C2 Etika
C2 Etika
Agus..................................
Disusun oleh:
1. Adi Kuswanto (201510201175)
2. Agung Pratomo Aji (201510201176)
3. Darul Khadrah s (201510201191)
4. Inka Reska Diana (201510201193)
5. Giti Fauzia (201510201194)
6. Khoirunnisa Hasim (201510201195)
7. Riska Isnaeni (201510201196)
8. Ulfa Sy Usman (201510201197)
9. Linda Ema (201510201198)
10. Novi Lestari (201510201199)
11. Medhian Anggri P (201510201200)
12. Widha Fiunna (201510201201)
13. Bryanita Ade (201510201202)
14. Dika Ardiyanti (201510201203)
15. Titan Listi (201510201204)
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
penyelesaian dilema etik menurut kozier 1989 dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang penyelesaian dilema etik menurut
kozier 1989 dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
A. Pengertian Dilema Etik
Dilema etik adalah realitas sehari-hari dalam praktek keperawatan. Dilema
etik selalu ada bersama dengan manusia termasuk perawat, tetapi sifat alami mereka
dalam seting keperawatan kesehatan dapat berubah secara radikal sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Aroskar, 1980).
Dilema etik adalah situasi ketika seseorang dipaksa untuk memilih satu dari
dua pilihan yang sama-sama tidak memuaskan (Han dan Ahn, 2000).
Dilema etik adalah situasi yang melibatkan tuntutan konflik moral dan akan
memunculkan pertanyaan seperti “apa yang seharusnya dilakukan?” keputusan apa
atau tindakan apa yang berbahaya dan yang memberikan manfaat?” (Casells dan
Redmen, 1998).
Sebuah dilema dapat didefenisikan sebagai suatu masalah sulit yang
kelihatannya tidak dapat diatasi yang melibatkan pilihan yang sama-sama tidak
memuaskan, yang sering terjadi dalam praktik keperawatan (Aroskar, Liaschencko,
dan Drought, 1997).
Phipps dkk, (1987, dikutip dari Townsend (2003) mengemukakan beberapa
tahapan penting terjadinya dilema etik, yaitu:
1. Beberapa bukti menunjukkan bahwa tindakan X benar secara moral dan beberapa
bukti menunjukkan bahwa tindakan X salah secara moral
2. Bukti-bukti dari kedua pernyataan di atas tidak dapat dibuktikan
3. Individu berpandangan bahwa seseorang harus memperlihatkan dan tidak
memperlihatkan suatu tindakan moral.
4. Beberapa pilihan harus diambil
5. Suatu dilema etik terjadi
B. Teori dasar pembuatan keputusan
Teori dasar atau prinsip etika merupakan penuntun untuk membuat keputusan etis
praktek profesional (Fry, 1991).
Teori etik digunakan dalam pembuatan keputusan bila terjadi konflik antara prinsip
dan aturan. Ahli filsafat moral mengembangkan beberapa teori etik.
Teori tersebut diklasifikasikan menjadi teori teleologi dan teori deontologi
(formalisme)
Teori dasar atau prinsip etika merupakan penuntun untuk membuat keputusan etis praktek
profesional (Fry, 1991). Teori etik digunakan dalam pembuatan keputusan bila terjadi konflik
antara prinsip dan aturan. Ahli filsafat moral mengembangkan beberapa teori etik. Teori
tersebut diklasifikasikan menjadi teori teleologi dan teori deontologi (formalisme)
Teleologi
Teleologi (berasal dari bahasa Yunani, dari Telos, berarti akhir). Istilah
teologi dan utilitarianisme sering digunakan saling bergantian. Teleologi merupakan
suatu doktrin yang mnejelaskan fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan atau
konsekuensi yang dapat terjadi. Pendekatan ini sering disebut dengan ungkapan The
End Justifies The Means atau makna dari suatu tindakan ditentukan oleh hasil akhir
yang terjadi. Teori ini menekankan pada pencapaian hasil akhir yang terjadi.
Pencapaian hasil dengan kebaikan maksimal dan ketidakbaikan sekecil mungkin bagi
manusia (Kelly, 1987).
Teleologi dibedakan menjadi :
1.)Rule utilitarianisme Rule utilitarianisme berprinsip bahwa manfaat atau nilai dari
suatu tindakan bergantung pada sejauh mana tindakan tersebut memberikan kebaikan
atau kebahagiaan pada manusia
2.) Act utilitarianisme Act utilitarianisme bersifat lebih terbatas, tidak melibatkan
aturan-aturan umum, tapi berupaya menjelaskan pada suatu situasi tertentu dengan
pertimbangan tertentu terhadap tindakan apa yang dapat memberikan kebaikan
sebanyak-banyaknya atau ketidakbaikan sekecil-kecilnya pada individu, contoh: bayi
yang lahir cacat lebih baik diijinkan meninggal daripada nantinya jadi beban
masyarakat.
