Anda di halaman 1dari 57

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN......................................................................................................................2
PERSYARATAN UMUM SEDIAAN......................................................................................6
BENTUK SEDIAAN TERPILIH..............................................................................................8
SPESIFIKASI SEDIAAN..........................................................................................................9
PENENTUAN PH SPESIFIKASI...........................................................................................11
PEMILIHAN BAHAN TAMBAHAN....................................................................................12
FORMULA RUJUKAN...........................................................................................................23
RANCANGAN FORMULA....................................................................................................24
PERHITUNGAN HLB BUTUH..............................................................................................25
CARA PEMBUATAN.............................................................................................................28
FORMULA TERPILIH...........................................................................................................32
RANCANGAN EVALUASI...................................................................................................33
2. Penentuan pH....................................................................................................................33
3. Penentuan Viskositas........................................................................................................33
4. Penentuan Daya Sebar......................................................................................................33
5. Uji aseptabilitas sediaan....................................................................................................34
6. Uji pelepasan.....................................................................................................................34
7. Uji Penetrasi......................................................................................................................35
8. Penetapan Kadar...............................................................................................................35
9. Penentuan Tipe Emulsi.....................................................................................................36
10. Penentuan Ukuran Droplet............................................................................................36
HASIL EVALUASI.................................................................................................................39
PEMBAHASAN......................................................................................................................51
KESIMPULAN........................................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................55

1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Farmakope Indonesia Edisi V, krim adalah bentuk sediaan setengah padat
yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang
sesuai. Tujuan pembuatan krim adalah untuk pemberian obat rute topical. Penggunaan obat
secara topikal memberikan kemudahan sebagai keuntungan. Efek toksik yang ditimbulkan
juga jauh lebih sedikit karena dosis yang digunakan lebih kecil daripada dosis obat rute per
oral ataupun rute lainnya.
Bahan aktif yang digunakan adalah Kloramfenikol base. Kloramfenikol merupakan
antibiotik yang diharapkan mampu menembus lapisan Appendages pada kulit.
Kloramfenikol bekerja dengan cara menghambat sintesis protein bakteri dengan mekanisme
mengikat ribosom subunit 50S dan menghambat enzim peptida transferase sehingga ikatan
peptide tidak dapat terbentuk pada proses sintesis bakteri. Antibiotik ini bersifat
bakteriostatik, pada konsentrasi tinggi dapat bersifat bakteriosid terhadap bakteri-bakteri
tertentu.
Sediaan krim kloramfenikol adalah sediaan krim dengan bahan aktif kloramfenikol
base yang didispersikan dalam basis fase dalam yaitu minyak karena diinginkan tipe emulsi
krim o/w. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan adalah jumlah atau rasio fase
minyak dan fase air, konsistensi setiap bahan, suhu pembuatan, pengadukan, HLB butuh
emulgator, dan sebagainya. Sebab, hasil produk atau sediaan krim harus bersifat aman,
efektif, serta stabil.

2
1.2. Tinjauan Bahan Aktif
SENYAWA AKTIF FARMAKOLOGI KARAKTERI KARAKTERISTI KET
BIOAVAILABILI STIK FISIKA K KIMIA
TAS
Kloramfenikol  Bekerja dengan  Pemerian:  C11H12Cl2N2O5 Kaps
Base (D-treo-(-)-2,2- cara menghambat Hablur halus,  BM: 323,13 ul
Dikloro-N-[β- sintesis protein berbentuk  pH: 4,5 – 7,5 Krim
hodroksi-α- kuman. Obat ini jarum/lempeng (Martindale 30th Larut
(hidroksimetil)- terikat pada memanjang, hal. 142) an
Pnitofenil]asetamida ribosom subunit putih hingga  Macam sediaan: oral
50S dan putih  Kapsul : 90.0% - Salep
menghambat kelabu/putih 120% mata
enzim peptidil kekuningan,lar kloramfenikol Tetes
transferase utan praktis  Krim : 90.0% - mata
sehingga ikata netral terhadap 130% Tetes
peptida tidak lakmus p, kloramfenikol teling
terbentuk pada saat stabil dalam  Larutan oral : a
proses sintesis larutan 90.0% - 120%
protein kuman netral/larutan kloramfenikol
 Bersifat agak asam.  Salep mata:
bakteriostatik,  Kelarutan: 90.0% - 120%
pada konsentrasi sukar larut air, kloramfenikol
tinngi kadang- mudah larut
 Tetes mata :
kadang bersifat dalam etanol,
90.0% - 130%
bakterisid terhadap propilendlikol.
kloramfenikol
kuman-kuman  Titik leleh:
 Tetes telinga :
tertentu. 149 – 153° C
90.0% - 130%
 Spektrum  Wadah dan
kloramfenikol
antibakteri penyimpanan
kloramfenikol D. : dalam wadah
pneumoniae, S. tertutup rapat,
pyogenes, S. simpat
viridans, ditempat sejuk

3
Neisseria, dan kering.
Kloramfenikol  Pemerian:  C15H15Cl2N2NaO8 Injek
Haemophilus,
Nstrium Suksinat Serbuk ;  BM: 445,2 si
Bacillus spp.,
(D-treo-(-)-2,2- kuning terang  Klormafenikol
Listeria,
Dikloro-N-[β-  Kelarutan: natrium suksinat
Bartonella,
hidroksi-α- sangat mudah setara dengan 650
Brucella, P.
(hidroksimetil)- larut dalam air. µg – 765 µg
multocida, C.
Pnitofenil]asetamida  Wadah dan kloramfenikol
diphteriae,
α-(natrium penyimpanan C11H12Cl2N2O5 /
Chlamydia,
suksinat)) : dalam wadah mg
Mycoplasma,
tertutup rapat  pH: antara 6.4 dan
Rickettsia,
(FI IV hal 193) 7.0; penetapan
Treponema, dan
menggunakan
kebanyakan
larutan yang
kuman anaerob.
mengansung
 Mekanisme
setara dengan
resistensi terhadap
lebih kurang 250
kloramfenikol
mg
terjadi melalui
kloramfenikol/ml
inaktivasi obat
 Macam sediaan:
oleh asetil
transferase yang  Injeksi : : 90% -

diperantarai oleh 115%

Faktor R. kloramfenikol na

Resistensi suksinat

terhadap P.
Kloramfenikol  Pemerian :  C27H42Cl2N2O6
Aerugenase,
Palmitat Serbuk hablur,  BM: 561,54 setara
proteus, dan
halus seperti dengan 555 µg –
Klebsiella terjadi
lemak, putih, 595 µg
karena perubahan
berbau lemah, kloramfenikol
permeabilitas
hampir tidak  Macam sediaan:
membran yang
berasa  Suspensi oral :
mengurangi
 Kelarutan : 90,0% - 120,0%
masuknya obat
tidak larut kloramfenikol
kedalam sel

4
bakteri. dalam air.
 FARMAKOLOGI:  Titik leleh :
 Dalam dosis 87 – 95° C
terapi,  Wadah dan
kloramfenikol penyimpana :
menghambat dalam wadah
biotransformasi tertutup rapat
tolbutamid, (FI IV hal 195)
fenitoin,dikumarol,
dan obat lain yang
dimetabolisme
oleh enzin
mikrosom
hepar.dengan
demikian,
toksisitas obat ini
lebih tingga bila
diberikan bersama
dengan
kloramfenikol.
 Interaksi obat
dengan
phenobarbital dan
rifampisin akan
memperpendek
waktu paruh
kloramfenikol
sehingga kadar
obat dalam darah
menjadi
subterapetik.

a. Bahan aktif terpilih : Kloramfenikol base


Alasan :

5
1. Sediaan topikal (untuk mata, kulit) menggunakan bahan aktif kloramfenikol
2. Memiliki kelarutan yang cukup (1:400) sehingga bisa dilarutkan dan
mampu berpenetrasi dengan baik.

b. Dosis dan jumlah sediaan per kemasan :


1. Kapsul 250 mg dan 550 mg dengan dosis 50 mg / kg BB sehari peroral
dibagi dalam 3-4 dosis.
2. Salep mata 1%
3. Salep kulit 2%
4. Obat tetes mata 0.5% dan obat tetes telinga 1-5%
Sehingga, dosis sediaan krim yang terpilih adalah 2% kloramfenikol untuk
penggunaan topikal, dengan jumlah sediaan per kemasan 20 g sediaan.

