.

Perlu diketahui bahwa selain memiliki manfaat, hidrogen merupakan gas


yang masuk dalam kategori diatomic sehingga dalam keadaan tertentu hidrogen
dapat sangat membahayakan. Pemanfaatan hidrogen yang kurang benar
merupakan salah satu penyebab dampak negative dari hidrogen. Namun selama
kita menggunakan hidrogen dengan perlakuan yang benar, dan tidak
menyalahgunakan gas hidrogen ini, hidrogen tetap lah hidrogen yang membawa
banyak manfaat.

Beberapa kelemahan yang didapat dari gas hidrogen :

1. Pencemaran lingkungan dari gas karbon dioksida yang dihasilkan oleh


proses hidrogenisasi.
2. Karbon dioksida dalam jumlah banyak yang dapat memperparah
pemanasan global.
3. Dalam keadaan yang tidak normal, hidrogen bisa menyebabkan kebakaran.
Hidrogen dalam tekanan tertentu juga dapat menyebabkan ledakan yang
cukup besar.
4. Hidrogen dapat mengikat unsur-unsur lain yang dapat membuatnya
menjadi sangat reaktif. Misalnya hidrogen dan sianida yang berikatan akan
sangat berancun. Dampaknya pada manusia bahkan bisa mengakibatkan
kematian.
5. Hidrogen bukan jenis gas yang bisa didapat secara alami melainkan harus
diproduksi dengan cara buatan.
6. Dalam produksinya hidrogen memerlukan gas alam lain dan prosesnya
pun tidak murah.

19
1. Sejarah
Hidrogen (bahasa Latin: hydrogenium, dari bahasa Yunani: hydro: air,
genes: membentuk) adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol
H dan nomor atom 1. Pada suhu dan tekanan standar, hidrogen tidak berwarna,
tidak berbau, bersifat non-logam, bervalensi tunggal, dan merupakan gas diatomik
yang sangat mudah terbakar. Dengan massa atom hanya sebesar 1,00794 amu,
hidrogen adalah unsur teringan di dunia dalam tabel periodik yang ada.
Hidrogen juga adalah unsur paling melimpah dengan persentase kira-kira
75% dari total massa unsur alam semesta. Kebanyakan bintang dibentuk oleh
hidrogen dalam keadaan plasma. Senyawa hidrogen relatif langka dan jarang
dijumpai secara alami di bumi, dan biasanya dihasilkan secara industri dari
berbagai senyawa hidrokarbon seperti metana. Hidrogen juga dapat dihasilkan
dari air melalui proses elektrolisis, namun proses ini secara komersial lebih mahal
daripada produksi hidrogen dari gas alam.
Isotop hidrogen yang paling banyak dijumpai di alam adalah protium,
yang inti atomnya hanya mempunyai proton tunggal dan tanpa neutron. Senyawa
ionik hidrogen dapat bermuatan positif (kation) ataupun negatif (anion). Hidrogen
dapat membentuk senyawa dengan kebanyakan unsur dan dapat dijumpai dalam
air dan senyawa-senyawa organik. Hidrogen sangat penting dalam reaksi asam
basa yang mana banyak reaksi ini melibatkan pertukaran proton antar molekul
terlarut. Oleh karena hidrogen merupakan satu-satunya atom netral yang
persamaan Schrödingernya dapat diselesaikan secara analitik, kajian pada
energetika dan ikatan atom hidrogen memainkan peran yang sangat penting dalam
perkembangan mekanika kuantum.
2. Sifat Fisika (Kirk dan Othmer, 1983)
Hidrogen berbentuk gas. Dalam keadaan yang normal, gas hidrogen
merupakan campuran antaradua molekul, yang dinamakan ortho- dan para-
hidrogen, yang dibedakan berdasarkan spin elektron-elektron dan
nukleus.Hidrogen normal pada suhu ruangan terdiri dari 25% parahidrogen dan
75% ortho-hidrogen. Bentukortho tidak dapat dipersiapkan dalam bentuk murni.
Karena kedua bentuk tersebut berbeda dalamenergi, sifat-sifat kebendaannya pun

20
juga berbeda. Titik-titik lebur dan didih parahidrogen sekitar 0.1derajat Celcius
lebih rendah dari hidrogen normal.

