Oleh : Kelompok 4
Nama Tutor :
Halaman Sampul....................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................ii
Skenario.................................................................................................................3
Bab 3 Brainstorming..............................................................................................6
Daftar Pustaka......................................................................................................47
SKENARIO 2
KENAPA NY. TUTI?
Ny. Tuti, 29 tahun tinggal di rumah sederhana dan sejak remaja memelihara
beberapa kucing serta gemar memeluk dan menggendong kucing bahkan terkadang
tidur di tempat tidurnya. Kucing tersebut selain BAB di halaman luar juga sesekali
BAB di dalam rumah, yang kurang terjaga kebersihannya. Selain itu Ny. Tuti
mempunyai kebiasaan mengkonsumsi sate daging yang tidak sempurna matangnya
dan dibeli di penjual sate. Setelah menikah Ny tuti melahirkan anak pertamanya, bayi
lahir prematur (35 minggu), lahir normal, spontan, dengan ukuran kepala sedikit lebih
besar, berat badan lahir: 2300 gram, panjang badan lahir: 43 cm dan ditolong oleh
bidan desa.
ii
Hari ini Nyonya Tuti datang ke Puskesmas membawa bayinya karena kepala
bayi tersebut dirasakan bertambah besar dan ada bercak keputihan pada matanya .
Pemeriksaan fisik didapatkan: Lingkar kepala berukuran 1,5 kali ukuran bayi normal,
bagian hitam mata berwarna putih, bola mata terlihat lebih kecil. Selain
memeriksakan anaknya, Ny Tuti juga memeriksakan dirinya karena sejak 2 minggu
yang lalu sering mengalami keputihan disertai gatal dan bau yang menyengat.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dokter Puskesmas menduga Ny. Tuti
mengalami infeksi protozoa jaringan. Lalu Ny tuti bertanya apa saja yang termasuk
infeksi protozoa jaringan dr? karena suatu saat saya berencana menambah momongan.
BAB I
KATA SULIT
3. Keputihan : Keputihan adalah kondisi ketika lendir atau cairan keluar dari
vagina.
iii
Cairan berwarna hijau atau kuning dan berbuih. Keputihan ini
disebabkan oleh penyakit trikomoniasis.
6. Spontan : kelahiran secara tiba tiba tidak sesuai perkiraan terjadi tanpa
indikasi
iv
BAB II
RUMUSAN MASALAH
2. Mengapa ukuran kepala bayi yang lahir sedikit lebih besar dan masih semakin
membesar?
4. apa akibat kebiasaaan Ny. Tuti yang makan sate setengah matang pada
kehamilannya ?
5. apa ada hubungan menggendong, dan mememeluk kucing dengan kelahiran bayi
abnormal ?
7. Mengapa bolamata bayi Ny. Tuti terlihat lebih kecil, terdapat bercak putih pada
mata dan sebagian pada bagian hitam mata berwarna putih
9. Mengapa Ny. Tuti menderita keputihan yang disertai gatal dan bau menyengat ?
v
BAB III
BRAINSTORMING
Protozoa yang masuk ke dalam tubuh host akan mengalir mengikuti aliran darah. Saat
ibu sedang hamil maka bisa saja protozoa mengalir sampai ke plasenta lalu menetap
di sana., Toksoplasmosis dalam kehamilan menyebabkan transmisi Toxoplama gondii
melalui sirkulasi uteroplasenta ke janin sehingga bayi yang terlahir dengan
toksoplasma bawaan mengidap toksoplasmosis kongenital
Kasus toksoplasmosis akuisita pada manusia didapat dari masuknya jaringan kista
pada daging yang terinfeksi karena daging tidak dimasak dengan sempurna atau
ookista pada makanan yang tercemar kotoran kucing, transfusi darah atau melalui
transplantasi organ.
2. Mengapa ukuran kepala bayi yang lahir sedikit lebih besar dari normal dan masih
semakin membesar
Tes Apgar score atau penilaian Apgar merupakan salah satu pemeriksaan fisik
bayi yang dilakukan pada menit pertama dan kelima setelah bayi lahir. Semakin tinggi
nilai Apgarnya, maka semakin baik. Nilai Apgar yang tinggi diangap dapat menjadi
patokan bahwa kondisi bayi baru lahir sehat dan bugar setelah dilahirkan.
vi
Kata ‘Apgar’ sendiri diambil dari beberapa aspek yang diperiksa, yaitu:
Activity (aktivitas otot).
Pulse (denyut jantung).
Respiration (pernapasan).
4. Apa akibat kebiasaaan Ny. Tuti yang makan sate setengah matang pada
kehamilannya?
Karena kebiasaan Ny. Tuti yang memakan sate setengah matang yang bisa
menjadi sebab penularan kista dari daging ke manusia dan juga perilaku Ny. Tuti yang
kurang memelihara kebersihan kucingnya yang memungkinkan ookista menempel
pada bulu kucing yang kemudian mengingfeksi beliau.
vii
7. Mengapa bola mata bayi Ny. Tuti terlihat lebih kecil, terdapat bercak putih pada
mata dan sebagian pada bagian hitam berwarna putih
Infeksi akibat parasit tidak menunjukan gejala sakit yang parah, tetapi kalau
tidak ditangani infeksi ini bisa saja menjadi sebuah penyakit yang menimbulkan
banyak komplikasi. Ditambah sebuah fakta bahwa seorang ibu memiliki imunitas
yang lemah selama mengandung membuat pilihan untuk menambah momongan pada
kondisi ini menjadi pilihan yang tidak baik.
9. mengapa Ny. Tuti menderita keputihan yang disertai gatal dan bau menyengat
Disebabkan oleh kurangnya kebersihan diri ny tuti. Bisa juga karena infeksi
protozoa dari genus yang berbeda masuk ke dalam tubuh lewat hubungan sex.
viii
BAB IV
PETA MASALAH
ix
BAB V
LEARNING OBJECTIVE
x
BAB VI
TINJAUAN PUSTAKA
Hospes definitif (definitive host) atau final host adalah hospes yang menjadi tempat
hidup parasit dewasa atau parasit matang seksual (sexually mature).
