Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BAB. VI
RAMBATAN TROPOSFER

NAMA : APNERYANUS LEPING


NIM : 41419310042

ANTENA & PROPAGASI


PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2020

#Antena & Propagasi - UNIV. MERCUBUANA Page 1


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan anugerahNya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“............................... “ dapat diselesaikan sebagai tugas mata kuliah Antena & Propagasi.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak dan berbagai
sumber yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Tidak menutup
kemungkinan adanya saran dan kritik dari pembaca agar menjadi lebih baik.
Semoga makalah ini bermanfaat.

Jakarta, 05 April 2020

Penulis

#Antena & Propagasi - UNIV. MERCUBUANA Page 2


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Propagasi gelombang radio atau gelombang elektromagnetik pada umumnya


dipengaruhi oleh banyak faktor dalam bentuk yang sangat kompleks. Di antara sekian
banyak pengaruh adalah adanya kondisi yang sangat bergantung pada keadaan cuaca dan
fenomena luar angkasa yang tidak menentu. Dengan melihat kondisi yang demikan, maka
sangat sulit diperkirakan sebaran radiasi medan elektromagenitik secara pasti dari suatu
jarak terhadap kedudukan suatu pemancar. Namun, hal itu masih memungkinkan untuk
mempropagasikan gelombang tetapi kita harus memperhatikan setiap pengamatan cuaca
yang disampaikan oleh lembaga meteorologi dan geofisika.
Makna inti dari propagasi suatu gelombang radio adalah menyebarkan (transmisi)
gelombang elektromagnitik di udara bebas. Oleh karena itu kualitas hasil penerimaan sinyal
sedikit maupun banyak juga dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di luar angkasa. Cuaca yang
sangat baik tentu akan sangat membantu dalam menaikkan kualitas sinyal yang dapat
ditangkap oleh antena penerima.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Untuk menjelaskan karakteristik propagasi atmosferik – Troposfer.
2. Untuk mengetahui spektrum gelombang elektromagnetik dan penerapannya.
3. Untuk menjelaskan efek refraksi dan attenuasi gelombang radio di atmosfer.
4. Untuk mengetahui propagasi gelombang radio frekuensi tinggi (UHF/VHF).

1.3 Batasan Masalah


Dalam makalah ini, pembahasan terbatas pada propagasi gelombang radio di lapisan
atmosfir - Troposfer, efek pelemahan dan refraksi beserta gelombang radio frekuensi tinggi
VHF/UHF dan penggunaannya.

#Antena & Propagasi - UNIV. MERCUBUANA Page 3


BAB II
PEMBAHASAN

1. Spektrum Elektromagnetik
Seperti kita ketahui, bahwa cahaya yang tampak oleh mata kita merupakan suatu
keluarga dari spektrum elektromagnetik. Contoh lain, adalah kelompok dari sinar gamma,
sinar-X, gelombang infra merah dan gelombang radio. Umumnya, kita menamakannya
gelombang elektromagnetik (EM) karena sifat-sifat dasar yang dimilikinya, yaitu:
 Gelombang EM mempunyai intensitas medan listrik dan medan magnetik yang
berosilasi pada frekuensi yang sama.
 Kecepatan propagasi atau perambatan dari gelombang EM dalam ruang hampa
merupakan konstanta yang universal, yang dinyatakan sama dengan kecepatan cahaya,
8
c = 3 x 10 meter/detik.
 Dalam ruang hampa, panjang gelombang λ dari gelombang EM berbanding langsung
dengan osilasi dari frekuensinya f.
Spektrum gelombang EM secara lengkap ditunjukkan pada Gambar 1. Spektrum sinar-
sinar tampak (visible) dengan panjang gelombang yang sangat pendek terletak antara λ =
0,4 μm (violet) dan λ = 0,7μm (red). Jika kita amati ke arah panjang gelombang yang lebih
pendek akan kita jumpai band frekuensi sinar ultraviolet, sinar-X dan sinar gamma. Pada sisi
lain dari akan kita jumpai sinar infra merah (infrared) dan spektrum radio. Bila diamati,
batasan antara spektrum radio dan bukan spektrum radio terletak pada panjang gelombang
elektromagnetik λ di ruang hampa. Untuk λ ≥ 1 mm (atau frekuensi di ruang hampa f ≤ 300
GHz), maka gelombang tersebut digolongkan pada spektrum radio, sedangkan untuk λ < 1
mm (atau frekuensi di ruang hampa f > 300 GHz) bukan termasuk spektrum radio.

