Anda di halaman 1dari 32

Boyke Hatman,

SE., SH., ST., MMSI., M.Si., CCA., CFF


Boyke Ht., MMSI., MS., CCA., CFF
 1. Sebagai kondisi sejahtera (well-being).
Pengertian ini biasanya menunjuk pada istilah
kesejahteraan sosial (social welfare) sebagai kondisi
terpenuhinya kebutuhan material dan non-material.
Kondisi sejahtera terjadi manakala kehidupan manusia
aman dan bahagia karenakebutuhan dasar akan gizi,
kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan pendapatan
dapat dipenuhi; serta manakala manusia memperoleh
perlindungan dari resiko-resiko utama yang mengancam
kehidupannya.

 2. Sebagai pelayanan sosial.


Di Inggris, Australia dan Selandia Baru, pelayanan sosial
umumnya mencakup lima bentuk, yakni jaminan sosial (social
security), pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan
pelayanan sosial personal (personal social services)

Boyke Ht., MMSI., MS., CCA., CFF


 3. Sebagai tunjangan sosial
khususnya di Amerika Serikat (AS), diberikan kepada orang
miskin. Karena sebagian besar penerima welfare adalah
orangorang miskin, cacat, penganggur, keadaan ini kemudian
menimbulkan konotasi negatif pada istilah kesejahteraan, seperti
kemiskinan, kemalasan, ketergantungan, yang sebenarnya lebih
tepat disebut

 4. Sebagai proses atau usaha terencana


yang dilakukan oleh perorangan, lembaga-lembaga sosial,
masyarakat maupun badan-badan pemerintah untuk
meningkatkan kualitas kehidupan (pengertian pertama)
melalui pemberian pelayanan sosial (pengertian ke dua) dan
tunjangan sosial (pengertian ketiga).

Boyke Ht., MMSI., MS., CCA., CFF


 Di Inggris, konsep welfare state difahami sebagai alternatif terhadap the Poor
Law yang kerap menimbulkan stigma, karena hanya ditujukan untuk memberi
bantuan bagi orang-orang miskin,
 Berbeda dengan sistem dalam the Poor Law, kesejahteraan negara difokuskan
pada penyelenggaraan sistem perlindungan sosial yang melembaga bagi
setiap orang sebagai cerminan dari adanya hak kewarganegaraan (right of
citizenship), di satu pihak, dan kewajiban negara (state obligation), di pihak
lain. Kesejahteraan negara ditujukan untuk menyediakan pelayanan-
pelayanan sosial bagi seluruh penduduk – orang tua dan anak-anak, pria dan
wanita, kaya dan miskin, sebaik dan sedapat mungkin. Ia berupaya untuk
mengintegrasikan sistem sumber dan menyelenggarakan jaringan pelayanan
yang dapat memelihara dan meningkatkan kesejahteraan (well-being) warga
negara secara adil dan berkelanjutan.
 Negara kesejahteraan sangat erat kaitannya dengan kebijakan sosial (social
policy) yang di banyak negara mencakup strategi dan upaya-upaya pemerintah
dalam meningkatkan kesejahteraan warganya, terutama melalui perlindungan
sosial (social protection) yang mencakup jaminan sosial (baik berbentuk
bantuan sosial dan asuransi sosial), maupun jaring pengaman sosial (social
safety nets).
Boyke Ht., MMSI., MS., CCA., CFF
 merupakan hak bagi setiap warga negara
indonesia yang hidup bersama dalam negara
ini. Perlakuan hukum tidak dibedakan antar
golongan atas maupun golongan bawah,
semua berhak mendapatkan hukum yang adil
dan setara sama yang lainnya.

Boyke Ht., MMSI., MS., CCA., CFF


 konsep yang membuat para filsuf terkagum-kagum
sejak Plato membantah filsuf muda, Thrasymachus,
karena ia menyatakan bahwa keadilan adalah apa pun
yang ditentukan oleh si terkuat.
 Dalam Republik, Plato meresmikan alasan bahwa
sebuah negara ideal akan bersandar pada empat sifat
baik: kebijakan, keberanian, pantangan (atau
keprihatinan), dan keadilan.
 Penambahan kata sosial adalah untuk
membedakan keadilan sosial dengan konsep
keadilan.
 Keadilan sosial juga merupakan salah
satu butir dalam Pancasila.

Boyke Ht., MMSI., MS., CCA., CFF


Ada beberapa bentuk atau jenis partisipasi,
terutama bila dikaitkan dengan praksis
pembangunan masyarakat yang demokratis,
antara lain:
 1) partisipasi politik dan
 2) partisipasi sosial

Boyke Ht., MMSI., MS., CCA., CFF


 1. Ikut berperan sebagai pelaku utama
 2. Membayar pajak tepat waktu
 3. Taat peraturan lalu lintas dan jalan
 4. Taat segala dengan produk perundang-
undangan yang berlaku

Boyke Ht., MMSI., MS., CCA., CFF


Istilah jabatan berasal dari kata job (bahasa inggris). Kata job dalam
bahasa indonesia sering diterjemahkan dengan berbagai istilah. Ada yang
menertejemahkan dengan kata tugas. Istilah yang paling sering
dipergunakan ialah kata jabatan.
Dibawah ini akan diuraikan secara rinci pengertian tentang: jabatan, job
position sebagai berikut. Jabatan merupakan sekelompok position yang
sama dalam suatu perusahaan. Position yang sama dalam suatu
perusahaan. Position adalah, sekelompok “task” yang dilakukan hanya oleh
seorang pegawai. Task adalah suatu satuan pekerjaan.Job didefinisikan
sebagai sekelompok position yang mengandung banyak persamaan dalam
tugas, kecakapan, pengetahuan, dan tanggung jawab. Job itu tidak
berhubungan dengan orang perorangan, sedangkan position itu
berhubungan dengan orang perorangan. Job menunjukan apa yang
dilakukan, bukan orang lain yang mengerjakan.
 Dalam pengertian sehari-hari istilah jabatan sering diartikan kedudukan
seseorang dalam suatu struktur organisasi. Dalam hubungannya dengan
pengertian “Etika Jabatan” yang dimaksut dengan jabatan, adalah jabatan
seperti yantg dimaksut dalam Undang-Undang Nomer. 8 tahun 1974
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Menurut Undang-Undang Nomor 8
tahun 1974, yang dimaksud jabatan adalah kedudukan yang
menunjukan tugas tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang
pegawai dalam rangka susunan suatu organisasi.

Boyke Ht., MMSI., MS., CCA., CFF


 Dengan demikian, yang dimaksud dengan etika jabatan,
adalah norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah, ukuran-
ukuran, yang diterima dan ditaati oleh para pegawai, yang
berubah peraturan-peraturan atau hal-hal yang sudah
merupakan kebiasaan (yang baik), dan dianggap setiap
pegawai sudah mengetahui dan melaksanakannya.
 Dapat juga dikatakan bahwa etika jabatan, adalah
kebiasaan yang baik atau peraturan yang diterima dan
ditaati oleh pegawai-pegawai dan kemudian mengendap
menjadi normatif.
 Etika jabatan sangat penting dalam rangka pembinaan
pegawai negri untuk meningkatkan mutu serta
mewujudkan aparatur negara yang bersih dan berwibawa.
Disamping itu, dengan melaksanakan etika jabatan akan
tercipta suatu sistem pangkat dan jabatan yang baik dan
sehat di negara kita.

Boyke Ht., MMSI., MS., CCA., CFF


 Nilai-nilai pancasila itu bagi bangsa Indonesia menjadi landasan, dasar serta
motivasi atas segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun
dalam kehidupan kenegaraan. Dengan kata lain bahwa nilai-nilai pancasila
merupakan das sollen atau cita-cita tentang kebaikan yang harus
diwujudkan menjadi suatu kenyataan atau das sein.

 Di era sekarang sekarang ini, tampaknya kebutuhan akan norma etika untuk
kehidupan berbangsa dan bernegara masih perlu bahkan amat penting untuk
ditetapkan. Hal ini terwujud dengan keluarnya ketetapan MPR No.
VI/MPR/2001 tentang etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat yang merupakan penjabaran nilai-nilai Pancasila sebagai
pedoman dalam berpikir, bersikap dan bertingkah laku yang merupakan
cerminan dari nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan yang sudah mengakar
dalam kehidupan bermasyarakat.

 Etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat bertujuan untuk:


◦ 1. Memberikan landasan etik moral bagi seluruh komponen bangsa
dalam menjalankan kehidupan kebangsaan dalam berbagai aspek
◦ 2. Menentukan pokok-pokok etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat.
◦ 3. Menjadi kerangka acuan dalam mengevaluasi pelaksanaan nilai-nilai
etika dan moral dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat

Boyke Ht., MMSI., MS., CCA., CFF


 1. Rumusan dari sila-sila pancasila itu sendiri sebenarnya hakikat
maknanya yang terdalam menunjukkan adanya sifat-sifat umum
universal dan abstrak, karena merupakan suatu nilai.
 2. Inti nilai-nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam
kehidupan bangsa Indonesia dan mungkin juga pada bangsa lain baik
dalam adat kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan, maupun dalam
kehidupan keagamaan.
 3. Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, menurut ilmu
hukum memenuhi syarat sebagai pokok kaidah yang fundamental
Negara sehingga merupakan suatu sumber hukum positif di Indonesia.
Oleh karena itu dalam hierarki suatu tertib hukum hukum Indonesia
berkedudukan sebagai tertib hukum yang tertinggi.

Maka secara objektif tidak dapat diubah secara hukum sehingga terlekat pada
kelangsungan hidup Negara. Sebagai konsekuensinya jika nilai-nilai pancasila
yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 itu diubah maka sama halnya
dengan pembubaran Negara proklamasi 1945, hal ini sebagaimana terkandung
di dalam ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, diperkuat Tap. No. V/MPR/1973.
Jo. Tap. No. IX/MPR/1978.

Boyke Ht., MMSI., MS., CCA., CFF


 1. Nilai-nilai pancasila timbul dari bangsa
Indonesia sehingga bangsa Indonesia sebagai
bangsa kausa materialis. Nilai-nilai tersebut
sebagai hasil pemikiran, penilaian kritis, serta
hasil refleksi fiosofis bangsa Indonesia.
 2. Nilai-nilai pancasila merupakan filsafat
(pandangan hidup) bangsa Indonesia sehingga
merupakan jati diri bangsa, yang diyakini sebagai
sumber nilai atas nilai kebenaran, kebaikan,
keadilan dan kebijaksanaan dalam hidup
bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
 3. Nilai-nilai pancasila di dalamnya terkandung ke
tujuh nilai-nilai kerohanian yaitu nilai kebenaran,
keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, etis, estetis
dan nilai religius yang manifestasinya sesuai
dengan budi nurani bangsa Indonesia karena
bersumber pada kepribadian bangsa.
Boyke Ht., MMSI., MS., CCA., CFF
 1. Menghargai hasil kinerja anak buah
 2. Kesalahan pada anak buah merupakan tanggung
jawab pemimpin
 3. Mengajari tanpa henti dan tidak ragu memberikan
ilmu
 4. Peduli terhadap kepentingan dan kesibukan staff
 5. Jadilah panutan dan tepat waktu
 6. Ceritakan masalah perusahaan yang layak diketahui
anak buah.
 7. Low profile.

Boyke Ht., MMSI., MS., CCA., CFF


 1. Etika Minimalis.
 2. Etika Fungsionalis.
 3. Etika Rasionalis.

Boyke Ht., MMSI., MS., CCA., CFF


Boyke Ht., MMSI., MS., CCA., CFF
…………………… public servant must be both moral
philophers and moral active, which would require: first,
an understanding of, and believe in regime and second,
a sense of extensive benevolence for the people of the
nation.
Fredericson dan Hart

Boyke Ht., MMSI., MS., CCA., CFF


Pertimbangan – pertimbangan etika sama sekali bukan
merupakan langkah mundur, tetapi justru merupakan upaya untuk
menemukan pranata – pranata pembangunan yang berwatak dan
bermoral serta mendapatkan bentuk interaksi yang ideal antara
aparat negara dengan setiap warga Negara. Hal ini disebabkan
karena masalah etika negara merupakan standar penilaian
administrasi negara mengenai tindakan administrasi negara yang
menyimpang dari etika administrasi negara (mal administrasi) dan
faktor yang menyebabkan timbulnya mal administrasi dan cara
mengatasinya.
Law enforcement sangat membutuhkan adanya akuntabilitas
dari birokrasi dan manajemen pemerintahan sehingga
penyimpangan yang akan dilakukan oleh birokrat – birokrat dapat
terlihat dan ter–akuntable dengan jelas sehingga akan
memudahkan law enforcement untuk menata ulang manajemen
pemerintahan Indonesia yang sehat dan berlandaskan pada prinsip
– prinsip good governance dan berasaskan pada nilai – nilai etika
administrasi negara.