Rumus molekul : H2
Fase : Gas
Nomor Atom :1
Titik Didih : -295.2 oC
Titik Lebur : -259.2 oC
Energi Ionisasi : 1310 Kj/mol
Susunan Atom : 1 proton + 1 elektron
Jari-jari atom : 0.037 nm
Potensial Ionisasi : 56.9 Kj/mol

3. Sifat Kimia (Kirk dan Othmer, 1983)


 Proses produksi methanol dan alkohol yang lebih tinggi dari syngas
2CO + H2  CH3CH2OH + H2O (2.10)
 Reaksi hidrogenasi molekul organik
 R2C=CHR2 + H2  R2HC-CHR2 (2.11)
 Pembentukan logam dari oksidanya
MO2 + 2H2  M + 2H2O (2.12)
 Hidrogen sebagai sel Bahan bakar
2H2  4H+ + 4e- (2.13)
O2 + 4H+ + 4e-  2H2O (2.14)
2H2 + O2  2H2O (2.15)

2.1.4. Hidrogen Fluorida


Hidrogen fluorida adalah senyawa kimia dengan rumus kimia HF. Gas
atau cairan tidak berwarna ini adalah sumber industri utama fluor, seringkali
sebagai larutan berair yang disebut asam fluorida. Ini adalah bahan baku penting
dalam persiapan banyak senyawa penting termasuk obat-obatan dan polimer
( misalnya Teflon). HF secara luas digunakan dalam industri petrokimia sebagai
komponen superasid. Hidrogen fluorida mendidih mendekati suhu kamar, jauh
lebih tinggi daripada hidrogen halida lainnya.

21
Hidrogen fluorida adalah gas yang sangat berbahaya, membentuk asam
hidrofluorat korosif dan menembus setelah kontak dengan kelembaban. Gas juga
dapat menyebabkan kebutaan dengan penghancuran kornea yang cepat.
Kimiawan Perancis Edmond Frémy (1814–1894) dikreditkan dengan penemuan
hidrogen fluorida anhidrat ketika mencoba mengisolasi fluor. Meskipun Carl
Wilhelm Scheele menyiapkan asam fluorida dalam jumlah besar pada 1771, asam
ini dikenal di industri kaca sebelum itu.

Hidrogen fluorida digunakan untuk membuat refrigeran, herbisida, obat-


obatan, bensin, produk dapur stainless steel, aluminium, plastik, komponen listrik
dan bola lampu pijar (lampu listrik dengan kawat filamen, digunakan dalam
peralatan, inkubator, pencahayaan portabel). Enam puluh persen hidrogen fluorida
yang digunakan dalam pembuatan adalah untuk proses membuat pendingin yang
digunakan dalam sistem pendingin, freezer, dan pendingin udara.
Di laboratorium dan pengaturan industri, asam hidrofluorat dapat
digunakan untuk etsa kaca dan enamel, menghilangkan karat, dan membersihkan
kuningan dan kristal. Ini juga digunakan dalam pembuatan chip silikon
semikonduktor. Hidrogen fluorida juga digunakan sebagai katalis alkilasi dalam
kilang minyak untuk membuat bensin beroktan tinggi serta reaktor nuklir tenaga.
1. Proses Pembuatan
Hidrogen fluorida diproduksi dari fluorspar, nama komersial untuk
mineral fluorit (CaF2). Mineral ini didistribusikan secara luas dalam endapan
yang bisa diterapkan di seluruh dunia – terutama di Cina, Meksiko, Afrika
Selatan, dan Rusia. Produksi fluorit dunia setiap tahun melebihi 4 juta ton.
Fluorspar (20-80% kalsium fluorida) terkonsentrasi pada kemurnian 98% dengan
teknik flotasi untuk mendapatkan bahan ‘asam-grade’. Silika adalah pengotor
utama yang dihilangkan.
Fluorspar tingkat asam dicampur dengan asam sulfat pekat yang
dipanaskan dan bubur yang dihasilkan diumpankan terus menerus ke dalam tanur
putar besar. Campuran fluorspar dan asam sulfat dipanaskan hingga 600 K selama
beberapa jam. Gas-gas, terutama hidrogen fluorida, muncul dari ujung tungku