Hospes cadangan (reservoir host) : hewan yang dapat bertindak sebagai hospes
definitif bagi parasit yang hidup pada manusia
Hospes paratenik : hewan yang mengandung stadium infektif parasit tanpa menjadi
dewasa, dan stadium ini dapat ditularkan dan menjadi dewasa pada
hospes definitif
Vektor merupakan jasad yang menularkan parasit pada manusia dan hewan secara
aktif. Vektor biasanya berupa serangga seperti nyamuk anopheles yang
menularkan malaria dan culex sebagai vektor filariasis
Protozoa adalah hewan bersel satu yang hidup sendiri atau dalam bentuk koloni
(Proto(J)=pertama; zoon=hewan). tiap protozoa merupakan kesatuan lengkap yang
sanggup melakukan semua fungsi kehidupan yang pada jasad lebih besar dilakukan
oleh sel khusus.
Pada umumnya protozoa memiliki dua stadium yaitu stadium vegetatif (Trofozoit)
dan stadium kista yang tidak aktif. Ukurannya kecil sekali, hanya beberapa mikron
sampai 40 mikron. Bentuk protozoa ada yang bulat, lonjong, simetris, bilateral atau
tidak teratur. Sel nya terdiri dari inti dan sitoplasma. Struktur inti, terutama susunan
kromatin dan kariosom, penting untuk membedakan spesies. Pada protozoa usus
dibedakan 4 macam inti: a) inti entameba. b) inti endolimaks, c) inti iodameba, d) inti
dientameba.
xi
oksigen dan mengeluarkan karbondioksida atau secara tidak langsung dengan
mengambil oksigen yang dilepaskan oleh aktivitas enzim dari persenyawaan
kompleks.
PENULARAN
Parasit berpindah dari hospes ke hospes lain secara langsung atau melalui
makanan dan air setelah berada diluar badan hospes. Kista dapat bertahan terhadap
keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan dan terhadap zat pencernaan. Pada
protozoa yang tidak mempunyai stadium kista penularan terjadi melalui stadium
trofozoit.
Pada banyak parasit darah dan jaringan yang hidup bergantian dalam hotspot
vertebrata (manusia) dan hospes invertebrata (serangga), penularan parasit ditularkan
oleh vektor. Dalam badan vektor parasit mengalami perkembangan sampai menjadi
stadium infektif. Meskipun daur hidup parasit memerlukan dua hospes, penularan
secara langsung dapat terjadi dengan kontak atau dengan perantaraan serangga
penggigit.
DIAGNOSIS
KLASIFIKASI KELAS
Protozoa yang merupakan parasit pada manusia dibagi dalam empat kelas:
xii
3. Ciliata, bergerak dengan rambut gerak
4. Sporozoa, tidak mempunyai alat gerak
PLASMODIUM VIVAX
KLASIFIKASI
Kingdom : Protista
Filum : Apicomplexa
Kelas : Aconoidasida
Ordo : Haemosporida
Famili : Plasmodiidae
Genus : Plasmodium
Spesies : P. vivax
EPIDEMIOLOGI
xiii
Pasifik yang meliputi Papua Nugini, Kepulauan Solomon dan Vanuatu. Sedangkan di
Afrika, terutama Afrika Barat dan Utara, spesies ini jarang ditemukan.
xiv
menghasilkan enzim kitinase. Enzim ini berfungsi untuk memotong kitin dalam
peritopic matrix (PM). Selama ookinet menyerang epitelium usus, sel ini mengalami
apoptosis yang menyebabkan ookinete masuk ke dalam lamina basal dan mencapai
lumen usus yang merupakan tempat transformasi dari ookinete menjadi ookista.
Selama perkembangan, ookista mengalami mitosis menjadi beribu-ribu sporozoite dan
dilepaskan ke hemocoel menuju kelenjar ludah (salivary glands).
Daur seksual (sporogoni) berlangsung selama 16 hari pada suhu 20 derajat dan
8-9 hari pada suhu 27 derajat. Dibawah suhu 15 derajat fase seksual tidak mungkin
berlangsung.
Ookista muda dalam nyamuk mempunyai 30-40 butir pigmen berwarna kuning
tngguli dalam bentuk granula halus tanpa susunan yang khas.
Masa tunas intrinsik biasanya berlamgsung 12-17 hari, namun pada beberapa
strain P. vivax dapat mencapai 6-9 bulan atau mungkin lebih dari itu. Gejala pertama
dimulai dengan sindrom prodromal, yakni sakit kepala, nyeri punggung, mual, dan
malaise umum. Pada relaps sindrom prodomal ringan atau tidak ada. Demam tidak
teratur pada 2-4 hari pertama, kemudian menjadi intermiten dengan perbedaan yang
nyata pada pagi dan sore hari, suhu tinggi kemudian turun menjadi normal. Kemudian
kurva demam menjadi teratur dengan periodesitas 48 jam. Serangan demam terjadi
pada siang atau sore hari, dengan stadium menggigil, panas, dan berkeringat yang
klasik. Suhu badan mencapai 40,6 derajat Celsius dengan keluhan mual muntah dan
pusing.
Anemia pada serangan pertama belum jelas atau tidak berat, namun pada
malaria menahun trombositopenia sering ditemukan.
Malaria vivaks yang dilaporkan di daerah Uni Soviet, India, Pakistan terdapat
komplikasi berupa gangguan pernapasan berupa acute respiratory distress syndrome,
gagal ginjal, icterus, anemia berat, rupture, limpa, , kejang yang disertai gangguan
kesadaran.
xv
Limpa pada serangan pertama mulai membesar, dengan konsistensi lembek dan mulai
teraba pada minggu kedua. Pada malaria menahun limpa menjadi sangat besar, keras,
dan kenyal. Trauma kecil dapat menyebabkan rupture limpa meskipun jarang terjadi.
Pada permulaan serangan pertama jumlah parasit P. vivax sedikit dalam
peredaran darah tepi, tetapi bila demam tersian telah berlangsung, jumlahnya akan
bertambah banyak. Suatu serangan tunggal yang tidak diberi pengobatan dapat
berlangsung beberapa minggu dengan serangan demam berulang. Demam lama-
kelamaan berkurang dan dapat menghilang sendiri tanpa pengobatan karena system
imun penderita.
DIAGNOSIS
Penentuan diagnosis malaria vivaks dapat dilakukan melalui sediaan darah dan
rapid test. Positif tidaknya malaria vivaks dapat diamati melalui sediaan darah yang
dipulas dengan Giemsa mengandung tidaknya P. vivax. Sedangkan melalui rapid test
positif malaria ditunjukkan apabila terdapat garis positif sebagai pan-LDH dan atau
Pv-LDH. Apabila pemeriksaan yang digunakan adalah rapid test sebaiknya dilakukan
bersamaan dengan pemeriksaan mikroskiopik untuk menghindari false negatif.
PENGOBATAN
xvi
primakuin menjadi 30 mg/hari selama 14 hari dapat mengatasi permasalahan ini.
Untuk menghindari terjadinya anemia hemolitik perlu dilakukan pemerikasaan kadar
glukosa 6 fosfat dihidrogenase dalam darah.
PROGNOSIS
PLASMODIUM FALCIPARUM
PLASMODIUM MALARIAE
xvii
B.EPIDEMIOLOGI : Frekuensi malaria malariae di Indonesia sangat rendah hingga
tidak merupakan masalah kesehatan masyarakat.
Daur praeritrosit pada manusia belum pernah ditemukan. Parasit ini dapat hidup
pada simpanse yang merupakan hospes reservoar yang potensial. Skizon praeritrosit
menjadi matang 13 hari setelah infeksi. Bila skizon matang, merozoit dilepaskan ke
aliran darah tepi. Plasmodium malariae hanya akan meng- infeksi sel darah merah tua
dan siklus eritrosit aseksual dimulai dengan perio- disitas 72 jam. Sel darah merah
yang dihinggapi P.malariae tidak membesar. Dengan pulasan khusus, pada sel darah
merah dapat tampak titik-titik yang disebut titik Ziemann. Trofozoit yang lebih tua
bila membulat besarnya kira-kira setengah eritrosit. Pada sediaan darah tipis, stadium
trofozoit dapat melintang sepanjang sel darah merah, merupakan bentuk pita, yaitu
bentuk yang khas pada P.malariae. Butir-butir pigmen jumlahnya besar, kasar dan
berwarna gelap. Skizon muda membagi intinya dan akhirnya terbentuk skizon matang
yang mengandung rata-rata 8 buah merozoit. Skizon matang mengisi hampir seluruh
xviii
eritrosit dan merozoit biasanya mempunyai susunan yang teratur sehingga merupakan
bentuk bunga daisy atau disebut juga rosette.
D.PATOLOGI&GEJALA
xix
ini dalam waktu singkat menjadi difus dan progresif sehingga menyebabkan sklerosis
yang menyeluruh pada glomerulus ginjal.
Semua stadium parasit aseksual terdapat dalam peredaran darah tepi pada waktu
yang bersamaan, tetapi parasitemia tidak tinggi, kira-kira 1% sel darah merah yang
diinfeksi. Mekanisme rekurens pada malaria malariae disebabkan oleh parasit dari
daur eritrosit yang menjadi banyak; stadium aseksual daur eritrosit dapat bertahan di
dalam badan. Parasit ini dilindungi oleh sistem pertahanan kekebalan selular dan
humoral manusia. Faktor evasi yaitu parasit dapat menghindarkan diri dari pengaruh
zat anti dan fagositosis, di samping itu bertahannya parasit ini tergantung pada variasi
antigen yang terus menerus berubah dan menyebabkan rekurens.
E.DIAGNOSIS
Diagnosis dapat dilakukan dengan menemukan parasit dalam darah yang dipulas
dengan Giemsa. Hitung parasit pada P.malariae rendah. Seringkali parasit P.malariae
ditemukan dalam sediaan darah tipis secara tidak sengaja, pada penderita tanpa gejala.
Pemeriksaan dengan rapid test tidak selalu memperlihatkan hubungan antara
pemeriksaan mikroskopik dengan enzim t pan-LDH, mungkin disebabkan rendahnya
P.malariae dalam darah.
F.PENGOBATAN&PROGNOSIS
Penderita malaria malariae atau malaria kuartana dapat diobati dengan pemberian
klorokuin basa yang akan mengeliminasi semua stadium di sirkulasi darah. Penelitian
memperlihatkan bahwa waktu yang diperlukan untuk mengeliminasi P. malariae
dalam darah lebih panjang dibandingkan dengan P. falciparum dan P. vivax yang
masíh sensitif klorokuin. Stadium aseksual P. malariae masih dapat ditemukan sampai
hari ke-15 setelah pemberian klorokuin, walaupun akhirnya menghilang dalam darah.
Hal tersebut bukan berarti P. malariae resisten terhadap klorokuin. Wernsdorfer
menganjurkan pemberian klorokuin basa selama 5 hari dengan dosis total 35 mg/ kg
berat badan untuk penderita yang terinfeksi P. malariae. Walaupun demikian,
MaGuire yang melakukan penelitian di Sumatra Selatan melaporkan bahwa P.
malariae di daerah tsb resisten terhadap klorokuin. Penelitian lain memperlihatkan P.
malariae sensitif terhadap obat antimalaria baru seperti artemisinin dan pironaridin.
xx
Tanpa pengobatan, malaria malariae dapat berlangsung sangat lama dan rekurens
pernah tercatat 30-50 tahun sesudah infeksi.
PLASMODIUM OVALE
KLASIFIKASI:
Kingdom: Protista
Filum: Apicomplexa
Kelas: Aconoidasida
Ordo: Haemosporida
Famili: Plasmodiidae
Genus: Plasmodium
Spesies: P. ovale
DISTRIBUSI GEOGRAFIK: Afrika Barat, Pasifik Barat, Pulau Owi, Pulau Timor
Gejala mirip malaria vivaks, spontan, jarang relaps. P.ovale ada di darah tapi mudah ditekan
spesies lain. Muncul lagi setelah virus lain itu hilang.
DIAGNOSIS:
PROGNOSIS:
EPIDEMIOLOGI:
xxi
PLASMODIUM KNOWLESI
Manusia (definitif)
SIKLUS HIDUP
Siklus hidup dari semua parasit pada malaria pada umumnya sama, terdiri dari
dua fase yaitu fase seksual yang terjadi pada nyamuk (sporogoni) dan fase aseksual
yang terjadi pada manusia (skizogoni). Infeksi Plasmodium sp. dimulai saat terjadinya
gigitan nyamuk Anopheles sp. Betina yang terinfeksi Plasmodium sp. Sporozoit yang
dibawa oleh nyamuk selanjutnya akan memasuki hepatosit dan terjadilah fase
xxii
aseksual (skizon jaringan) membentuk skizon praeritrositik. Pada stadium skizon pra-
eritrositik ini tidak menimbulkan gejala apapun. Stadium selanjutnya yaitu lepasnya
merozoit ke dalam aliran darah dan menembus eritrosit, pada stadium ini disebut juga
dengan periode prapaten dengan masa inkubasi sekitar 12 hari untuk P.falciparum dan
P. knowlesi, 14 hari
untuk P. vivax dan P. ovale, serta 30 hari untuk P. malariae. Selanjutnya
merozoit berkembang hingga stadium skizon darah dan kemudian skizon tersebut
akan pecah dan melepaskan merozoit untuk menginfeksi eritrosit yang baru. Pada
fase ini ditandai dengan munculnya demam yang persisten (24 jam untuk P. knowlesi,
48 jam untuk P. falciparum, P. vivax, P. ovale, dan 72 jam untuk P. malariae). Selain
munculnya demam, juga terjadi pelepasan sitokin dari makrofag sehingga
menimbulkan peningktan suhu tubuh. Merozoite yang tidak menginfeksi eritrosit akan
berkembang menjadi gametosit yang siap untuk dihisap oleh nyamuk untuk
melanjutkan fase seksual (CDC, 2018 dan Ministri of Health Malaysia, 2013).
