Anda di halaman 1dari 23

9.1. Pendahuluan

Dalam Bab VII dan Bab VIII telah dibahas masalah-

masalah yang berkaitan dengan Perencanaan

Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan serta

Penetapan Isi Kurikulum. Isi kurikulum atau muatan

kurikulum (curriculum content) merupakan ikhtisar

ragam mata pelajaran yang wajib dikuasai baik

untuk mencapai kompetensi dasar maupun

kompetensi standar yang dipersyaratkan untuk suatu

pekerjaan. Dari kegiatan yang diuraikan dalam Bab

VII, di samping sejumlah dokumen dan informasi

yang dikumpulkan dari masyarakat dan internal

sekolah yang bersangkutan, diharapkan dihasilkan

sebuah kerangka kurikulum berupa Garis-Garis

Besar Pelaksanaan Pembelajaran yang masih

bersifat tentatif. Langkah selanjutnya dibahas dalam

Bab VIII, didahului dengan pemilihan desain

kurikulum dan pemilihan strategi dan metode

pembelajaran (sistem instruksional) yang sesuai dan

penetapan sasaran kompetensi yang wajib dicapai

oleh

para siswa dalam setiap mata pelajaran.

Pengambilan keputusan merupakan kete-


rampilan tingkat tinggi yang dapat dikembangkan

oleh seseorang. Suatu keterampilan yang menembus

184 - Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

masyarakat dan diakui sebagai bagian dari semua profesi termasuk dalam

bidang teknologi dan kejuruan. Dengan demikian pengambilan keputusan

merupa bagian integral dalam proses pengembangan kurikulum dan

mencakup berbagai bidang kajian, termasuk bagaimana mengindentif kas

isi kurikulum dan unsur-unsur apa yang harus dimasukkan ke dalam

Dalam Bab VII telah diberi gambaran proses pengambilan keputusan

dalam perencanaan kurikulum termasuk berbagai kegialan pengumpulan

data baik dari institusi sendiri maupun dari lingkungan masyarakat termasuk

kurikulum.

dunia industri dan dunia usaha. Dalam bab ini akan dibahas

pengambilan keputusan tentang isi atau muatan kurikulum (curriculum

content); diawali dengan membahas maksud dan cakupan pengambilan

keputusan, dilanjutkan dengan bagaimana cara mengidentifikasi hambatan

hambatan dan cara mengatasinya. Kemudian melalui pembahasan,

hubungan antara muatan kurikulum yang secara potensial perlu di- ajarkan

dengan hambatan-hambatan dalam penyelenggaraannya, dan diakhiri de

ngan penctapan kerangka kurikulum (curriculum framework) dan

cara mem- perinci dan pelaksanaannya. Pada dasarnya, keputusan id

kurikulum yang baik diharapkan dapat menjembatani kesenjangan antarn

muatan polensial dengan tujuan pembelajaran (akan dibahas dalam Bah


X). Dalam hubungan ini Finch dan Crunkilton (1999: 166) mendefinisikan

SOud

(dalam bentuk rumus):

Potential Curriculum Content- Constraints

= Usable CuTiculum Content

Potential curriculum content adalah muatan yang dipandang potensial

dan relevan bagi siswa berdasarkan strategi yang telah dibahas dalam

Bab VII dan constraints adalah faktor-faktor yang membatasi alau

menghambat pencapaian sasaran pembelajaran yang ideal. Semenlara

usable curriculum content adalah muatan kurikulum yang bermanlaat te

peserta didik dalam kondisi hambatan yang telah teridentifikasi sebelumne

9.2. Identifikasi Hambatan

yang

Berkaitan

dengan Isi Kurikulum

Fokus identifikasi hambatan dtetapkan dengan mengkaji sebab-sebab yang membatasi


tercapainya sasaran instruksional. Sebagai contoh, sualu program pelatihan untuk
menyiapkan sekelompok siswa guna mengikuti ujian kompetensi tertentu dalam waktu enam
bulan. Kurun waktu enam bulan

itu (aspek waktu) bisa menjadi suatu hambatan utama bila dikaitkan dengan

isi kurikulum yang harus dikuasai. Memperpanjang waktu pelatihan,

misalnya menjadi sembilan bulan mungkin akan mengurangi intensitas

hambatan tetapi setelah dikaji, penyelenggaraan pelatihan sebenarnya

lerletak pada flcksibilitas pemilihan isi kurikulum. Pendekatan identifikasi

hambatan akan lebih produktif apabila langsung dikaitkan dengan empat


aspek dari kurikulum, yakni: peserta didik, guru dan staf pendukung, peng-

aturan kurikulum, dan tatanan ketenagakerjaan (employment setting) yang

185

dibahas dalam paragral-paragraf berikut ini.