PERSYARATAN UMUM SEDIAAN


Pengertian
a. Menurut farmakope indonesia edisi III hal 8
Krimadalah sediaan setengah padat berupa emulsi mengandung air tidak kurang 60%
dan dimaksudkan untuk pemakaian luar
b. Menurut farmakope indonesia edisi IV hal 6
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai
c. Menurut farmakope indonesia edisi V
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang dapat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai
Karakteristik sediaan krim secara umum
Menurut farmakope indonesia edisi III :
a. Krim rusak jika terganggu sistem campuranya terutama disebabkan perubahan suhu
dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan
atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampur satu sama
lain

6
b. Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang
dikehendaki. Sebagai zat pengemulsi dapat digunakan emulgid, lemak, bulu domba,
cetaceum, setarium, setil alkohol, stearyl alkohol, trietanolamin stearat dan golongan
sorbitan, polisorbat, dan sabun
c. Zat pengawet yang umum digunakan adalah metilparaben 0,12 % hingga 0,18% atau
pro;ilparaben 0,02% hingga 0,05%
d. Disimpan wadah tertutup baik atau tube, ditempat sejuk
e. Penandaan pada etiket harus tertera “obat luar”
Persyaratan sediaan krim
a. Stabil selama masih dipakai untuk mengobati
b. Semua zat harus dalam keadaan halus dan seluruh produk yang dihasilkan homogen
c. Mudah dipakai. Umumnya, krim tipe emulsi adalah yang mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit
d. Mempunyai konsistensi yang cukup
e. Diameter fase etrdispersi 0,1-100 µm

7
BENTUK SEDIAAN TERPILIH
Bentuk sediaan terpilih adalah bentuk sediaan krim
Alasan :
a. Mudah terlepas dari basis
b. Sediaan krim mengandung fase minyak, sehingga menimbulkan efek emollient
c. Dapat terhindar dari first pass metabolism
d. Diinginkan bekerja secara lokal pada kulit yang terinfeksi
e. Lebih acceptabel

Dipilih krim tipe O/W


Alasan :
a. Onset lebih cepat
b. Lebih stabil
c. Fase luar air yang sebagian besar menguap sehingga ada perbedaan gradien
konsentrasi yang dapat terjadinya difusi sehingga obat melewati stratum corneum
meningkat
d. Lebih acceptabel
e. Mudah tercuci

8
SPESIFIKASI SEDIAAN

KATEGORI SPESIFIKASI ALASAN


Bentuk Sediaan Ointment/salep Bahan aktif berada pada
fase air dan air mudah
menguap sehingga
konsentrasibahan aktif
akan lebih pekat dalam
sediaan sehingga
meningkatkan perbedaan
gradien konsetrasi
sehingga maka akan lebih
mudah berpenetrasi dan
berdifusi melewati
stratum corneum yang
bersifat semipermeabel
karena mengandung
aqueous dan minyak
Kadar 2% Sesuai dengan literatur
yaitu Farkol UI hal 703
pH 5,5 ± 0,5 Menyesuaikan pH kulit
4,5-6,8
Masuk dalam rentang pH
Bahan Aktif 4,5 -7,5
Tidak mengiritasi kulit
Berdasarkan perhitungan
dengan rumus sehingga
didapatkan jumlah
molekul terion dan tidak
terion 1:1

Ukuran Partikel Droplet 0,1-100 ɥm Ukuran droplet harus


kecil untuk memudahkan
penetrasi
Viskositas 4000-40.000 cPs Persyaratan viskositas

9
krim yang baik
Warna Putih Sesuai dengan basis yang
digunakan

Bau Tidak berbau Akseptabel

Daya sebar dan kemudahan Mudah menyebar dan Krim o/w mudah dicuci
pencucian mudah dicuci dengan air
Rheologi Pseudioplastik Agar dapat menyebar
ketika diaplikasikan di
kulit
Berat tiap kemasan 20 gram Berdasarkan berat sediaan
yang telah beredar di
pasaran

PENENTUAN PH SPESIFIKASI

pKa Kloramfenikol = 5,5


pH sediaan (spesifikasi) = 5,5 ± 0,5

10
I
pH = pKa + log
UI
I
5,5 = 5,5 + log
UI
I
log = 0
UI
I
log = 1  I = IU
UI
I + IU = 100%
IU + IU= 100%
2 IU = 100%
IU = 50 %  50% tak terionkan

Apabila di inginkan 100%


I
pH = pKa + log
UI
1
= 5,5 + log
100
= 5,5 – 2
pH = 3,5
 Yang dipilih tetap pH 5,5 untuk sediaan krim karena disesuaikan dengan pH kulit
(4,5-6,8) dan pH kloramfenikol (4,5-7.5). Disesuaikan agar tidak mengiritasi kulit
serta menjaga bahan aktif (kloramfenikol) tetap stabil dan juga meningkatkan jumlah
dan efikasi bahan aktif masuk kekulit

11
PEMILIHAN BAHAN TAMBAHAN

Macam-macam
Fungsi Bahan Sifat Kadar
Bahan yang Terpilih
Basis 1) Vaselin album  Pemerian: berwarna kuning pucat
Sumber: hingga kuning, dapat ditembus
Handbook of cahaya, membentuk massa yang
Pharmaceutical lembut, tidak berasa, tidak
Excipients, 6th berbau, dan sedikit/tidak
edition, p.481 mengalami fluoresensi cahaya 10-30%
saat dilebur. (emolien
 Kelarutan: praktis tidak larut krim),
dalam etanol 95% baik panas 4-25%
maupun dingin dan air. Larut (emulsi
dalam minyak (fixed oil dan topikal)
volatile oil)
 Titik leleh: 38-60oC
 Inkompatibilitas: bahan yang
inert dan hanya mempunyai
sedikit inkompatibilitas.
2) Paraffin cair  Pemerian: cairan berupa minyak
Sumber: kental, transparan, tidak
Handbook of berwarna, tidak berbau, tidak
Pharmaceutical berasa saat dingin, dan berbau
Excipients, 6th khas petrolatum dalam keadaan
edition, p.445 panas.
 Kelarutan: praktis tidak lart
dalam etanol 95%, gliserin, dan 1-32%
air. Larut dalam petroleum eter. (emulsi
Bercampur dengan minyak topikal)
(volatile oil dan fixed oil, kecuali
castor oil).
 Titik didih: > 360oC
 Viskositas: 110-230 mPa.s (20oC)
 Inkompatibilitas: oksidator kuat.
 Stabilitas: teroksidasi jika
terpapar panas dan cahaya.

12
3) Cera alba  Pemerian: granul halus tembus
Sumber: cahaya atau berbentuk lembaran,
Handbook of berwarna putih atau kuning pucat.
Pharmaceutical Berbau seperti yellow wax tetapi
Excipients, 6th lebih lemah.
edition, p.779  Kelarutan: larut dalam minyak
(fixed oil dan volatile oil). Sedikit
larut dalam etanol 95%. Praktis 5-20%
tidak larut dalam air.
 Titik leleh: 61-66oC
 Inkompatibilitas: oksidator
 Stabilitas: saat dipanaskan diatas
150oC terjadi esterifikasi yang
menyebabkan menurunnya pH
dan peningkatan titik lebur.
4) Asam stearate  Pemerian: padat, berwarna putih
Sumber: atau kuning pucat, terkadang
Handbook of berkilau, dapat juga berbentuk
Pharmaceutical kristal atau serbuk putih atau
Excipients, 6th kuning, berbau lemah.
edition, p.697  Kelarutan: ssangat larut dalam
benzene dan eter. Larut dalam
etanol 95% dan propilenglikol. 1-20%
Praktis tidadk larut dalam air.
 Titik leleh: 69-70oC
 Koefisien partisi: log (minyak:air)
= 8,2
 Inkompatibilitas: logam
hidroksida dan mungkin beberapa
basa, oksidator, dan reduktor.
5) Lanolin  Pemerian: berwarna kuning
Sumber: pucat, bahan berlilin dengan bau
Handbook of khas dan lemah. Lanolin leleh
Pharmaceutical berwarna jernih atau hamper
Excipients, 6th jernih, cairan berwarna kuning.
edition, p.378  Kelarutan: mudah larut dalam
benzene. Sedikit larut dalam
etanol 95% dingin, lebih larut
dalam etanol 95% panas. Praktis
tidak larut dalm air.
 Titik leleh: 38-44oC
 Inkompatibilitas: lanolin
mengandung prooksidan yang
dapat mempengaruhi stabilitas
beberapa bahan aktif.
 Stabilitas: lanolin secara
berangsur mengalami
autooksidan selama
penyimpanan.

13
6) Cetyl alcohol  Pemerian: berbentuk lilin,
Sumber: serpihan putih, granul, kubus,
Handbook of berbau khas yang lemah dan tidak
Pharmaceutical berasa.
Excipients, 6th  Kelarutan: sangat larut dalam
edition, p.155 eetanol 95% dan eter. Kelarutan
meningkat seiring dengan
kenaikan suhu. Praktis tidak larut 2-5%
dalam air. Bercampur saat dilebur (emolien),
dengan lemak, paraffin cair dan 2-10%
padat. (stiffening
 Titik lebur: 45-52oC, 49oC untuk agent)
bahan murni,
 Viskositas; 7 mPas (50oC), 8
mPas (60oC)
 Inkompatibilitas: oksidator kuat.
 Stabilitas: stabil terhadap
keberadaan asam, alkalis, cahaya,
dan udara.
Basis terpilih:
1) Vaselin album
Alasan pemilihan: bahan inert, tidak toksik, tidak menimbulkan iritasi, dan
mempunyai sedikit inkompatibilitas dengan bahan lain, serta mempunyai konsistensi
yang baik jika digunakan sebagai basis.
2) Cera alba
Alasan pemilihan: bahan inert, memiliki sedikit inkompatibilitas dengan bahan lain,
serta dapat digunakan untuk meningkatkan konsistensi sediaan krim.
3) Asam stearate
Alasan pemilihan: sesuai formula baku serta memiliki sifat yang dapat menurunkan
konsistensiaau viskositas basis yang terlalu padat shingga pelepasan obat dari basis
lebih mudah.
4) Cetyl alcohol
Alasan pemilihan: dapat menstabilkan krim emulsi tipe O/W (meningkatkan
stabilitas), memperbaiki tekstur, dan meningkatkan konsistensi sediaan krim.
5) Paraffin cair
Alasan pemilihan: sering digunakan dalam pembuatan krim emulsi tipe O/W dan
dapat memperbaiki konsistensi krim jika basis terlalu padat.

Fungsi Macam-Macam
Sifat Bahan Kadar
Bahan Bahan
Emulgator 1) Cetyl Alkohol - Pemerian: berbentuk seperti lilin, - Emolien: 2-5%
(Sumber: HPE serpihan putih, granul, bau khas, dan - Emulgator: 2-
edisi 6 halaman tidak berasa. 5%
155) - Fungsi: Sebagai coating agent,
emulgator, dan stiffening agent.