xxiii
MORFOLOGI
EPIDEMIOLOGI
Sebagian besar kasus infeksi P. knowlesi pada manusia terjadi di Sabah dan
Sarawak, Malaysia serta beberapa negara di Asia Tenggara. Sampai saat ini seluruh
negara Asia Tenggara pernah melaporkan adanya kasus infeksi malaria P. knowlesi
pada manusia kecuali Laos dan Timor Leste. Sampai tahun 2014 telah dilaporkan 7
xxiv
kasus malaria knowlesi pada manusia di Indonesia dan semua penularannya terjadi
secara lokal di sekitar hutan di Kalimantan. Nampaknya secara epidemiologi, malaria
knowlesi di Indonesia masih terbatas di Pulau Kalimantan. Secara genetik telah
dibuktikan bahwa infeksi P. knowlesi adalah penyakit zoonosis dan belum ada bukti
kuat terjadi penularan dari manusia ke manusia. Malaria knowlesi terutama terjadi
pada usia dewasa dan infeksi pada anak dibawah 15 tahun dilaporkan hanya 10% (6-
14%). Laki-laki (sekitar 74%) lebih sering terinfeksi penyakit ini dibandingkan
perempuan karena aktivitasnya yang lebih sering diluar rumah, pergi ke hutan atau
kontak dengan kera. Peningkatan kasus malaria P. knowlesi di Asia tenggara mungkin
disebabkan karena semakin dekatnya hunian penduduk dengan hutan dan
meningkatnya eksploitasi hutan baik untuk industri maupun pariwisata.
xxv
GEJALA DAN TANDA KLINIS
Masa inkubasi infeksi P. knowlesi berlangsung sekitar 11 hari. Manifestasi klinis
malaria knowlesi sebagian besar bersifat ringan, 10% berat dan hanya 1-2% fatal.
Siklus aseksual eritrosit P. knowlesi berlangsung sangat singkat yaitu setiap 24 jam
sehingga demam yang timbul berlangsung setiap hari yang disebut dengan quotidian
fever. Demam diawali dengan menggigil yang berlangsung 4-5 hari disertai gejala
prodromal sakit kepala, nyeri otot dan sendi, lemah, penurunan nafsu makan,
gangguan saluran pernafasan dan saluran cerna. Kadang disertai batuk, nyeri perut
dan diare. Gejala lain seperti muntah dan sesak nafas sering berkaitan dengan jumlah
parasit yang tinggi dalam darah. Tanda klinis yang umum dijumpai adalah
peningkatan suhu badan, takikardi dan takipneu.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah tepi merupakan alat diagnostik sederhana yang wajib
dikerjakan pada kasus dugaan malaria. Sulit membedakan P. knowlesi dengan
plasmodium lainnya karena secara morfologi sangat mirip dan kadar parasitemianya
yang rendah. Tes cepat berbasis imunokromatografi untuk mendeteksi infeksi malaria
telah rutin digunakan di dunia karena kelebihannya antara lain mudah, cepat, cost
effective dan dapat dilakukan dimana saja (point of care testing). Pemeriksaan ini
menggunakan antibodi monoklonal terhadap pvLDH untuk P. vivax, pfLDH dan
Histidine Rich Protein-2 untuk P. falciparum atau LDH dan Aldolase untuk semua
jenis plasmodium. Diagnosis serologi untuk infeksi P. knowlesi belum banyak diteliti.
Penggunaan tes cepat ini tidak begitu memuaskan untuk diagnosis infeksi P. knowlesi
mengingat sensitivitasnya hanya 23% untuk Aldolase dan 25% untuk LDH.
Sensitivitasnya sedikit meningkat pada kasus dengan hiperparasitemia.5,23 Secara
umum penggunaan Rapid Diagnostic Test (RDT) untuk diagnosis infeksi malaria P.
knowlesi pada manusia memiliki sensitivitas yang bervariasi antara 26-74% dan
bahkan lebih rendah sekitar 0-45% bila jumlah parasit kurang dari 1000 /μL (13). Saat
ini ada dua RDT yang menunjukkan hasil positif terhadap P. knowlesi yaitu tes
OptiMal yang mendeteksi P. falciparum dan Entebe yang mendeteksi P. vivax.
Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan metode yang paling akurat saat ini
untuk diagnosis P. knowlesi. Penggunaan PCR untuk diagnosis keempat jenis
plasmodium telah berkembang sejak tahun 1990an. Nested PCR lebih sensitif dan
spesifik dibandingkan pemeriksaan mikroskopis. Metode ini menggunakan target
subunit kecil gen ribosomal RNAdengan primer genus spesifik, kemudian
xxvi
diamplifikasi dengan primer yang spesies spesifik dengan target variable regions.
Primer spesifik untuk P. knowlesi adalah Pmk8dan Pmkr9, walaupun primer ini
kadang mengalami reaksi silang dengan DNA P. vivax. Studi infeksi P. knowlesi pada
pekerja tambang di Kalimantan Tengah menggunakan primer mtCOI yang
nampaknya lebih spesifik dibandingkan Pmk8 dan Pmkr9.19Nested PCR dapat
meningkatkan sensitivitas diagnosis pada pasien dengan kadar parasit yang rendah.
