Bu Tutik Kloramfenikol Fix
Bu Tutik Kloramfenikol Fix
PENDAHULUAN......................................................................................................................2
PERSYARATAN UMUM SEDIAAN......................................................................................6
BENTUK SEDIAAN TERPILIH..............................................................................................8
SPESIFIKASI SEDIAAN..........................................................................................................9
PENENTUAN PH SPESIFIKASI...........................................................................................11
PEMILIHAN BAHAN TAMBAHAN....................................................................................12
FORMULA RUJUKAN...........................................................................................................23
RANCANGAN FORMULA....................................................................................................24
PERHITUNGAN HLB BUTUH..............................................................................................25
CARA PEMBUATAN.............................................................................................................28
FORMULA TERPILIH...........................................................................................................32
RANCANGAN EVALUASI...................................................................................................33
2. Penentuan pH....................................................................................................................33
3. Penentuan Viskositas........................................................................................................33
4. Penentuan Daya Sebar......................................................................................................33
5. Uji aseptabilitas sediaan....................................................................................................34
6. Uji pelepasan.....................................................................................................................34
7. Uji Penetrasi......................................................................................................................35
8. Penetapan Kadar...............................................................................................................35
9. Penentuan Tipe Emulsi.....................................................................................................36
10. Penentuan Ukuran Droplet............................................................................................36
HASIL EVALUASI.................................................................................................................39
PEMBAHASAN......................................................................................................................51
KESIMPULAN........................................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................55
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Farmakope Indonesia Edisi V, krim adalah bentuk sediaan setengah padat
yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang
sesuai. Tujuan pembuatan krim adalah untuk pemberian obat rute topical. Penggunaan obat
secara topikal memberikan kemudahan sebagai keuntungan. Efek toksik yang ditimbulkan
juga jauh lebih sedikit karena dosis yang digunakan lebih kecil daripada dosis obat rute per
oral ataupun rute lainnya.
Bahan aktif yang digunakan adalah Kloramfenikol base. Kloramfenikol merupakan
antibiotik yang diharapkan mampu menembus lapisan Appendages pada kulit.
Kloramfenikol bekerja dengan cara menghambat sintesis protein bakteri dengan mekanisme
mengikat ribosom subunit 50S dan menghambat enzim peptida transferase sehingga ikatan
peptide tidak dapat terbentuk pada proses sintesis bakteri. Antibiotik ini bersifat
bakteriostatik, pada konsentrasi tinggi dapat bersifat bakteriosid terhadap bakteri-bakteri
tertentu.
Sediaan krim kloramfenikol adalah sediaan krim dengan bahan aktif kloramfenikol
base yang didispersikan dalam basis fase dalam yaitu minyak karena diinginkan tipe emulsi
krim o/w. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan adalah jumlah atau rasio fase
minyak dan fase air, konsistensi setiap bahan, suhu pembuatan, pengadukan, HLB butuh
emulgator, dan sebagainya. Sebab, hasil produk atau sediaan krim harus bersifat aman,
efektif, serta stabil.
2
1.2. Tinjauan Bahan Aktif
SENYAWA AKTIF FARMAKOLOGI KARAKTERI KARAKTERISTI KET
BIOAVAILABILI STIK FISIKA K KIMIA
TAS
Kloramfenikol Bekerja dengan Pemerian: C11H12Cl2N2O5 Kaps
Base (D-treo-(-)-2,2- cara menghambat Hablur halus, BM: 323,13 ul
Dikloro-N-[β- sintesis protein berbentuk pH: 4,5 – 7,5 Krim
hodroksi-α- kuman. Obat ini jarum/lempeng (Martindale 30th Larut
(hidroksimetil)- terikat pada memanjang, hal. 142) an
Pnitofenil]asetamida ribosom subunit putih hingga Macam sediaan: oral
50S dan putih Kapsul : 90.0% - Salep
menghambat kelabu/putih 120% mata
enzim peptidil kekuningan,lar kloramfenikol Tetes
transferase utan praktis Krim : 90.0% - mata
sehingga ikata netral terhadap 130% Tetes
peptida tidak lakmus p, kloramfenikol teling
terbentuk pada saat stabil dalam Larutan oral : a
proses sintesis larutan 90.0% - 120%
protein kuman netral/larutan kloramfenikol
Bersifat agak asam. Salep mata:
bakteriostatik, Kelarutan: 90.0% - 120%
pada konsentrasi sukar larut air, kloramfenikol
tinngi kadang- mudah larut
Tetes mata :
kadang bersifat dalam etanol,
90.0% - 130%
bakterisid terhadap propilendlikol.
kloramfenikol
kuman-kuman Titik leleh:
Tetes telinga :
tertentu. 149 – 153° C
90.0% - 130%
Spektrum Wadah dan
kloramfenikol
antibakteri penyimpanan
kloramfenikol D. : dalam wadah
pneumoniae, S. tertutup rapat,
pyogenes, S. simpat
viridans, ditempat sejuk
3
Neisseria, dan kering.
Kloramfenikol Pemerian: C15H15Cl2N2NaO8 Injek
Haemophilus,
Nstrium Suksinat Serbuk ; BM: 445,2 si
Bacillus spp.,
(D-treo-(-)-2,2- kuning terang Klormafenikol
Listeria,
Dikloro-N-[β- Kelarutan: natrium suksinat
Bartonella,
hidroksi-α- sangat mudah setara dengan 650
Brucella, P.
(hidroksimetil)- larut dalam air. µg – 765 µg
multocida, C.
Pnitofenil]asetamida Wadah dan kloramfenikol
diphteriae,
α-(natrium penyimpanan C11H12Cl2N2O5 /
Chlamydia,
suksinat)) : dalam wadah mg
Mycoplasma,
tertutup rapat pH: antara 6.4 dan
Rickettsia,
(FI IV hal 193) 7.0; penetapan
Treponema, dan
menggunakan
kebanyakan
larutan yang
kuman anaerob.
mengansung
Mekanisme
setara dengan
resistensi terhadap
lebih kurang 250
kloramfenikol
mg
terjadi melalui
kloramfenikol/ml
inaktivasi obat
Macam sediaan:
oleh asetil
transferase yang Injeksi : : 90% -
Faktor R. kloramfenikol na
Resistensi suksinat
terhadap P.
Kloramfenikol Pemerian : C27H42Cl2N2O6
Aerugenase,
Palmitat Serbuk hablur, BM: 561,54 setara
proteus, dan
halus seperti dengan 555 µg –
Klebsiella terjadi
lemak, putih, 595 µg
karena perubahan
berbau lemah, kloramfenikol
permeabilitas
hampir tidak Macam sediaan:
membran yang
berasa Suspensi oral :
mengurangi
Kelarutan : 90,0% - 120,0%
masuknya obat
tidak larut kloramfenikol
kedalam sel
4
bakteri. dalam air.
FARMAKOLOGI: Titik leleh :
Dalam dosis 87 – 95° C
terapi, Wadah dan
kloramfenikol penyimpana :
menghambat dalam wadah
biotransformasi tertutup rapat
tolbutamid, (FI IV hal 195)
fenitoin,dikumarol,
dan obat lain yang
dimetabolisme
oleh enzin
mikrosom
hepar.dengan
demikian,
toksisitas obat ini
lebih tingga bila
diberikan bersama
dengan
kloramfenikol.
Interaksi obat
dengan
phenobarbital dan
rifampisin akan
memperpendek
waktu paruh
kloramfenikol
sehingga kadar
obat dalam darah
menjadi
subterapetik.
5
1. Sediaan topikal (untuk mata, kulit) menggunakan bahan aktif kloramfenikol
2. Memiliki kelarutan yang cukup (1:400) sehingga bisa dilarutkan dan
mampu berpenetrasi dengan baik.
6
b. Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang
dikehendaki. Sebagai zat pengemulsi dapat digunakan emulgid, lemak, bulu domba,
cetaceum, setarium, setil alkohol, stearyl alkohol, trietanolamin stearat dan golongan
sorbitan, polisorbat, dan sabun
c. Zat pengawet yang umum digunakan adalah metilparaben 0,12 % hingga 0,18% atau
pro;ilparaben 0,02% hingga 0,05%
d. Disimpan wadah tertutup baik atau tube, ditempat sejuk
e. Penandaan pada etiket harus tertera “obat luar”
Persyaratan sediaan krim
a. Stabil selama masih dipakai untuk mengobati
b. Semua zat harus dalam keadaan halus dan seluruh produk yang dihasilkan homogen
c. Mudah dipakai. Umumnya, krim tipe emulsi adalah yang mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit
d. Mempunyai konsistensi yang cukup
e. Diameter fase etrdispersi 0,1-100 µm
7
BENTUK SEDIAAN TERPILIH
Bentuk sediaan terpilih adalah bentuk sediaan krim
Alasan :
a. Mudah terlepas dari basis
b. Sediaan krim mengandung fase minyak, sehingga menimbulkan efek emollient
c. Dapat terhindar dari first pass metabolism
d. Diinginkan bekerja secara lokal pada kulit yang terinfeksi
e. Lebih acceptabel
8
SPESIFIKASI SEDIAAN
9
krim yang baik
Warna Putih Sesuai dengan basis yang
digunakan
Daya sebar dan kemudahan Mudah menyebar dan Krim o/w mudah dicuci
pencucian mudah dicuci dengan air
Rheologi Pseudioplastik Agar dapat menyebar
ketika diaplikasikan di
kulit
Berat tiap kemasan 20 gram Berdasarkan berat sediaan
yang telah beredar di
pasaran
PENENTUAN PH SPESIFIKASI
10
I
pH = pKa + log
UI
I
5,5 = 5,5 + log
UI
I
log = 0
UI
I
log = 1 I = IU
UI
I + IU = 100%
IU + IU= 100%
2 IU = 100%
IU = 50 % 50% tak terionkan
11
PEMILIHAN BAHAN TAMBAHAN
Macam-macam
Fungsi Bahan Sifat Kadar
Bahan yang Terpilih
Basis 1) Vaselin album Pemerian: berwarna kuning pucat
Sumber: hingga kuning, dapat ditembus
Handbook of cahaya, membentuk massa yang
Pharmaceutical lembut, tidak berasa, tidak
Excipients, 6th berbau, dan sedikit/tidak
edition, p.481 mengalami fluoresensi cahaya 10-30%
saat dilebur. (emolien
Kelarutan: praktis tidak larut krim),
dalam etanol 95% baik panas 4-25%
maupun dingin dan air. Larut (emulsi
dalam minyak (fixed oil dan topikal)
volatile oil)
Titik leleh: 38-60oC
Inkompatibilitas: bahan yang
inert dan hanya mempunyai
sedikit inkompatibilitas.
2) Paraffin cair Pemerian: cairan berupa minyak
Sumber: kental, transparan, tidak
Handbook of berwarna, tidak berbau, tidak
Pharmaceutical berasa saat dingin, dan berbau
Excipients, 6th khas petrolatum dalam keadaan
edition, p.445 panas.
Kelarutan: praktis tidak lart
dalam etanol 95%, gliserin, dan 1-32%
air. Larut dalam petroleum eter. (emulsi
Bercampur dengan minyak topikal)
(volatile oil dan fixed oil, kecuali
castor oil).
Titik didih: > 360oC
Viskositas: 110-230 mPa.s (20oC)
Inkompatibilitas: oksidator kuat.
Stabilitas: teroksidasi jika
terpapar panas dan cahaya.
12
3) Cera alba Pemerian: granul halus tembus
Sumber: cahaya atau berbentuk lembaran,
Handbook of berwarna putih atau kuning pucat.
Pharmaceutical Berbau seperti yellow wax tetapi
Excipients, 6th lebih lemah.
edition, p.779 Kelarutan: larut dalam minyak
(fixed oil dan volatile oil). Sedikit
larut dalam etanol 95%. Praktis 5-20%
tidak larut dalam air.
Titik leleh: 61-66oC
Inkompatibilitas: oksidator
Stabilitas: saat dipanaskan diatas
150oC terjadi esterifikasi yang
menyebabkan menurunnya pH
dan peningkatan titik lebur.
4) Asam stearate Pemerian: padat, berwarna putih
Sumber: atau kuning pucat, terkadang
Handbook of berkilau, dapat juga berbentuk
Pharmaceutical kristal atau serbuk putih atau
Excipients, 6th kuning, berbau lemah.
edition, p.697 Kelarutan: ssangat larut dalam
benzene dan eter. Larut dalam
etanol 95% dan propilenglikol. 1-20%
Praktis tidadk larut dalam air.
Titik leleh: 69-70oC
Koefisien partisi: log (minyak:air)
= 8,2
Inkompatibilitas: logam
hidroksida dan mungkin beberapa
basa, oksidator, dan reduktor.
5) Lanolin Pemerian: berwarna kuning
Sumber: pucat, bahan berlilin dengan bau
Handbook of khas dan lemah. Lanolin leleh
Pharmaceutical berwarna jernih atau hamper
Excipients, 6th jernih, cairan berwarna kuning.
edition, p.378 Kelarutan: mudah larut dalam
benzene. Sedikit larut dalam
etanol 95% dingin, lebih larut
dalam etanol 95% panas. Praktis
tidak larut dalm air.
Titik leleh: 38-44oC
Inkompatibilitas: lanolin
mengandung prooksidan yang
dapat mempengaruhi stabilitas
beberapa bahan aktif.
Stabilitas: lanolin secara
berangsur mengalami
autooksidan selama
penyimpanan.
13
6) Cetyl alcohol Pemerian: berbentuk lilin,
Sumber: serpihan putih, granul, kubus,
Handbook of berbau khas yang lemah dan tidak
Pharmaceutical berasa.