14
- Kelarutan: Praktis tidak larut dalam
air, dapat bercampur saat dilebur
dengan lemak dan parafin padat dan
parafin cair.
- Inkompatibilitas: Inkompatibel
dengan oksidator kuat.
- Titik Lebur: 49◦C
- HLB: 5
- Viskositas: 7 mPas (7 cP) (50◦C)
- Keamanan: Dapat terjadi cross
sensitasi dengan lanolin dan
cetostearyl alkohol. Dapat
menyebabkan hipersensitivitas
allergic delayed type pada pasien
statis dermatitis.
- Pemerian: putih/ krim berwarna,
serpihan, pelet/ granul, rasa manis
khas, pada pemanasan dapat
melebur hingga jenuh, tidak
berwarna/ kuning pucat.
- Fungsi: Sebagai emolien, emulgator
dan thickening agent.
2) Cetostearyl - Kelarutan: Praktis tidak larut dalam
Alkohol (Sumber: air, larut dalam minyak.
HPE edisi 6 - Inkompatibilitas: Inkompatibel
halaman 150) dengan oksidator kuat.
- Titik Didih: 300◦ - 360◦C
- HLB: 15,5
- Berat Jenis: 0,8 g/ cm3 pada 20◦C
- Keamanan: Tidak toksik, tidak
mengiritasi, terjadi reaksi sensitifitas
pada penggunaan cetostearyl
alkohol dan stearyl alkohol.
3) Sodium Lauryl - Pemerian: Kristal putih atau kuning Emulgator: 0,5-
Sulfate (Sumber: pucat, serpihan atau serbuk dengan 2,5%
15
tekstur lembut, bersabun, rasa pahit,
dan sedikit berbau.
- Fungsi: Surfaktan anionik, detergen,
emulgator, enhancer, lubrikan, dan
pembasah.
- Kelarutan: Mudah larut dalam air.
- Inkompatibilitas: Bereaksi dengan
surfaktan kationik.
- Titik Lebur: 204◦C – 207◦C
HPE edisi 6
- HLB: 40
halaman 651)
- Berat Jenis: 1,07 g/ cm3 pada 20◦C
- Keamanan: Material yang cukup
beracun dengan efek toksik
termasuk mengiritasi kulit, mata,
membran mukosa, dan saluran
napas atas. Penggunaan jangka
panjang dapat menyebabkan kulit
kering, pecah-pecah hingga
dermatitis.
- Pemerian: Cairan kental berwarna - Kombinasi: 1-
kuning, bau, dan rasa khas. 10%
- Fungsi: Dispersing agent, - Emulgator: 1-
emulgator, surfaktan non ionik, 15%
4) Span 80 atau solubilizing agent, dan pembasah.
Sorbitan - Kelarutan: Larut/ terdispersi dalam
Monostearat minyak, tidak larut dalam air,
(Sumber: HPE umumnya terdisersi.
edisi 6 halaman - HLB: 4,3
675) - Berat Jenis: 1,01 g/ cm3
- Viskositas: 970 – 1080 mPas (25◦C)
- Keamanan: tidak toksik, tidak
mengiritasi, dapat menyebabkan
reaksi hipersensitivitas.
5) Tween 80 atau - Pemerian: Bau khas, rasa hangat, - Kombinasi: 1-
Polysorbate 80 rasa agak pahit, pada suhu 25◦C 10%
16
berbentuk larutan minyak berwarna - Emulgator: 1-
kuning. 15%
- Kelarutan: Larut dalam air dan tidak
(Sumber: HPE larut dalam minyak mineral.
edisi 6 halaman - HLB: 15
549) - Viskositas: 425 mPas
- Keamanan: tidak toksik, tidak
mengiritasi, dapat menyebabkan
reaksi hipersensitivitas.
- Pemerian: Keras, padat, potongan
lilin, serpihan/ granul dengann
sedikit bau yang khas, dan rasa yang
lemah.
- Kelarutan: Larut dalam
6) Stearyl propilenglikol dan praktis tidak larut
Alkohol (Sumber: dalam air.
HPE edisi 6 - Titik Lebur: 59,4◦ - 59,8◦C
halaman 700) - HLB: 15,5
- Viskositas: 9,82 mPas pada 64◦C
- Berat Jenis: 0,884 – 0,9069 g/ cm3
- Kemanan: tidak toksik, tidak
mengiritasi, dapat menyebabkan
reaksi hipersensitivitas.
7) Cetrimide - Pemerian: Putih sampai krim putih, 0,1 – 1%
(Sumber: HPE serbuk mudah mengalir, bau dan
edisi 6 halaman rasa khas, rasa sabun.
152) - Kelarutan: Sangat mudah larut
dalam kloroorm, etanol 95%, dan
air. Praktis tidak larut dalam eter.
- pH: 5 – 7,5 (1% b/v aqueous
solution).
- Titik Lebur: 232 ◦ - 247◦C
- Inkompatibilitas: Sabun, surfaktan
anionik, surfaktan non ionik
konsentrasi tinggi, betonit, iodine,
17
phenylmercuric nitrate, alkali
hydroxide, dan pewarna asam.
Larutan aqueousnya dapat
berinteraksi dengan logam.
- Fungsi: Antiseptik, surfaktan
kationik, densifektan.
- Critical micell concntration: 3,08
mmol/ µg.
- Pemerian: non-ionik emulsyfying
wax merupakan lilin padat berwarna
putih atau serpihan yang meleleh
bila dipanaskan dan menjadi tidak
berwarna hampir menjadi larutan
jenih, dan memiliki bau khas.
- Titik Lebur: 49◦ - 54◦C
- Berat Jenis: 6,94 g/ cm3
- Kelarutan: Mudah larut dalam
8) Cetomacrogol aerosol propelan, kloroform, dan
1000 (Sumber: hidrokarbon, larut dalam etanol
HPE edisi 6 96%, larut sebagia dalam eter, dan
halaman 236) tidak larut dalam air (bentuk
emulsi).
- Inkompatibilitas: perubahan warna
atau pengendapan dapat terjadi
dengan iodida, merkuri garam, zat
fenolik, salisilat, sulfanomiol, dan
tanin. Inkompatibel dengan
benzokain tretinoin. Dapat
menurunkan khasiat antibakteri dari
senyawa quertenary amonian.
9) Lanolin - Pemerian: berwarna kuning pucat,
(Sumber: HPE sedikit berlilin, bau khas, lanolin
Edisi 6 halaman yang melebur menjadi tidak
378) berwarna.
- Berat Jenis: 0,932 – 0,945 g/ cm3
18
- Kelarutan: Mudah larut dalam
benzena, kloroform, eter, dan
petroleum. Sedikit larut dalam
etanol 95%, praktis tidak larut
dalam air.
- Inkompatibilitas: lanolin mungkin
mengandung prooksidan yang dapat
mempengaruhi stabilitas bahan aktid
dari obat tertentu.

Emulgator Terpilih: Kombinasi antara Span 80 dengan Tween 80


Alasan: Karena span 80 dan tween 80 memiliki kelebihan meningkatkan stabilitas,
fleksibilitas formulasi, dan memperluas kompatibilitas. Dengan kombinasi,
dapat meningkatkan efektivitas emulgator karena tween 80 berada dalam fase air dan
span 80 berada dalam fase minyak. Kombinasi keduanya dapat menghasilkan sistem
dengan HLB yang hampir sama dengan HLB butuh fase minyak dalam sediaan.

PENGAWET
Bahan Sifat fisika dan kimia Kadar
Propilenglikol 1. Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna,
(HPE edisi keenam, tidak berbau, rasa agak manis, higroskopis Pengawet :
halaman 592-593) 2. Kelarutan : Dapat campur dengan air 13-30%
3. Stabilitas: Stabil pada tempat tertutup (suhu
dingin), tidak stabil pada suhu teroksidasi, stabil
bila di campur dengan gliserin, air.
4. Inkompatibilitas: Reagen oksidator seperti
KMnO4

Metilparaben 1. Pemerian: Kristal tidak berwarna atau serbuk


(HPE edisi keenam putih tidak berbau atau sedikit berbau, rasanya Pengawet:
halaman 441-444) terbakar 0,01-0,6%
2. Kelarutan; dalam air 1:400 pada suhu 25℃; 1:30
dalam minyak mineral; 1:5 dalam propilenglikol
3. PH aktivitas : 4-8
4. Inkompatibilitas: Efektivitas menurun dengan
adanya sufraktan non ionic karena terbentuk misel
seperti polisirban 80, Mg trisilat, talk, tragakan,
Na alginate, minyak essensial, sorbitol, atropine
dan terhidrolisis dengan asam/basa kuat
Propilparaben 1. Pemerian: kristal putih, tidak berbau, tidak berasa Pengawet:

19
(HPE edisi keenam 2. Kelarutan; dalam etanol 95% 1:1,1; dalam 0,01-0,06%
halaman 596-598) propilenglikol 1:3,9; dalam propilenglikol 50%:
1:110; dalam air 15℃ 1:4350; dalam air 80℃ 1:
225; dalam suhu kamar 1:2500
3. Inkompatibilitas: : Efektivitas menurun dengan
adanya sufraktan non ionic, trisilikat, alsirklat,
yolloco iron oxide, ultra marine blue, terjadinya
perubahan warna akibat terhidrolisis dengan
asa/basa kuat.

Sodium Benzoat 1. Pemerian: Granul/Kristal putih, serbuk yang agak Pengawet:


(HPE edisi keenam higroskopis, tidak berbau atau bau benzoate, 0,1-0,5%
halaman 627-628) kurang enak, agak manis
2. Kelarutan : Dalam air 1:18 pada suhu 25℃ dan
1:14 pada suhu 100℃
3. Stabilitas: Serbuk di simpan di tempat tertutup
kering dan sejuk
4. Inkompatibilitas: Aktivitas sebagai pengawet
dapat menurun akibat adanya interaksi dengan
kaolin/sufraktan non ionic
5. Ph: 8,0 efektif pada larutan asam pada ph 2-5
Terpilih: Propilen glikol
Alasan: karena propilen glikol tidak inkompatibel dengan bahan aktif dan bahan tambahan lainnya.