Boyke Ht., MMSI., MS., CCA., CFF


 Pada pemerintahan yang bersih (clean good
governance) terkait law enforcement dalam
menjalankan tugas, fungsi dan wewenang
yang diberikan kepadanya, pemerintahan
tidak melakukan tindakan – tindakan yang
menyimpang dari etika Administrasi
publik (mal- administration) yang akan
mengabaikan law enforcement pada penataan
ulang pemerintahan di Indonesia.

Boyke Ht., MMSI., MS., CCA., CFF


1. Birokrat – birokrat pemerintah dari
pemerintahan, yang ditentukan oleh kualitas
sumber daya apaturnya,
2. Perimbangan kekuasaan yang mencerminkan
sistem pemerintahan yang harus diberlakukan,
3. Kelembagaan yang dipergunakan oleh birokrat
– birokrat pemerintahan untuk
mengaktualisasikan kinerjanya,
4. Kepemimpinan dalam birokrasi publik yang
berakhlak, berwawasan (visionary), demokratis
dan responsive terhadap revitalisasi penataan
ulang pemerintahan Indonesia (reinventing
government).

Boyke Ht., MMSI., MS., CCA., CFF


 Efisiensi, artinya tidak boros. Sikap, perilaku dan perbuatan birokrasi publik dikatakan baik jika
mereka efisien
 Membedakan milik pribadi dengan milik kantor, artinya milik kantor tidak digunakan untuk
kepentingan pribadi
 Impersonal, maksudnya dalam melaksanakan hubungan kerjasama antara orang yang satu
dengan lainnya secara kolektif diwadahi oleh organisasi, dilakukan secara formal, maksudnya
hubungan impersonal perlu ditegakkan untuk menghindari urusan perasaan daripada unsur
rasio dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab berdasarkan peraturan yang ada dalam
organisasi. Siapa yang salah harus diberi sanksi dan yang berprestasi selayaknya mendapatkan
penghargaan
 Merytal system, nilai ini berkaitan dengan rekrutmen dan promosi pegawai, artinya dalam
penerimaan pegawai atau promosi pegawai tidak didasarkan atas kekerabatan, namun
berdasarkan pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skill), sikap (attitude), kemampuan
(capable), dan pengalaman (experience), sehingga menjadikan yang bersangkutan cakap dan
profesional dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dan bukan spoil system (adalah
sebaliknya)
 Responsible, nilai ini adalah berkaitan dengan pertanggungjawaban birokrasi publik dalam
menjalankan tugas dan kewenangannya
 Accountable, nilai ini merupakan tanggung jawab yang bersifat obyektif sebab birokrasi
dikatakan akuntable bilamana mereka dinilai obyektif oleh masyarakat karena dapat
mempertanggungjawabkan segala macam perbuatan, sikap dan sepak terjangnya kepada pihak
mana kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki itu berasal dan mereka dapat mewujudkan apa
yang menjadi harapan publik (pelayanan publik yang professional dan dapat memberikan
kepuasan publik
 Responsiveness, artinya birokrasi publik memiliki daya tanggap terhadap keluhan, masalah dan
aspirasi masyarakat dengan cepat dipahami dan berusaha memenuhi, tidak suka menunda –
nunda waktu atau memperpanjang alur pelayanan.

Boyke Ht., MMSI., MS., CCA., CFF


landasan pemikiran yang disepakati oleh
sebagian besar masyarakat dapat dipakai
sebagai pedoman.
 1. Prinsip Demokrasi
 2. Keadilan Sosial dan Pemerataan
 3. Mengusahakan Kesejahteraan Umum
 4. Mewujudkan Negara Hukum
 5. Dinamika dan Efisiensi

Boyke Ht., MMSI., MS., CCA., CFF


 Kearifan dalam pengambilan kebijakan mutlak diperlukan, mengingat dewasa
ini terdapat kecenderungan meningkatnya peran pejabat publik atau
administrator pemerintahan dalam penentuan kebijakan-kebijakan yang
menyangkut masyarakat luas. Disinilah arti pentingnya kearifan, yang
merupakan landasan etis bagi aparatur pemerintah dalam mengeluarkan
kebijakan guna mewujudkan kesejahteraan rakyat dan kemanjuan bangsa.

 Konsep kearifan menjadi bahan pertimbangan dalam melaksanakan


penempatan atau mutasi sehingga akan meminimalisir timbulnya konflik yang
berkepanjangan dan ketidaksepahaman, untuk bias menjalankan proses
pemerintahan yang baik dalam masa transisi dari setralistik ke desentralisasi
tidak semua kemauan Pejabat Publik langsung diterapkan tetapi perlu ada
perenungan dan pertimbangan kearifan sehingga pemerintahan akan berjalan
dengan baik.

