Anda di halaman 1dari 13

Kamis, 21 Maret 2013

PENGEMBANGAN KURIKULUM UNIT PENDIDIKAN

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan
vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk
memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara dengan
program sarjana. Jadi inti pendidikan vokasi adalah agar peserta didik dapat bekerja
dengan keahlian terapan tertentu. Pendidikan vokasi menganut sistem terbuka
(multi-entry-exit system) dan multimakna (berorientasi pada pembudayaan,
pemberdayaan, pembentukan watak, dan kepribadian, serta berbagai kecakapan
hidup life skill). Pendidikan vokasi berorientasi pada kecakapan kerja sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan serta sesuai dengan
tuntutan kebutuhan lapangan kerja. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan
keahlian terapan yang diselenggarakan di perguruan tinggi berbentuk akademi,
politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas. Bentuk penyelenggaraan
pendidikan vokasi terdiri atas program diploma 1, diploma 2, diploma 3, dan diploma
4.
Standar nasional pendidikan vokasi dikembangkan berdasarkan standar
kompetensi nasional dan/atau internasional. Kurikulum pendidikan vokasi
merupakan rencana dan pengaturan pendidikan yang terdiri atas standar
kompetensi, standar materi, indikator pencapaian, strategi pengajaran, cara
penilaian dan pedoman lainnya yang relevan untuk mencapai kompetensi
pendidikan vokasi. Dalam kaitannya dengan pendidikan vokasi di perguruan tinggi,
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dan difahami secara serius salah
satunya adalah kurikulum.
Di era globalisasi seperti saat ini, pergeseran ilmu pengetahuan dan teknologi
sangat dinamis. Pengetahuan dan keahlian terhadap kompetensi tertentu terus
berkembang semakin kompleks. Hal ini tentu saja berbanding lurus dengan kriteria-
kriteria kompentensi yang dibutuhkan oleh dunia industri dan dunia usaha yang juga
semakin kompleks. Unit pendidikan khususnya  vokasi yang mengutamakan
keahlian terapan harus mampu mengejar pergerakan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin cepat. Masing-masing unit pendidikan saling beradu untuk
mengkondisikan unit pendidikan masing-masing agar kompetensi para lulusannya
paling mendekati sempurna dengan kebutuhan kompetensi yang dibutuhkan oleh
dunia usaha/dunia industri. Keberadaan SDM asing terutama ketika nanti
diberlakukan Komunitas Ekonomi Asean akan memperuncing ketatnya persaingan
tersebut.
Dalam menyikapi kondisi tersebut unit pendidikan di lingkungan Kementerian
Perindustrian menyiapkan sebaik-baiknya kurikulum agar kurikulum tersebut
merupakan solusi dari kebutuhan kompetensi yang dibutuhkan dunia usaha/dunia
industri. Salah satu usaha yang dilakukan unit pendidikan di lingkungan Kementerian
Perindustrian adalah merumuskan profil kompetensi dan kurikulum yang mampu
memenuhi kebutuhan dunia usaha/dunia industri  yang terus bergulir secara dinamis
dan fleksibel.
 
DEFINISI
a.      Kurikulum
Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dan Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan bahwa kurikulum memiliki pengertian seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran,  serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan (UU 20, 2003 & PP 17, 2010). Kurikulum pendidikan
tinggi dikembangkan            oleh perguruan tinggi        yang bersangkutan dengan
mengacu pada standar nasional pendidikan untuk setiap program studi. Hal tersebut
sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 38 butir 3 sedangkan
dalam Pasal 38 butir 4 bahwa  kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan
tinggi dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan dengan mengacu
pada standar nasional pendidikan untuk setiap program studi.

b.      Pendidikan Tinggi
Menurut Undang-undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi Pasal 1
angka (2) bahwa Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program diploma, program sarjana, program magister,
program doktor, dan program profesi, serta program spesialis, yang diselenggarakan
oleh perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia. Pendidikan tinggi
berfungsi mengembangkan atau membentuk kemampuan, watak, dan kepribadian
manusia melalui pelaksanaan:
      dharma pendidikan untuk menguasai, menerapkan, dan menyebarluaskan nilai-nilai
luhur, ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan olahraga;
      dharma penelitian untuk menemukan, mengembangkan, mengadopsi dan/atau
mengadaptasi nilai-nilai luhur, ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan olahraga; dan
      dharma pengabdian kepada masyarakat untuk menerapkan nilai-nilai luhur, ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan olahraga dalam rangka pemberdayaan
masyarakat.