ENHANCER
Bahan Sifat fisika dan kimia Kadar
Propilenglikol 1. Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna,
(HPE edisi keenam, tidak berbau, rasa agak manis, higroskopis Enhancer:
halaman 592-593) 2. Kelarutan : Dapat campur dengan air 15%
3. Stabilitas: Stabil pada tempat tertutup (suhu
dingin), tidak stabil pada suhu teroksidasi, stabil
bila di campur dengan gliserin, air.
4. Inkompatibilitas: Reagen oksidator seperti
KMnO4

Gliserin 1. Pemerian: cairan jernih, tidak berwarna, tidak


(HPE edisi keenam berbau, kental, higroskpis, rasa manis. Lebih dari
halaman 283) 2. Kelarutan: larut dalam etanol 95%, metanol, air, atau sama
eter (1:500), praktis tidak larut dalam CHCl3 dan dengan 30%
minyak
3. Stabilitas: mudah terdekomposisi pada proses
pemanasan
4. Berat jenis: 1,2620 g/cm3 pada suhu 25 derajat
20
celsius
5. Titik didih: 290 derajat celcius
6. Titik lebur: 17,8 derajat celcius
7. Inkompatibel dengan oksidator kuat
Asam Oleat (HPE 1. Pemerian: berwarna kekuningan-ciklat pucat, -
edisi keenam cairan berminyak dengan bau yang khas
halaman 466) 2. Kelarutan: campur dengan etanol 95%. Fixed dan
volatile oil, larut sebagian dalam air.
3. Viskositas 26 mPas pada suhu 25 derajat celcius
4. Titik didih: 286 derajat celcius
5. Titik Leleh: 13-14 derajat celcius
6. Inkompatibel: dengan kation alumunium, kalsium,
oksidator.
7. Berubah menjadi gelap jika terpapar oleh cahaya
dan terdekomposisi pada suhu 80-100 derajat
celcius.
Terpilih: Propilen glikol
Alasan: karena propilen glikol tidak inkompatibel dengan bahan aktif dan bahan tambahan lainnya dan juga
stabilitas paling baik diantara ketiga pilihan tersebut di atas.

HUMEKTAN
Bahan Sifat fisika dan kimia Kadar
Propilenglikol 1. Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna,
(HPE edisi keenam, tidak berbau, rasa agak manis, higroskopis Humektan:
halaman 592-593) 2. Kelarutan : Dapat campur dengan air 15%
3. Stabilitas: Stabil pada tempat tertutup (suhu
dingin), tidak stabil pada suhu teroksidasi, stabil
bila di campur dengan gliserin, air.
4. Inkompatibilitas: Reagen oksidator seperti
KMnO4

Gliserin 1. Pemerian: cairan jernih, tidak berwarna, tidak


(HPE edisi keenam berbau, kental, higroskpis, rasa manis. Humektan:
halaman 283) 2. Kelarutan: larut dalam etanol 95%, metanol, air, Lebih dari
eter (1:500), praktis tidak larut dalam CHCl3 dan atau sama
minyak dengan 30%
3. Stabilitas: mudah terdekomposisi pada proses
pemanasan
4. Berat jenis: 1,2620 g/cm3 pada suhu 25 derajat
celsius
5. Titik didih: 290 derajat celcius
6. Titik lebur: 17,8 derajat celcius
7. Inkompatibel dengan oksidator kuat
PEG 400 (HPE edisi 1. Pemerian: Jernih tidak berwarna atau agak 15%
keenam halaman kekuningan, cairan yang viskus, bau sedikit khas,
571) pahit, atau agak terbakar, higroskopis.
2. Kelarutan: larut dalam air, aceton, alkohol,
benzen, gliseril dan glikol.
21
3. Inkompatibel: aktivitas antibiotik akan turun jika
ada PEG
Terpilih: Propilen glikol
Alasan: karea propilen glikol kompatibel dengan bahan aktif, dengan kadar 15%
sudah memiliki beberapa fungsi yakni sebagai humektan, enhancer, dan pengawet.

ANTIOKSIDAN
Bahan Sifat fisika dan kimia Kadar
Alfa-tecopherol 1. Pemerian : tidak berbau, jerih tidak berwarna, 0,001%-0,5%
kuning-kuning kecoklatan. Minyak kental v/v
kekuningan
2. Kelarutan: praktis tidak larut dalam air, larut
dalam aseton, etanol, eter dan minyak tumbuhan
3. Berat jenis: 0,947 gram/cm3
4. Inkompatibel dengan peroxida dan ion metal
terutama besi, copper dan perak.

Butylated hidroxy 1. Pemerian: putih/hampir putih, serbuk kristal padat 0,005-0,02%


anisol kekuningan, bau aromatik khas lemah.
2. Kelarutan: praktis tidak larut air,, larut dalam
alkohol, eter dan propilen glikol
3. Titik didih: 264 derakat celcius
4. Titik leleh: 48-57 derajat celcius
5. Inkompatibel dengan oksidator dan garam ferri
Butylated hidroxy 1. Pemerian: putih/hampir putih, serbuk kristal padat -
Toluene (BHT) kekuningan, bau aromatik khas lemah.
2. Kelarutan: praktis tidak larut air,, larut dalam
alkohol, eter dan propilen glikol. Lebih larut
dalam mineral oil.
3. Inkompatibel dengan oksidator kuat

Terpilih: Butylated hidroxy Toluene (BHT)


Alasan: karena tidak mengiritasi kulit, tidak menimbulkan alergi, dan kompatibel dengan bahan aktif.

FORMULA RUJUKAN

1. Formulation Der Nedelance Aphotekers P.A 13.


Cremor Choramphenicoli

22
Cholaramfenicolcreme
Bevaf : 2 pct chloramfenicol
Voor schrift : Chloramphenicolum 2
Propylenglycolum 10
Cremor cetomacrogolis ad 100
2. Mc. Carthy, T.J. 1975. The Effect of Vehicle Composition on The Release of Chloramphenicol for
Creams and Eye Ointment. SA. Medical Journal Page 1259-1262
R/ Chloramphenicol qs
Liquid Paraffin (or Arachidis oil) 20%
Cetomacrogol emulsifying wax 10%
Water to 100%
3. Oktavia, M.D.dkk., Pengaruh Basis Krim Terhadap Penetrasi
Kloramfenikol Menggunakan Kulit Mencit. STIFARM Bandung.
Formula Krim Kloramfenikol mengandung :
Kloramfenikol 2%
Basis ad 50g
Formula Basis Krim :
Propilenglikol 5%
Asam Stearat 9%
Lanolin 2%
Parafin Likuid 5%
Setil Alkohol 1%
KOH 0,5%
Aquadest ad 100ml

BAHAN FUNGSI RENTAN FORMULA FORMULA FORMULA FORMULA


G (%) 1 2 3 4
23
% Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah
(g) (g) (g) (g)
Kloramfenikol Bahan aktif 2 0,4 2 0,4 2 0,4 2 0,4
Cera Alba Basis 5-20 8 1,6 10 2 4, 0,9
5
Vaselin album Basis 10-30 15 3 15 3 15 3 1 3
5
Parafin Basis 1-32 6 1,2 10 2 6 1,2
liquidum
Asam stearat Basis 1-20 8 1,6
TEA Basis 2-4 2 0,4
Setil Alkohol Basis 2-5 8 1,6 5 1

Span 80 Emulgator 1-10 4,1 1,18 2,2 0,5 4,8 0,96 3, 0,78
5 9
Tween 80 Emulgator 1-10 5,9 0,82 7,7 1,49 5,2 1,04 6, 1,22
5 1
BHT Antioksidan 0,0075-0,1 0,1 0,002 0,1 0,002 0,1 0,002 0, 0,002
1
Prpilen glikol Humektan > 15 15 3 15 3 15 3 1 3
Pengawet 15-30 5
Enhancer 5-30
Aquadest bebas
Ad 20 gram
CO2

RANCANGAN FORMULA

PERHITUNGAN HLB BUTUH

Harga HLB
24
Bahan Harga HLB
Setil alkohol 15,5
Vaselin album 8
Parafin liquidum 10,5
TEA 12
Cera alba 12
Span 80 4,3
Tween 80 15

FORMULA 1
Metode Aligasi

Fase minyak terdiri dari setil alkohol, vaselin album dan parafin cair dengan prosen total adalah 29%

Setil alkohol  8/29 x 15,5 =4,28

Vaselin album  15/29 x 8 =4,14 ∑ = 10,59

Parafin liquidum  6/29 x 10,5 =2,17

Tween
15 6,29 Tween =( 6,29/10,7 x
10%) x 20 gram

=1,18 gram
10,59
Span 80 =( 4,4/10,7 x
4,3 10%) x 20 gram
Span 4,4
=0,82 gram
∑ = 10,7

FORMULA 2
Fase minyak terdiri dari Parafin liquidum, vaselin album dan Cera alba dengan prosen total adalah 30%

Vaselin album  15/30 x 8 =4,14

Cera Alba  10/30 x 12 =4


∑ = 11,74
Asam stearat  8/30 x 16 =4,77
25
TEA  2/30 x 12 =0,8
Tween
15 7,44 Tween =( 7,44/10,7 x
10%) x 20 gram

=1,39gram
11,74
Span 80 =( 3,26/10,7 x
4,3 10%) x 20 gram
Span 3,26
=0,61gram
∑ = 10,7