Excipients, 6th Kelarutan: sangat larut dalam
edition, p.155 eetanol 95% dan eter. Kelarutan
meningkat seiring dengan
kenaikan suhu. Praktis tidak larut 2-5%
dalam air. Bercampur saat dilebur (emolien),
dengan lemak, paraffin cair dan 2-10%
padat. (stiffening
Titik lebur: 45-52oC, 49oC untuk agent)
bahan murni,
Viskositas; 7 mPas (50oC), 8
mPas (60oC)
Inkompatibilitas: oksidator kuat.
Stabilitas: stabil terhadap
keberadaan asam, alkalis, cahaya,
dan udara.
Basis terpilih:
1) Vaselin album
Alasan pemilihan: bahan inert, tidak toksik, tidak menimbulkan iritasi, dan
mempunyai sedikit inkompatibilitas dengan bahan lain, serta mempunyai konsistensi
yang baik jika digunakan sebagai basis.
2) Cera alba
Alasan pemilihan: bahan inert, memiliki sedikit inkompatibilitas dengan bahan lain,
serta dapat digunakan untuk meningkatkan konsistensi sediaan krim.
3) Asam stearate
Alasan pemilihan: sesuai formula baku serta memiliki sifat yang dapat menurunkan
konsistensiaau viskositas basis yang terlalu padat shingga pelepasan obat dari basis
lebih mudah.
4) Cetyl alcohol
Alasan pemilihan: dapat menstabilkan krim emulsi tipe O/W (meningkatkan
stabilitas), memperbaiki tekstur, dan meningkatkan konsistensi sediaan krim.
5) Paraffin cair
Alasan pemilihan: sering digunakan dalam pembuatan krim emulsi tipe O/W dan
dapat memperbaiki konsistensi krim jika basis terlalu padat.
Fungsi Macam-Macam
Sifat Bahan Kadar
Bahan Bahan
Emulgator 1) Cetyl Alkohol - Pemerian: berbentuk seperti lilin, - Emolien: 2-5%
(Sumber: HPE serpihan putih, granul, bau khas, dan - Emulgator: 2-
edisi 6 halaman tidak berasa. 5%
155) - Fungsi: Sebagai coating agent,
emulgator, dan stiffening agent.
14
- Kelarutan: Praktis tidak larut dalam
air, dapat bercampur saat dilebur
dengan lemak dan parafin padat dan
parafin cair.
- Inkompatibilitas: Inkompatibel
dengan oksidator kuat.
- Titik Lebur: 49◦C
- HLB: 5
- Viskositas: 7 mPas (7 cP) (50◦C)
- Keamanan: Dapat terjadi cross
sensitasi dengan lanolin dan
cetostearyl alkohol. Dapat
menyebabkan hipersensitivitas
allergic delayed type pada pasien
statis dermatitis.
- Pemerian: putih/ krim berwarna,
serpihan, pelet/ granul, rasa manis
khas, pada pemanasan dapat
melebur hingga jenuh, tidak
berwarna/ kuning pucat.
- Fungsi: Sebagai emolien, emulgator
dan thickening agent.
2) Cetostearyl - Kelarutan: Praktis tidak larut dalam
Alkohol (Sumber: air, larut dalam minyak.
HPE edisi 6 - Inkompatibilitas: Inkompatibel
halaman 150) dengan oksidator kuat.
- Titik Didih: 300◦ - 360◦C
- HLB: 15,5
- Berat Jenis: 0,8 g/ cm3 pada 20◦C
- Keamanan: Tidak toksik, tidak
mengiritasi, terjadi reaksi sensitifitas
pada penggunaan cetostearyl
alkohol dan stearyl alkohol.
3) Sodium Lauryl - Pemerian: Kristal putih atau kuning Emulgator: 0,5-
Sulfate (Sumber: pucat, serpihan atau serbuk dengan 2,5%
15
tekstur lembut, bersabun, rasa pahit,
dan sedikit berbau.
- Fungsi: Surfaktan anionik, detergen,
emulgator, enhancer, lubrikan, dan
pembasah.
- Kelarutan: Mudah larut dalam air.
- Inkompatibilitas: Bereaksi dengan
surfaktan kationik.
- Titik Lebur: 204◦C – 207◦C
HPE edisi 6
- HLB: 40
halaman 651)
- Berat Jenis: 1,07 g/ cm3 pada 20◦C
- Keamanan: Material yang cukup
beracun dengan efek toksik
termasuk mengiritasi kulit, mata,
membran mukosa, dan saluran
napas atas. Penggunaan jangka
panjang dapat menyebabkan kulit
kering, pecah-pecah hingga
dermatitis.
- Pemerian: Cairan kental berwarna - Kombinasi: 1-
kuning, bau, dan rasa khas. 10%
- Fungsi: Dispersing agent, - Emulgator: 1-
emulgator, surfaktan non ionik, 15%
4) Span 80 atau solubilizing agent, dan pembasah.
Sorbitan - Kelarutan: Larut/ terdispersi dalam
Monostearat minyak, tidak larut dalam air,
(Sumber: HPE umumnya terdisersi.
edisi 6 halaman - HLB: 4,3
675) - Berat Jenis: 1,01 g/ cm3
- Viskositas: 970 – 1080 mPas (25◦C)
- Keamanan: tidak toksik, tidak
mengiritasi, dapat menyebabkan
reaksi hipersensitivitas.
5) Tween 80 atau - Pemerian: Bau khas, rasa hangat, - Kombinasi: 1-
Polysorbate 80 rasa agak pahit, pada suhu 25◦C 10%
16
berbentuk larutan minyak berwarna - Emulgator: 1-
kuning. 15%
- Kelarutan: Larut dalam air dan tidak
(Sumber: HPE larut dalam minyak mineral.
edisi 6 halaman - HLB: 15
549) - Viskositas: 425 mPas
- Keamanan: tidak toksik, tidak
mengiritasi, dapat menyebabkan
reaksi hipersensitivitas.
- Pemerian: Keras, padat, potongan
lilin, serpihan/ granul dengann
sedikit bau yang khas, dan rasa yang
lemah.
- Kelarutan: Larut dalam
6) Stearyl propilenglikol dan praktis tidak larut
Alkohol (Sumber: dalam air.
HPE edisi 6 - Titik Lebur: 59,4◦ - 59,8◦C
halaman 700) - HLB: 15,5
- Viskositas: 9,82 mPas pada 64◦C
- Berat Jenis: 0,884 – 0,9069 g/ cm3
- Kemanan: tidak toksik, tidak
mengiritasi, dapat menyebabkan
reaksi hipersensitivitas.
7) Cetrimide - Pemerian: Putih sampai krim putih, 0,1 – 1%
(Sumber: HPE serbuk mudah mengalir, bau dan
edisi 6 halaman rasa khas, rasa sabun.
152) - Kelarutan: Sangat mudah larut
dalam kloroorm, etanol 95%, dan
air. Praktis tidak larut dalam eter.