TUJUAN
Pedoman ini bertujuan untuk memberikan arahan dan penjelasan secara garis besar
tentang pengembangan kurikulum di unit pendidikan Kementerian Perindustrian,
dalam rangka memenuhi kompetensi yang dibutuhkan dunia usaha/dunia industri
dan memberikan solusi permasalahan dunia kerja yang semakin kompleks dan
secara khusus mampu memenuhi gap kebutuhan dunia kerja saat ini.

METODE PENGEMBANGAN KURIKULUM


Metodologi perencanaan dan pengembangan kurikulum, untuk program baru,
peningkatan program yang sudah ada, atau pengembangan masing-masing mata
kuliah di dalam program studi mengadopsi pendekatan DACUM (Developing A
CurriculUM) yang dikombinasikan dengan Panduan Pengembangan Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) yang dikeluarkan oleh DIKTI tahun 2009.
a.      DACUM (Developing A CurriculUM)
DACUM adalah singkatan dari Develop A CurriculuM (Pengembangan kurikulum).
Pemanfaatan DACUM sebagai pendekatan dalam pembuatan pedoman ini karena
ketergantungan DACUM terhadap pakar dan para pelaku langsung dalam bidangnya
untuk mengembangkan serta menetapkan isi kurikulum dan memandu penentuan
prosesnya. Selain itu DACUM berfungsi juga untuk mengidentifikasikan
pengetahuan (knowledge),     keterampilan (skill),  sikap (attitude) yang diperlukan
dalam menyelesaikan pekerjaan. Hasil dari proses DACUM adalah suatu tabel yang
menguraikan secara singkat tugas-tugas pekerjaan (outline job duties), kemampuan
yang diperlukan karyawan, perilaku kerja, alat-alat yang dibutuhkan, peralatan,
persediaan, material, dan tren masa depan yang berhubungan dengan pekerjaan
tertentu yang ada di industri. Tabel analisis dikembangkan melalui proses bersama-
sama para ahli (expert worker) di dalam fungsi pekerjaan spesifik, instruktur
akademis pekerjaan tertentu dan suatu fasilitator yang memandu mereka yang
mengorganisasi tabel. Bagan proses pengembangan DACUM dapat dilihat gambar
sebagai berikut:

b.      KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) – DIKTI 2009


Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) mengacu pada KBK-DIKTI 2009, pendekatan
dalam perencanaan dan pengembangan kurikulum merefleksikan pandangan
tentang nilai, pengetahuan, serta tuntutan/kebutuhan masyarakat saat ini dan
mendatang, dan juga menyatakan pandangan yang menyeluruh tentang landasan
rancangan, prinsip teoritik dan praktis suatu kurikulum. Oleh karena itu pendekatan
perencanaan dan pengembangan kurikulum harus difokuskan pada pencapaian atau
perolehan penguasaan kompetensi berdasarkan perkembangan peserta didik.