FORMULA 3
Fase minyak terdiri dari Asam stearat, vaselin album , TEA dan Cera alba dengan prosen total adalah 35%

Vaselin album  15/35 x 8 =3,43

Cera Alba  10/35x 12 =3,43


∑ = 9,86
Parafin liquidum  10/35 x 10,5 =3

Tween
15 5,56 Tween =( 5,56/10,7 x
10%) x 20 gram

=1,04 gram
9,86
Span 80 =( 5,14/10,7 x
4,3 10%) x 20 gram
Span 5,14
=0,96 gram
∑ = 10,7

FORMULA 4
Metode Aligasi

Fase minyak terdiri dari setil alkohol, vaselin album , parafin cair dan cera alba dengan prosen total adalah 34%

Setil alkohol  8,5/34 x 15,5 =3,88

Vaselin album  15/34x 8 =3,53


∑ = 10,85
26
Parafin liquidum  6/34 x 10,5 =1,85

Cera alba  4,5/34 x 12 =1,59

Tween
15 6,55 Tween =( 6,55/10,7 x
10%) x 20 gram

=1,22 gram
10,85
Span 80 =( 5,15/10,7 x
4,3 10%) x 20 gram
Span 5,15
=0,96 gram
∑ = 10,7

CARA PEMBUATAN
1. Caker formula 1

Kloramfenikol base Propilenglikol


Setil alkohol 1g 3g
0,4g
Vaselin album 3g
Parafin cair 1,6g
Span 80 0,86g + Tween 80 1,14g
Aduk ad larut
27
Dilebur pada suhu
61˚C diatas Aduk ad homogen
penangas air dalam
+ BHT 20mg + 8,98g~9g Aquadest bebas CO2
setelah suhu
Aduk ad homogen turun (terasa
hangat) Panaskan pada suhu 63˚C diatas
penangas dalam cawan porselen sambil
2. Caker formula 2 diaduk ad homohen
Aduk ad homogen

Asam stearat 1,6g Propilenglikol


Kloramfenikol base
Vaselin album 3g
Tuangkan ½ fase air ke dalam fase minyak sedikit demi sedikit 3g
0,4g
Cera alba 1,6g pada suhu yang sama sambil tetap diaduk konstan untuk
TEA 0,4g membentuk sistem w/o
Span 80 0,51g + Tween 80 1,39g
Aduk ad larut
Tambahkan sisa fase air ke sistem krim yang telah terbentuk
hingga membentuk sistem o/w dan aduk konstan
Dilebur pada suhu
71˚C diatas Aduk ad homogen
penangas air dalam
Timbang berat akhir
cawan porselen
+ BHT 20mg + 8,04g~8g Aquadest bebas CO2
setelah suhu
Jika berat akhir sediaan <20g, maka ditambah aquadest bebas
Aduk ad homogen CO2turun (terasa
ad 20g dan aduk ad homogen
hangat) Panaskan pada suhu 73˚C diatas
penangas dalam cawan porselen sambil
diaduk ad homohen
Aduk ad homogen

Tuangkan ½ fase air ke dalam fase minyak sedikit demi sedikit


pada suhu yang sama sambil tetap diaduk konstan untuk
membentuk sistem w/o

Tambahkan sisa fase air ke sistem krim yang telah terbentuk


hingga membentuk sistem o/w dan aduk konstan

Timbang berat akhir

Jika berat akhir sediaan <20g, maka ditambah aquadest bebas


CO2 ad 20g dan aduk ad homogen

28
FORMULA III

Parafin cair 2g Kloramfenikol base Propilenglikol


0,4g 3g
Cera alba 2g
Vaselin album 3g
Span 80 0,96g

Aduk ad larut + tween 1,04g

Dilebur pada suhu 67˚C diatas penangas


air dengan wadah cawan porselen

Aduk ad homogen

+ BHT 0,02g Saat suhu


Aduk ad homogen turun / terasa hangat

+ 7,58g Aquadest
bebas CO2

Aduk ad homogen
Dipanaskan pada suhu 69˚C diatas
penangas air dalam cawan porselen

Aduk ad homogen

Menuangkan ½ fase air pada fase minyak sedikit demi sedikit sambil
tetap diaduk dengan kecepatan konstan hingga terbentuk tipe W/O

Menambahkan sisa fase air pada sistem W/O yang terbentuk,


diaduk dengan kecepatan konstan sampai terbentuk sistem O/W

+ Aquadest bebas CO2 ad 20g

29
FORMULA IV

Cetil alkohol 1,7g


Kloramfenikol base Propilenglikol
Vaselin album 3g 0,4g 3g
Parafin cair 1,2g
Cera alba 0,9g
Span 80 0,78g
Aduk ad larut + tween 1,22g

Dilebur pada suhu 67˚C diatas penangas


air dengan wadah cawan porselen

Aduk ad homogen

+ BHT 0,02g Saat suhu


Aduk ad homogen turun / terasa hangat

+ 7,78g Aquadest
bebas CO2

Aduk ad homogen
Dipanaskan pada suhu 69˚C diatas
penangas air dalam cawan porselen

Aduk ad homogen

Menuangkan ½ fase air pada fase minyak sedikit demi sedikit sambil
tetap diaduk dengan kecepatan konstan hingga terbentuk tipe W/O

Menambahkan sisa fase air pada sistem W/O yang terbentuk,


diaduk dengan kecepatan konstan sampai terbentuk sistem O/W

+ Aquadest bebas CO2 ad 20g


30
FORMULA TERPILIH

BAHAN FORMULA
4

(%) Jumlah
(gram)
Kloramfenikol 2 0,4

Cera Alba 4,5 0,9

Vaselin album 15 3
Parafin liquidum 6 1,2
Setil Alkohol 5 1
Span 80 3,9 0,78
Tween 80 6,1 1,22
BHT 0,1 0,002
Prpilen glikol 15 3
Aquadest bebas CO2 Ad 20 gram

Formula terpilih dan digunakan untuk proses scale up adalah Formula 4 dengan diadakan
optimasi yaitu pengaturan ulang prosen basis minya antara konsistensi padat, semisolid dan
cair. Setelah diadakan optimasi sesuai formula yang tertera dihasilkan pH mendekati
spesifikasi yang akan berpengaruh pada stabillitas bahan aktif yaitu kloromfenikol base yang
memiliki pH stabilotas 4,5-7,5 sehingga jaminan mutu dan efektivitas akan tetap terjamin
sampai digunakan. Selain itu juga dihasilkan konsistensi yang diinginkan sebagaimana krim
pada umum nya yaitu yaitu tidak terlalu padat, tidak encer seperti lotion.

31
RANCANGAN EVALUASI

1. Organoleptis
Alat : Pengamatan dengan panca indra
a. Konsistensi / tekstur sediaan
b. Warna sediaan
c. Bau sediaan

2. Penentuan pH
Alat : pH meter
Prosedur :
a. Ditimbang 5 gram sediaan ditambah air bebas CO2 sampai volume 45 ml aduk ad
homogen (sediaan:air = 1:9).
b. Elektrode dicuci dengan air sampai bersih lalu dikeringkan. Dilakukan
kalibrasi dengan larutan dapar standar pH tertentu (sekitar pH sediaan yang
akan diukur dan suhu spesifikasi disesuaikan).
c. Elektrode dibersihkan, dibilas dengan air dan dikeringkan.
d. Ukur pH sediaan, dicatat angka yang terbaca.
e. Dilakukan koreksi terhadap pH (apabila ada/didapat perbedaan pH larutan
standar pada spesifikasi dengan tampilan pada alat).
f. Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali
g. Hitung pH rata-rata dan %KV (<6%), SD.

3. Penentuan Viskositas
Alat : Viskosimeter Cup and Bob
Prosedur :
a. Sediaan + 50 gram dimasukkan ke dalam wadah (cup).
b. Dipilih rotor yang sesuai dan dipasang pada alat.
c. Rotor dimasukkan perlahan, diusahakan tinggi sediaan mencapai leher rotor.
d. Alat dijalankan.
e. Dibaca angka yang ditunjukkan oleh jarum pada alat.
f. Dilakukan replikasi tiga kali
g. Viskositas (cP) ±SD, %KV (<6%)

4. Penentuan Daya Sebar


Alat : Lempeng kaca berskala
Prosedur :
a. Ditimbang 0,5 gram zat.
b. Zat diletakkan diantara dua lempeng kaca berskala.
c. Bagian atas lempeng kaca diberi beban.
d. Dicatat diameter penyebaran.
e. Berat beban ditingkatkan secara teratur.
f. Dicatat diameter penyebaran setiap penambahan beban.(dengan waktu tertentu
secara teratur).

32
g. Penambahan berat beban dihentikan saat sediaan berhenti menyebar.
h. Gambar profil penyebarannya (kurva antara berat beban vs diameter
lingkaran penyebaran).
i. Dihitung harga slopenya (Harga slope menunjukkan besarnya
kemampuan menyebar suatu sediaan akibat penambahan suatu beban)
kemampuan menyebar sediaan (daya sebar).

5. Uji aseptabilitas sediaan


Alat : Kuisioner
Prosedur :
a. Ditentukan kriteria aseptabilitas yang akan diuji
b. Lakukan skoring angka pada masing-masing kriteria
c. Gunakan subjek dengan kriteria tertentu.
d. Responden (subjek) harus mengisi / menandatangani persyaratan menjadi
subjek (Form Informed Consent).
e. Jelaskan hal-hal yang harus dilakukan subjek supaya hasil tidak bias.
f. Dilakukan perhitungan data hasil uji untuk setiap kriteria, lakukan dengan skor
masing-masing.
g. Tampilkan data dalam bentuk gambar/grafik.
h. Keputusan diambil berdasarkan analisis statistik deskriptif.