22
horisontal, dan didistilasi fraksional dalam kolom, disebut pra-scrubber. Padatan
dan asam sulfat dihilangkan dan uap hidrogen fluorida dimurnikan sampai
kemurnian> 99,9% dengan distilasi dalam bejana tembaga atau baja, dikondensasi
dan disimpan dalam wadah baja. Limbah gas sebagian besar silikon tetrafluorida,
yang pada reaksi dengan air menghasilkan asam fluosilikat, H2SiF6.
Asam fluosilikat adalah produk sampingan yang penting dari ini dan dari
pembuatan asam fosfat. Ini dapat dinetralkan dengan natrium hidroksida untuk
membentuk natrium heksafluorosilikat, yang digunakan untuk fluoridasi air
minum. Asam juga digunakan untuk membuat aluminium fluorida, yang
digunakan pada gilirannya dalam pembuatan aluminium. Kalsium sulfat, yang
dihasilkan dalam pembuatan hidrogen fluorida, dikenal sebagai anhidrit sintetik
atau fluoroanhidrit. Anhydrite sintetis sekarang digunakan dalam berbagai
aplikasi, termasuk pembuatan blok bangunan beton aerasi, dan beberapa semen.

2. Sifat Fisika (Kirk dan Othmer, 1983)


 Rumus molekul : HF

 Bentuk : Cairan atau Gas tidak berwarna

 Bau : Sangat Kuat

 Tekanan uap : 917 mmHg pada 25 °C

 Densitas : 0,987 – 0,991 gr/cm3

 Titik didih : 20 °C

 Titik lebur : - 83 °C

 Suhu kritis : 188 °C pada 64 atm

 Bahaya : Beracun dan korosif

 Kelarutan : Larut dalam air dan etanol


3. Sifat Kimia (Kirk dan Othmer, 1983)

23
 Pembuatan Hidrogen Fluorida menggunakan asam sulfat
CaF2 + H2SO4  2HF + CaSO4 (2.16)
 Autoionisasi hidrogen fluoride
2HF  H+ + FHF- (
(2.17)
 Hidrogen Fluorida bereaksi dengan Silikon dioksida
4HF  SiF4 + 2H2O (2.18)
 Hidrogen Fluorida bereaksi dengan natrium hidroksida dan natrium
alumiat
NaAlO2 + 2 NaOH + 6HF  Na3AlF6 + H2O (2.19)
2.1.5. Asam Sulfat
Asam sulfat (H2SO4) merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat
ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat memiliki banyak
kegunaan dan merupakan salah satu produk utama di industri kimia. Produksi
dunia asam sulfat tahun 2001 adalah 165 juta ton, dengan nilai perdagangan
seharga US$ 8 juta. Kegunaan utamanya adalah termasuk pemrosesan bijih
mineral, sintesis kimia, pemrosesan air limbah, dan pengilangan minyak.
Asam sulfat murni yang tidak diencerkan tidak dapat ditemukan secara
alami di bumi oleh karena sifatnya yang higroskopis. Walaupun demikian asam
sulfat merupakan komponen utama hujan asam, yang terjadi karena oksidasi
sulphur dioksida di atmosfer dengan keberadaan air (oksidasi asam sulfit). Sulfur
oksida adalah produk sampingan utama dari pembakaran bahan bakar seperti
batubara dan minyak yang mengandung sulfur (Greenwood, Norman N and
Earnshaw A, 1997).

1. Sejarah dan Proses Sintesa


Kimiawan abad ke-8 Abu Musa Jabir bin Hayyan (Geber) dipercayai
sebagai penemu asam sulfat. Asam ini kemudian dikaji oleh kimiawan dan dokter
Persia pada abad ke-9, yang mendapatkan zat ini dari distilasi kering mineral yang
mengandung besi (II) sulfat heptahidrat (FeSO4.7H2O) dan tembaga (II) sulfat
pentahidrat (CuSO4. 5H2O). Ketika dipanaskan senyawa-senyawa ini akan terurai
menjadi besi (II) oksida dan tembaga (II) oksida, melepaskan air beserta sulfur
trioksida yang akan bergabung menjadi larutan asam sulfat. Lalu, pada abad ke-
17, kimiawan Jerman Belanda Johann Glauber membuat asam sulfat dengan

24
membakar sulfur bersama dengan kalium nitrat (KNO3) dengan keberadaan uap.
Kalium nitrat tersebut terurai dan mengoksidasi sulfur menjadi SO3, yang akan
bergabung dengan air membentuk asam sulfat. Pada tahun 1736 Joshua Ward, ahli
farmasi London menggunakan metode ini untuk memulai produksi asam sulfat
berskala besar.
Pada tahun 1746 di Birmingham, John Roebuck mengadaptasikan metode
ini kedalam suatu bilik (ruang), yang dapat menghasilkan asam sulfat lebih
banyak. Proses ini disebut sebagai proses bilik, yang mengijinkan produksi asam
sulfat secara efektif. Setelah berbagai perbaikan, metode ini menjadi proses
standard produksi asam sulfat selama dua abad. Pada tahun 181, pengusaha asam
cuka Britania Peregrine Phillips mematenkan proses kontak yang lebih ekonomis
dalam memproduksi sulfur trioksida dan asam sulfat. Sekarang, hampir semua
produksi asam sulfat menggunakan proses kontak. (Greenwood, Norman N and
Earnshaw A, 1997)

2. Sifat Fisika (Kirk dan Othmer, 1983)


 Rumus molekul : H2SO4
 Kenampakan : Cairan
 Berat Molekul : 98,08 gr/mol
 Titik Didih : 335 ℃
 Suhu Kritis : 652 ℃
 Titik Leleh : -20 ℃
 Tekanan Uap : 0,0001 hPa
 Densitas : 1,84 g/cm3
 Viskositas : 19,629 cP
 Kemurnian : 98 %
 Kelarutan dalam air : Larut dalam semua perbandingan di air.

25
 Toksisitas : Dapat menyebabkan iritasi dan luka terbakar bila
terjadi kontak langsung dengan kulit, mata dan bagian sensitive lainnya.
Bersifat korosif.
3. Sifat Kimia (Kirk dan Othmer, 1983)
 Reaksi hidrasi asam sulfat, memiliki bentuk reaksi eksotermik terhadap
air.
H2SO4 + H2O H3O+ + HSO4- (2.20)
HSO4- + H2O H3O+ + SO42 (2.21)
 Pencampuran pati (C6H12O6)n dengan asam sulfat pekat akan menghasilkan
karbon dan air yang terserap dalam asam sulfat.
(C6H12O6)n 6n C + 6n H2O (2.22)
 Asam sulfat juga banyak bereaksi dengan basa menghasilkan garam sulfat.
Garam tembaga (II) sulfat yang dihasilkan dari reaksi antara tembaga (II)
oksida dengan asam sulfat, seperti dibawah ini:
CuO + H2SO4 CuSO4 + H2O (2.23)
 Asam sulfat juga dapat digunakan untuk mengasamkan garam dan
menghasilkan asam yang lebih lemah.
H2SO4 + CH3COONa NaHSO4 + CH3COOH (2.24)
 Asam sulfat bereaksi dengan kebanyakan logam via reaksi penggantian
tunggal., menghasilkan gas hydrogen dan logam sulfat.
Fe (s) + H2SO4(aq) H2(g) + FeSO4 (aq) (2.25)
Sn (s) + 2 H2SO4(aq) → SnSO4 (aq) + 2H2O (l) + SO2 (g) (2.26)
Asam sulfat encer menyerang besi, aluminium, seng, mangan, magnesium,
dan nikel. Namun reaksi dengan timah dan tembaga memerlukan asam
sulfat yang panas dan pekat. Timbal dan tungsten tidak bereaksi dengan
asam sulfat.