- pH: 5 – 7,5 (1% b/v aqueous
solution).
- Titik Lebur: 232 ◦ - 247◦C
- Inkompatibilitas: Sabun, surfaktan
anionik, surfaktan non ionik
konsentrasi tinggi, betonit, iodine,
17
phenylmercuric nitrate, alkali
hydroxide, dan pewarna asam.
Larutan aqueousnya dapat
berinteraksi dengan logam.
- Fungsi: Antiseptik, surfaktan
kationik, densifektan.
- Critical micell concntration: 3,08
mmol/ µg.
- Pemerian: non-ionik emulsyfying
wax merupakan lilin padat berwarna
putih atau serpihan yang meleleh
bila dipanaskan dan menjadi tidak
berwarna hampir menjadi larutan
jenih, dan memiliki bau khas.
- Titik Lebur: 49◦ - 54◦C
- Berat Jenis: 6,94 g/ cm3
- Kelarutan: Mudah larut dalam
8) Cetomacrogol aerosol propelan, kloroform, dan
1000 (Sumber: hidrokarbon, larut dalam etanol
HPE edisi 6 96%, larut sebagia dalam eter, dan
halaman 236) tidak larut dalam air (bentuk
emulsi).
- Inkompatibilitas: perubahan warna
atau pengendapan dapat terjadi
dengan iodida, merkuri garam, zat
fenolik, salisilat, sulfanomiol, dan
tanin. Inkompatibel dengan
benzokain tretinoin. Dapat
menurunkan khasiat antibakteri dari
senyawa quertenary amonian.
9) Lanolin - Pemerian: berwarna kuning pucat,
(Sumber: HPE sedikit berlilin, bau khas, lanolin
Edisi 6 halaman yang melebur menjadi tidak
378) berwarna.
- Berat Jenis: 0,932 – 0,945 g/ cm3
18
- Kelarutan: Mudah larut dalam
benzena, kloroform, eter, dan
petroleum. Sedikit larut dalam
etanol 95%, praktis tidak larut
dalam air.
- Inkompatibilitas: lanolin mungkin
mengandung prooksidan yang dapat
mempengaruhi stabilitas bahan aktid
dari obat tertentu.
PENGAWET
Bahan Sifat fisika dan kimia Kadar
Propilenglikol 1. Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna,
(HPE edisi keenam, tidak berbau, rasa agak manis, higroskopis Pengawet :
halaman 592-593) 2. Kelarutan : Dapat campur dengan air 13-30%
3. Stabilitas: Stabil pada tempat tertutup (suhu
dingin), tidak stabil pada suhu teroksidasi, stabil
bila di campur dengan gliserin, air.
4. Inkompatibilitas: Reagen oksidator seperti
KMnO4
19
(HPE edisi keenam 2. Kelarutan; dalam etanol 95% 1:1,1; dalam 0,01-0,06%
halaman 596-598) propilenglikol 1:3,9; dalam propilenglikol 50%:
1:110; dalam air 15℃ 1:4350; dalam air 80℃ 1:
225; dalam suhu kamar 1:2500
3. Inkompatibilitas: : Efektivitas menurun dengan
adanya sufraktan non ionic, trisilikat, alsirklat,
yolloco iron oxide, ultra marine blue, terjadinya
perubahan warna akibat terhidrolisis dengan
asa/basa kuat.
ENHANCER
Bahan Sifat fisika dan kimia Kadar
Propilenglikol 1. Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna,
(HPE edisi keenam, tidak berbau, rasa agak manis, higroskopis Enhancer:
halaman 592-593) 2. Kelarutan : Dapat campur dengan air 15%
3. Stabilitas: Stabil pada tempat tertutup (suhu
dingin), tidak stabil pada suhu teroksidasi, stabil
bila di campur dengan gliserin, air.
4. Inkompatibilitas: Reagen oksidator seperti
KMnO4
HUMEKTAN
Bahan Sifat fisika dan kimia Kadar
Propilenglikol 1. Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna,
(HPE edisi keenam, tidak berbau, rasa agak manis, higroskopis Humektan:
halaman 592-593) 2. Kelarutan : Dapat campur dengan air 15%
3. Stabilitas: Stabil pada tempat tertutup (suhu
dingin), tidak stabil pada suhu teroksidasi, stabil
bila di campur dengan gliserin, air.
4. Inkompatibilitas: Reagen oksidator seperti
KMnO4
ANTIOKSIDAN
Bahan Sifat fisika dan kimia Kadar
Alfa-tecopherol 1. Pemerian : tidak berbau, jerih tidak berwarna, 0,001%-0,5%
kuning-kuning kecoklatan. Minyak kental v/v
kekuningan
2. Kelarutan: praktis tidak larut dalam air, larut
dalam aseton, etanol, eter dan minyak tumbuhan
3. Berat jenis: 0,947 gram/cm3
4. Inkompatibel dengan peroxida dan ion metal
terutama besi, copper dan perak.
FORMULA RUJUKAN
22
Cholaramfenicolcreme
Bevaf : 2 pct chloramfenicol
Voor schrift : Chloramphenicolum 2
Propylenglycolum 10
Cremor cetomacrogolis ad 100
2. Mc. Carthy, T.J. 1975. The Effect of Vehicle Composition on The Release of Chloramphenicol for
Creams and Eye Ointment. SA. Medical Journal Page 1259-1262
R/ Chloramphenicol qs
Liquid Paraffin (or Arachidis oil) 20%
Cetomacrogol emulsifying wax 10%
Water to 100%
3. Oktavia, M.D.dkk., Pengaruh Basis Krim Terhadap Penetrasi
Kloramfenikol Menggunakan Kulit Mencit. STIFARM Bandung.
Formula Krim Kloramfenikol mengandung :
Kloramfenikol 2%
Basis ad 50g
Formula Basis Krim :
Propilenglikol 5%
Asam Stearat 9%
Lanolin 2%
Parafin Likuid 5%
Setil Alkohol 1%
KOH 0,5%
Aquadest ad 100ml
Span 80 Emulgator 1-10 4,1 1,18 2,2 0,5 4,8 0,96 3, 0,78
5 9
Tween 80 Emulgator 1-10 5,9 0,82 7,7 1,49 5,2 1,04 6, 1,22
5 1
BHT Antioksidan 0,0075-0,1 0,1 0,002 0,1 0,002 0,1 0,002 0, 0,002
1
Prpilen glikol Humektan > 15 15 3 15 3 15 3 1 3
Pengawet 15-30 5
Enhancer 5-30
Aquadest bebas
Ad 20 gram
CO2
RANCANGAN FORMULA
Harga HLB
24
Bahan Harga HLB
Setil alkohol 15,5
Vaselin album 8
Parafin liquidum 10,5
TEA 12
Cera alba 12
Span 80 4,3
Tween 80 15
FORMULA 1
Metode Aligasi
Fase minyak terdiri dari setil alkohol, vaselin album dan parafin cair dengan prosen total adalah 29%
Tween
15 6,29 Tween =( 6,29/10,7 x
10%) x 20 gram
=1,18 gram
10,59
Span 80 =( 4,4/10,7 x
4,3 10%) x 20 gram
Span 4,4
=0,82 gram
∑ = 10,7
FORMULA 2
Fase minyak terdiri dari Parafin liquidum, vaselin album dan Cera alba dengan prosen total adalah 30%
=1,39gram
11,74
Span 80 =( 3,26/10,7 x
4,3 10%) x 20 gram
Span 3,26
=0,61gram
∑ = 10,7
FORMULA 3
Fase minyak terdiri dari Asam stearat, vaselin album , TEA dan Cera alba dengan prosen total adalah 35%
Tween
15 5,56 Tween =( 5,56/10,7 x
10%) x 20 gram
=1,04 gram
9,86
Span 80 =( 5,14/10,7 x
4,3 10%) x 20 gram
Span 5,14
=0,96 gram
∑ = 10,7
FORMULA 4
Metode Aligasi
Fase minyak terdiri dari setil alkohol, vaselin album , parafin cair dan cera alba dengan prosen total adalah 34%
Tween
15 6,55 Tween =( 6,55/10,7 x
10%) x 20 gram
=1,22 gram
10,85
Span 80 =( 5,15/10,7 x
4,3 10%) x 20 gram
Span 5,15
=0,96 gram
∑ = 10,7
CARA PEMBUATAN
1. Caker formula 1
28
FORMULA III
Aduk ad homogen
+ 7,58g Aquadest
bebas CO2
Aduk ad homogen
Dipanaskan pada suhu 69˚C diatas
penangas air dalam cawan porselen
Aduk ad homogen
Menuangkan ½ fase air pada fase minyak sedikit demi sedikit sambil
tetap diaduk dengan kecepatan konstan hingga terbentuk tipe W/O
29
FORMULA IV
Aduk ad homogen
+ 7,78g Aquadest
bebas CO2
Aduk ad homogen
Dipanaskan pada suhu 69˚C diatas
penangas air dalam cawan porselen
Aduk ad homogen
Menuangkan ½ fase air pada fase minyak sedikit demi sedikit sambil
tetap diaduk dengan kecepatan konstan hingga terbentuk tipe W/O
BAHAN FORMULA
4
(%) Jumlah
(gram)
Kloramfenikol 2 0,4
Vaselin album 15 3
Parafin liquidum 6 1,2
Setil Alkohol 5 1
Span 80 3,9 0,78
Tween 80 6,1 1,22
BHT 0,1 0,002
Prpilen glikol 15 3
Aquadest bebas CO2 Ad 20 gram
Formula terpilih dan digunakan untuk proses scale up adalah Formula 4 dengan diadakan
optimasi yaitu pengaturan ulang prosen basis minya antara konsistensi padat, semisolid dan
cair. Setelah diadakan optimasi sesuai formula yang tertera dihasilkan pH mendekati
spesifikasi yang akan berpengaruh pada stabillitas bahan aktif yaitu kloromfenikol base yang
memiliki pH stabilotas 4,5-7,5 sehingga jaminan mutu dan efektivitas akan tetap terjamin
sampai digunakan. Selain itu juga dihasilkan konsistensi yang diinginkan sebagaimana krim
pada umum nya yaitu yaitu tidak terlalu padat, tidak encer seperti lotion.
31
RANCANGAN EVALUASI
1. Organoleptis
Alat : Pengamatan dengan panca indra
a. Konsistensi / tekstur sediaan
b. Warna sediaan
c. Bau sediaan
2. Penentuan pH
Alat : pH meter
Prosedur :
a. Ditimbang 5 gram sediaan ditambah air bebas CO2 sampai volume 45 ml aduk ad
homogen (sediaan:air = 1:9).
b. Elektrode dicuci dengan air sampai bersih lalu dikeringkan. Dilakukan
kalibrasi dengan larutan dapar standar pH tertentu (sekitar pH sediaan yang
akan diukur dan suhu spesifikasi disesuaikan).
c. Elektrode dibersihkan, dibilas dengan air dan dikeringkan.
d. Ukur pH sediaan, dicatat angka yang terbaca.
e. Dilakukan koreksi terhadap pH (apabila ada/didapat perbedaan pH larutan
standar pada spesifikasi dengan tampilan pada alat).
f. Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali
g. Hitung pH rata-rata dan %KV (<6%), SD.
3. Penentuan Viskositas
Alat : Viskosimeter Cup and Bob
Prosedur :
a. Sediaan + 50 gram dimasukkan ke dalam wadah (cup).
b. Dipilih rotor yang sesuai dan dipasang pada alat.
c. Rotor dimasukkan perlahan, diusahakan tinggi sediaan mencapai leher rotor.
d. Alat dijalankan.
e. Dibaca angka yang ditunjukkan oleh jarum pada alat.
f. Dilakukan replikasi tiga kali
g. Viskositas (cP) ±SD, %KV (<6%)
32
g. Penambahan berat beban dihentikan saat sediaan berhenti menyebar.
h. Gambar profil penyebarannya (kurva antara berat beban vs diameter
lingkaran penyebaran).
i. Dihitung harga slopenya (Harga slope menunjukkan besarnya
kemampuan menyebar suatu sediaan akibat penambahan suatu beban)
kemampuan menyebar sediaan (daya sebar).
6. Uji pelepasan
Alat : Sel difusi membrane selofan dan patel disolusi Erweka
Prosedur :
a. Buat kurva baku bahan aktif dalam buffer fosfat pH 6,0.
b. Membran yang digunakan adalah membran selofan yang sudah direndam di
air lebih kurang 1 jam agar pori membran terbuka.
c. Suhu percobaan 32oC dengan kecepatan pengadukan 100 rpm
d. Siapkan buffer fosfat pH 6,0 sebanyak 500 ml sebagai media reseptor
volume sampling 5,0 ml.
e. Timbang sediaan 4 gram. Masukkan sejumlah tertentu sampel ke dalam sel
difusi, lalu masukkan ke dalam media disolusi, jalankan alat.
f. Lakukan sampling pada 0, 5, 10, 15, 30, 45, 60, 90, 120 menit dengan volume
sampling 5 ml (sampling dilakukan di tempat yang sama).
g. Gantikan media disolusi yang terambil (5,0 ml) dengan media disolusi yang
baru.
h. Sampel diamati dengan spektrofotometer UV-Vis dengan λmaks bahan aktif
obat, akan diperoleh absorbansi sampel.
i. Masukkan data absorbansi sampel ke dalam persamaan kurva baku
sehingga diperoleh kadar bahan obat (μg/ml)
j. Hitung jumlah bahan obat yang terlepas dalam media (μg) dan jumlah bahan
obat yang terlepas per satuan luas (μg/cm2)
k. Buat kurva jumlah kumulatif obat yang terlepas per satuan luas vs t
l. Tarik garis linier pada saat sudah tercapai steady state
m. Slope yang didapat adalah harga fluks (μg/cm2.menit)
33
n. Permeabilitas didapat dengan cara membagi fluks dengan kadar konsentrasi
awal obat.