Teknologi PCR terus berkembang dari deteksi end-point ke deteksi real-time dalam
diagnosis malaria knowlesi. Dasar deteksi P. knowlesi dengan real-time PCRadalah
menggunakan primersmall subunit ribosomal RNA gene. Metode ini mampu
mendeteksi kadar parasit antara 5-100 kopi template/mikroliter. Multiplex quantiative
qPCR juga sudah dikembangkan untuk mendeteksi P. knowlesi dengan nama
komersial PlasmoNex multiplex PCR. Metode ini menggunakan primer spesifik dan
gel elektroforesis, namun kurang praktis untuk diagnosis pada daerah dengan sarana
yang terbatas.12 Metode amplifikasi materi asam nukleat baru sedang berkembang
yaitu Loop-mediated Isothermal Amplification (LAMP). Metode ini berbeda dengan
PCR dimana LAMP menggunakan DNA polimerase dan 4 primer yang berbeda untuk
mentarget enam area spesifik dari target genom. Metode LAMP sangat spesifik dan
sensitivitasnya sama dengan PCR konvensional. Metode ini mudah, sederhana dan
lebih singkat karena tidak membutuhkan thermocycler. Metode LAMP untuk
mendeteksi P. knowlesi menggunakan gen β-tubulin dan antigen 1 (AMA-1).8Loop-
mediated Isothermal Amplification bisa digunakan sebagai alternatif pengganti PCR
untuk daerah dengan sumber daya yang terbatas karena hanya membutuhkan heating
blocksederhana, primer, kontrol positif dan negatif serta hasilnya didapatkan dalam
waktu relatif singkat yaitu 60 menit.
PENGOBATAN
Pengobatan malaria akibat P. knowlesi tanpa komplikasi dapat diberikan dengan
terapi ACT (kecuali pada ibu hamil tri semester pertama) atau dengan klorokuin.
Sedangkan untuk pengobatan pada daerah yang resisten terhadap klorokuin dapat
diberikan ACT saja (WHO, 2015). Studi yang telah dilakukan oleh Singh et al. (2004)
di wilayah Kapit, Serawak Malaysia menyatakan bahwa pasien yang positif infeksi P.
knowlesi diberikan pengobatan dengan kombinasi
klorokuin dan primakuin. Dosis pengobatan yang diberikan disesuaikan dengan
keparahan dan tingkat parasitemianya. Penelitian lain yang dilakukan di Thailand,
pasien yang mengalami mix-infection Pv+Pk diberikan pengobatan klorokuin dan
xxvii
primakuin, sedangkan pasien yang positif mixinfection Pf-Pk diberikan pengobatan
dengan meflokuin dan artesunate (Putaporntip et al., 2009).
LEISHMANIA BRASILIENSIS
DISTRIBUSI GEOGRAFIK
Penyakit ini ditemukan di Amerika Tengah dan Selatan (mulai dari Guatemala
sampai ke Argentina Utara dan Paraguay). Di Indonesia penyakit ini belum pernah
ditemukan.
Morfologi parasit ini tidak dapat dibedakan dari L.donovani dan L.tropica.
Stadium amastigot hidup dalam sel RE di bawah kulit pada porte d’entrée dan
menyebar ke selaput lender (mukosa) yang berdekatan, seperti mulut, hidung dan
tulang rawan telinga. Stadium promastigot terdapat pada lalat Phlebotomus sebagai
bentuk infektif. Bentuk ini ditemukan pula dalam biakan NNN.
xxviii
ulkus. Parasit yang keluar bersama secret ulkus menyebabkan ulkus baru atau
granuloma. Saluran limfe tersumbat dan terjadilah nekrosis. Infeksi sekunder oleh
bakteri merupakan penyulit, sehingga terjadi destruksi tulang rawan pada hidung atau
telinga. Penyakit ini berlangsung bertahun-tahun dan bila tidak diobati dapat sembuh
sendiri. Ulkus dapat sembuh sendiri dengan meninggalkan parut.
Lesi yang terjadi pada tipe uta, sama bentuknya dengan tipe meksiko. hanya predileksi
pada telinga kurang dan jarang menghinggapi selaput lendir. Masa tunas pada tipe
Espundia adalah 2-3 bulan dan biasanya lesi pertama terjadi pada kulit dan mungkin
juga terdapat di selaput lendir. Setelah +- 1 tahun terjadi lesi sekunder yang dapat
menyebabkan cacat.
DIAGNOSIS
PENGOBATAN
EPIDEMIOLOGI
xxix
LEISMANIA TROPICANA
HOST
definitif manusia\reser.anjing&rodentia(H.pengerat)
VEKTOR
plybotomus
DISTRIBUSI GEOGRAFIK
NAMA PENYAKIT
MORFOLOGI&DAUR HIDUP
parasite hidup di bawah kulit pada sel RE dekat port d’entre sebagai stadium
amastigot.\ Morfologi parasite tidak bisa dibedakan dengan L.donovani. \ cara infeksi
sama dengan L.donovani
DIAGNOSIS
ditegakkan dengan menemuan parasite dalam sediaan apus yg diambil dari tepi
ulkus atau dari sediaan biopsy ( tindakan pengambilan sebagian kecil jaringan)\
pembiakan dalam medium NNN (media kultur yang digunakan untuk menumbuhkan
Leishmania, seperti agar darah)
xxx
PENGOBATAN
salep yang terdapat paromisin, tapi pengobatan salep disarankan untuk satu atau
dua ulkus saja\ di daerah endemic disarankan untuk dibiarkan tanpa pengobatan agar
dapat kekebalan
EPIDEMIOLOGI
anjing&rodentia adalah sumber utama. Meski haanya sebagai hos reser. Tapi
keberadaannya yg (apabila) banyak maka akan meningkatkan hos. Sehingga
penyebaran agen jadi tinggi.\ untuk membunuh lalat plybotomus pakai insektisida\
menutup ulkus\ memakai kelambu\ imunisasi dapat jadi upaya prefetif yang efektif
meskipun imunitas baru didapat setelah beberapa minggu
LEISHMANIA DONOVANI
HOSPES : manusia
HOSPES PERANTARA : lalat phlebotomus
PENYAKIT : leishmaniasis visceral (kala azar)
Penderita mengalami pembesaran limfa, hati, kelenjar limfa, diikuti dengan anemia
berat dan demam.
Penyakit ini banyak ditemui di mesir dan Negara-negara sekitar laut tengah
CARA INFEKSI : melalui gigitan lalat phlebotomus
xxxi
Gambar 29. Leishmania donovani (a) amastigot (b) promastigot
BENTUK LEISMANIA. Stadium ini tak mempunyai flagela. Bentuknya lonjong atau
bulat dengan ukuran antara 2-4 mikron, berbentuk bulat atau lonjong dengan inti yang
terletak sentral. Bentuk leismania mempunyai kinetoplas yang tampak sebagai bintik
yang terletak di samping inti.
DAUR HIDUP.
xxxii
Gambar 30. Daur hidup Leishmania.
GEJALA KLINIS DAN DIAGNOSIS. Masa inkubasi yang berlangsung 3-6 bulan
diikuti timbulnya kelainan kulit yang bersifat primer, berupa nodul yang disebut
leishmanioma.
Gejala klinis utama pada penyakit Kala-azar adalah demam, pembesaran
kelenjar limfe yang menyeluruh (limfadenopati) dan hepatosplenomegali yang tidak
disertai jaundis dan tanda-tanda adanya toksik miokardium. Pada penyakit Kala-azar
juga dapat terjadi perdarahan hidung dan gingiva, muntah, diare dan udem pada wajah
penderita.
Jika penyakit Kala-azar tidak diobati, dalam waktu 2 tahun 75-95% penderita
akan meninggal dunia akibat terjadinya komplikasi berupa infeksi sekunder misalnya
amubiasis, tuberkulosis atau penyakit-penyakit infeksi lainnya.
Diagnosis pasti didapatkan sesudah dilakukan pemeriksaan mikroskopis atas darah
dengan melalui pemeriksaan tetes tebal atau hapusan darah, atau ditemukan parasit
pada pemeriksaan atas hasil biopsi organ limpa, hati, dan sumsum tulang. Hasil biopsi
juga dapat dibiakkan pada medium NNN dan kultur pada hewan coba dapat untuk
mendapatkan Leishmania.
xxxiii
PENGOBATAN KALA-AZAR. Untuk mengobati penyakit Kala-azar, sebagai obat
pilihan dapat digunakan Sodium stibogluconate 20 mgSb/kg/hari IV atau IM selama
28 hari. Antimon pentavalen (Pentostam, Solustibosan). Selain itu dapat diberikan
Pentamidin isetionat(Lomodin) secara intramuskuler, atau intravenus dengan dosis 2-
4 mg/kg berat badan/hari yang diberikan selama 15-30 hari. Obat lain yaitu
Amfoterisin-B hanya diberikan pada infeksi yang lanjut, karena obat ini toksik bagi
penderita. Amfoterisin-B dosis dewasa dan anak diberikan 0.5-1 mg/kg dengan cara
infus intravenus perlahan-lahan dan diberikan selama 8 minggu.
Pada penderita yang mengalami anemia sangat berat, dapat dilakukan tranfusi darah
disertai pemberian diet dengan kalori tinggi.
TRYPANOSOMA GAMBIENSE
xxxiv
4. Bentuk Tripomastigot (Trypanosome form) Bentuk memanjang dan melengkung
langsing, inti di tengah, kinetoplas dekat ujung posterior, flagela membentuk dua
sampai empat kurva membran bergelombang, ukurannya 20-30 mikron. Pada stadium
akhir, di dalam darah penderita, Trypomastigot memiliki beberapa bentuk yang
berbeda, yaitu : Bentuk panjang dan langsing, memiliki flagella. Bentuk pendek dan
lebih gemuk, sebagian tidak berflagela. Bentuk intermediet dengan inti terkadang
ditemukan di posterior.Trypanosoma gambiense mengalami perubahan bentuk
morfologi selama siklus hidupnya. Pleomorfik trypanosoma, yang merupakan bentuk
infektif, akan terhisap bersama darah , saat lalat tsetse menggigit penderita. Parasit
akan masuk ke dalam saluran pencernaan korban dan mengalami beberapa kali
perubahan bentuk dan multiflikasi. Dalam waktu 3 minggu, parasit akan berubah
menjadi bentuk Epimastigot. Bentuk Epimastigot juga mengalami perubahan menjadi
bentuk metacyclic form dan memenuhi kelenjar air liur lalat. Metacyclic form
merupakan bentuk infektif pada vektor dan siap untuk ditularkan ke korban
selanjutnya.
SIKLUS HIDUP
Organisme terus memperbanyak diri dan bentuk metasiklik (infektif) selama 2-5
hari dalam kelenjar ludah lalat tsetse,.Dengan terbentuknya metasiklik, lalat tsetse
tersebut menjadi infektif dan dapat memasukkan bentuk ini dari kelenjar ludah ke
dalam luka kulit pada saat lalat mengisap darah lagi. Seluruh siklus perkembangan
dalam lalat tsetse membutuhkan waktu 3 minggu, Trypanosoma gambiense ditularkan
oleh Glossina palpalis dan Glossina tachinoides, baik lalat tsetse betina maupun jantan
dapat menularkan penyakit ini. Pada waktu darah mamalia dihisap, oleh lalat tse tse
xxxv
yang infektif (genus Glossina) maka akan memasukkan metacyclic trypomastigotes
kedalam jaringan kulit. Parasit–parasit akan masuk ke dalam sistem lymphatic dan ke
dalam aliran darah (1).di dalam tubuh tuan rumah, mereka berubah menjadi
trypomastigotes di dalam aliran darah. (2), dan ini akan dibawa ke sisi lain melalui
tubuh, cairan darah kaya yang lain (e.g., lymph, spinal fluid), dan berlanjut bertambah
banyak dengan binary fission (3). Segala siklus hidup dari African Trypanosomes
telah ditampilkan pada tingkat ektra seluler. Lalat tsetse menjadi infektif dengan
trypomastigotes dalam aliran darah ketika mengisap darah mamalia yang terinfeksi
(4), (5). Pada alat penghisap lalat parasit berubah menjadi procyclic trypomastigotes,
bertambah banyak dengan binary fission (6), meninggalkan alat penghisap, dan
berubah menjadi epimastigotes (7). Air liur lalat kaya akan epimastigotes dan
pertambahan banyak berlanjut dengan binary fission (8). Siklus dalam tubuh lalat
berlangsung selama kurang lebih 3 minggu.Manusia merupakan reservoir utama
untuk Trypanosoma gambiense, tetapi spesies in dapat selalu ditemukan pada
binatang.
GEJALA KLINIS
Gejala penyakit ialah demam, sakit kepala, insomnia, pembengkakan kelenjar
limfe tanpa rasa sakit, berat badan menurun. Jika parasit ini dapat masuk ke sistem
saraf manusia, penderita akan mengalami kebingungan, perubahan kepribadian,
gangguan tidur, dan akhirnya koma sebelum meninggal dunia. Parasit Trypanosoma
brucei ini juga dapat menyebabkan radang otak secara perlahan-lahan yang mampu
selama beberapa bulan sehingga beberapa tahun menyebabkan kejang, lembam
(stupor), koma, dan kematian.Kemudian penderita dapat mengalami anemia, gagal
xxxvi
ginjal, dan pembengkakan jantung. Setelah digigit oleh lalat tsetse yang infektif,
stadium tripomastigot metasiklik yang masuk ke dalam kulit akan memperbanyak diri
serta menimbulkan reaksi peradangan setempat. Beberapa hari kemudian, pada tempat
tersebut dapat timbul nodul atau chancre (3-4 cm). Lesi primer ini tidak menetap dan
akan menghilang setelah 1 – 2 minggu, nodul ini seringkali terlihat pada orang Eropa
tetapi jarang pada penduduk setempat di daerah endemi. Bentuk tripomastigot dapat
ditemukan dalam cairan aspirasi ulkus tersebut.Bentuk tripomastigot dapat masuk ke
dalam aliran darah, menyebabkan parasetemia ringan tanpa gejala klinik dan dapat
berlangsung selama berbulan–bulan.Pada keadaan ini, parasit mungkin sulit
ditemukan meskipun dengan pemeriksaan sediaan darah tebal.Selama masa ini,
infeksi dapat sembuh sendiri tanpa gejala klinik atau kelainan pada kelenjar limfe.