2.2. Produk
2.2.1. Aluminium Fluorida (AlF3)
Aluminium fluorida adalah suatu senyawa berbentuk padat berwarna putih
dan berukuran kecil. Digunakan sebagai stabilitator pada pabrik Aluminium (Al)
dan bahan penurun titik lebur Al dari 1.200 °C menjadi sekitar 660 °C pada
industri peleburan bijih Al sehingga dapat menurunkan pemakaian power, selain

26
itu AlF3 digunakan sebagai bahan untuk menaikkan konduktivitas elektrolit,
sebagai flux pada industri keramik. Proses produksi AlF 3 pada dasarnya ada tiga
macam proses. Tiga proses tersebut ialah:

1. Pembuatan AlF3 dari asam fluosilikat, asam sulfat dan alumunium trioksida.
2. Pembuatan AlF3 dari asam fluosilikat dan alumunium hidroksida.
3. Pembuatan AlF3 dari kalsium florida dan asam sulfat.

Aluminium fluorida adalah aditif penting untuk produksi aluminium dengan


elektrolisis.  Bersama dengan cryolite , ia menurunkan titik lebur hingga di bawah
1000 ° C dan meningkatkan konduktivitas larutan . Ke dalam garam cair inilah
aluminium oksida dilarutkan dan kemudian dielektrolisis untuk menghasilkan
logam Al dalam jumlah besar (Willian M Haynes, 2011).

Gambar 2.6. Struktur Molekul Aluminium Fluorida

2.2.2. Sifat Fisika (Kirk dan Othmer, 1983)


 Rumus molekul : AlF3
 Berat Molekul : 89,98 kg/kmol
 Bentuk : Serbuk padat putih
 Densitas : 3,1 g/cm3
 Titik lebur : 1291 °C
 Kelarutan : Larut dalam air
2.2.3. Sifat Kimia (Kirk dan Othmer, 1983)
 Pembuatan AlF3 dari asam fluosilikat, asam sulfat dan alumunium
trioksida.
H 2 SiF 6 . SiF 4+ H 2 SO4 →2 SiF 4 +2 HF + H 2 SO4 (2.27)

5 SiF 4 +2 H 2 O →2 H 2 SiF 6 . SiF 4 + Si O 2 (2.28)

27
Al2 O3+ 6 HF → 2 AlF 3 +3 H 2 O (2.29)

 Pembuatan AlF3 dari asam fluosilikat dan alumunium hidroksida.


3 H 2 SiF 6 +2 Al (OH )3 → Al 2(SiF ¿¿ 6)3 +6 H 2 O ¿ (2.30)

Al2 ( SiF ¿¿ 6)+6 H 2 O →2 AlF 3+3 SiO2 +12 HF ¿ (2.31)

12 HF + 4 Al (OH )3 → 4 AlF 3 +12 H 2 O (2.32)

 Pembuatan AlF3 dari Kalsium Florida dan asam sulfat


CaF 2 + H 2 SO4 → CaSO4 + 2 HF (2.33)

Al2 O 3+ 6 HF → CaSO 4 +2 HF (2.34)

2.3 Proses Pembuatan Aluminium Fluorida


Dalam pembuatan Aluminium Fluorida (AlF3) dapat dihasilkan dari
beberapa proses, yaitu :
1. Proses kering (US Patent, 3755548A)
2. Proses basah (US Patent, 3057681A)

2.3.1 Proses Kering (US Patent, 3755548A)


Pada proses kering terjadi reaksi antara gas hidrogen fluorida dengan
aluminium hidroksida dengan menggunakan reaktor Fluidized bed. Dalam proses
kering, sebagian aluminium hidroksida yang terhidrasi bereaksi dengan gas
hidrogen dengan katalis Asam Sulfat pada temperature yang telah dinaikkan 120
o
C dengan menggunakan tekanan 2 atm dan kemurnian yang di dapat 92%.
Aluminium dikemas dalam bentuk pellet memasuki vertical contac tower, tetapi
yang lebih umum digunakan adalah fluidized bed.
Fluidisasi dijaga oleh gas hidrogen fluoride dan oleh panas yang
dihasilkan dalam reaksi. Reaktor dibuat dari Inconel, dibagi menjadi 3 daerah
superimposed, oleh 2 buah sieve plat yang horizontal.
Aluminium hidroksida diumpankan pada daerah atas dan gas seperti (air,
HF, SiF4 dan debu) keluar dari daerah ini juga. Gas – gas ini bias digunakan untuk
pembuatan cryolite AlF3. Hidrogen Fluorida masuk dari daerah bawah dan
menerima panas dari aluminium fluoride yang dihasilkan. Reaksi utamater jadi di