7. Uji Penetrasi
Alat : Membran kulit tikus, Alat uji disolusi ERWEKA
Prosedur :
a. Menimbang sediaan 4 gram, masukkan dalam difusi sampai penuh,
timbang sisa.
b. Tutup bejana difusi dengan membran selofan lalu ukur diameter.
c. Memasukkan sel difusi yang telah diisi dan ditiup dengan selofan,
masuk dalam labu disolusi.
d. Siapkan buffer fosfat pH 6,0 sebanyak 500 ml sebagai media reseptor.
e. Suhu percobaan diatur 37º ± 0,5º C dan kecepatan pengadukan 100 rpm.
f. Pasang membrane, masukkan sejumlah tertentu sampel ke dalam sel
difusi lalu masukkan ke dalam media disolusi, nyalakan alat.
g. Lakukan sampling pada 0, 5, 10, 15, 30, 45, 60, 90, 120 menit dengan volume
sampling 5,0 ml (sampling dilakukan di tempat yang sama) dan gantikan
volume yang terambil dengan larutan buffer dengan jumlah dan suhu yang
sama.
h. Amati absorban sampel dengan spektrofotometer pada λmax bahan obat.
i. Masukkan data absorbansi sampel ke dalam persamaan kurva baku
sehingga diperoleh kadar bahan obat.
j. Hitung jumlah obat yang terlepas dalam media.
k. Hitung jumlah obat yang terlepas per satuan luas.
l. Buat kurva akar t vs jumlah kumulatif obat per satuan luas.
m. Hitung flux bahan aktif, permeabilitas membrane dan lag time.
8. Penetapan Kadar
Larutan penetapan kadar dengan cara HPLC seperti tertera pada kromatografi. Fase gerak
dan sistem kromatografi lakukan seperti yang tertera penetapan kadar dalam kloramfenikol.
Larutan baku timbang seksama lebih kurang 40 mg kloramfeniko BPFI. Masukkan ke dalam
labu ukur 100 mL. Larutkan dan encerkan dengan metanol P sampai tanda pipet 10 mL
larutan ke dalam labu terukur 50 mL dan encerkan dengan fase gerak sampai tanda. Saring
melalui penyaring dengan porositas 0,5 μL atau lebih kecil, buang 5 mL filtrat pertama,
gunakan filtrat. Larutan uji timbang seksama sejumlah krim setara dengan lebih kurang 40
mg kloramfenikol, masukkan ke dalam labu ukur 100 mL, tambahkan lebih kurang 80 mL
metanol p dan sonikasi selama lebih kurang 10 menit. Dinginkan hingga suhu ruang,
encerkan dengan metanol p sampai tanda. Pipet 10 mL larutan ke dalam labu ukur 50 mL.
Encerkan dengan fase gerak ad tanda. Saring melalui penyaring dengan porositas 0,5 μm/
lebih kecil, buang 5 filtrat pertama, gunakan filtrat.
Prosedur lakukan seperti tertera pada penetapan kadar dalam kloramfenikol. Hitung jumlah
dalam mg kloramfenikol C11H12Cl2N2O5 dalam krim yang digunakan dengan rumus 0,5C
(ru/rs). C adalah kadar kloramfenikol BPFI dalam μg/ mL larutan baku; ru dan rs adalah
respon puncak dari larutan uji dan larutan baku.
34
9. Penentuan Tipe Emulsi
A. Dye Solubility
Test Cara kerja:
a. Teteskan zat warna yang larut air (Metilen Blue) atau zat warna yang larut
lemak (Sudan III) pada emulsi yang ada di objek glass, tutup dengan
cover glass.
b. Amati di bawah mikroskop
- Bila warna metilen blue mewarnai droplet maka krim
merupakan emulsi tipe W/O.
- Bila warna sudan III mewarnai droplet maka krim merupakan
emulsi tipe O/W.
C. Conductivity Test
Alat : Emulsion Type Tester
Cara Kerja :
a. Masukkan elektroda yang telah dihubungkan dengan lampu ke
dalam emulsi.
b. Bila lampu menyala terang, maka krim merupakan emulsi dengan tipe
O/W. Bila lampu padam/redup, maka krim merupakan emulsi dengan
tipe W/O.
35
- Tentukan harga skala okuler
b. Membuat suspensi encer partikel yang akan diamati diatas objek
glass.
c. Mengganti mikrometer objektif dengan objek glass yang berisi
sampel.
d. Ukur diameter partikel (± 300 partikel)
e. Lakukan pengelompokan, tentukan ukuran partikel
terkecil dan terbesar, bagi sampel dalam beberapa
interval dan kelas.
36
yang ditentukan.
Saat penetapan, buat pengenceran dari larutan
sediaan, 5 atau lebih larutan untuk pengujian
dengan kadar bertahap (Gunakan pengencer akhir
yang dinyatakan dan urutan kadar dengan dosis
tengah yang ditentukan)
d. Menyiapkan Contoh
Membuat larutan persediaan serta encerkan larutan
uji dengan pengencer akhir yang sama dengan
baku pembanding.
Penetapan menggunakan 5 tingkat dosis baku,
memerlukan hanya 1 tingkat dosis.
Contoh : Pada kadar perkiraan sama dengan dosis
tengah baku.
e. Penyiapan inokulum
i. Menginokulasi bahan segar E.coli dari agar
miring / biakan lain ke permukaan 250 mL
media agar 1 dalam sebuah botol roux.
ii. Menyebarkan suspensi secara merata ke
atas permukaan agar dengan bantuan
butiran kaca steril dan inkubasi pada t= 32-
35 oC selama 24 jam.
iii. Pada akhir periode inkubasi, dibuat
suspensi sediaan dengan mengumpulkan
biakan permukaan ke dalam 50 mL larutan
NaCl p 0,9 % steril.
iv. Mengencerkan sebagian suspensi
persediaan dengan menambah sejumlah
volume air steril atau larutan NaCl 0,9%
steril.
37
HASIL EVALUASI
Uji pH
Replikasi I 4.69
Replikasi II 4.75
Replikasi III 4.65
Rata-rata ± SD 4.7 ± 0,05
Alat : pH meter
Spesifikasi : 6 ± 0,5
pH air : 5,8
Kesimpulan : pH sediaan tidak memenuhi spesifikasi.