Peserta didik

Karakteristik peserta didik bisa memberi dampak besar pada isi kurikulum;

lah sebab itu perlu dikaji dengan teliti pada saat memulai pemilihan isi

kurikulum. Pertimbangan pertama adalah pada karakteristik siswa baru

lentering characteristics) yang mencakup: tingkat kematangan siswa,

motivasi dan minat untuk melanjutkan ke pendidikan teknologi dan

kejuruan, kesanggupan belajar dan informasi-informasi lain yang dipandang

perlu sebagai dasar pertimbangan pemilihan isi kurikulum. Untuk

mengumpulkan data entering characteristics calon peserta didik dapat

dilakukan dengan memberi daftar isian pada saat pendaftaran. Namun bagi

sekolah yang sudah berjalan, data ini bisa peroleh dari hasil analisis data

yang telah dibahas dalam paragraf 7.6. dan dirangkum dalam Tabel 7-02.

Dengan demikian pengumpulan data yang telah dibahas dalam Bab VII,

kegunaannya termasuk untuk keperluan pemilihan isi kurikulum baik untuk

revisi maupun penyempurnaan.

b. Pendidik dan Staf Pendukung

Ketersediaan tenaga guru profesional yang sesuai dengan program sludi

g diselenggarakan bisa menjadi pendu- kung utama bagi keberhasilan

sekolah, tetapi dapat pula menjadi hambatan jika jumlah dan kualifikasi

guru tidak memenuhi syarat. Sementara staf pendukung yang dimaksud


adalah: (1) guru bimbingan dan konseling yang sewaktu-waktu dapat

membantu siswa dalam memecahkan masalah pribadi termasuk pemilihan

jalur karir kejuruan. (2) Asisten instruktur yang membantu pelaksanaan

praktik/praktikum di bengkelMaboratorium. Guru-guru pendidikan teknolog

mengintegrasikan isi dari mata pelajaran normatif dan mata pelajaran

kejunuan agar proses pembelajaran bisa lebih produktif, terutama pada

penggunaan kurikulum tematik seperti yang dibahas dalam paragral 8.2.

dari buku ini. Untuk menjamin mutu pendidikan yang diselenggarakan

oleh sualu satuan pendidikan, perlu diperhatikan prasyarat bagi pada

pendidik yang ditetapkan dalam Undang-Undang No, 14 Tahun 2005 ten-

tang Guru dan Dosen, Bab IV, Pasal 8 yang menyatakan: "Guru wajib

memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani

dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan

pendidikan nasional." Selanjutnya pada Pasal

akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diperoleh melalus

pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat." Kemudian

pada pasal 10 butir (1) dijelaskan: "Kompetensi guru sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian.

kompetensi sosial, dan kompetensi professional yang diperoleh dari

pendidikkan profesi." Penjabaran lebih rinci dari U.U. No. 14 Tahun 2005

para pembaca dipersilahkan merujuk pada Peraturan Pemerintah No. 78

Tahun 2008 tentang peraturan pelaksanaan Undang-Undang Guru dan

dan kejuruan dalam suatu sekolah (institusi pendidikan) harus mampu


jelaskan: "Kualifikasi

Dosen.

c. Pengaturan Kurikulum

Pengaturan kurikulum pada dasarnya berkaitan dengan: (1) cakupan

kurikulum; (2) ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran dan

pelatihan; dan (3) waktu pembelajaran dan pelatihan untuk mencapai

tingkat kompetensi lulusan yang dipersyaratkan, baik berdasarkan

Peraturan Mendiknas No. 23 Tahun 2006 maupun persyaratan yang berlaku

dalam dunia industri dan dunia kerja pada umumnya.

Dengan berasumsi bahwa kebutuhan tenaga pendidik dan kependidikan

yang diuraikan dalam butir b di atas telah terpenuhi, maka ketiga aspek

penghambat tersebut di atas dapat diminimalisasi dengan mengacu pa

Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang

Pendidikan Dasar dan Menengah yang disusun oleh Badan Standar Nasional

Pendidikan (2006), dan yang lebih spesifik lagi adalah Bahan Bimbingan

Teknis Penyusunan KTSP dan Silabus Sekolah Menengah Kejuruan yang

diterbitkan Direktorat Pembinaan Sekolah Kejuruan, Depdiknas (2006).

Cakupan kurikulum telah diatur dengan Peraturan Menteri Perdidikan

Nasional (Permen) No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Wi, Bagjan C.

Sementara standar kompetensi lulusan ditetapkan dervgan meracu pada

Permen No. 23 Tahun 2006; keduanya disusun oleh Badan Standarisasi

Nasional Pendidikan (BSNP). Apabila kedua Permen tersebut dikaji secara

seksama, maka dapat disimpulkan bahvwa, rumusan olch BSNP terschut


masih bersifat umurm dan multi tafsir, karena suatu standar seharusnya

dirumuskan secara spesifik dan terukur, sekurang-kurangnya dilengkapi

dengan indikator-indikator pencapaiannya. Olch sebab itu, pengembangan

kurikulum tingkat satuan pendidikan bersifat generik. Khususnya dalam

merumuskan kompetensi lulusan perlu dikembangkan dengan mengacu

pada SKKNI sesuai dengan jenis kejuruan yang diselenggarakan oleh

sekolah yang bersangkutan. Sedangkan waktu pembelajaran dan pelatihan

berdasarkan Permen No. 22 Tahun-2006 Bagian C, butir 8, ditetapkan

selama 3 (tiga) tahun, dan maksimum 4 (empal) tahun sesuai dangan tuntutan

program keahlian yang diselenggarakan.

Pengambilan Kaputusen l Karinlun- 167

d. Tatanan Ketenagakerjaan

Tatanan ketenagakerjaan (employment setting) berkaitan dengan

nengaturan stratifikasi tenaga kerja dan persyaratan kompetensi dan

pengalaman untuk setiap jenjang pekerjaan. Apabila isi kurikulum

ditetapkan tanpa mengacu persyaratan yang berlaku dalam dunia industri

dan dunia usaha, maka para lulusan akan mengalami kesulitan untuk

mendapatkan pekerjaan yang setara dengan tingkat pendidikannya. Oleh

sebab itu, kedalaman dan luasnya cakupan isi kurikulum perlu diselaraskan

dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam dunia industri/usaha.

Pada dasarnya jenis-jenis hambatan dalam penetapan isi kurikulum seperti

yang dibahas dalam paragraf 9.2. tersebut di atas sejauh mungkin harus

dapat diatasi dengan mengkaji secara teliti dampak dari setiap hambatan

yang terungkap. Bagi sekolah kejuruan yang telah ada, pengkajian itu dapat
dilakukan oleh para guru mata pelajaran (selaras dengan penerapan

rekayasa kurikulum yang dibahas dalam Bab V); selanjutnya hasil kajian

nu secara berkala dibahas dalam forum Komite Sekolah, Dewan Sekolah

alau Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Apabila terdapat

9.3.

Pengkajian Isi Kurikulum Versus Hambatan

188

- Pengembangan Kurikuhum Penctictikan Tuknologi dan Kujuruan

hambatan baru yang dinilai menjadi kendala pencapalan kompe. tensi

lulusan, misalnya kurangnya sarana praktikum, maka Kepala Sekolah dan

Komite Sekolah atau Dewan Sekolah wajib mengajukan kebutuhan tersebut

kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk dianggarkan.

Kesulitan tersebut dapat pula diatasi dengan membuka kerjasama dengan

sekolah sejenis yang memiliki fasilitas lebih lengkap.

Berdasarkan uraian dalam paragraf 9.3, settap satuan sekolaa

hendaknya memiliki data yang diperlukan untuk menentukan isi kurikulum

seperti tertera dalam Tabel 9-01 di bawah ini.

Tabel 9-01: Data yang Diperlukan untuk Menentukan Isi Kurikulum

uellueraa

Ragam Data

1, Karakteristik Siswa Ban

a. Keteranpilan yang dimiliki "

b. Minat dan moliyasi

C. Tingkat kematangan
d. Kondisi fisik & mental

e. Lain-lain

Prasyarat pendidikan dan umur

a Penggunaan komputer dil,

b. Mengaoa memilik SMK

c. Keslapan menghadapi tuntutan

pembelajaran

d. Keterangan dokter

Prasyarat UU No. 14 Tahun 2005

a. Beban maksimum liap guru

b. Standar sarana & prasarana

2. Guru dan Tenaga Kependidikan:

a. Ketersediaan guru mala-pelajaran

b. Sarana pembelajaran & pelatihan

c. Sarana untuk mengintegrasikan isi kurikulum

d. Ketersedi aan tenaga kependidikan

e. Lain-lain

d. Guru BK, ing. Administrasi dlI.

dT unsnAud unuopad

Kotentuan Permen No. 22 & 23

a. Lihat Pemen No. 22

3. Pengaturan Kurikulum:

a. Waktu yang terseciia untuk mengajar

b. Cakupan isi kurikulum kejuruan yang diwajibkan


c. Cakupan isi kurikulum normatif

d. Ketersediaan dana operasional

e. Lain-lain

b. Sla

c. Scda

d. Kebljakan Kermendiknas

4. Pela Lapangan Kerja:

a. Ragam lapangan kerja yang tersedia

b. Prasyarat minimum kompetensi lulusan

c. Pengalaman belajar yang didapat di industri

d. Syarat sertifikasi

Dapat diporoleh dari Kementrans-

naker

Keterangan:

"Rel. P.P. No. 19 Tahun 2005, pasal 7, ayat (3), s/d (7), muatan kurikulum pada tingkat SD,
SMP dan

SMASMK mencakup pelajaran ketermpilar/kejuruan dan bahasa.

Ragam data tersebut di atas seyogianya tersedia di tiap satuan

pendidikan (sekolah) serta selalu dijaga kemutakhirannya. Khususnya

tentang Peta Lapangan Kerja hendaknya diperhatikan pula kemungkinan

mobilitas lulusan untuk memasuki lapangan kerja di daerah lain di wilayan

NKRI (diutamakan) bahkan kemungkinan bekerja di luar negeri.

Pengambilan Keputusan Isi Kurikulum -

Kerangka Struktur Kurikulum

9.4.
Kerangka struktur kurikulum (curriculum framework) dikembangkan untuk

menjembatani kesenjangan pengertian kurikulum dalam arti yang luas

dengan pembelajaran (instruction) dalam artian yang terbatas seperti yang

tertuang dalam silabus atau Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP)

menurut istilah lama. Agar guru dapat mengajar secara efisien, Finch &

Crunkilton (1999: 174) menyarankan: "It is certainly useíull for an instruc-

tor to have program or course units and plan5 delineated so instruction may

be conducted most efficiently." Untuk maksud ini, di samping mengacu

pada silabus atau GBPP, para guru hendaknya mengkaji buku Panduan

Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diterbitkan oleh

Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (2006); sementara untuk guru-guru

sekolah kejuruan dapat pula mengkaji buku Bahan Bimbingan Teknis

Penyusunan KTSP dan Silabus Sekolah Menengah Kejuruan yang diterbitkan

oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Kemen- diknas

(2006). Dalam kedua buku referensi tersebut terdapat kerangka struktur

kurikulum yang dinyatakan dengan sebutan, Acuan Opera sional

renyusunan KTSP seperti tertera dalam Tabel 9-02.

Tabel 9-02: Acuan Operasional Penyusunan KTSP

ingkatan iman dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan

erap memelihara kerukunan umat beragama serta akhlk mulia,

2. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tíngkat per-

kembangan dan kemampuan peserta didik.

3. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan.

4. Tuntutan permbangunan dacrah dan nasional.


5. Tuntutan dunia kerja.

6. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,

(Disalukan dalam butir 1, ref. Struktur dan Muatan KTSP).

Dinamika perkembangan global.

9. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

10. Konclisi sosial budaya masyarakat selempal.

apual wreseana

12. Karakieristik satuan pendidikan.

190- Pengembangan Kurikuham Pendidikan Thànologi dan Kejaruan

Dengan demikian Acuan Operasional Penyusunan KTSP tersebut

merupakan sekumpulan dokumen yang harus dimiliki oleh setiap satuan

pendidikan atau sekurang-kurangnya oleh Dinas Pendidikan Kabupater

Kola yang diperlukan oleh kelompok pengembang kurikulum untu

menentukan muatan kurikulum dari satuan pendidikan tertentu. Da

dokumen yang tertera dalam Tabel 9-02 tersebut kemudian disusun

sejumlah mualan kurikulum yang potensial untuk diberikan ke- pada para

peserta didik. Selanjutnya dikelompok-kelompokkan ke dalam enam

kelompok mata pelajaran sebagai berikut:

1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.