Gejala pertama akan terlihat jelas bila terjadi invasi pada kelenjar limfe, diikuti
dengan timbulnya demam remiten yang tidak teratur dan keluar keringat pada malam
hari. Demam sering disertai dengan sakit kepala, malaise dan anoreksia. Periode
demam yang berlangsung sampai satu minggu akan diikuti dengan periode tanpa
demam yang waktunya bervariasi dan kemudian timbul lesi periode demam yang lain.
Banyak tripomastiot ditemukan dalam peredaran darah pada saat demam tetapi pada
saat tanpa demam jumlahnya sedikit.Kelenjar limfe yang membesar konsistensinya
lunak, tidak nyeri.Meskipun dapat mengenai kelenjar limfe dimana saja, kelenjar
limfe di daerah servikal posterior merupakan tempat yang paling sering terinfeksi
(tanda Winterbottom) Bentuk tripomastigot dapat diaspirasi dari kelenjar limfe yang
membesar.Selain kelenjar limfe, terjadi juga pembesaran pada limpa dan hati. Pada
Trypanosomiasis gambia, stadium darah–limfe dapat berlansung bertahun– tahun
sebelum timbul sindroma penyakit tidur. Pada orang berkulit cerah, ruam kulit
berbentuk eritema yang tidak teratur (irregular erytematous skin rash) Eretema
multiforme dapat terjadi 6 – 8 minggu setelah terjadi infeksi. Ruam akan hilang dalam
beberapa jam, dan timbul serta hilangnya ruam ini terjadi pada periode demam.
Sensasi terhadap rasa sakit pada pasien dapat berkurang. Stadium penyakit tidur
timbul setelah bentuk tripomstigot menginvasi susunan saraf pusat (SSP).Perubahan
tingkah laku dan kepribadian terlihat selama invasi SSP. Gejala–gejala
trypanosomiasis Gambia adalah meningoensepalitis progresif, apati, kebingungan,
kelemahan, hilangnya koordinasi, dan somnolen.Pada fase terminal penyakitnya,
pasien menjadi emasiasi, jatuh ke dalam koma dan meninggal, biasanya akibat infeksi
xxxvii
sekunder. Penekanan daya tahan tubuh pada pasien Trypanosomiasis gambia
ditunjukkan dengan menurunnya kekebalan seluler dan humoral.
EPIDEMIOLOGI
Distribusi parasit T. gambiense ini terutama di daerah afrika barat, biasanya
pada daerah pedalaman. Insiden penyakit ini berkisar antara 3 – 43 % 3. Lebih banyak
didapatkan pada laki – laki daripada perempuan, terutama pada usia antara 20 – 40
tahun
DIAGNOSIS
Pada daerah endemis apabila didapatkan gejala – gejala yang khas seperti
tersebut di atas maka diagnosenya suspect Trypanosoma trypanosomiasis. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan : 1. Rasio albumin / globulin yang terbaik 2.
LED yang meningkat 3. Perubahan cairan CSF ( Cerebro Spinal Fluid ) 3. Untuk
diagnose pasti harus ditemukan adanya parasit 4. Dari serum penderita 5. Dari cairan
limfe 6. Dari CSF 7. Dari bone marrow ( sumsum tulang ) Yang kemudian dapat
diperiksa secara langsung atau tidak langsung ataupun secara inokulasi pada hewan –
hewan tertentu 4. Untuk melihat parasit – parasit dapat menggunakan cara : 1. Wet
aresh film 2. Pengecatan giemsa / wright 5. Pemeriksaan serologi 3. CFT 4. Formal
gel test.
Tanda–tanda kelainan fisik dan riwayat klinik sangat penting untuk
menegakkan diagnosis. Gejala–gejala diagnostik termasuk demam yang tidak teratur,
pembesaran kelenjar limfe (terutama di bagian segitiga servikal posterior, yang
dikenal dengan tanda Winterbottom), berkurangnya sensori terhadap rasa sakit (tanda
Kerandel), dan ruam kulit berupa eritema. Diagnosis ditegakkan dengan menemukan
bentuk tripomastigot dalam darah, aspirasi kelenjar limfe, dan CSS. Adanya
periodesitas, menyebabkan jumlah parasit dalam darah akan berbeda– beda dan
sejumlah teknik harus digunakan untuk menemukan bentuk tripomastigot. Selain
sedian darah tipis dan tebal, dianjurkan menggunakan metode konsentrasi “buffy
coat“ untuk menemukan parasit apabila jumlahnya sedikit. Parasit dapat ditemukan
dalam sediaan darah tebal apabila jumlahnya lebih dari 2000/ ml, lebih dari 100/ml
dengan konsentrasi pada tabung hematokrit, dan lebih dari 4/ ml dengan tabung
penukar anion (anion exchange columm) Lumsden dkk, 1981. Pemeriksaan CSS
harus dilakukan dengan medium sentrifuge.Bila jumlah tripomastigot dalam darah
tidak terdeteksi, bentuk ini mungkin masih dapat ditemukan pada aspirasi kelenjar
limfe yang meradang, namun untuk menemukannya secara histopatologi tidaklah
xxxviii
praktis.Specimen darah dan CSS harus diperiksa selama pengobatan dan 1 hingga 2
bulan setelah pengobatan. Pemeriksaan serologis yang banyak digunakan untuk
skrining epidemiologi adalah tes imunofluoresensi tidak langsung, ELISA, dan
hemaglutinasi tidak langsung (Kakoma et.all, 1985; de Raadt dan Seed, 1977).
Masalah besar pada serodiagnostik di daerah endemi yaitu banyaknya orang dengan
kadar antibodi yang tinggi karena terpapar oleh tripanosoma yang tidak infektif bagi
manusia. Konsentrasi IgM dalam serum dan CSS kurang mempunyai nilai diagnostik.