28
daerah tengah untuk menjaga supaya temperature tetap tinggi. Reaksi yang
berlangsung pada proses kering :
2Al(OH)3  Al2O3 + 2H2O (2.26)
Al2O3.3H2O  Al2O3(s) + 3H2O (2.27)
Al2O3 + 6HF(aq)  2Alf3(s) + 3H2O (2.28)

HF PREPARING

AlF3 + Al2O3(NH)3
DRIER FILTER (NH4)3AlF6
(NH4)3AlF6 +H2O

(NH4)3AlF6 +H2O
Heat exchanger Product AlF3
Al(OH)3 Preparing

HF

CALCINER REACTOR CONDENSOR DISTILATION CONDENSOR

Al2O3
H2O
PREHEATER

Gambar 2.6. Diagram Blok Proses Kering

2.3.2. Proses Basah (US Patent, 3057681A)


Pada proses basah terjadi reaksi antara hidrogen fluorida dengan larutan
aluminium hidroksida atau dari reaksi antara asam fluosilikat dengan aluminium
hidroksida. Dalam proses basah, aluminium hidroksida ditambahkan pada larutan
encer hidrogen fluorida 15% berat dalam suatu reaktor RATB dengan suhu 100 oC
dan tekanan 2 atm. Larutan aluminium fluorida dan pembentukan kristal
AlF3.3H2O terjadi dalam continuous flow crystallizer sekitar 3 jam pada 90oC
dengan pengadukan kontinyu. Produknya dikeringkan dalam rotary horizontal
dryer kemurnian produk yang di dapat sebesat 96,5%.
Aluminium fluorida dapat pula diproduksi dari fluorida yang diperoleh
dari gas buang fosfat dalam industri pupuk. Silika tetra fluori di dalam gas
pertama – tama diubah menjadi asam fluosilikat yang kemudian bereaksi dengan
aluminium hidroksida. Untuk membuat AlF3 dibuat dalam 5 langkah operasi :
1. Reaksi untuk memproduksi larutan AlF3
Reaksinya terjadi sempurna dan mengendapkan silica dari reaksi asam
fluosilikat dan aluminium hidroksida di dalam tangki berpengaduk.
Berjalan sesuai dengan persamaan reaksi :

29
H2SiF6 + 2Al(OH)3 2AlF3 + SiO2 + 4H2O (2.29)
6HF + 2Al(OH)3 2AlF3 + 6H2O (2.30)
2. Pemisahan Silika (SiO2)
Untuk mengambil endapan silica dari larutan AlF3 yang sangat jernih
dengan menggunakan alat rotary drum vacuum filter.
3. Kristalisasi AlF3.3H2O
Untuk mengumpulkan AlF3.3H2O di dalam crystallizer yang berpengaduk
dengan pendinginan.
4. Pemisahan AlF3.3H2O dariproduk slurry dengan centrifuge
5. Dehidrasi
Untuk menghasilkan AlF3dari AlF3.3H2O dengan pengeringan reaksi
sebagai berikut :
AlF3.3H2O  AlF3 + 3H2O (2.31)
Diantara kelima langkah di atas, langkah 1,2,3,4 dan 5 dioperasikan di
dalam sistem secara kontinyu. Untuk operasi yang ekonomis, kehilangan AlF 3
harus rendah. Aluminium Hidroksida dan asam fluosilikat dimasukkan dengan
cara bersama – sama sehingga dihasilkan lapisan silika yang baik. Setelah
pemisahan silika, AlF3 terkristalisasi dengan pendingin.

Al(OH)3 Produk GAS


Preparing SiO2 SCRUBBING

H2SiF6 REACTOR SiO2 CRYSTALIZER CENTRIFUGE CALCINER


Preparing Centrifuge

2AlF3.H2O
Mother Liquor
COOLER

AlF3

Gambar 2.7. Diagram Blok Proses Basah

2.4. Pemilihan Proses


Dalam menentukan proses yang akan digunakan maka harus diperhatikan
beberapa aspek, terutama aspek teknis dan aspek ekonomis. Proses pembuatan
aluminium fluorida yang kami gunakan adalah Proses Basah.

30
Tabel 2.1. Perbandingan Proses
Proses Kering Proses Basah
Hidrogen dan Hidrogen Asam Fluosilikat dan
Bahan Baku
Fluorida Aluminium Hidroksida
Katalis Asam sulfat -
Kondisi Operasi 120 oC dan 2 atm o
100 C dan 2 atm
Ammonium
Limbah Silika
hexafluoroaliminate
Calciner, Fluidised bed RATB Reactor,
Reactor, Condensor, Centrifuge, Crytalizer,
Alat
Distilasi, Dryer, Filter, Calciner, Scrubber dan
dan Preheater Cooler
Utilitas Air, Steam, Listrik Air, Steam, Listrik
Kemurnian produk 92% 96,5%
Lebih rumit karena, dua Reaksinya sederhana,
Proses reaksi
kali reaksi karena satu kali reaksi
Proses pengiringan Tidak menggunakan
Menggunakan kalsiner
produk kalsiner
Kurang ekonomis,
Segi ekonomis dari
adanya bahan baku yang Lebih Ekonomis
bahan baku
diimpor

Beberapa keuntungan dengan menggunakan proses basah dibandingkan


dengan proses lainnya adalah :
1. Aluminium hidroksida dan asam fluosilikat sebagai bahan baku untuk
proses ini mudah diperoleh.
2. Tidak memerlukan peralatan proses yang banyak
3. Tekanan dan temperature operasi yang digunakan tidak terlalu tinggi
4. Limbah yang dihasilkan dapat ditekan seminimal mungkin
5. Kemurnian Produk lebih tinggi

31
BAB III
DESKRIPSI PROSES
3.1. Deskripsi Proses Basah
3.1.1. Proses Pembuatan Aluminium Florida (AlF3)
Dengan mengenal pengetahuan tentang pembuatan AlF3, Tohoku Hiryo
membangun pabrik AlF3 di Jepang. Dasar pengetahuan tentang pembuatan AlF 3
adalah dari Chemie-Linz dan dengan pengalaman yang ada, Tohoku Hiryo
mengembangkannya. Sebelum jadi produk AlF3 terlebih dahulu dihilangkan kadar
silika lalu dikristalkan untuk selanjutnya dihilangkan kadar airnya hingga menjadi
AlF3 anhidrat dan didinginkan agar dalam proses pengemasan tidak terlalu panas.

Deskripsi Proses :

 Reaksi Dan Pemilihan Silika


 Alat utamanya adalah reaktor yang berfungsi mereaksikan Al(OH) 3
dan H2SiF6, dan centrifuge untuk memisahkan SiO2 dari filtratnya.
 Bahan baku Al(OH)3 dan H2SiF6 dimasukkan ke dalam reaktor yang
berpengaduk dengan suhu + 100 ºC sedangkan H2SiF6 sebelumnya
dipanaskan untuk mencapai suhu 70 – 80 ºC, reaksi eksotermis :
H 2 Si F 6 +2 Al (OH )3 →2 AlF 3 + Si O 2 + H 2 O (3.1)

 Untuk mendapatkan kualitas produk yg tinggi secara efektif


secepatnya silica dipisahkan dari hasil reaksi dan water konten silica
diturunkan.
 Reaksi yang berlangsung di reaktor sekitar 10 - 15 menit
menghasilkan slurry yang selanjutnya dikirim ke centrifuge untuk
memisahkan silica dari filtratnya, SiO2 dipakai pada pabrik PA
sedangkan filtratnya dialirkan ke AlF3 solution distributor.
 Kristalisasi Dan Pemisahan AlF3.3H2O
 Peralatan utamanya adalah crystalizer yang berfungsi sebagai
pembentukan kristal dan centrifuge untuk memisahkan kristal
AlF3.3H2O dengan larutan induknya.
 Filtrat masuk crystalizer selama 4 – 5 jam temperatur dijaga 90 – 95
ºC dengan pemanas steam dan untuk membuat uniform dilengkapi