6. Uji pelepasan
Alat : Sel difusi membrane selofan dan patel disolusi Erweka
Prosedur :
a. Buat kurva baku bahan aktif dalam buffer fosfat pH 6,0.
b. Membran yang digunakan adalah membran selofan yang sudah direndam di
air lebih kurang 1 jam agar pori membran terbuka.
c. Suhu percobaan 32oC dengan kecepatan pengadukan 100 rpm
d. Siapkan buffer fosfat pH 6,0 sebanyak 500 ml sebagai media reseptor
volume sampling 5,0 ml.
e. Timbang sediaan 4 gram. Masukkan sejumlah tertentu sampel ke dalam sel
difusi, lalu masukkan ke dalam media disolusi, jalankan alat.
f. Lakukan sampling pada 0, 5, 10, 15, 30, 45, 60, 90, 120 menit dengan volume
sampling 5 ml (sampling dilakukan di tempat yang sama).
g. Gantikan media disolusi yang terambil (5,0 ml) dengan media disolusi yang
baru.
h. Sampel diamati dengan spektrofotometer UV-Vis dengan λmaks bahan aktif
obat, akan diperoleh absorbansi sampel.
i. Masukkan data absorbansi sampel ke dalam persamaan kurva baku
sehingga diperoleh kadar bahan obat (μg/ml)
j. Hitung jumlah bahan obat yang terlepas dalam media (μg) dan jumlah bahan
obat yang terlepas per satuan luas (μg/cm2)
k. Buat kurva jumlah kumulatif obat yang terlepas per satuan luas vs t
l. Tarik garis linier pada saat sudah tercapai steady state
m. Slope yang didapat adalah harga fluks (μg/cm2.menit)
33
n. Permeabilitas didapat dengan cara membagi fluks dengan kadar konsentrasi
awal obat.

7. Uji Penetrasi
Alat : Membran kulit tikus, Alat uji disolusi ERWEKA
Prosedur :
a. Menimbang sediaan 4 gram, masukkan dalam difusi sampai penuh,
timbang sisa.
b. Tutup bejana difusi dengan membran selofan lalu ukur diameter.
c. Memasukkan sel difusi yang telah diisi dan ditiup dengan selofan,
masuk dalam labu disolusi.
d. Siapkan buffer fosfat pH 6,0 sebanyak 500 ml sebagai media reseptor.
e. Suhu percobaan diatur 37º ± 0,5º C dan kecepatan pengadukan 100 rpm.
f. Pasang membrane, masukkan sejumlah tertentu sampel ke dalam sel
difusi lalu masukkan ke dalam media disolusi, nyalakan alat.
g. Lakukan sampling pada 0, 5, 10, 15, 30, 45, 60, 90, 120 menit dengan volume
sampling 5,0 ml (sampling dilakukan di tempat yang sama) dan gantikan
volume yang terambil dengan larutan buffer dengan jumlah dan suhu yang
sama.
h. Amati absorban sampel dengan spektrofotometer pada λmax bahan obat.
i. Masukkan data absorbansi sampel ke dalam persamaan kurva baku
sehingga diperoleh kadar bahan obat.
j. Hitung jumlah obat yang terlepas dalam media.
k. Hitung jumlah obat yang terlepas per satuan luas.
l. Buat kurva akar t vs jumlah kumulatif obat per satuan luas.
m. Hitung flux bahan aktif, permeabilitas membrane dan lag time.

8. Penetapan Kadar
Larutan penetapan kadar dengan cara HPLC seperti tertera pada kromatografi. Fase gerak
dan sistem kromatografi lakukan seperti yang tertera penetapan kadar dalam kloramfenikol.
Larutan baku timbang seksama lebih kurang 40 mg kloramfeniko BPFI. Masukkan ke dalam
labu ukur 100 mL. Larutkan dan encerkan dengan metanol P sampai tanda pipet 10 mL
larutan ke dalam labu terukur 50 mL dan encerkan dengan fase gerak sampai tanda. Saring
melalui penyaring dengan porositas 0,5 μL atau lebih kecil, buang 5 mL filtrat pertama,
gunakan filtrat. Larutan uji timbang seksama sejumlah krim setara dengan lebih kurang 40
mg kloramfenikol, masukkan ke dalam labu ukur 100 mL, tambahkan lebih kurang 80 mL
metanol p dan sonikasi selama lebih kurang 10 menit. Dinginkan hingga suhu ruang,
encerkan dengan metanol p sampai tanda. Pipet 10 mL larutan ke dalam labu ukur 50 mL.
Encerkan dengan fase gerak ad tanda. Saring melalui penyaring dengan porositas 0,5 μm/
lebih kecil, buang 5 filtrat pertama, gunakan filtrat.
Prosedur lakukan seperti tertera pada penetapan kadar dalam kloramfenikol. Hitung jumlah
dalam mg kloramfenikol C11H12Cl2N2O5 dalam krim yang digunakan dengan rumus 0,5C
(ru/rs). C adalah kadar kloramfenikol BPFI dalam μg/ mL larutan baku; ru dan rs adalah
respon puncak dari larutan uji dan larutan baku.

34
9. Penentuan Tipe Emulsi
A. Dye Solubility
Test Cara kerja:
a. Teteskan zat warna yang larut air (Metilen Blue) atau zat warna yang larut
lemak (Sudan III) pada emulsi yang ada di objek glass, tutup dengan
cover glass.
b. Amati di bawah mikroskop
- Bila warna metilen blue mewarnai droplet maka krim
merupakan emulsi tipe W/O.
- Bila warna sudan III mewarnai droplet maka krim merupakan
emulsi tipe O/W.

B. Drop Dillution Test


Cara Kerja:
a. Tambahkan air pada krim pada beaker glass.
b. Aduk beberapa saat. Bila emulsi terencerkan dengan adanya air dan
stabil, maka krim merupakan emulsi tipe O/W. Bila emulsi tidak
terencerkan dengan adanya air dan pecah, maka krim merupakan emulsi
tipe W/O.

C. Conductivity Test
Alat : Emulsion Type Tester
Cara Kerja :
a. Masukkan elektroda yang telah dihubungkan dengan lampu ke
dalam emulsi.
b. Bila lampu menyala terang, maka krim merupakan emulsi dengan tipe
O/W. Bila lampu padam/redup, maka krim merupakan emulsi dengan
tipe W/O.

10. Penentuan Ukuran Droplet


Alat : Mikroskop optik, objek glass, cover glass.
Cara kerja :
a. Kalibrasi skala okuler dengan cara:
- Pasang mikrometer okuler dan objektif pada mikroskop
- Amati sampai kedua skala terlihat jelas di bawah mikroskop
- Himpitkan garis awal skala okuler dengan garis awal skala objektif
- Tentukan garis yang tepat berhimpit pada kedua skala.

35
- Tentukan harga skala okuler
b. Membuat suspensi encer partikel yang akan diamati diatas objek
glass.
c. Mengganti mikrometer objektif dengan objek glass yang berisi
sampel.
d. Ukur diameter partikel (± 300 partikel)
e. Lakukan pengelompokan, tentukan ukuran partikel
terkecil dan terbesar, bagi sampel dalam beberapa
interval dan kelas.

11. Uji Potensi Antibiotika secara mikrobiologi dengan metode


Turbidimetri.
Alat = Peralatan gelas disterilkan dulu dengan pemanasan kering atau
denga uap air.
Prosedur =
1. Gunakan tabung reaksi kaca atau plastik dengan ukuran
misalnya 125 x 16 mm atau 150 x 18 mm yang panjang,
diameter dan ketebalan relatif seragam, serta
permukaannya tidak cacat atau tergores.
2. Tabung yang diletakkan pada spektrofotometer harus
sesuai, tanpa goresan dan tidak cacat.
3. Bersihkan sesama tabung dari semua residu antibiotik dan
sisa larutan pembersih, dan sterilkan sebelum digunakan
untuk penetapan berikutnya.
a. Menyiapkan media uji (Media 1)
i. Pepton P (6,0 g)
ii. Digesti pankreatik kasein (4,0 g)
iii. Ekstrak ragi p (3,0 g)
iv. Ekstrak daging p (1,0 g)
v. Dekstrosa p (1,0 g)
vi. Air (15,0 g)
vii. Air (1000 mL)
viii. pH setelah sterilisasi 6,6 ± 0,1
Melarutkan bahan-bahan dalam air hingga 1 L dan atur pH larutan
menggunakan natrium hidroksida 1 N atau asam klorida 1 N, hingga sesudah
sterilisasi uap air pH media sesuai dengan yang tertera.
b. Menyiapkan baku pembanding
Untuk antibiotik : kloramfenikol digunakan pelarut awal alkohol (10 mg/ mL)
air dan pengencer air dengan kadar persediaan akhir 1mg/ mL, dan dosis
tengah 2,5 μg/ mL.
c. Menyiapkan baku
Larutan sejumlah baku pembanding antibiotika
yang ditimbang seksama dan sebelumnya telah
dikeringkan seperti tertera pada tabel.
Encerkan hingga kadar yang dikehendaki.
Simpan dalam lemari pendingin dan dalam waktu

36
yang ditentukan.
Saat penetapan, buat pengenceran dari larutan
sediaan, 5 atau lebih larutan untuk pengujian
dengan kadar bertahap (Gunakan pengencer akhir
yang dinyatakan dan urutan kadar dengan dosis
tengah yang ditentukan)
d. Menyiapkan Contoh
Membuat larutan persediaan serta encerkan larutan
uji dengan pengencer akhir yang sama dengan
baku pembanding.
Penetapan menggunakan 5 tingkat dosis baku,
memerlukan hanya 1 tingkat dosis.
Contoh : Pada kadar perkiraan sama dengan dosis
tengah baku.
e. Penyiapan inokulum
i. Menginokulasi bahan segar E.coli dari agar
miring / biakan lain ke permukaan 250 mL
media agar 1 dalam sebuah botol roux.
ii. Menyebarkan suspensi secara merata ke
atas permukaan agar dengan bantuan
butiran kaca steril dan inkubasi pada t= 32-
35 oC selama 24 jam.
iii. Pada akhir periode inkubasi, dibuat
suspensi sediaan dengan mengumpulkan
biakan permukaan ke dalam 50 mL larutan
NaCl p 0,9 % steril.
iv. Mengencerkan sebagian suspensi
persediaan dengan menambah sejumlah
volume air steril atau larutan NaCl 0,9%
steril.

