Oleh:
BANYUWANGI
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
Mengetahui:
MAHASISWA
PEMBIMBING INSTITUSI
( )
LAPORAN PENDAHULUAN
I. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Hernia adalah suatu tonjolan dari organ dan sebagian organ intra abdominal
keluar kavum abdomen melalui lakus minoris ( facial defek ) dinding abdomen
dan masih meliputi peritoneum (Altan, A. 2015).
Hernia inguinalis lateralis (indirek) adalah hernia yang melalui analus
inguinalis internus yang terletak disebelah lateral vasa epigastrika inferior,
menyusuri kanalis inguinalis dan keluar kerongga perut melalui analus inguinalis
eksternus (Liu, T., & Campbell, A. 2017).
1. ETIOLOGI
Menurut Haryono, R. 2014 :
a. Kongenital
Terjadi akibat prosesus vaginalis pertenium persisten disertai dengan annulus
inguinalis yang cukup lebar.
b. Didapat.
Ditemukan adanya faktor kausal/predisposisi yang berperan untuk timbulnya
hernia:
- Prosesus vaginalis yang tetap terbuka.
- Peninggian tekanan intra abdomen:
Pekerjaan mengangkat barang-barang berat.
Batuk karonik : bronchitis kronik, TBC.
Hipertrofi prostat, striktur uretra, konstipasi, asites.
2. TANDA DAN GEJALA
Menurut Dermawan, D., & Rahayuningsih, T. 2014 :
Ada benjolan pada daerah selangkangan / kemaluan / lipat paha.
Nyeri pada saat mengejan, mengangkat benda.
Mual dan kembung.
Tidak flatus / BAB
3. PATOFISIOLOGI
Menurut ( Grace, P. 2016 ). Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor
yang pertama adalah factor kongenita lyaitu kegagalan penutupan
prosesusvaginalis pada waktu kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi
rongga pertu melalui kanalisinguinalis, faktor yang kedua adalah faktor yang
dapat seperti hamil, batukkronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan factor
usia, masuknya isi rongga perut melalui kanalingunalis, jika cukup panjang maka
akan menonjol keluar dari anulusingunalisekstermus. Apabila hernia ini berlanjut
tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanalinguinalis berisi tali sperma pada
laki-laki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara
spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan
ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding
kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini
akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga aktivitas
akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia
akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan
gejala illeus yaitu gejala abstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah
terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa
menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis. Kalau kantong hernia
terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses
local atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus
juga menyebabkan penurunan peristaltikusus yang bisa menyebabkan konstipasi.
Pada keadaan strangulate akan timbul gejala illeus yaitu perut kembung, muntah
dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul lebih berat dan kontinyu, daerah
benjolan menjadi merah.
5. MANIFESTASI KLINIS
- Benjolan dilipat paha yang timbul hilang. Muncul saat penderita berdiri,
batuk, bersin, mengedan atau mengangkat barang berat dan menghilang saat
penderita berbaring.
- Nyeri disertai muntah timbul bila terjadi inkarserasi atau strangulasi.
(Liu, T., & Campbell, A. 2017)
6. KOMPLIKASI
Muntah.
Perdarahan.
Shok.
Kembung.
Radang paru.
Retensio urine.
(Dermawan, D., & Rahayuningsih, T. 2014)
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Abdomen
Dapat menyatakan adanya kengerasan material pada apendiks (fekalit),
ileus terlokalisis.
2. Urinalisis
Munculnya bakteri yang mengidentifikasi infeksi.
3. Elektrolit
Ketidakseimbangan akan menunggu fungsi organ, misalnya penurunan
kalium akan mempengaruhi kontraktilitan otot jantung, mengarah kepada
penurunan curah jantung.
4. AGD (Analisa Gas Darah)
Mengevaluasi status pernafasan terakhir.
5. ECG (Elektrocardiograf)
Penemuan akan sesuatu yang tidak normal membutuhkan prioritas
perhatian untuk memberikan anestesi.
6. Pemeriksaan Laboratorium.
7. Pemeriksaan darah lengkap.
(Liu, T., & Campbell, A. 2017).
8. PENATALAKSANAAN
Pada hernia inguinalis lateral reponibilis dan ireponibilis dilakukan
tindakan bedah elektif karena di takutkan terjadinya komplikasi, sebaliknya bila
telah terjadi proses strangulasi tidakan bedah harus dilakukan secepat mungkin
sebelum terjadinya nekrosis usus.
Prinsip terapi operatif pada hernia inguinalis :
Untuk memperoleh keberhasilan maka factor-faktor yang menimbulkan
terjadinya hernia harus dicari dan diperbaiki (batuk kronik, prostat, tumor,
asites,dll) dan defek yang ada di rekonstruksi dan diaproksimasi tanpa
tegangan.
Sakus hernia indirek harus diisolasi, dipisahkan dari peritoneum, dan diligasi.
Pada bayi dan anak-anak yang mempunyai anatomi inguinal normal, repair
hanya terbatas pada ligasi tinggi, memisahkan sakus, dan mengecilkan cincin
keukuran yang semestinya, pada lkebanyakan hernia orang dewasa, dasar
inguinal juga harus direkonstuksi.