Viskositas
Replikasi I 90 dPas
Replikasi II 80 dPas
Replikasi III 100 dPas
Rata-rata ± SD 90 ± 10 dPas =
9.000 cP
38
Daya Sebar
6.3
6.2
6.16
6
5.9
5.8
5.7
0 1 2 3 4 5 6
Beban (g)
39
Ukuran Partikel
0,1 0,4 0,6 0,2 0,1 0,3 0,6 0,6 0,1 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,2
0,3 0,1 0,6 0,1 0,6 0,1 0,8 0,3 0,3 0,1 0,5 0,5 0,3 0,2 0,3
0,1 0,4 0,7 0,1 0,1 0,6 0,4 0,1 0,1 0,3 0,5 0,1 0,5 0,2 0,2
0,3 0,3 0,7 0,1 0,2 0,6 0,8 0,1 0,2 0,4 0,5 0,1 0,5 0,2 0,5
0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,4 0,4 0,4 0,1 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,5
0,3 0,3 0,7 0,2 0,2 0,2 0,2 0,4 0,4 0,1 0,4 0,4 0,4 0,4 0,5
0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,8 0,2 0,1 0,4 0,4 0,1 0,8 0,6 0,6
0,3 0,4 0,7 0,2 0,2 0,2 0,2 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,2 0,3 0,2
0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,2 0,4 0,2
0,2 0,4 0,3 0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
0,2 0,2 0,2 0,2 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,3
0,4 0,4 0,3 0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,2 0,4 0,2
0,4 0,4 0,4 0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,2 0,4 0,3
0,4 0,2 0,4 0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,2 0,6 0,2
0,4 0,5 0,5 0,2 0,2 0,2 0,2 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,2 0,3 0,6
0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,6 0,3 0,2
0,5 0,5 0,3 0,2 0,2 0,2 0,2 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,6 0,3 0,2
40
- Perbesaran objektif = 10x
Kalibrasi = 10 skala okuler = 9.7 skala objektif
= 8 skala okuler = 7.7 skala objektif
9,7 7,7
+
1 skala okuler = 10 8 0,9663 skala objektif
=¿
2
1 skala objektif = 0,01 mm
1 skala okuler = 0.9663 x 10-2 = 9.6 x 10-3 mm = 9.663 µm
41
9.7 – 17.2 13.5 19 256.5
17.3 – 24.7 21.0 89 1869.0
24.8 – 32.2 28.5 80 2280.0
32.3 – 39.7 36.0 79 2844.0
39.8 – 47.2 43.5 0 0
47.3 – 54.7 51.0 13 663.0
54.8 – 62.2 58.5 12 702.0
62.3 – 69.7 66.0 4 264.0
69.8 – 77.2 73.5 4 294.0
Jumlah 300 9172.5
60
50
40
30
19
20 13 12
10 4 4
0
0
10 20 30 40 50 60 70 80
Σ nd 9172.5
Diameter rata-rata : dln = = = 30.57 µm
Σn 300
Alat : Mikrometer
Spesifikasi : 0.1-100 µm
Kesimpulan : Ukuran partikel sediaan memenuhi spesifikasi.
42
1. Drop dilution test
Krim kloramfenikol diencerkan dengan minyak tidak larut minyak
Krim kloramfenikol diencerkan dengan air larut air
Jadi, diketahui sediaan krim kloramfenikol termasuk tipe o/w
43
Akseptabilitas
a) Warna
Warna Skor (x) Jumlah Responden n.x
(n)
Putih 5 30 150
Putih Krem 4 - -
Krem 3 - -
Agak Coklat 2 - -
Coklat 1 - -
30 150
Spesifikasi = Putih
Nilai maksimal = 5 x 30 = 150
150
%= x 100% = 100% (Sesuai Spesifikasi)
150
n . x 150
Rata-rata : = =5
n 30
Kesimpulan : 5 (Sesuai Spesifikasi)
Warna
Putih
Putih Krem
Krem
Agak Coklat
Coklat
100%
44
b) Bau
Bau Skor (x) Jumlah Responden n.x
(n)
Tidak Berbau 5 24 120
Berbau Lain 4 - -
Berbau Plastik 3 5 15
Agak Berbau Plastik 2 1 2
Sangat Berbau Plastik 1 - -
30 137
Bau
3%
17%
Tidak Berbau
Berbau Lain
Berbau Plastik
Agak Berbau Plastik
Sangat Berbau plastik
80%
45
c) Konsistensi
Warna Skor (x) Jumlah Responden n.x
(n)
Semisolida 5 29 145
Padat Cair 4 1 4
Agak Padat 3 - -
Padat 2 - -
Sangat Padat 1 - -
30 149
Spesifikasi = Semisolida
Nilai maksimal = 5 x 30 = 150
149
%= x 100% = 99.33% (Sesuai Spesifikasi)
150
n . x 149
Rata-rata : = = 4.97
n 30
Kesimpulan : mendekati 5 (Sesuai Spesifikasi)
Konsistensi
3%
Semisolida
Padat Cair
Agak Padat
Padat
Sangat Padat
97%
46
d) Tekstur
Bau Skor (x) Jumlah Responden n.x
(n)
Lembut 5 29 145
Agak Lembut 4 1 4
Agak Kasar 3 - -
Kasar 2 - -
Sangat Keras 1 - -
30 30
Spesifikasi = Lembut
Nilai maksimal = 5 x 30 = 150
149
%= x 100% = 99.33% (Sesuai Spesifikasi)
150
n . x 149
Rata-rata : = = 4.97
n 30
Kesimpulan : mendekati 5 (Sesuai Spesifikasi)
Tekstur
3%
Lembut
Agak Lembut
Agak Kasar
Kasar
Sangat Keras
97%
47
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, kelompok kami membuat sediaan krim kloramfenikol. Krim
kloramfenikol yang kami buat adalah krim dengan tipe O/W (Oil in Water). Alasan
pemilihan tipe krim O/W ini adalah karena pada tipe O/W, bahan aktif berada dalam
fase air. Air sangat mudah menguap sehingga saat air menguap, konsentrasi bahan aktif
akan lebih tinggi pada fase air. Terjadi peningkatan perbedaan gradien konsentrasi
antara kulit dengan fase air, sehingga bahan aktif akan lebih mudah berdifusi ke dalam
kulit. Selain itu tipe krim O/W terpilih karena krim tipe O/W mudah tercucikan karena
jumlah air lebih banyak dan fase air berada di fase eksternal. Bahan aktif kloramfenikol
dapat ditemui dalam bentuk base maupun dalam bentuk esternya. Namun, bahan aktif
yang terpilih adalah kloramfenikol base. Alasan pemilihan bahan aktif ini adalah untuk
sediaan topikal diperlukan dalam bentuk aktifnya, agar langsung bekerja. Kulit atau
permukaan kulit tidak terdapat enzim yang digunakan untuk menghidrolisis bentuk
garamnya, sehingga bahan aktif tidak dapat bekerja.
48
Pada saat optimasi formula, kelompok kami membuat 4 formula. Rancangan
formula yang kami buat berdasarkan kesesuaian antara basis bentuk padat, basis bentuk
cair, dan basis bentuk semisolid sehingga menghasilkan tekstur dan viskositas yang
sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan yaitu tekstur yang lembut dan viskositas
antara 4.000 – 40.000 cP. Komponen yang menyusun dalam formula ini antara lain
bahan aktif, basis, emulgator, antioksidan, pengawet, enhancer, dan humektan.