37
HASIL EVALUASI
 Uji pH
Replikasi I 4.69
Replikasi II 4.75
Replikasi III 4.65
Rata-rata ± SD 4.7 ± 0,05

Alat : pH meter
Spesifikasi : 6 ± 0,5
pH air : 5,8
Kesimpulan : pH sediaan tidak memenuhi spesifikasi.

 Viskositas
Replikasi I 90 dPas
Replikasi II 80 dPas
Replikasi III 100 dPas
Rata-rata ± SD 90 ± 10 dPas =
9.000 cP

Rotor yang digunakan : No. 2


Spesifikasi : 4.000-40.000 cP
Kesimpulan : Viskositas sediaan memenuhi spesifikasi.

38
 Daya Sebar

Beban (g) Diameter (cm) SD KV


0 6,0 0,5 0,08
0,5 6,3 1 0,16
1 6,4 1,5 0,23
2 6,5 1,5 0,23
3 6,6 2,6 0,39
4 6,6 2,6 0,39
5 6,6 2,6 0,39

Kurva Daya Sebar Krim Kloramfenikol


6.7 6.6 6.6 6.6
f(x) = 0.1 x + 6.21
6.6 R² = 0.72 6.5
6.5 6.4
6.4 6.3
Diameter (cm)

6.3
6.2
6.16
6
5.9
5.8
5.7
0 1 2 3 4 5 6

Beban (g)

39
 Ukuran Partikel

0,1 0,4 0,6 0,2 0,1 0,3 0,6 0,6 0,1 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,2

0,3 0,1 0,6 0,1 0,6 0,1 0,8 0,3 0,3 0,1 0,5 0,5 0,3 0,2 0,3

0,1 0,4 0,7 0,1 0,1 0,6 0,4 0,1 0,1 0,3 0,5 0,1 0,5 0,2 0,2

0,3 0,3 0,7 0,1 0,2 0,6 0,8 0,1 0,2 0,4 0,5 0,1 0,5 0,2 0,5

0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,4 0,4 0,4 0,1 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,5

0,3 0,3 0,7 0,2 0,2 0,2 0,2 0,4 0,4 0,1 0,4 0,4 0,4 0,4 0,5

0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,8 0,2 0,1 0,4 0,4 0,1 0,8 0,6 0,6

0,3 0,4 0,7 0,2 0,2 0,2 0,2 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,2 0,3 0,2

0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,2 0,4 0,2

0,2 0,4 0,3 0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3

0,2 0,2 0,2 0,2 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,3

0,4 0,4 0,3 0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3

0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,2 0,4 0,2

0,4 0,4 0,4 0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3

0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,2 0,4 0,3

0,4 0,2 0,4 0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3

0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,2 0,6 0,2

0,4 0,5 0,5 0,2 0,2 0,2 0,2 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,2 0,3 0,6

0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,6 0,3 0,2

0,5 0,5 0,3 0,2 0,2 0,2 0,2 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,6 0,3 0,2

 Kalibrasi Mikrometer Okuler


- Perbesaran lensa okuler = 10x

40
- Perbesaran objektif = 10x
Kalibrasi = 10 skala okuler = 9.7 skala objektif
= 8 skala okuler = 7.7 skala objektif
9,7 7,7
+
1 skala okuler = 10 8 0,9663 skala objektif
=¿
2
1 skala objektif = 0,01 mm
1 skala okuler = 0.9663 x 10-2 = 9.6 x 10-3 mm = 9.663 µm

Ukuran Partikel Jumlah Partikel Diameter Partikel

Skala Okuler (n) Skala x kalibrasi x 10/10 µm


0.1 19 0.1 x 9,66 x 10/10 = 9,70
0.2 89 0.2 x 9,66 x 10/10 = 19.3
0.3 80 0.3 x 9,66 x 10/10 = 29.0
0.4 79 0.4 x 9,66 x 10/10 = 28.6
0.5 13 0.5 x 9,66 x 10/10 = 48.3
0.6 12 0.6 x 9,66 x 10/10 = 58.0
0.7 4 0.7 x 9,66 x 10/10 = 67.6
0.8 4 0.8 x 9,66 x 10/10 = 77.3
Jumlah 300

Rentang = nilai maks – nilai min


= 77.3 – 9.7
= 67.6
Kelas = 1 + 3.3 log n
= 1+ 3.3 log 300
= 9.17 setara 9 kelas
Ren tang 67.6
Interval = = =7.51
Kelas 9

Jarak Ukuran Rata-rata Jarak Jumlah Partikel


n.d
(µm) Ukuran (d) (n)

41
9.7 – 17.2 13.5 19 256.5
17.3 – 24.7 21.0 89 1869.0
24.8 – 32.2 28.5 80 2280.0
32.3 – 39.7 36.0 79 2844.0
39.8 – 47.2 43.5 0 0
47.3 – 54.7 51.0 13 663.0
54.8 – 62.2 58.5 12 702.0
62.3 – 69.7 66.0 4 264.0
69.8 – 77.2 73.5 4 294.0
Jumlah 300 9172.5

Kurva Distribusi Ukuran Partikel


100
89
90 80 79
80
70
Frekuensi (n)

60
50
40
30
19
20 13 12
10 4 4
0
0
10 20 30 40 50 60 70 80

Rerata Jarak Ukuran (d) (µm)

Σ nd 9172.5
Diameter rata-rata : dln = = = 30.57 µm
Σn 300
Alat : Mikrometer
Spesifikasi : 0.1-100 µm
Kesimpulan : Ukuran partikel sediaan memenuhi spesifikasi.

 Penentuan Tipe Emulsi

42
1. Drop dilution test
Krim kloramfenikol diencerkan dengan minyak  tidak larut minyak
Krim kloramfenikol diencerkan dengan air  larut air
Jadi, diketahui sediaan krim kloramfenikol termasuk tipe o/w

43
 Akseptabilitas
a) Warna
Warna Skor (x) Jumlah Responden n.x
(n)
Putih 5 30 150
Putih Krem 4 - -
Krem 3 - -
Agak Coklat 2 - -
Coklat 1 - -
30 150

 Spesifikasi = Putih
 Nilai maksimal = 5 x 30 = 150
150
%= x 100% = 100% (Sesuai Spesifikasi)
150
n . x 150
 Rata-rata : = =5
n 30
 Kesimpulan : 5 (Sesuai Spesifikasi)

Warna

Putih
Putih Krem
Krem
Agak Coklat
Coklat

100%

44
b) Bau
Bau Skor (x) Jumlah Responden n.x
(n)
Tidak Berbau 5 24 120
Berbau Lain 4 - -
Berbau Plastik 3 5 15
Agak Berbau Plastik 2 1 2
Sangat Berbau Plastik 1 - -
30 137

 Spesifikasi = Tidak Berbau


 Nilai maksimal = 5 x 30 = 150
137
%= x 100% = 91,33% (Sesuai Spesifikasi)
150
n . x 137
 Rata-rata : = = 4.57
n 30
 Kesimpulan : mendekati 5 (Sesuai Spesifikasi)

Bau
3%

17%

Tidak Berbau
Berbau Lain
Berbau Plastik
Agak Berbau Plastik
Sangat Berbau plastik

80%

45
c) Konsistensi
Warna Skor (x) Jumlah Responden n.x
(n)
Semisolida 5 29 145
Padat Cair 4 1 4
Agak Padat 3 - -
Padat 2 - -
Sangat Padat 1 - -
30 149

 Spesifikasi = Semisolida
 Nilai maksimal = 5 x 30 = 150
149
%= x 100% = 99.33% (Sesuai Spesifikasi)
150
n . x 149
 Rata-rata : = = 4.97
n 30
 Kesimpulan : mendekati 5 (Sesuai Spesifikasi)

Konsistensi
3%

Semisolida
Padat Cair
Agak Padat
Padat
Sangat Padat

97%

46
d) Tekstur
Bau Skor (x) Jumlah Responden n.x
(n)
Lembut 5 29 145
Agak Lembut 4 1 4
Agak Kasar 3 - -
Kasar 2 - -
Sangat Keras 1 - -
30 30

 Spesifikasi = Lembut
 Nilai maksimal = 5 x 30 = 150
149
%= x 100% = 99.33% (Sesuai Spesifikasi)
150
n . x 149
 Rata-rata : = = 4.97
n 30
 Kesimpulan : mendekati 5 (Sesuai Spesifikasi)

Tekstur
3%

Lembut
Agak Lembut
Agak Kasar
Kasar
Sangat Keras

97%

47
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, kelompok kami membuat sediaan krim kloramfenikol. Krim
kloramfenikol yang kami buat adalah krim dengan tipe O/W (Oil in Water). Alasan
pemilihan tipe krim O/W ini adalah karena pada tipe O/W, bahan aktif berada dalam
fase air. Air sangat mudah menguap sehingga saat air menguap, konsentrasi bahan aktif
akan lebih tinggi pada fase air. Terjadi peningkatan perbedaan gradien konsentrasi
antara kulit dengan fase air, sehingga bahan aktif akan lebih mudah berdifusi ke dalam
kulit. Selain itu tipe krim O/W terpilih karena krim tipe O/W mudah tercucikan karena
jumlah air lebih banyak dan fase air berada di fase eksternal. Bahan aktif kloramfenikol
dapat ditemui dalam bentuk base maupun dalam bentuk esternya. Namun, bahan aktif
yang terpilih adalah kloramfenikol base. Alasan pemilihan bahan aktif ini adalah untuk
sediaan topikal diperlukan dalam bentuk aktifnya, agar langsung bekerja. Kulit atau
permukaan kulit tidak terdapat enzim yang digunakan untuk menghidrolisis bentuk
garamnya, sehingga bahan aktif tidak dapat bekerja.