2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian


3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi,

4. Kelompok mata pelajaran estetika.

5. Kelompok mata pelajaranjasmani, olahraga dan keschatan.

6. Kelompok mata pelajaran bahasa (ref. U.U. No. 20 Tahun 2001

Pasal 37, butir c)

Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan dan/

atau kegiatan permbelajaran sebagaimana diuraikan dalam P.P. No. 19

Tahun 2005, pasal 7; sedangkan untuk KTSP SMK dapat pula merujuk pada

Bahan Bimbingan Teknis Penyusunan KTSP dan Silabus SMK, Tahun 2006.

Bab II. Dalam Bab Il itu juga dijelaskan pengaturan beban belajar dan

kalender pendidikan yang dikembangkan dari buku Panduan Penyusunan

KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah (2006) yang disusun oleh

Badan Standarisasi Nasional Pendidikan.

Untuk memungkinkan para lulusan SMK dapat berkomunikasi dengan

baik dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris (juga

dengan bahasa daerah, maka pelajaran bahasa perlu pula diperhatikan.

Hal ini perlu dikemukakan mengingat dalam P.P. No. 19 Tahun 2005, pasal

6, tidak dicantumkan adanya kelompok bahasa. Padahal dalam U.U. No.

20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 37, disebutkan:

"Kurikulum pendidikan dasar dan me- nengah wajib memuat: (a) pendidikan

agama; (b) pendidikan kewarganegaraan; (c) bahasa;

dicantumkannya "kelompok bahasa" dalam P.P. No. 19 Tahun 2005, pasali

6, maka terjadilah hal yang kontradiktif karena dalam Bagian Keempal,

Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah, pasal 70 butir (7), dinyatakal.


"Pada jenjang SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat, Ujian Nasional

mencakup pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasan Inggris, Matematika de

.." Dengan tidak

Pengambilan Kepulusan isi Kurikulum -

mala pelajaran kejuruan yang menjadi ciri khas program pendidikan." Alas

"kelompok bahasa" sebagai kelompok keenam dari muatan kurikulum.

dasar pertimbangan inilah, maka dalam naskah ini penulis menambahkan

191

9.5. Pengambilan Keputusan Isi Kurikulum

Mengingat pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk menghasilkan

lulusan yang siap pakai, maka fokus awal dalam pengambilan keputusan

isi kurikulum hendaknya diawali dengan mengkaji kompetensi minimum

yang dipersyaratkan oleh perindustrian dan/atau dunia usaha. Dalam

naskah ini akan dikemukakan dua pendekatan sarana pengambilan

keputusan isi kurikulum, yakni: (a) Pendekatan DACUM, dan (b) Pendekatan

Analisis Pekerjaan (Job Analysis) yang dijabarkan di bawah ini.

Pendekatan DACUM

DACUM adalah singkatan dari Developing A Curriculum yang

memberikan gagasan-gagasan dasar berkaitan dengan instrospeksi yang

dibahas dalam paragraf 8.6. DACUM dikembangkan untuk pertama kalinya

oleh Experimental Projects Branch, Canada Department Manpower and

Immigration, dan General Learning Corporattion (Finch & Crunkilton, 1999-

42. William E. Blank, 1982: 90). DACUM didefinisikan "as a single sheet

skill profile that serves as both a curriculum plan and an evaluation instru-
ment for occupation training programs." (Adams, 1975: 24). Kalau semula

penggunaan DACUM terbatas pada program pelatihan (training programs),

dewasa ini telah banyak digunakan untuk pengembangan kurikulum pro-

gam pendidikan, khusus dalam bidang pendidikan teknologi dan kejuruan.

Aspek khusus dari pendekatan DACUM adalah pada cara penyajian

isi kurikulum pada a single-sheet skills profile untuk menunjukkan semua

keterampilan dari suatu pekerjaan (occupation); dengan demikian

mencegah terjadinya pembahasan satu elemen keterampilan terpisah dari

eiemen-elemen keterampilan lainnya dari suatu pekerjaan. Profil DACUM

u memberikan spesifikasi secara independen dari setiap perilaku atau

kelerampilan yang berkaitan dengan kompetensi dari suatu pekerjaan.