ACUAN DASAR
Pembuatan pedoman perencanaan dan pengembangan kurikulum didasari dan
mengacu pada:
a.      Undang-Undang dan Peraturan yang berlaku:
         Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
         Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan
dan Penyelenggaraan Pendidikan;
         Peraturan Presiden No. 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia.
         Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 232/U/2000
tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa;
         Surat Keputusan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 45/U/2000
tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi;
         Surat Keputusan Direktur Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Republik Indonesia No. 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan
Kelompok Mata kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi;
         Surat Keputusan Direktur Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Republik Indonesia No. 44/DIKTI/Kep/2006, tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan
Kelompok Matakuliah Berkehidupan Bermasyarakat di Perguruan Tinggi.
b.      Lembaga Akreditasi
         BAN (Badan Akreditasi Nasional)
         ABET (Accreditation Board of Engineering and Technology)
         BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan)
         BNSP/LSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi / Lembaga Sertifikasi Profesi)
c.       Benchmarking Perguruan Tinggi Luar Negeri
Membandingkan serta mempelajari pelaksanaan proses dan/atau kinerja terbaik
(best practices) program pendidikan perguruan teringgi luar negeri (PT-LN) setara.
Dalam hal ini perlu dilibatkan pengelolaan untuk mengidentifikasikan PT-LN ‘terbaik’,
atau PT-LN yang memiliki kesamaan proses.
d.      Dunia Usaha/Dunia Industri
Mengidentifikasi kebutuhan dunia kerja, yang hasil identifikasi tersebut dirumuskan
dalam kurikulum sehingga diharapkan lulusan perguruan tinggi dapat mengurangi
gap antara kebutuhan dan tenaga kerja yang kompeten sesuai dengan kebutuhan.
e.      Evaluasi Kurikulum Yang Ada
Mengevaluasi dan mengkaji kekuatan serta kekurangan kurikulum yang ada/sedang
dijalankan terkait dengan tuntutan, tantangan serta peluang yang terjadi secara
lokal, regional maupun global.
SEKILAS CARA KERJA METODE DACUM
DACUM digunakan sebagai alat untuk menganalisis sebuah pekerjaan. Selain itu
DACUM berfungsi juga sebagai metoda untuk mengidentifikasikan
pengetahuan(knowledge), keterampilan (skill), sikap (attitude) yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan. Karena itu DACUM dapat digunakan sebagai tahap awal
pada kegiatan pengembangan kurikulum. Tahapan tersebut dapat dipahami dalam
gambar sebagai berikut.

Gambar 1. Tahapan Kegiatan Pengembangan Kurikulum


Kegiatan DACUM sendiri diawali dengan kegiatan Analisa Kebutuhan (Need
Analysis) terhadap sebuah posisi jabatan (Job Position/ Job Profile), yang pada
umumnya melibatkan para pakar profesional. Melalui mereka akan teridentifikasi
beberapa data yang  menggambarkan kondisi terkini di lingkungan dunia kerja,
seperti:
a.      Lingkup tanggungjawab (major areas of responsibility)  DUTIES
b.      Tugas yang terkait dengan tanggungjawab (associated tasks)  TASKS
c.       Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan (general skills and
knowledge) HARD COMPETENCIES
d.      Perilaku, sikap dan sifat yang diperlukan (required behaviour, attitude and
traits) SOFT COMPETENCIES
e.      Alat dan perangkat pendukung kerja (tools and equipment used to support the
job) TOOLS
f.        Kecenderungan akan perubahan yang akan muncul di masa datang (emerging
trends)  TRENDS
JOB PROFILE : DACUM Moderator
DUTIES
A
Consult with
potential
DACUM client
B
Plan DACUM
session and
validation
workshop

TASKS
A A1 A2 A3 A4 A5
Dissem Expla Assess Iden Establ
Consult with potential DACUM client inate in client’s tify ish
DACU DAC needs pote proce
M UM for ntial dure
materi proc DACUM work for
als ess; er offeri
prese grou ng
nt ps DACU
DAC M
UM servic
conc es
epts,
ratio
nale,
and
bene
fits
B B1 B2 B3 B4 B5
Plan DACUM session and validation Review Orien Assist Sche Select
workshop availab t with dule facilit
le client identifi work ation
profile cont cation shop
s acts of
worker
groups;
establis
h
profile

Gambar 2. Need Analysis (Contoh Hasil Workshop)