Hernia rekuran yang terjadi dalam beberapa bulan atau setahun biasanya
menunjukan adanya refair yang tidak adekuat. Sedangkan rekuren yang terjadi
setelah dua tahun atau lebih cenderung di sebabkan oleh timbulnua kelemahan
yang progresif pada fasia pasien (Brooker, C. 2017).
Tindakan bedah pada hernia adalah herniotimi dan herniorafi. Pada bedah
elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan, kantong diikat, dan dilakukan
bassiny plasty atau teknik yang lain untuk memperkkuat dinding belakang kanalis
inguinalis.
Pada bedah darurat, perinsipnya hampir sama dengan bedah elektif. Cincin
hernia langsung dicari dan dipotong. Usus halus dilihat vital atau tidak. Bila vital
dikembalikan kerongga perut, sedangkan bila tidak dilakukan reseksi dan
anastomosis end to end. Untuk fasilitas dan keahlian terbatas, setelah cincin
hernia dipotong dan usus dinyatakan vital langsung tutup kulit dan dirujuk
kerumah sakit dengan fasilitas lebih lengkap (Brooker, C. 2017).
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum.
2) Tanda-tanda vital : Tekanan Darah, Suhu, Nadi, Respirasi.
3) Sistem Pencernaan
Bentuk bibir, lesi mukosa mulut, kelengkapan gigi, muntah,
kemampuan menelan, mengunyah, bentuk peut, BU, distensi
abdomen, dll.
4) Sistem Pernafasan
Kesimetrisan hidung, pernafasan cuping hidung, deformitas, bersin,
warna mukosa, perdarahan, nyeri sinus, bentuk dada, kesimetrisan,
nyeri dada, frekwensi pernafasan, jenis pernafasan, bunyi nafas, dll.
5) Sistem cardiovaskuler
Konjungtiva anemis/tidak, akral dingin/hangat, CRT, JVP, bunyi
jantung, tekanan darah, pembesaran jantung, Cyanosis, dll.
6) Sistem integumen
Warna kulit, turgor kulit, temperatur, luka/lesi, kebersihannya,
integritas, perubahan warna, keringat, eritema, kuku, rambut
(kebersihan, warna, dll.)
7) Sistem persyarafan
Tingkat kesadaran, kepala ukuran, kesimetrisan, benjolan, ketajaman
mata, pergerakan bola mata, kesimetrisan, reflek kornea, reflek pupil,
nervus 1 s.d. 12, kaku kuduk, dll.
8) Sistem endokrin
Pertumbuhan dan perkembangan fisik, proporsi dan posisi tubuh,
ukuran kepala dan ekstremitas, pembesaran kelaenjar tyroid, tremor
ekstremitas, dll.
9) Sistem muskuloskeletal
Rentang gerak sendi, gaya berjalan, posisi berdiri, ROM, kekuatan
otot, deformitas, kekakuan pembesaran tulang, atrofi, dll.
10) Sistem reproduksi
Laki-laki: penis skrotum, testis, dll.
Perempuan: pembengkakan benjolan, nyeri, dll.
11) Sistem perkemihan
Jumlah, warna, bau, frekwensi BAK, urgensi, dysuria, nyeri pinggang,
inkontinensia, retensi urine, dll.
c. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Rontgen
d. Therapi
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fsiologis ditandai dengan
tampak meringis
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian ditandai
dengan tampak tegang
3. Resiko defisit nutrisi berhungan dengan ketidak mampuan mengabsorpsi
nutrient ditandai dengan nyeri abdomen.
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
ditandai dengan menanyakan masaah yang dihadapi.
1. Intervensi keperawatan
1) Nyeri akut
SLKI
Indicator 1 2 3 4 5
Keluhan nyeri
Meringis
Kesulitan tidur
Anoreksia
Ketegangan otot
Gelisah
Indicator 1 2 3 4 5
Frekuensi nadi
Tekanan darah
Proses berpikir
Pola tidur
Focus
Nafsu makan
Perilaku
Focus
SIKI:
Observasi:
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respon nyeri non verbal
Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
2) Ansietas
SLKI
Indicator 1 2 3 4 5
Verbalisasi kebingungan
Perilaku gelisah
Perlaku tegang
Keluhan pusing
Anoreksia
Indicator 1 2 3 4 5
Pola tidur
Pola berkemih
Orientasi
SIKI:
Observasi:
Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non verbal)
Edukasi:
Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Terapeutik:
Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
Latih tehnik relaksasi
Indicator 1 2 3 4 5
Nyeri abdomen
Distensi abdomen
Mual
muntah
dispepsia
Indicator 1 2 3 4 5
Frekuensi BAB
Konsistensi feses
Peristaltic usus
Jumlah feses
Warna feses
SIKI:
Observasi:
Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta kebutuhan kalori
Diskusikan perilaku makan dan jumlah aktifitas fisik yang sesuai
Rencanakan program pengobatan untuk perawatan dirumah (mis.medis,
konseling)
Edukasi:
Ajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian masalah perilaku makan
Kolaborasi:
Kolaborasi dengan ahli gizi tentangkebutuhan kalori dan pilihan makanan
DAFTAR PUSTAKA
Liu, T., & Campbell, A. 2017. Case Files Ilmu Bedah. Jakarta: Karisma Publishing
Group
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI