Anda di halaman 1dari 1

Penjahat tetap di Bebaskan?

Aksi penolakan mahasiswa terhadap revisi UU KPK dan RKUHP yang digerlar pada Senin
(23/9/2019) di Bandung. Aksi antara mahasiswa dan polisi pun tidak terhindarkan. Lemparan batu
mengenai kedua pihak, baik dari polisi maupun mahasiswa. Akibatnya sejumlah mahasiswa dan anggota
kepolisian mengalami luka-luka. Mahasiswa melakukan aksi tersebut hanya untuk melampiaskan
ketidakpuasan atas hasil revisi UU KPK dan RKUHP.
Pasal kontroversial RUU KUHP yang bikin heboh. Pertama ayam peliharaan masuk dan makan
dikebun orang – denda Rp 10 juta. Kedua hidup gelandangan terkena – denda Rp 1 juta. Ketiga pelaku
santet dipenjara – 3 tahun. Keempat suai perkosa istri sendiri dipenjara 12 tahun. Kelima setiap orang
yang melakukan hidup bersama sebagai suami istri diluar perkawinan – 6 bulan. Keenam penjahat diatas
75 tahun tak dipenjara. Ketujuh perkosa hewan dipenjara 1 tahun paling lama. Kedelapan bersikap tidak
hormat terhadap hakim – 5 tahun. Kesembilan kenakalan para bad boy dikenakan hukuman pidana –
denda Rp 10 juta. Terakhir yang kesepuluh pengkritik presiden di penjara 6 bulan.
Dari 10 pasal kontroversial RUU KUHP tersebut yang tidak saya setujui yang berarti juga saya
tolak ialah penjahat diatas 75 tahun tak dipenjara. DPR mengesahkan hal tersebut dengan tetap
mempertimbangkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 52 dan pasal 54, pidana penjara
sedapat mungkin tidak dijatuhkan jika terdakwa berusia di atas 75 tahun, demikian bunyi Pasal 70 ayat 1.
Selain itu, RUU KUHP juga menyarankan hakim tidak dipenjara jika terdakwa anak, jika terdakwa baru
pertama kali melukan tindak pidana, terdakwa telah membayar ganti rugi terhadap korban dan lain-lain.
Yang paling tidak saya setuju ialah jika terdakwa baru pertama kali berbuat jahat dan membayar ganti
rugi terhadap korban. Bagaimana pun penjahat ialah penjahat, walaupun ia pertama kali berbuat tindak
pidana pun harus dipenjara. Jika tidak dipenjara akankah ia berubah ke yang lebih baik?
Lalu juga membayar ganti rugi kekorban. Apabila korban tidak selamat apakah bisa bangkit
kembali dengan membayar ganti rugi? Tentu TIDAK! Dimanapun itu jika orang sudah meninggal ya
meninggal. Sedangkan ditulis tidak dipenjara jika telah membayar ganti rugi. Keluarga mana,pihak mana
yang mau menerima ganti rugi jika korbannya sudah meninggal? Gimana? Apakah itu sudah benar?
Bukankah seharusnya dipenjara? Mungkin ada yang berpikir “lagian juga dia belum tentu bisa bayar”.
Siapa peduli? Bagaimana jika aturannya nyawa ganti nyawa? Pilih mana dengan penjara?
Bagaimana dengan rekam jejak penjahat diusia 75 tahun di Indonesia? Tertera di website, salah
satunya ex Gubernur Riau Annas Maamun. Kakek kelahiran 17 april 1940 ditangkap KPK pada 2014.
Adilkah? Ditingkat PK, MA menyunat hukuman OC Kaligis dari 10 tahun penjara menjadi 7 tahun
penjara. Alasannya agar orang berusia lanjut tidak mengakhiri hidup di lembaga pemasyarakatan.
Sedangkan ia dihukkum saat usianya menapak 74 tahun. Berpikirlah sejenak.
Saran saya untuk pasal ini, jika pasal lainnya saya sudah sangat ketat kenapa pasal ini tidak?
Ayam yang hanya masuk kekebun orang di denda, tetapi penjahat diatasi 75 tahun di bebaskan?
Setidaknya berikan juga hukuman dipenjara 2/4 bulan. Tidak perlu lama-lama sehingga berpikir sehingga
mereka akan mengakhiri hidup di penjara karena sudah tua. Berpikirlah yang mudah saja. Berikanlah
keadilan yang pantas sehingga terhindar dari aksi tanpa batas

Anda mungkin juga menyukai