Emulgator yang digunakan dalam 4 formula tersebut adalah kombinasi antara span 80
dan tween 80 karena kombinasi ini merupakan surfaktan nonionik sehingga aman
digunakan di kulit, serta tidak berinteraksi dengan bahan aktif kloramfenikol base.
Selain itu, kombinasi ini dapat meningkatkan efektivitas emulgator karena tween 80
bekerja di fase air dan span 80 bekerja di fase minyak. Antioksidan dalam keempat
formula menggunakan BHT, untuk mencegah terjadinya reaksi oksidasi bahan minyak
yang mudah teroksidasi. Pengawet, enhancer, dan humektan dalam 4 formula
menggunakan propilenglikol karena efisiensi bahan, dengan konsentrasi 15% dapat
digunakan sebagai pengawet, enhancer, dan humektan. Formula terpilih untuk scale up
adalah formula IV, menggunakan vaselin album, parafin cair, cera alba, dan setil
alkohol sebagai basisnya. Formula terpilih tersebut dibuat 17 kali dari formula optimasi
sehingga diperoleh 340 gram. Pada scale up, fase air yang digunakan, ditambah sesuai
jumah air yang hilang/ menguap pada percobaan pertama.
Setelah sediaan jadi, dilakukan proses evaluasi. Evaluasi ini bertujuan untuk
menguji kesesuaian sediaan dengan spesfikasi yang telah dirancang sebelumnya dan
menguji stabilitas serta ketahanan suatu sediaan. Evaluasi yang kami lakukan untuk
krim kloramfenikol antara lain: uji organoleptis dan akseptabilitas, uji penetapan pH
(replikasi 3x), uji penetapan viskositas (replikasi 3x), uji daya sebar (replikasi 3x),
penentuan ukuran droplet, uji tipe emulsi, uji penetapan kadar, uji pelepasan, uji
penetrasi bahan obat, dan uji potensi antibiotika secara mikrobiologi dengan metode
turbidimetri. Namun, evaluasi yang kami lakukan antara lain: uji organoleptis, uji
penetapan pH, uji penetapan viskositas, uji daya sebar, penentuan ukuran droplet, dan
uji tipe emulsi.
Evaluasi organoleptis dilakukan pada 30 responden. Evaluasi organoleptis
meliputi pengamatan warna, bau, konsistensi, dan tekstur. Dari hasil evaluasi yang
dilakukan warna, bau, konsistensi, dan tektur telah sesuai dengan spesifikasi yang
49
diinginkan, dimana spesifikasi yang diinginkan adalah berwarna putih, tidak berbau,
konsistensi semi solida, dan tekstur lembut.
Evaluasi penetapan pH dilakukan dengan replikasi 3 x menggunakan pHmeter.
Dari hasil evaluasi diketahui bahwa pH sediaan krim kloramfenikol adalah 4.7 ± 0,05,
dengan pH air 5,8. pH tersebut tidak memenuhi spesifikasi yang diinginkan yaitu 6 ±
0,5. Hal tersebut dikarenakan pada saat pengukuran, sediaan terkena karbon dioksida
yang meningkatkan keasaman selama penyimpanan sebelum dilakukan evaluasi.
Namun pH 4.7 ± 0,05 masih masuk dalam rentang pH stabilitas dari kloramfenikol yaitu
4,5 – 7,5. pH tersebut juga masih masuk rentang aseptabel untuk pH kulit yaitu 4,5-6,8.
Evaluasi penetapan viskositas dilakukan dengan replikasi 3x menggunakan
viskosimeter cup and bob (Rotor no. 2). Dari hasil evaluasi diketahui bahwa viskositas
sediaan krim kloramfenikol adalah 9.000 cP. Hal tersebut menunjukkan bahwa
viskositas sediaan memenuhi spesifikasi viskositas yang diinginkan yaitu 4.000 –
40.000 cP.
Evaluasi daya sebar dilakukan dengan replikasi 3x penimbangan 1 gram sediaan
krim kloramfenikol menggunakan dua buah lempeng kaca yang berskala. Setiap
replikasi, sediaan dalam lempeng kaca diberikan beban 0 gram, 0,5 gram, 1 gram, 2
gram, 3 gram, 4 gram, dan 5 gram, dimana masing masing beban ditunggu hingga 2
menit baru diukur skalanya, saat tidak ada lagi penambahan diameter saat berat beban
diletakkan di atas kaca sediaan. Dari hasil evaluasi, sediaan menyebar secara lambat
(sedikit demi sedikit). Hal tersebut menunjukan bahwa daya sebar sediaan krim
kloramfenikol tidak cukup baik dan tidak dapat menyebar secara luas.
Evaluasi penentuan ukuran droplet dilakukan karena krim menggunakan sistem
emulsi, sehingga perlu dilakukan pengukuran diameter dari droplet yang dapat
mempengaruhi kestabilan dari sistem. Penentuan ukuran droplet ini menggunakan
mikroskop, dimana evaluasi dilakukan dengan mencatat ukuran diameter droplet (300
droplet) yang kemudian dikelompokkan ukuran droplet dari yang terkecil ke terbesar
dari seluruh sampel dan dibagi kedalam beberapa interval dan kelas. Dari hasil evaluasi
diketahui bahwa ukuran droplet adalah 30,57 µm. Hal tersebut menunjukkan bahwa
ukuran droplet telah mmenuhi spesifikasi yang diinginkan yaitu 0,1 – 100 µm.
Evaluasi tipe emulsi dilakukan secara makroskopik (Drop Diluent test), dimana
sediaan diencerkan dengan air dan minyak. Dari hasil evaluasi menunjukkan bahwa tipe
50
krim adalah O/W, karena sediaan tidak larut jika diencerkan dengan minyak, namun
larut jika diencerkan dengan air. Hal tersebut telah sesuai dengan tipe krim yang
diinginkan yaitu tipe krim O/W.
Berdasarkan hasil dari evaluasi sediaan yang telah dilakukan, dapat disimpulakn
bahwa sediaan krim kloramfenikol yang dibuat telah memenuhi spesifikasi yang
diinginkan, kecuali pH sediaan krim kloramfenikol yang tidak memenuhi spesifikasi
yang diinginkan.
KESIMPULAN
1. Dari hasil optimasi dipilih formula IV untuk scale up.
a. Organoleptis
b. Aseptabilitas
51
Sensasi yang timbul : tidak berasa (sesuai spesifikasi)
d. Viskositas : 90 ± 10 dPas =
9.000 cP ( memenuhi spesifikasi)
DAFTAR PUSTAKA
- Katzung, Bertiam. 2012. Farmakologi Dasar & Klinik Edisi 12 Vol . 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC,halaman 703
52
- Lund, W. 1994. The Pharmaceutical Codex 12th edition. London : The
Pharmaceutical Press
53
54
55
56
57