32
dengan agitator, sedangkan untuk mempercepat pembentukan kristal
ditambahkan seed (babon) crystal pada permulaan pengisian
crystalizer.
 Slurry keluar dari crystalizer selanjutnya dibawa ke centrifuge untuk
mengambil AlF3.3H2O dari larutan induknya, kristal yang terpisah
masuk ke hopper sedangkan filtratnya dipisahkan dulu pada cyclone
untuk memisahkan kristal dengan cairannya, cairan kembali ke tangki
penampung sedangkan kristal liquid ke effluent treatment.
 Dehidrasi dan Pendinginan
 Fungsi pada tahapan ini adalah menghilangkan kandungan air kristal
dan air bebas dalam Aluminium Fluorida.
 Kristal AlF3.3H2O selanjutnya masuk calciner untuk menghilangkan
kandungan air kristal dan air bebas dengan menggunakan udara
pemanas.
 AlF3 panas selanjutnya didinginkan di dalam cooler dengan
menggunakan air pendingin (pendinginan tak langsung).
 Penyimpanan dan Pengepakan
 AlF3 hasil pendinginan dialirkan secara pneumatik dengan jet lifter ke
dalam product silo.
 Debu yang keluar dari silo dipisahkan dengan menggunakan bag
filter dan kemudian dikembalikan lagi ke dalam silo.
 Setelah produk dianalisa dan telah memenuhi spesifikasi yang
ditentukan selanjutnya dilakukan pengepakan dalam kantong 1 ton
kemudian disimpan dalam gudang.
 Air dan Gas Buangan
 Mother liquor yang dipisahkan kemudian diendapkan dalam recovery
tank dan over flow dalirkan ke dalam waste liquid tank yang
selanjutnya dibawa ke unit effluent treatment, sedangkan endapan
kristal yang berada didasar dialirkan ke collection tank.
 Exhaust gas dari tiap-tiap unit dikirim ke washing tower dengan tujuan
gas fluor yang keluar dapat diserap dengan neutralized water dan gas
buang yang tidak berbahaya dibuang dengan bantuan exhaust fan

33
melalui stack sedangkan cairan penyerap yang keluar dari bawah
menara dialirkan ke effluent treatment untuk dinetralkan.

34
DAFTAR PUSTAKA

Alibaba. 2011. “Capacity Production Alufluor Aluminium Fluoride”.


http://www.alibaba.com/capacity-productalf3/2011/04/Alufluor-Alu-
FluoJuly-2020.html. Diakses tanggal 28 januari 2020.
Badan Pusat Statistik. 2020, “Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia”.
Indonesia foreign. Yogyakarta.
Greenwood, Norman and Earnshaw, A. 1997. “Chemistry of the Elements”.
Oxford: Butterworth-Heinemann. Oxford
Haynes, William M. 2011. “CRC Handbook of Chemistry and Physics. CRS
Press. Boca Raton.
Holleman, A.F,. and Wilberg, E. 2001. “Inorganic Chemistry”. Academic Press.
San Diego.
J. Aigueperse, P. Mollard, D. Devilliers, M. Chemla, R. Faron, R. Romano, J. P.
Cuer (2000). "Fluorine Compounds, Inorganic". Ullmann's
Encyclopedia of Industrial Chemistry. Wiley-VCH. Weinhem
Kirk, R.E., dan Othmer, D.F. 1983. “Encyclopedia of Chemical Technology, 3rd
ed”. John Wiley and Sons, Inc. New York.
Perry, R.H., and Green, D.W., 1986, “Perry’s Chemical Engineer’s Handbook,
6th ed”. Mc Graw Hill Book Co., Inc. New York.
Saito, Taro. 1996. “Inorganic Chemistry”. Iwanami Shouten. Tokyo
Totten, George E., and MacKenzie, Scott. 2003. “Handbook of Aluminium:
Physical Metallurgy and Processes”. New York.

Anda mungkin juga menyukai