Gambar 1. Spektrum Elektromagnetik

#Antena & Propagasi - UNIV. MERCUBUANA Page 4


International Telecommunication Union (ITU) telah memberi nama tersendiri pada
masing-masing band frekuensi tersebut, dan telah menetapkan aplikasi penggunaannya
berdasarkan sifat-sifat dan mekanisme perambatan dari propagasi gelombang EM dalam
suatu medium seperti pada gambar 2.

Gambar 2. Alokasi band frekuensi radio

2. Propagasi Gelombang Radio


Seperti kita ketahui bersama, bahwa dalam pentransmisian sinyal informasi dari satu
tempat ke tempat lain dapat dilakukan melalui beberapa media, baik media fisik, yang
berupa kabel/kawat (wire) maupun media non-fisik (bukan kabel/kawat), yang lebih dikenal
dengan wireless, seperti halnya udara bebas. Dengan beberapa pertimbangan teknis dan
terutama ekonomis, untuk komunikasi pentransmisian gelombang dalam jarak yang jauh,
akan lebih efisien apabila menggunakan udara bebas sebagai media transmisinya. Hal ini
memungkinkan karena gelombang radio atau RF (radio frequency) akan diradiasikan oleh
antena sebagai matching device antara sistem pemancar dan udara bebas dalam bentuk
radiasi gelombang elektromagnetik. Gelombang ini merambat atau berpropagasi melalui
udara dari antena pemancar ke antena penerima yang jaraknya bisa mencapai beberapa
kilometer, bahkan ratusan sampai ribuan kilometer. Pada bab ini akan dikhususkan
membahas tentang beberapa mekanisme gelombang elektromagnetik berpropagasi antara
dua tempat. Pada gambar dibawah ini diperlihatkan beberapa jenis lintasan propagasi yang
merupakan mekanisme perambatan gelombang radio di udara bebas.

#Antena & Propagasi - UNIV. MERCUBUANA Page 5


Gambar 3. Mekanisme Propagasi Gelombang Radio

3. Propagasi Troposfer
Lapisan atmofir bumi terdiri dari 3 (tiga) lapisan, yaitu : lapisan troposfir (troposphere),
stratosfir (stratosphere) dan ionosfir (ionosphere). Troposfir terletak di permukaan bumi
hingga mencapai ketinggian kira-kira 6,5 mil. Lapisan berikutnya (stratosfir) berada mulai
dari batas troposfir sampai ketinggian sekitar 25 mil. Dari batas stratofir hingga ketinggian
250 mil adalah lapisan ionosfir. Di atas ionofir adalah ruang angkasa. Lapisan troposfir
adalah lapisan terendah dari bumi, dan di dalamnya berisi zat-zat yang diperlukan untuk
kelangsungan hidup. Lapisan ini dapat dilalui gelombang yang berfrekuensi tinggi menuju
lapisan berikutnya. Karena itu, tidak akan terjadi inversi temperatur atau juga tidak bisa
menyebabkan pembiasan yang berarti. Lapisan stratosfir dengan temperaturnya yang
konstan tersebut disebut juga daerah isothermal.
Propagasi troposfir bisa dianggap sebagai kasus dari propagasi gelombang langit.
Gelombang tidak ditujukan ke ionosfir, tetapi ditujukan ke troposfir. Batas troposfir hanya
sekitar 6,5 mil atau 11 km dari permukaan bumi. Frekuensi yang bisa digunakan adalah
sekitar 35 MHz sampai dengan 10 GHz dengan jarak jangkau mencapai 400 km. Proses
penghamburan (scattering) oleh lapisan troposfir, dilukiskan seperti gambar dibawah ini.
Seperti ditunjukkan oleh gambar dibawah, dua antena pengarah diarahkan sedemikian rupa
sehingga tembakan keduanya bertemu di troposfir.

Gambar 4. Ilustrasi Propagasi Troposfer (Troposcatter)

#Antena & Propagasi - UNIV. MERCUBUANA Page 6


Sebagian besar energinya merambat lurus ke ruang angkasa. Namun demikian, dengan
proses yang sulit dimengerti, sebagian energinya juga dihamburkan ke arah depan. Seperti
juga ditunjukkan dalam gambar tersebut, sebagian energi juga dihamburkan ke arah depan
yang tidak dikehendaki.

3.1 Karakteristik Propagasi Troposfer


Bagian terendah dari atmosfer bumi disebut troposfer. Biasanya, troposfer
memanjang dari permukaan bumi ke ketinggian sekitar 9 km di kutub dan 17 km di
khatulistiwa. Batas atas ini disebut sebagai tropopause dan didefinisikan sebagai titik di
mana suhu di atmosfer mulai meningkat dengan ketinggian. Dalam troposfer, suhu
ditemukan menurun dengan ketinggian sekitar 7°C /km. Sistem cuaca bumi terbatas pada
troposfer dan fluktuasi dalam parameter cuaca seperti suhu, tekanan dan kelembaban
menyebabkan indeks bias udara di lapisan ini bervariasi dari satu titik ke titik lainnya. Dalam
konteks inilah troposfer diasumsikan memiliki peran penting dalam penyebaran gelombang
radio pada frekuensi VHF (30-300 MHz) dan UHF (300-3000 MHz). Oleh karena itu, kondisi
meteorologis sangat mempengaruhi cara penyebaran gelombang radio di troposfer, baik
dalam skala spasial maupun temporal.
Frekuensi yang terbaik dan paling banyak digunakan adalah sekitar 0.9, 2 dan 5 GHz.
Namun demikian, besarnya gelombang yang diterima hanyalah 1/103 – 1/106 dari daya yang
dipancarkan. Disini jelas diperlukan daya pemancar yang sangat besar, dan penerima yang
sangat peka. Selain itu, proses hamburan mengalami dua macam fading. Yang pertama,
fading yang disebabkan oleh transmisi dengan banyak lintasan (multipath fading ) yang bisa
timbul beberapa kali dalam 1 menit. Yang kedua, fading yang disebabkan oleh perubahan
atmosfir, tetapi lebih lambat dari yang pertama, yang mengakibatkan perubahan level/kuat
gelombang yang diterima. Meskipun sistem propagasi radio dengan menggunakan
hamburan lapisan ini memerlukan daya yang sangat besar dan perlunya diversiti,
penggunaan siste m ini telah tumbuh pesat sejak pemakaian pertamanya tahun 1955.
Karena sistem ini memberikan jarak jangkau jauh yang handal di daerah-daerah seperti
padang pasir dan daerah- daerah seperti padang pasir dan daerah pegunungan dan antar
pulau. Jaringan ini digunakan untuk komunikasi suara dan data dalam militer dan komersial.

#Antena & Propagasi - UNIV. MERCUBUANA Page 7


3.2 Refraksi Atmosfer
Secara umum, indeks bias (n) dari troposfer berkurang dengan ketinggian. Untuk
menyederhanakannya secara matematika, variasi yang terlibat dalam bidang horizontal
diabaikan dan homogenitas horisontal indeks bias troposfer diasumsikan kedalam sebagian
besar diskusi tentang topik ini. Nilai tipikal untuk (n) di permukaan laut adalah 1.000350.
Beberapa s di atas permukaan laut, ini mungkin menurun ke nilai seperti itu sebagai
1.000300. Untuk semua tujuan praktis, pada skala ini, perubahan dalam indeks bias ini
sangat kecil, dengan hampir tidak ada penyimpangan yang terlihat. Namun, tepat di atas
permukaan di laut, dengan menggunakan konsep refraksi (N) didefinisikan sebagai berikut:

N = (n-1)*106

Konsep ini dapat dibuktikan secara sederhana berdasarkan teori Debye dari molekul polar,
bahwa refraktifitas dapat dihitung dari tekanan p (hPa) dan suhu T (K) (Brussaard, 1996):

Hal ini terlihat pada Gambar.5a di mana ketergantungan dari refraksi pada suhu dan
kelembaban relatif digambarkan bahwa refraktifitas umumnya meningkat dengan
kelembaban. Ketergantungannya pada suhu umumnya tidak monoton. Untuk nilai
kelembaban yang lebih besar dari sekitar 40%, daya tahan juga meningkat mengikuti suhu.

Sensitivitas refraksi pada suhu dan kelembaban relatif udara ditunjukkan pada Gbr. 5b.
Untuk t = 10º C (rata-rata cca dekat suhu tanah di Republik Ceko), H = 70% (rata-rata cca
dekat kelembaban relatif tanah) dan p = 1000 hPa, sensitivitasnya adalah dN / dt = 1,43 N-
unit / ºC, dN / dH = 0,57 N-unit /% dan dN / dp = 0,27 N-unit / hPa. Variasi refraksi biasanya
paling signifikan dipengaruhi oleh perubahan kelembaban relatif karena kandungan uap air
sering berubah dengan cepat (baik dalam ruang dan waktu) dan paling tidak sensitif

#Antena & Propagasi - UNIV. MERCUBUANA Page 8


terhadap variasi tekanan. Namun penurunan tekanan dengan ketinggian terutama
bertanggung jawab untuk gradien vertikal standar dari bias atmosfer.
Selama kondisi atmosfer standar, suhu dan tekanan menurun sesuai dengan ketinggian dari
permukaan tanah dengan laju putaran sekitar 6º C / km dan 125 hPa / km (mendekati
gradien tanah). Dengan asumsi bahwa kelembaban relatif kira-kira konstan terhadap
ketinggian, nilai standar dari laju kelangkaan refraksi dengan ketinggian (h) dapat diperoleh
dengan menggunakan sensitivitas tekanan dan suhu dan laju penyimpangan standar
mereka. Perkiraan gradien vertikal standar dari refraksi adalah sekitar dN / dh ≈ -42 N-unit /
km. Akan terlihat bahwa nilai tersebut sangat dekat dengan median jangka panjang yang
diamati dari gradien vertikal bias.
Propagasi pada efek terkait refraksi atmosfer terdiri dari : Pertama, fluktuasi level daya
yang diterima pada jalur terestrial gelombang mikro yang beroperasi di pita 10,7 GHz
dengan 5 penerima antena yang terletak di ketinggian berbeda di atas tanah. Kedua,
refraktivitas atmosfer ditentukan dalam beberapa ketinggian penerima yang dipengaruhi
oleh tekanan, suhu, dan kelembaban relatif yang secara simultan diukur oleh sensor cuaca
yang terletak di tiang setinggi 150 meter. Gambar 6a menunjukkan profil medan jalur
gelombang mikro.

Jarak antara pemancar dan penerima adalah 49,8 km. Hal ini dapat dilihat pada Gambar. 6a
hambatan medan yang terletak sekitar 33 km dari lokasi pemancar. Tinggi penghalang
adalah sedemikian sehingga sekitar 0% dari radius ellipsoid Fresnel pertama dari jalur
terendah (antara antena pemancar dan antena penerima terendah) bebas. Oleh karena itu
di bawah kondisi atmosfer standar (k = R ef / R = 4/3) jalur terendah mengalami pelemahan
karena kehilangan difraksi sekitar 6 dB.

#Antena & Propagasi - UNIV. MERCUBUANA Page 9


3.3 Attenuasi Atmosfer
Atmosfer tidak secara signifikan mempengaruhi perambatan gelombang ruang untuk
frekuensi yang lebih rendah dari sekitar 12 GHz. Di atas itu, bagaimanapun, oksigen dan air
(konten uap) menyebabkan pelemahan. Kontribusi uap air akan tergantung pada
kelembaban relatif. Kelembaban tetap di atmosfer bahkan di hari-hari yang cerah dapat
ditemukan secara alami di atmosfer: (hujan, kabut, dan awan), padat (kepingan salju, kristal
es), dan gas (uap air). Air dalam keadaan apa pun adalah penghalang dalam hubungan
gelombang elektromagnetik. Ketika gelombang melewati partikel air, sebagian energinya
diserap dan sebagian tersebar. Oleh karena itu gelombang elektromagnetik dapat
mengalami pelemahan. Prediksi pengaruh faktor-faktor ini sangat penting dalam desain
sistem radio. Atenuasi akibat hujan, kabut, dan awan dapat menyebabkan gangguan
nirkabel, seluler, satelit dan komunikasi lainnya. Masalah lain adalah indeks bias atmosfer,
yang mempengaruhi kelengkungan jalur gelombang elektromagnetik dan memberikan
beberapa wawasan tentang fenomena pelemahan. Perambatan gelombang elektromagnetik
(anomali) dapat menyebabkan gangguan pada radar, karena variasi indeks bias atmosfer
dapat menyebabkan hilangnya cakupan radar.
Ketika penghitungan redaman spesifik akibat hujan, awan dan kabut, dan indeks bias
atmosfer, sesuai dengan nilai-nilai yang direkomendasikan oleh Radio International
Communication Union (ITU-R) tidak selamanya akan selalu tepat. Dalam desain tautan radio,
frekuensi operasi yang paling diinginkan adalah di bawah 10 GHz, karena dalam kasus
seperti itu penyerapan atmosfer dan kehilangan curah hujan secara umum dapat diabaikan
(Freeman, 2007). Namun, di sebagian besar negara, pita frekuensi di bawah 10 GHz sangat
padat. Selain itu, frekuensi tinggi memberikan bandwidth yang lebih besar, resolusi yang
baik dan ukuran komponen yang lebih kecil (Bhattacharyya et al., 2000). Oleh karena itu,
frekuensi operasi 10 GHz ke atas sering digunakan dalam desain sistem radio. Semakin tinggi
frekuensi operasi, semakin besar pelemahan akibat hidrometeor (hujan, awan, kabut, salju,
dan lain-lain). Dalam (Ishimaru, 1978), disebutkan bahwa atenuasi gelombang
elektromagnetik karena salju kurang dari atenuasi karena hujan, dan bahwa atenuasi karena
salju kering dapat diabaikan dalam gelombang mikro. Namun, redaman karena salju basah
lebih tinggi. Beberapa hasil pelemahan akibat hujan es disajikan dalam (Ishimaru, 1978).
Dalam makalah ini hanya terkonsentrasi pada penyebab atenuasi atmosfer karena hujan,
awan, dan kabut. Variasi dari refraksi radio akan menjadi objek penyelidikan para peneliti
saat ini.