48
Pada saat optimasi formula, kelompok kami membuat 4 formula. Rancangan
formula yang kami buat berdasarkan kesesuaian antara basis bentuk padat, basis bentuk
cair, dan basis bentuk semisolid sehingga menghasilkan tekstur dan viskositas yang
sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan yaitu tekstur yang lembut dan viskositas
antara 4.000 – 40.000 cP. Komponen yang menyusun dalam formula ini antara lain
bahan aktif, basis, emulgator, antioksidan, pengawet, enhancer, dan humektan.
Emulgator yang digunakan dalam 4 formula tersebut adalah kombinasi antara span 80
dan tween 80 karena kombinasi ini merupakan surfaktan nonionik sehingga aman
digunakan di kulit, serta tidak berinteraksi dengan bahan aktif kloramfenikol base.
Selain itu, kombinasi ini dapat meningkatkan efektivitas emulgator karena tween 80
bekerja di fase air dan span 80 bekerja di fase minyak. Antioksidan dalam keempat
formula menggunakan BHT, untuk mencegah terjadinya reaksi oksidasi bahan minyak
yang mudah teroksidasi. Pengawet, enhancer, dan humektan dalam 4 formula
menggunakan propilenglikol karena efisiensi bahan, dengan konsentrasi 15% dapat
digunakan sebagai pengawet, enhancer, dan humektan. Formula terpilih untuk scale up
adalah formula IV, menggunakan vaselin album, parafin cair, cera alba, dan setil
alkohol sebagai basisnya. Formula terpilih tersebut dibuat 17 kali dari formula optimasi
sehingga diperoleh 340 gram. Pada scale up, fase air yang digunakan, ditambah sesuai
jumah air yang hilang/ menguap pada percobaan pertama.
Setelah sediaan jadi, dilakukan proses evaluasi. Evaluasi ini bertujuan untuk
menguji kesesuaian sediaan dengan spesfikasi yang telah dirancang sebelumnya dan
menguji stabilitas serta ketahanan suatu sediaan. Evaluasi yang kami lakukan untuk
krim kloramfenikol antara lain: uji organoleptis dan akseptabilitas, uji penetapan pH
(replikasi 3x), uji penetapan viskositas (replikasi 3x), uji daya sebar (replikasi 3x),
penentuan ukuran droplet, uji tipe emulsi, uji penetapan kadar, uji pelepasan, uji
penetrasi bahan obat, dan uji potensi antibiotika secara mikrobiologi dengan metode
turbidimetri. Namun, evaluasi yang kami lakukan antara lain: uji organoleptis, uji
penetapan pH, uji penetapan viskositas, uji daya sebar, penentuan ukuran droplet, dan
uji tipe emulsi.
Evaluasi organoleptis dilakukan pada 30 responden. Evaluasi organoleptis
meliputi pengamatan warna, bau, konsistensi, dan tekstur. Dari hasil evaluasi yang
dilakukan warna, bau, konsistensi, dan tektur telah sesuai dengan spesifikasi yang

49
diinginkan, dimana spesifikasi yang diinginkan adalah berwarna putih, tidak berbau,
konsistensi semi solida, dan tekstur lembut.
Evaluasi penetapan pH dilakukan dengan replikasi 3 x menggunakan pHmeter.
Dari hasil evaluasi diketahui bahwa pH sediaan krim kloramfenikol adalah 4.7 ± 0,05,
dengan pH air 5,8. pH tersebut tidak memenuhi spesifikasi yang diinginkan yaitu 6 ±
0,5. Hal tersebut dikarenakan pada saat pengukuran, sediaan terkena karbon dioksida
yang meningkatkan keasaman selama penyimpanan sebelum dilakukan evaluasi.
Namun pH 4.7 ± 0,05 masih masuk dalam rentang pH stabilitas dari kloramfenikol yaitu
4,5 – 7,5. pH tersebut juga masih masuk rentang aseptabel untuk pH kulit yaitu 4,5-6,8.
Evaluasi penetapan viskositas dilakukan dengan replikasi 3x menggunakan
viskosimeter cup and bob (Rotor no. 2). Dari hasil evaluasi diketahui bahwa viskositas
sediaan krim kloramfenikol adalah 9.000 cP. Hal tersebut menunjukkan bahwa
viskositas sediaan memenuhi spesifikasi viskositas yang diinginkan yaitu 4.000 –
40.000 cP.
Evaluasi daya sebar dilakukan dengan replikasi 3x penimbangan 1 gram sediaan
krim kloramfenikol menggunakan dua buah lempeng kaca yang berskala. Setiap
replikasi, sediaan dalam lempeng kaca diberikan beban 0 gram, 0,5 gram, 1 gram, 2
gram, 3 gram, 4 gram, dan 5 gram, dimana masing masing beban ditunggu hingga 2
menit baru diukur skalanya, saat tidak ada lagi penambahan diameter saat berat beban
diletakkan di atas kaca sediaan. Dari hasil evaluasi, sediaan menyebar secara lambat
(sedikit demi sedikit). Hal tersebut menunjukan bahwa daya sebar sediaan krim
kloramfenikol tidak cukup baik dan tidak dapat menyebar secara luas.
Evaluasi penentuan ukuran droplet dilakukan karena krim menggunakan sistem
emulsi, sehingga perlu dilakukan pengukuran diameter dari droplet yang dapat
mempengaruhi kestabilan dari sistem. Penentuan ukuran droplet ini menggunakan
mikroskop, dimana evaluasi dilakukan dengan mencatat ukuran diameter droplet (300
droplet) yang kemudian dikelompokkan ukuran droplet dari yang terkecil ke terbesar
dari seluruh sampel dan dibagi kedalam beberapa interval dan kelas. Dari hasil evaluasi
diketahui bahwa ukuran droplet adalah 30,57 µm. Hal tersebut menunjukkan bahwa
ukuran droplet telah mmenuhi spesifikasi yang diinginkan yaitu 0,1 – 100 µm.
Evaluasi tipe emulsi dilakukan secara makroskopik (Drop Diluent test), dimana
sediaan diencerkan dengan air dan minyak. Dari hasil evaluasi menunjukkan bahwa tipe

50
krim adalah O/W, karena sediaan tidak larut jika diencerkan dengan minyak, namun
larut jika diencerkan dengan air. Hal tersebut telah sesuai dengan tipe krim yang
diinginkan yaitu tipe krim O/W.
Berdasarkan hasil dari evaluasi sediaan yang telah dilakukan, dapat disimpulakn
bahwa sediaan krim kloramfenikol yang dibuat telah memenuhi spesifikasi yang
diinginkan, kecuali pH sediaan krim kloramfenikol yang tidak memenuhi spesifikasi
yang diinginkan.

KESIMPULAN
1. Dari hasil optimasi dipilih formula IV untuk scale up.

2. Dari hasil evaluasi didapatkan :

a. Organoleptis

Warna : putih (memenuhi spesifikasi)

Bau : tidak berbau (memenuhi spesifikasi)

Tekstur : lembut (memenuhi spesifikasi)

b. Aseptabilitas

Kemudahan pengolesan : mudah dioleskan (sesuai spesifikasi)


Kelembutan : lembut (sesuai spesifikasi)

51
Sensasi yang timbul : tidak berasa (sesuai spesifikasi)

Kemudahan dicuci : krim mudah dicuci (mendekati


spesifikasi)

c. pH : 4.7 ± 0,05 (tidak memenuhi spesifikasi)

d. Viskositas : 90 ± 10 dPas =
9.000 cP ( memenuhi spesifikasi)

e. Ukuran droplet : memenuhi spesifikasi

f. Tipe emulsi : O/W (memenuhi spesifikasi)

DAFTAR PUSTAKA

- Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.Jakarta :


Departemen
Kesehatan RI.

- Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta :


Departemen Kesehatan RI.

- Departemen Kesehatan RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta :


Departemen Kesehatan RI

- Katzung, Bertiam. 2012. Farmakologi Dasar & Klinik Edisi 12 Vol . 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC,halaman 703

52
- Lund, W. 1994. The Pharmaceutical Codex 12th edition. London : The
Pharmaceutical Press

- Niazi, S.K. 2009. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulation


Semisolid Products 2nd ed. Vol. 4. New York : Informa Healthcare USA, Inc.

- Rowe, R.C. 2009. Handbook of Exciepient 6th edition. London : Pharmaceutical


Press

- Setrabudy, R. 2003. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen Farmakologi dan


Terapeutik FKUI. Jakarta : Balai Penerbit UI.

- Sweetman, S.C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference 36 th edition,


London : Pharmaceutical Press

- Mc.Charty,T.J.1975. The Effect of Vehicle composition on the Release of


Chloramphenicol for Creams and eye ointment, SA. Medical Journal, page 1259-
1262

- Oktavia, M.D, dkk.2016. Pengaruh Basis Krim terhadap Penetrasi Kloramfenikol


Mengunakan Kulit Mencit. STIFARMA Bandung.

53
54
55
56
57

Anda mungkin juga menyukai