1. Menghargai
3. Bertindak
a. Bertindak
b. Bertindak sesuai dengan pola, konsistens, dan repetisi (mengulang yang
telah di sepakati).
Keadilan
Prinsip dari keadilan (Justice) menurut Beauchamp dan Chlidress adalah
mereka yang sederajat harus diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat
diperlakukan secara tidak sederajat, sesuai dengan kebutuhan mereka. Ini berarti
bahwa kebutuhan kesehatan mereka yang sederajat harus menerima sumber
pelayanan kesehatan dalam jumlah sebanding. Ketika seseorang mempunyai
kebutuhan kesehatan yang besar maka menurut prinsip ini, ia harus mrendapatkan
sumber kesehatan yang besar pula. Prinsip ini memungkinkan dicapainya keadilan
dalam pembagian sumber asuhan kesehatan kepada klien secara adil sesuai
kebutuhan. Contoh : Seorang perawat sedang bertugas sendirian di suatu unit RS,
kemudian ada seorang klien baru masuk bersamaan dengan klien yang memerlukan
bantuan perawat tersebut. Agar perawat tidak menghindar dari satu klien ke klien
lainnya maka perawat seharusnya dapat mempertimbangkan factor-faktor dalam
situasi tersebut, kemudian bertindak berdasarkan pada prinsip keadilan.
Otonomi Prinsip
otonomi menyatakan bahwa setiap individu mempunyai kebebasan untuk
mentukan tindakan atau keputusan berdasarkan rencana yg mereka pilih (Fry, 1987).
Masalah yg muncul dari penerapan prinsip ini karena adanya variasi kemampuan
otonomi klien yang dipengaruhi banyak hal seperti: Tingkat kesadaran, Usia,
Penyakit , Lingkungan rumah sakit, Ekonomi, dan Tersedianya informasi.
Kejujuran Prinsip kejujuran (veracity)
menurut Veatch dan Fry (1987) didefinisikan sebagai menyatakan hal yg
sebenarnya dan tidak bohong. Kejujuran harus dimiliki perawat saat berhubungan dg
klien merupakan dasar Kejujuran merupakan dasar terbinanya hubungan saling
percaya antara perawat klien Ketaatan Prinsip ketaatan (fidelity) didefinisikan oleh
Fry sebagai tanggung jawab untuk tetap setia pada suatu kesepakatan. Tanggung
jawab dl kontek hubungan perawat klien meliputi tangung jawab menjaga janji,
mempertahankan konfidensi, dan memberikan perhatian/kepedulian. Peduli kepada
klien merupakan salah satu aspek dari prinsip keataatan. Peduli kepada klien
merupakan komponen paling penting dari praktik keperawatan, terutama pada klien
dalam keadaan terminal (Fry, 1991). Rasa kepedulian perawat diwujudkan dalam
memberi perawatan dengan pendekatan individual, bersikap baik kepada klien,
memberikan kenyamanan, dan menunjukkan kemampuan profesional Dalam
hubungan antara manusia, individu cenderunga tetap menepati janji dan tidak
melanggar kecuali, ada alasan demi kebaikan. Kesetiaan perawat terhadap janji-janji
tersebut mungkin tidak mengurangi penyakit atau mencegah kematian, tetapi akan
mempengaruhi kehidupan klien serta kualitas hidupnya.
Mengambil Tindakan
Mengadakan Evaluasi
PENYELESAIAN KASUS DILEMA ETIK DALAM KEPERAWATAN
Kasus
Seorang perawat menangani seorang ibu X primipara berusia 35 tahun. Perawwat menggali informasi
mulai dari riwayat kesehatan keluarga serta melakukan pemeriksaan fisik. Kehamilan ibu X berusia
14 minggu dan ini kehamilan yang direncanakan. Pada akhir pertemuan ibu X tersebut mengeluarkan
pendapat tentang persalinanya. Ibu X menyatakan tentang persalinan SC sebagai pilihanya. Perawat
menjelaskan bahwa persalinan SC dilakukan untuk kasus-kasus dengan ada indikasi atau komplikasi.
Perawat tidak melanjutkan diskusinya karena takut memberikan informasi yang salah dan terjadi
konflik kewenangan. Maka perawat menyarankan ibu X untuk konsultasi ke dokter kandungan. Ada
beberapa pertanyaan untuk bahan pertimbangan
D. Menentukan Siapa yang Terlibat dalam Masalah Tersebut dan Siapa Pengambil
Keputusan yang Tepat
Ibu x tidak mengalami indikasi tertentu untuk bisa persalinan sc dan kandungan juga
masih 3 bulan , apabila dilakukan persalinan sc maka penyembuhan juga lama, namun bila
ibu x tetap menginginkan persalinan sc maka kewajiban perawat