#Antena & Propagasi - UNIV. MERCUBUANA Page 10


3.4 Sistem Gelombang High Frequency (VHF/UHF)

High Frekuensi (HF) merupakan gelombang radio pada frekuensi 3-30 MHz yang
digunakan pada radio komunikasi jarak jauh. Untuk band frekuensi ini propagasi
gelombang elektromagnetik tidak dapat menembus lapisan ionosfer, tetapi dipantulkan
oleh lapisan ionosfer. Sehingga atmosfer berfungsi sebagai Transmitter (Sumber)
Receiver (Penerima) repeater secara alami. Lapisan ionosfer merupakan lapisan
atmosfer bumi yang memiliki sifat yang dapat memantulkan gelombang
elektromagnetik. Dengan lintasan ini, jangkauan komunikasi radio dapat mencapai jarak
yang lebih jauh. Sinyal radio HF dapat merambat melalui 3 medium, yaitu pada
gelombang permukaan bumi (ground wave), gelombang langsung (line of sight), dan
gelombang langit (skywave). Pembiasan terjadi karena gelombang elektromagnetik
bergerak melewati medium dengan kerapatan yang berbeda dan mengakibatkan perubahan
pada vector kecepatan gelombang dan dengan demikian arah gerakannya akan terbias.
Pembiasan yang terjadi pada lapisan troposphere ini terjadi berulang-ulang.
Phenomena lain yang terjadi dengan gelombang radio terutama pada frekuensi antara
50-60MHz (VHF) ialah tropospheric scattering. Dengan kemampuan troposphere
mengadakan scattering pada gelombang radio, maka gelombang radio pada band 6 meter
tersebut di atas, setelah masuk ke lapisan troposphere dapat bergerak mengikuti
lengkungan lapisan troposphere dan tidak tembus ke angkasa luar. Gerakannya mengikuti
lapisan troposphere ini dapat mencapai jarak yang cukup jauh, ialah dapat mencapai jarak
puluhan ribu kilometer. Pada suatu tempat yang sangat jauh tersebut, ia dapat dibiaskan
kembali ke bumi dan dapat ditangkap oleh pesawat radio di tempat tersebut. Kondisi
troposphere yang memberikan kemungkinan untuk mengadakan komunikasi jarak jauh
tersebut di atas tidak terjadi setiap saat. Berbeda halnya dengan kondisi propagasi
ionospheric pada band HF, maka kapan terjadinya kondisi propagasi tropospheric yang baik
seperti tersebut di atas belum cara peramalan yang seksama. Kecuali propagasi
tropospheric, komunikasi teresterial jarak jauh pada band VHF dapat pula dilakukan dengan
bantuan benda-benda angkasa.
Contoh penggunaan propagasi High Frequency Radio adalah : radio maritime, radio
aeronautical, komunikasi seluler, siaran FM, siaran TV, aeronautical mobile, radio panggil,
radio mobile satellite, radio astronomi dan satelit.

#Antena & Propagasi - UNIV. MERCUBUANA Page 11


BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

 Propagasi suatu gelombang radio adalah menyebarkan (transmisi) gelombang


elektromagnitik di udara bebas.
 Lapisan ionosfir mempunyai kualitas yang baik untuk memancarkan atau
memantulkan sinyal radio dari permukaan bumi. Sinyal radio yang ditransmisikan
melewati troposfer mengalami refraksi dan attenuasi seiring dengan kondisi cuaca,
suhu, kelembaban (konten air) pada lapisan bawah atmosferik.
 Propagasi gelombang radio frekuensi tinggi (UHF/VHF).

2. Saran

Adapun saran saya sebagai penyusun adalah sebagai berikut:

 Diharapkan bagi pembaca dapat memberikan kritik dan saran membangun bagi
penulis.
 Sangat bagus untuk melakukan penyelidikan dimasa mendatang mengenai
hubungan antara evolusi waktu, parameter saluran dan karakteristik propagasi
multipath terkait efek propagasi di atmosfer, karena referensi hal ini sangat sedikit
sekali yang diketahui saat ini.

#Antena & Propagasi - UNIV. MERCUBUANA Page 12


BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

“Atmospheric Attenuation due to Humidity”, Milda Tamošiunaite, Stasys Tamošiunas,


Mindaugas Žilinskas, June 21st 2011.

“Atmospheric Refraction and Propagation in Lower Troposphere”, Martin Grabner and


Vaclav Kvicera, June 21st 2011.

“Radio-wave propagation basics”, Ryszard Struzak, Feb 24th 2006.

“Technical Note – Characteristics Point-to-Point Tropospheric Propagation and Siting


Considerations”, R.S Kirby – P.L Rice – L.J Maloney, US Dept Of Commerce National Bureau
of Standart, Oct 19th 1961.

“Antennas and Wave Propagation”, Harish, A.R. Sachidananda, M, 2007.

“Extreme High Frequency”, Wikipedia – Ensiklopedia Bebas.

#Antena & Propagasi - UNIV. MERCUBUANA Page 13

Anda mungkin juga menyukai