Isolasi Trypanosoma gambiense pada bintang percobaan dalam laboratorium yang
kecil biasanya tidak berhasil, berbeda dengan Trypanosoma rhodesiense yang dapat
menginfeksi binatang. Kultur umumnya tidak praktis untuk diagnostic
TRYPANOSOMA CRUZI
A.HOSPES&NAMA PENYAKIT :
manusia sebagai hopes. Hospes resrvoarnya binatang peliharaan (anjing dan kucing)
atau binatang liar (tupai,armadillo,kera, dll). Triatoma sebagai hospes perantara.
B.EPIDEMIOLOGI :
xxxix
Di badan manusia parasit ini memiliki dua stadion yaitu stadium tripomastigot
(ekstraselular sel darah dan tidak berkembang biak) dan stadium amastigot. Stadium
amastigo terdapat di intraselular dalam sel RE dan berkembangbiak secara belah
pasang longitudinal. Setelah penuh, sel RE pecah dan stadium amastigot melalui
stadium promastigot berubah menjadi stadium epimastigot, kemudian menjadi
stadium tripomastigot yang masuk kembali ke dalam darah. Stadium amastigot
ditemukan dalam sel RE limpa, hati, kelenjar limfe, sumsum tulang, sel otot dan sel
otak. Bila Triatoma mengisap darah seorang penderita tripanosomiasis, stadium
tripomastigot dan stadium amastigot berubah menjadi stadium epimastigot dalam usus
tengah, kemudian stadium epimastigot ini berkembangbiak secara belah pasang
longitudinal dan bermigrasi ke bagian posterior untuk berubah menjadi stadium
tripomastigot metasiklik yang merupakan bentuk infektif. Siklus ini berlangsung
selama kira-kira 10 hari. Waktu menusuk orang lain untuk mengisap darahnya,
Triatoma mengeluarkan pula sedikit tinjanya yang mengandung bentuk infektif dan
diletakkan pada kulit. Oleh karena tusukan terasa gatal, maka orang menggaruk
sehingga parasit masuk ke dalam luka dan terjadilah infeksi. Cara infeksi ini disebut
posterior contaminative. Parasit dapat pula masuk melalui kulit yang utuh, misalnya
melalui selaput lendir mata atau kulit bayi yang utuh.
Patologi dan Gejala Klinis stadium tripomastigot metasiklik dikelilingi oleh makrofag
kemudian masuk ke dalamnya dan berubah menjadi stadium amastigot dan
membelah. Banyak makrofag yang diserang, sehingga terbentuk suatu granuloma
xl
(chagoma) yang dapat membendung aliran limfe. Bila hal ini terjadi pada mata, timbul
edema kelopak mata pada salah satu mata (edema unilateral) yang disebut gejala
Romaña. Melalui stadium promastigot dan epimastigot, parasit ini masuk ke aliran
darah dan berubah menjadi stadium tripomastigot. Kemudian terjadi parasitemia yang
memberi gejala toksik. Parasit masuk ke alat-alat dalam yang mengandung sel RE,
sehingga timbul gejala splenomegali, hepatomegali dan limfadenopati; juga terjadi
kelainan pada sumsum tulang, karena penuh dengan parasit. Penderita sakit berat,
demam, dan sering ada gejala jantung, sehingga penderita meninggal pada stadium
akut. Hal ini biasanya terjadi pada anak. Pada orang dewasa penyakitnya dapat
menahun.
E.DIAGNOSIS
1) menemukan parasit dalam darah pada waktu demam atau dalam biopsi kelenjar
limfe, limpa, hati dan sumsum tulang (stadium tripomastigot dan stadium amastigot),
4) ada beberapa uji imunodiagnostik yang telah dikembang- kan untuk mendeteksi zat
anti terhadap T.gambiense antara lain:
xli
3. Card Indirect Agglutination Test (CIAT) yang merupakan modifikasi
ELISA dengan uji aglutinasi lateks..
F.PENGOBATAN&PROGNOSIS
Pengobatan terhadap penyakit ini tidak memuaskan, oleh karena belum ada obat yang
dapat menghancurkan parasit yang berada dalam sel jaringan. Primakuin merupakan
obat yang terbaik untuk membasmi tripomastigot dalam darah, dengan demikian
mencegah invasi lebih lanjut ke dalam jaringan. Selain itu juga digunakan nitrofurans
dan amfoterisin B Pada tikus kombinasi obat antimikosis golongan azol dengan
terbinafin selama 14 hari memberikan kesembuhan 100% Percobaan in vitro
menunjukkan hasil yang baik dapat dicapai oleh pengobatan kombinasi antara
lovastatin, azol dan terbinafin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengobatan
radikal yang membasmi semua tripanosoma dari susunan saraf pusat dapat mencegah
ensefalopati pasca peng obatan.
TRICHOMONAS VAGINALIS
HOSPES : Manusia
PENGOBATAN : Metronidazol
PROGNOSIS : Baik
xlii
7. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Toxoplasma gondii
KLASIFIKASI:
Filum : Apicomplexan
Kelas : Sporozoasida
Ordo : Eucoccidiorida
Family : Sarcosystidae
Genus: Toxoplasma
Spesies : Toxoplasma gondii
Dalam epitel usus halus kucing berlangsung daur aseksual dan seksual yang
menghasilkan ookista yang dikeluarkan bersama tinja. Ookista berbentuk lonjong,
12,5 mikron dan menghasilkan 2 sporokista yang masing-masing mengandung 4
sporozoit. Bila ookista tertelan hospes perantara, maka terbentuk trofozoit yang
membelah aktif dan cepat, disebut takizoit. Saat kecepatannya menurun, menjadi kista
xliii
yang mengandung bradizoit. Bila kucing memakan hospes perantara yang terinfeksi,
maka terbentuk lagi stadium seksual.
CARA INFEKSI:
DIAGNOSIS:
PENGOBATAN:
PROGNOSIS:
EPIDEMIOLOGI:
xliv
8. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Integrasi
xlv
BAB VII
PETA KONSEP
xlvi
BAB VIII
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 5, No. 4 | Desember 2018 Infeksi Malaria
Plasmodium knowlesi pada Manusia I dan Journal of Pharmacy Vol. 8 No.
1: 1 - 7p-ISSN : 2302-7436; e-ISSN : 2656-8950 DOI:
https://doi.org/10.37013/jf.v1i8.73 Ancaman Zoonosis : Infeksi
Plasmodium knowlesi pada Manusia
xlvii