 Dalam membuat kebijakan, seorang pejabat dapat menggunakan


interpretasinya terhadap gagasan tertentu, individu atau kelompok secara
positif maupun negatif. Untuk menerapkan gagasan secara benar, mengelola
sumber daya negara dengan tanggungjawab, menetukan alternatif keputusan
secara objektif dan menerapkan prosedur dengan baik, seorang pejabat harus
memiliki kualitas pribadi yang prima

Boyke Ht., MMSI., MS., CCA., CFF


 1. Optimisme
Sifat ini tidak ditafsirkan sebagai kesenangan untuk menganggap mudah semua
masalah, tetapi suatu kecenderungan untuk berasumsi tentang kemungkinan untuk
mendapatkan hasil-hasil yang positif, yakin bahwa peluang untuk memecahkan
persoalan selalu ada.

 2. Keberanian (courage)
Sifat ini memerlukan kekuatan pribadi dan komitmen yang benar. Pembuat kebijakan
harus berani menolak tekanan-tekanan yang tidak sah dari para politisi, pengaruh
kelompok-kelompok kepentingan yang kuat atau intimidasi dari para pakar dan
orang-orang yang mengandalkan favoritisme.

 3. Keadilan yang berwatak kemurahan hati


Sifat ini menunjukkan kemampuan untuk menyeimbangkan komitmen atas orang
atau kelompok sasaran dengan perlakuan yang baku, yang sama serta suatu
kepekaan atas perbedaan individual. Oleh karena itu kearifan seorang pemimpin
sangat dibutuhkan untuk menjadi perumus kebijakan yang baik. Kepekaan dan
empati sangat diperlukan karena walau bagaimanapun pejabat publik melayani
manusia yang tentunya punya martabat, harga diri dan perasaan. Dalam melayani
masyarakat umum yang selalu perlu diperhatikan adalah ketentuan mengenai
keadilan prosedural.
Boyke Ht., MMSI., MS., CCA., CFF
 Sebagai aparat negara, para pejabat wajib menaati prosedur, tata kerja, dan peraturan-
peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh organisasi pemerintah. Sebagai pelaksana
kepentingan umum, para pejabat wajib mengutamakan aspirasi masyarakat dan peka terhadap
kebutuhan-kebutuhan masyarakat tertentu. Dan sebagai manusia yang bermoral, pejabat
harus memperhatikan nilai-nilai etis di dalam berindak dan berperilaku. Seorang pejabat
pemerintahan harus memiliki kewaspadaan spiritual dan kewaspadaan profesional.
Kewaspadaa spiritual merujuk pada penerapan nilai-nilai kearifan, kejujuran, keuletan, sikap
sederhana dan hemat, tanggungjawab serta akhlak dan perilaku yang baik. Kewaspadaan
profesional berarti menaati kaidah-kaidah teknis dan peraturan-peraturan sehubungan dengan
kedudukannya sebagai seorang pembuat keputusan.
 Rumusan eksplisit kode etik yang berlaku bagi setiap pegawai atau pejabat pemerintah, ada
bebarapa sumber yang dapat dijadikan acuan. Salah satunya adalah ketentuan mengenai Sapta
Prasetya KORPRI, keputusan musyawarah KORPRI yang ketiga, No. Kep-05/MUNAS/1989
tanggal 1 Juni 1989 tentang penyempurnaan kode etik Korps Pegawai Republik Indonesia
bahkan dengan tegas mengatakan bahwa Sapta Prasetya. Kode etik ini pertama kali dilontarkan
pada musyawarah Nasional KORPRI, Sapta Prasetya dimaksudkan sebagai landasan dasar kode
etik (pasal 4 Keputusan Munas 1 KORPRI No. 3/MUNAS/1978). Inilah kode etik yang
diberlakukan bagi para pegawai. Seorang pegawai atau pejabat akan mengucapkan atau
bahkan menghafal Sapta Prasetya maupun sumpah jabatan dengan mudah. Namun,
perenungan, penghayatan serta pengamalan dari apa yang diucapkan jauh lebih penting.
 Untuk menerapkan kaidah-kaidah etis tersebut, para pegawai perlu merujuk kepada
peraturan-peraturan kepegawaian yang lebih operational, salah satu peraturan pemerintah
yang memuat adalah Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil. Di samping peraturan dan ketentuan di atas, unsur-unsur etis yang langsung
menyangkut pekerjaan sehari-hari seorang pegawai dapat dilihat dalam Peraturan Pemerintah
No. 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil.

Boyke Ht., MMSI., MS., CCA., CFF


 Akuntabilitas (Accountability)

 Transparansi (Transparancy),

 Keterbukaan (Oppeness)

 Law Enforcement (Penegakan Hukum)

Boyke Ht., MMSI., MS., CCA., CFF


 Paris Convention of The Protection of Industri Property dan Convention
Establishing the World Intellectual Proverty Organization (WIPO), kedua
konvensi tersebut disahkan dengan Keputusan Presiden RI No. 24 Tahun
1979 yang telah diubah dengan Kepres RI No. 15 Tahun 1997.
 United Nation Convention on Biological Diversity (Konversi Perserikatan
Bangsa-Bangsa tentang Keanekaragaman Hayati) disahkan dengan Undang-
Undang RI Nomor 5 Tahun 1994.
 Agreement The World Trade Organization (WTO) disahkan dengan UU RI No.
7 /1994 tentang Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia.
 Agreement on Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights (TRIPS).
 Paten Cooperation Treaty and Regulations PCT disahkan dengan KepresRI
No. 16/1997.
 Trade Mark Law Treaty disahkan dengan Keputusan KepresRI No.17/1997.
 Berne Convention for the Protection of Liberty and Artistic Works disahkan
dengan Keputusan Presiden RI Nomor 18 Tahun 1997.
 Convention Establishing The World Intellectual Property Organization
Copyright Treaty disahkan dengan Keputusan Presiden RI Nomor 19
 Tahun 1997 (tentang WIPO Copyright Treaty).
Boyke Ht., MMSI., MS., CCA., CFF
 Ciptaan
Hasil setiap karya pencipta dalam bentuk khas apa pun dalam
lapangan ilmu, seni, dan sastra. Hak yang melekat pada ciptaan
disebut hak cipta.
 Penemuan
kegiatan pemecahan masalah tertentu di bidang teknologi yang
dapat berupa proses atau hasil produksi atau penyempurnaan dan
pengembangan proses atau hasil produksi. Hak yang melekat pada
penemuan disebut hak paten.
 Merek
tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angkaangka,
susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut, yang
memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
perdagangan atau jasa. Hak yang melekat pada merk disebut hak
atas merk.
Boyke Ht., MMSI., MS., CCA., CFF
 Masyarakat yang maju adalah masyarakat yang memapu menghargai
tatanan dalam berbagai kegiatan dalam kehidupannya, begitu juga
dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari seperti memiliki Nilai-nilai
etika yang dikaitkan dengan etos kerja seperti rajin, bekerja, keras,
berdisplin tinggi, menahan diri, ulet, tekun dan nilai-nilai etika lainnya
bisa juga ditemukan pada masyarakat dan bangsa lain.
 Pada era otonomi saat ini, yang dibarengi dengan pesatnya kemajuan
ilmu pengetahuan Birokrasi Pemerintah, diperlukan pondasi-pondasi
penyelenggaraan negara yang kokoh sebagai penyangganya. Untuk
melaksanakan fungsi yang semakin luas dan kompleks, maka sektor
pemerintah tentunya memerlukan berbagai sumber daya yang memadai.
 Bersamaan dengan proses perluasan fungsi dan peranan aparatur
pemerintah, telah terjadi pula “harapan/tuntutan” yang semakin
meningkat dari kalangan masyarakat (publik) terutama yang berkaitan
dengan etos kerjanya. Etos kerja merupakan nilai dasar moralitas yang
dapat memberi dorongan mental maupun spiritual bagi seorang aparat
birokrasi untuk dapat berprestasi dalam menjalankan profesinya

Boyke Ht., MMSI., MS., CCA., CFF


Profesionalisme merupakan :
 Suatu status
 Metode
 Karakteristik
 Standar tertentu untuk menghasilkan
 Ukuran bagi kualitas suatu karya

Boyke Ht., MMSI., MS., CCA., CFF


Produk dan jasa yang dihasilkan oleh seorang
yang profesional di dalam menjalankan tugas di
bidangnya.
Dalam Kompetensi Profesionalitas Birokrasi
Pemerintahan berhubungan dengan
 kualitas kerja yang prima

 pelayanan yang memuaskan


 jaminan ketepatan dan kecepatan waktu
 kesetiaan dan kecintaan pada profesi

Boyke Ht., MMSI., MS., CCA., CFF

Anda mungkin juga menyukai