Perilaku-perilaku itu ditulis secara singkat namun jelas agar mudah

dimengerti oleh para siswa dan ditulis serta diatur dalam kotak-kotak kecil

dalam suatu peta (chart) sedemikian rupa sehingga dapat digunakan

sebagai sasaran independen bagi para siswa. Profil DACUM itu dapat

dilengkapi dengan skala penilaian (rating scale) untuk mengevaluasi kinerja

narasumber adalah penyelia (supervisor) dalam bidang pekerjaan terse

Apabila guru kejuruan dilibatkan, maka posisinya sebagai er

komite pengembangan kurikulum. Langkah-langkah pengembangan

Pengembangan DACUM lazimnya melibatkan sembilan sampai

194 -Pangenbangan Arikulun Pendiaikan TkIologi den Kajuruan

officio dalam

sebelas ahli (expert dari bidang pekerjaan tertentu; sementara sebaga

DACUM adalah sebagai berikut;


1. Menclaah deskripsi tertulis dalam kondisi tertentu

2. Mengidentifikasi kecakapan umum dalam suatu pekerjaan,

3. Mengidentifikasi keterampilan atau perilaku khusus dari setiap

kecakapan dalam suatu pekerjaan,

4. Menyusun struktur keterampilan ke dalam urutan pembelajaran

yang bermakna (meaningful learning sequence),

5. Menetapkan tingkat kecakapan (kompetensi) untuk setlap

keterampilan sesuai dengan keadaan nyata dalam perindustrian,

Dari rangkaian kegiatan tersebut akan dihasil profil DACUM vane

dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan maten

pembelajaran/pelatihan yang berfokus pada pencapaian keterampilan

tertentu. Proscdur ini memberikan keuntungan dalam mengidentifikasi

keterampilan yang paling relevan dengan situasi kerja yang sebenarnya.

Para guru professional dapat dilibatkan sejak awal dari proses DACUM,

sehingga dengan keahlian dan kemampuan mereka dalam peng-

organisasian, pengaturan urutan (sequencing) dan pengalokasian waktu,

dapat menghasilkan sebuah kerangka struktur kurikulum yang efektif dan

efisien dalam proses pembelajaran/pelatihan.

Pendekatan DACUM dalam pengembangan kurikulum memberikan

tiga kcuntungan. Pertama, prosedur komite menghasilkan penghemalan

biaya pengembangan kurikulum. Biaya terbesar lazimnya terletak pada

honorarium bagi para anggota komite, Sementara dalam banyak ha

manajemen dunia industri atau dunia usaha dengan senang a

profil DACUM berkisar dua sampai empat hari. Dengan demikian waktu
yang diperlukan kegiatan DACUM sangat singkat sehingga waktu yang

membebaskan tenaga ahli mereka (dari tugas sehari-hari) untuk membantu

proses pengembangan kurikulum. Kedua, waktu untuk menyelesaikan s

tersisa dapat digunakan oleh para guru untuk menyiapkan sarana

pembelajaran, Ketiga, profil DACUM dapat digunakan sebagai dasar

pengembangan mualan kurikulum dalam berbagai variasi intervensi

akademik.

Pengambilan Keputusan lai Kurikulum - 193

Pendekatan DACUM sekilas tidak berbeda dengan proses analisis

pekerjaan, namun sebenarnya pendekatan DACUM itu lebih memudahkan

para guru untuk menentukan muatan kurikulum tanpa harus memantau

langsung bagaimana scorang mekanik bekerja dalam kondisi yang

sebenarnya.

b. Analisis Pekerjaan

Analisis Pekerjaan atau job/occupation analysis banyak digu- nakan dalam

perindustrian untuk mengkaji secara sistematik aspek perilaku yang

berkaitan dengan persyaratan pekerjaan. Kenyataan ini membuat

pendekatan analisis pekerjaan sangat tepat untuk dipakai guna merumuskan

muatan kurikulum bagi sekolah menengah teknologi dan kejuruan serta

program-program pelatihan di perindustrian.

Menurut Materials Development Center, University of Wisconsin, Stout

(1982:5), analisis pekerjaan (job analysis) didefinisikan sebagai: "The gath-

ering, evaluating, and recording of accurate, objective, and complete job

data." Berdasarkan definisi tersebut, kegiatan analisis pekerjaan adalah


mengidentifikasi dan mendeskripsikan secara sistematik, komprehensif

namun ringkas tentang:

1. Apa yang dikerjakan oleh karyawan dalam melaksanakan

fungsinya.

2. Bagaimana pekerjaan itu dilakukan, mencakup metode atau

proses serta sarana yang digunakan.

Hasil dari pekerjaan berupa barang yang dihasilkan atau layanan

yang diberikan, dan material yang digunakan.

4. Karakteristik karyawan, mecakup keterampilan, pengetahuan,

kesanggupan dan adaptabilitas dalam melaksanakan pe-

kerjaannya.

5. Konteks pekerjaan, mencakup kondisi tempat kerja dan faktor-

faktor organisasi yang berkaitan dengan tanggung-jawab dan

akuntabilitas.

3.

Berdasarkan uraian di atas, analisis pekerjaan bukan pengkajian

yawan melainkan aktivitas dan persyaratan untuk melaksanakannya.

da dengan pendekatan DACUM, pada analisis pekerjaan (job analy-

Selian u pekerjaan (job) dapat dirinci ke dalam sejumlah tugas-tugas, dan

P togas dapat dirinci lagi ke dalam beberapa elemen tugas. Rincian

Pengambilan Keputusan lai Kurikulum - 193

Pendekatan DACUM sekilas tidak berbeda dengan proses analisis

pekerjaan, namun sebenarnya pendekatan DACUM itu lebih memudahkan

para guru untuk menentukan muatan kurikulum tanpa harus memantau


langsung bagaimana scorang mekanik bekerja dalam kondisi yang

sebenarnya.

b. Analisis Pekerjaan

Analisis Pekerjaan atau job/occupation analysis banyak digu- nakan dalam

perindustrian untuk mengkaji secara sistematik aspek perilaku yang

berkaitan dengan persyaratan pekerjaan. Kenyataan ini membuat

pendekatan analisis pekerjaan sangat tepat untuk dipakai guna merumuskan

muatan kurikulum bagi sekolah menengah teknologi dan kejuruan serta

program-program pelatihan di perindustrian.

Menurut Materials Development Center, University of Wisconsin, Stout

(1982:5), analisis pekerjaan (job analysis) didefinisikan sebagai: "The gath-

ering, evaluating, and recording of accurate, objective, and complete job

data." Berdasarkan definisi tersebut, kegiatan analisis pekerjaan adalah

mengidentifikasi dan mendeskripsikan secara sistematik, komprehensif

namun ringkas tentang:

1. Apa yang dikerjakan oleh karyawan dalam melaksanakan

fungsinya.

2. Bagaimana pekerjaan itu dilakukan, mencakup metode atau

proses serta sarana yang digunakan.

Hasil dari pekerjaan berupa barang yang dihasilkan atau layanan

yang diberikan, dan material yang digunakan.

4. Karakteristik karyawan, mecakup keterampilan, pengetahuan,

kesanggupan dan adaptabilitas dalam melaksanakan pe-

kerjaannya.
5. Konteks pekerjaan, mencakup kondisi tempat kerja dan faktor-

faktor organisasi yang berkaitan dengan tanggung-jawab dan

akuntabilitas.

3.

Berdasarkan uraian di atas, analisis pekerjaan bukan pengkajian

yawan melainkan aktivitas dan persyaratan untuk melaksanakannya.

da dengan pendekatan DACUM, pada analisis pekerjaan (job analy-

Selian u pekerjaan (job) dapat dirinci ke dalam sejumlah tugas-tugas, dan

P togas dapat dirinci lagi ke dalam beberapa elemen tugas. Rincian

rekayasa (engineering). Namun membaca gambar bukan sekedar mengenal

bentuk dan dimensi tetapi mencakup penguasaan makna simbol-simbol

pengerjaan dan batas-batas toleransi yang tercakup dalam mata pelajaran

menggambar teknik. Demikian pula untuk unsur-unsur lainnya; kumpulan-

kumpulan itu membentuk satu mata pelajaran lainnya. Apabila terdapat

unsur-unsur tugas yang sedikit pemunculannya dalam analisis tugas, maka

komite pengembangan kurikulum dapat mempertimbangkan untuk

dimasukkan ke dalam mata-pelajaran yang paling dekat karakteristiknya.

198-Pengembangan Kurikulurm Pendidikan Tuknalagi dan KajUFUan

9.6. Format Struktur Kurikulum

Format struktur kurikulum lazimnya telah dipolakan oleh Kementerian Pedidikan Nasional
(Kemendiknas) dari setiap Negara. Demikian pula bagi

pendidikan di Indonesia, kerangka struktur kurikulum dari setiap satuan

pendidikan wajib mengacu pada buku Panduan Penyusunan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah (2006)


yang disusun oleh BSNP. Khu- sus untuk pendidikan menengah kejuruan

lelah pula dikeluarkan buku Bahan Bimbingan Teknis Penyusunan KTSP

dan Silabus Sekolah Menengah Kejuruan (2006) oleh Direktorat Pembina

Sekolah Menengah Kejuruan, Kemendiknas. Narmun sebelum menpkai

kedua buku panduan tersebut, sebagai orientasi penulis kemukakan

kerangka struktur kurikulum menurut Finch dan Crunkilton (1999-176)

sebagai berikut:

Philosophy and Goals of the Institution

Students Served

1.

II. Instructional and Support Staff

IV. Curricular Arangement

Employment Setting

VI. Other Constraints

VII. Content Coverage:

A. Vocational and Technical

B. General Education

C. Cocurricular Activities

Figure 7-2: Table of Content from a Curriculum Framework

Document

Philosophy and Goals of the Institution menjelaskan tentang falsafah

yang dianut sebagai dasar penyelenggaraan pendidikan, dan tujuan institusi

pendidikan yang ingin dicapai; dalam buku Bahan Bimbingan Penyusunan

KTSP dan Silabus SMK (2006:14) dinyatakan sebagai Visi dan Misi dan
Tujuan Pendidikan di SMK.

Students Served menjelaskan tentang karakteristik peserta didik yang

mencakup umur minimum dan maksimum, dan karakteristik lain sepem

diterangkan dalam Tabel 9-01 butir 1. Instructional and Support Staff menu

penjelasan seperti tertera dalam Tabel 9-01 butir 2. Curricular Arange

Pengambilan Keputusan fai Kurihulum - 199

ment memuat penjelasan pengaturan kurikulum seperti tertera dalam Tabel

9-01 butir 3. Employment Setting memuat penjelasan seperti tertera dalam

Tabel 9-01 butir 4. Other Constraints memuat penjelasan tentang hambatan-

hambatan yang mungkin terjadi baik bagi institusi pendidikan yang

bersangkutan maupun bagi peserta didik. Sedangan Content Coverage

menjelaskan pengelompokan muatan kurikulum seperti yang terdapat

dalam buku Bahan Bimbingan Teknis Penyusunan KTSP dan Silabus Se-

kolah Menengah Kejuruan (SMK), Bab II, paragraf B.

Berdasarkan kajian sederhana ini, dapat disimpulkan, bahwa buku

Bahan Bimbingan Teknis Penyusunan KTSP dan Silabus SMK telah

memenuhi kriteria pengembangan kurikulum pendidikan menengah

kejuruan yang berlaku umum di mancanegara,

9.7. Rangkuman

Pengambilan keputusan muatan atau isi kurikulum yang selaras dengan

kebutuhan dunia industri dan dunia usaha merupakan langkah penting

dalam proses pengembangan kurikulum pendidikan menengah teknologi

dan kejuruan. Proses pengambilan keputusan itu dilakukan dengan

mengkaji muatan yang potensial dan hambatan-hambatannya untuk


menentukan muatan yang secara operasional dapat dimasukkan ke dalam

kurikulum. Hambatan-hambatan dalam pemilihan muatan kurikulum

mencakup empat kelompok sumber, yakni: peserta didik, tenaga pendidik

Gan kependidikan, pengaturan kurikulum dan peta ketenagakerjaan yang

potensial (employment setting) yang potensial dapat menerima lulusan dari

ard satuan pendidikan. Untuk mengkaji muatan kurikulum yang potensial

bagi sekolah menengah kejuruan, lazimnya menggunakan pendekatan

DACUM atau Job/Occupational Analysis yang dibahas dalam paragraf 9.5.

Kerangka Struktur Kurikulum merupakan dokumen yang digunakan sebagai

dasar untuk perencanaan pembelajaran dan pemilihan materi pembelajaran

para pendidik.

Anda mungkin juga menyukai