Kegiatan Analisa Kebutuhan kemudian dilanjutkan dengan Analisa Pekerjaan dan
Tugas (Job and Task Analysis). Melalui kegiatan ini akan teridentifikasi kompetensi
yang diperlukan agar seseorang dapat melakukan tugas yang telah terdefinisikan
sebelumnya melalui uraian TASKS. Kompetensi dinyatakan dalam kemampuan
yang dapat ditunjukkan pada ranah keilmuan (knowledge), keterampilan (skill) dan
sikap (attitude).
Kegiatan Analisa Pekerjaan dan Tugas dilakukan dengan melibatkan staf pengajar
Program Studi. Keterwakilan dari seluruh bidang keahlian di lingkungan Program
Studi menjadi sangat penting, karena keterkaitan satu bidang dengan bidang
keahlian yang lain akan menentukan profil lulusan secara keseluruhan. Selain itu
keterlibatan staf pengajar diperlukan agar kegiatan pengembangan kurikulum dapat
terus berlanjut dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari tugasnya sebagai
pengajar.
COMPETENCIES AND TOOLS
TASK Knowledge Skill Attitude Tools
A1 Posses Be able friendly Presentation
Disseminate capability in to communicate media;
DACUM materials paedagogie;  with people Presentation
Understand from different tools; ...
communication area of concern
technique; ...
A2 ... ... ... ...
Explain DACUM
process; present
DACUM concepts,
rationale, and
benefits
A3 ... ... ... ... ...

Gambar 3. Job and Task Analysis (Contoh Hasil Pembahasan)


Uraian kompetensi yang telah dirumuskan tersebut kemudian digunakan sebagai
acuan dalam mengembangkan materi pengajaran (teaching/ instruction material)
yang disusun dalam sebuah rancangan proses pembelajaran (COURSE DESIGN).
Sebuah rancangan pembelajaran harus mencakup paling sedikit hal-hal sebagai
berikut:
a.      Sasaran Belajar  LEARNING OBJECTIVES
b.      Pokok Bahasan  SUBJECTS
c.       Prasyarat  PREREQUISITES
d.      Metoda Evaluasi  EVALUATION METHOD
Dokumen rancangan proses pembelajaran ini kemudian akan diturunkan kembali
kedalam mata kuliah (COURSE), beban belajar (WEIGHT OF LEARNING) dan
jejaring mata kuliah (COURSE NETWORKING) yang umumnya disusun dalam
sebuah struktur program (PROGRAM STRUCTURE).
Sebagai alat untuk mengembangkan kurikulum, metoda DACUM memiliki beberapa
kelebihan, yaitu:
1.      Handal, cepat dan efisien dalam mendefinisikan dan menggambarkan DUTIES dan
TASKS,
2.      Melibatkan pakar profesional,
3.      Memungkinkan adanya proses validasi dari para pemangku kepentingan,
4.      Melibatkan staf pengajar sebagai penerjemah NEEDS menjadi COURSE,
5.      Memastikan sasaran program studi dalam melaksanakan proses pendidikan.

PENGEMBANGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI


Kurikulum menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia No. 20 Tahun
2003 didefinisikan sebagai “seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu”. Sedangkan definisi kompetensi menurut Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional No. 045/U/2002 adalah “seperangkat tindakan cerdas, penuh
tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh
masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu”.
Dengan demikian Kurikulum berbasis Kompetensi (KBK) dapat dipahami
sebagai sebuah rencana kegiatan pembelajaran yang
menitik beratkan padapencapaian kompetensi lulusannya, dimana
kerangka penyusunannya didasarkan atas strategi pentahapan pembelajaran dalam
mencapai kompetensi yang dimaksudkan.
Tahapan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi dapat dilihat pada diagram
alir berikut ini.
MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
  
Gambar 2. Tahapan Kegiatan Pengembangan Kurikulum berbasis Kompetensi

Keterkaitan terhadap metoda DACUM diperlihatkan pada urutan tahapan yang


identik dengan proses Need Analysis, Job and Task Analysis dan Course Design
sebagaimana dapat dilihat pada diagram yang sama.
Tahapan pengembangan kurikulum diatas, seperti yang telah dikembangkan oleh
Tim Pengembang KBK – DIKTI, menggunakan pendekatan proses yang mirip
dengan metoda DACUM. Perbedaan yang mendasar adalah bahwa instrumen yang
digunakan merupakan terjemahan dari KepMen No. 045/U/2002 tentang Kurikulum
Inti Pendidikan Tinggi dan KepMen No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan
Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa. Kedua acuan
tersebut mensyaratkan ketercapaian keseimbangan kompetensi yang dirumuskan
kedalam 3 kelompok kompetensi, yang meliputi:
         KOMPETENSI UTAMA; kemampuan untuk menampilkan unjuk kerja yang
memuaskan sesuai dengan penciri program studi;
         KOMPETENSI PENDUKUNG; kemampuan yang gayut dan dapatmendukung
kompetensi utama serta merupakan ciri khas Perguruan Tinggi yang
bersangkutan;
         KOMPETENSI LAINNYA; kemampuan yang ditambahkan yang dapat membantu
meningkatkan kualitas hidup, dan ditetapkan berdasarkan keadaan serta kebutuhan
lingkungan Perguruan Tinggi;
Selain itu kedua dokumen legal mensyaratkan pula adanya ketercapaian elemen
kompetensi yang terdiri atas:
a.      Landasan kepribadian,
b.      Penguasaan ilmu dan ketrampilan,
c.       Kemampuan berkarya,
d.      Sikap dan perilaku dalam berkarya, dan
e.      Pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat.
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi saat ini dipengaruhi pula oleh
munculnya beberapa paradigma baru Proses Pembelajaran di Pendidikan Tinggi,
seperti:
         Proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik  Student centered
Learning
         Metoda pengajaran melalui kelompok pengajar  Team Teaching
         Pemaduan pembentukan keterampilan intra-personal dan inter-personal dalam
kegiatan intra-kurikuler  Soft-skill

TAHAPAN PENGEMBANGAN KURIKULUM


1.      Analisis SWOT
a.      Unit Pendidikan melakukan analisis SWOT untuk mengukur potensi diri sehingga
mampu mengukur capain di masa yang akan datang yang realistis.
b.      Dalam melakukan analisis SWOT perlu melibatkan semua civitas akademika,
termasuk juga para orang tua wali, dan stakeholder terkait lainnya agar
menghasilkan gambaran yang lebih obyektif.
2.      Tracer Study, Need Assessment
a.      Dalam melakukan pengembangan kurikulum tidak cukup hanya melakukan analisis
SWOT, karena analisis SWOT hanya akan menghasilkan kurikulum berbasis
sumber daya.
b.      Kurikulum unit pendidikan disusun untuk memenuhi kebutuhan pengguna
3.      Penetapan Profil dan Perumusan Kompetensi
a.      Unit pendidikan membuat matriks profil dan kompetensi lulusan.
b.      Matriks profil dan kompetensi lulusan tersebut di bawa oleh para dosen
mendampingi mahasiswa magang ke Industri untuk diisi oleh teknisi yang sesuai
dengan bidang kerjanya.
c.       Unit pendidikan membuat profil sementara berdasarkan matrik profil dan lulusan
yang telah diisi oleh para teknisi
d.      Unit pendidikan mengundang para teknisi dengan bidang kerja yang sama dari
berbagai perusahaan untuk mendiskusikan lebih lanjut profil dan kompetensi
sementara yang telah disusun oleh unit pendidikan
e.      Para teknisi menyampaikan lebih komprehensif tentang profil dirinya, cakupan
kerjanya, dan kompetensi yang mereka miliki
f.        Dalam diskusi antar teknisi, peran unit pendidikan hanya sebagai fasilitator dan
penghimpun data bukan sebagai pemberi masukan, hal ini dilakukan agar profil dan
kompetensi lulusan yang nanti dihasilkan murni profil dan kompetensi  teknisi
dibidang tersebut
g.        Dalam diskusi tersebut diputuskan profil dan kompetensi lulusan teknisi bidang
tertentu
h.      Profil dan kompetensi lulusan yang telah ditetapkan dapat berakibat pada
perubahan (bisa minor/mayor) terhadap profil dan kompetensi lulusan yang telah
ada.
i.        Unit pendidikan harus menyesuaikan perubahan tersebut baik minor maupun
mayor.
4.      Penetapan Bahan Kajian
Setelah profil kompetensi lulusan dan kurikulum untuk membentuk kompetensi
tersebut telah dirumuskan, maka dilakukan penetapan bahan kajian. Unit pendidikan
dapat meminta masukan dari para praktisi bahan kajian apa saja untuk mendukung
tercapainya profil kompetensi lulusan tersebut.
5.      Perumusan Kedalaman dan Keluasan Kajian
Tahap selanjunya adalah merumuskan kedalaman dan keluasan kajian terhadap
bahan kajian yang telah ditentukan. Hal ini perlu ada pemilahan masing-masing
program studi baik D-1 sampai dengan D-4.
6.      Penyebaran Kedalam mata kuliah
Masing-masing bahan kajian yang telah ditentukan disempurnakan sehingga
menghasilkan mata kuliah dan strukturnya.
7.      Penyusunan struktur program
Hasil perumusan mata kuliah dibuatkan struktur program sesuai dengan jenjang
pendidikan D-1 sampai dengan D-4. Struktur program untuk D-1 untuk 1 tahun, D-2
untuk 2 tahun dan seterusnya.
8.      Penyusunan rancangan pembelajaran
Struktur program yang telah dirancang selanjutnya disempurnakan dengan
penyusunan rancangan pembelajaran.
9.      Penyusunan Metode Pembelajaran
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien perlu disusun
metode pembelajaran yang tepat. 
10.  Monitoring proses pembelajaran
Proses pembelajaran berdasarkan kurikulum yang baru perlu dilakukan monitoring
sejauh mana ketepatan proses pembelajaran dengan perencanaan yang telah
ditetapkan dan antara proses pembelajaran dan perencanaan dengan profil lulusan
sesuai rekomendasi dari para praktisi. Oleh karena itu dalam proses monitoring ini
perlu ada keterlibatan aktif praktisi agar proses dapat berjalan sesuai dengan jalur
yang benar.
11.  Pengujian terhadap lulusan
Proses yang dilalui oleh para lulusan kemudian diuji tingkat keberhasilan
pencapaiannya.
12.  Pemberian Sertifikasi kompetensi
Setiap lulusan memperoleh sertifikat kompetensi sesuai dengan kompetensi yang
dimilikinya.
13.  Evaluasi
Tahap akhir dari proses pembelajaran ini adalah evaluasi. Proses evaluasi perlu
melibatkan praktisi  agar lebih mendapatkan gambaran yang lebih obyektif.
14.  Perencanaan perbaikan
Hasil evaluasi telah melahirkan kelebihan untuk dipertahankan dan ditingkatkan,
kelemahan untuk dicarikan solusi, tantangan dan peluang di masa yang akan datang
yang harus disikapi dengan tepat. hasil tersebut diolah sebagai bahan dasar dalam
merumuskan perencanaan perbaikan di masa yang akan datang.

PENUTUP
Dalam Renstra Pendidikan Nasional, pemerintah di tahun 2015 mendorong
perubahan proporsi jumlah SMK:SMA menjadi 70%:30%. Perubahan proporsi ini
tentu berakibat naiknya jumlah siswa SMK beserta lulusannya secara signifikan. Hal
ini penting agar pendidikan vokasi menjadi pilar keunggulan penciptaan SDM
bangsa yang berkualitas dan bermartabat di masa yang akan datang. Untuk
mewujudkan hal tersebut tentu saja perlu peran semua pihak. Oleh karena itu,
Pusdiklat Industri Kementerian Perindustrian berupaya untuk melakukan peranannya
salah satunya adalah merumuskan profil lulusan yang kompeten serta kurikulumnya
yang mampu menjawab kebutuhan dunia industri/dunia usaha. 

DAFTAR REFERENSI
1. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan bahwa kurikulum
3. Undang-undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
4. Konsep Pengembangan Kurikulum, Polman Bandung
5. Artikel : Pendekatan Dacum dalam Pengembangan Kurikulum Pelatihan oleh
Muslim
6. Artikel : Visi, Misi dan Tujuan Program Pendidikan Vokasi Univ. Brawijaya
Malang oleh Moch. Munir

Anda mungkin juga menyukai