HERNIA
DISUSUN OLEH
NPM : 1914401110006
TAHUN 2019/2020
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Banjarmasin, 6 Januari
2021
Mahasiswa,
Menyetujui,
A. KONSEP PENYAKIT
b) Fisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8kehamilan
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebutakan menarik
peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneumyang disebut dengan
prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya proses ini telah mengalami obliterasisehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut namun dalambeberapa hal, seringkali
kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebihdahulu, maka kanalis inguinalis
kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbukamaka biasanya yang kanan juga terbuka.
Dalam keadaan normal, kanalis yangterbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan (Mansjoer,
2002).
1.2 Pengertian Hernia
Hernia atau turun berok merupakan penonjolan organ melalui celah pada
dinding atau struktur jaringan ikat perut atau abdomen yang lemah. Berdasarkan
arah penonjolannya serta struktur anatomi, hernia pada daerah lipat paha dibagi
menjadi hernia inguinalis (terjadi diatas ligamentum inguinalis) dan hernia
femoralis (terjadi melalui kanal femoralis dan terjadi dibawah ligamentum
inguinalis).
Menurut Dorlan, (1994) yang dikutip oleh Nian Afrian Nuari (2015: 229)
Hernia adalah penonjolan serat atau ruas organ atau jaringan melalui lubang yang
abnormal.
Hernia adalah penyakit yang disebabkan oleh turunnya usus kebawah selaput
perut sampai kekantung buah zakar. Penyakit ini sering terjadi pada pekerja berat
yang banyak mengangkut benda seperti kuli pelabuhan dan pekerja pabrik (Ardian
dan G.Made,2015: 101).
Hernia inguinalis lebih sering ditemukan pada laki – laki dan angka
prevalensinya meningkat seiring bertambahnya usia, lain halnya dengan hernia
femoralis yang lebih sering terjadi pada perempuan. Dari definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa hernia adalah penonjolan isi suatu organ seperti peritoneum,
lemak, usus dan kandung kemih melalui bagian yang lemah dari dinding abdomen
sehingga menimbulkan kantung berisikan material abnormal dengan penyebab
congenital ataupun yang didapat.
a. Hernia inguinalis indirek, terjadi pada suatu kantong kongenital sisa dan
prosesus vaginalis.
b. Kerja otot yang terlalu kuat.
c. Mengangkat beban yang berat.
d. Batuk kronik.
e. Mengejan sewaktu miksi dan defekasi (Nian Afrian, 2015: 230).
1.4. Klasifikasi
1) Hernia Hiatal
2) Hernia Epigastrik
Hernia ini terjadi di antara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di garis
tengah perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jarang
yang berisi usus. Terbentuk dibagian dinding perut yang relatif lemah, hernia
ini menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat di dorong kembali ke dalam perut
ketika pertama kali ditemukan.
3) Hernia Umbilikal
4) Hernia Inguinalis
5) Hernia Femoralis
Hernia ini muncul sebagai tonjolan di pangkal paha. Tipe ini lebih sering
terjadi pada wanita dibandingkan pada laki-laki.
6) Hernia Insisional
Hernia ini dapat terjadi melalui pasca operasi perut. Hernia ini muncul
sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak
menutup sepenuhnya.
a. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering tampak
benjolan di lipat paha (daerah selangkangan / kemaluan / lipat paha)
b. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai
perasaan mual.
c. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada
komplikasi.
g. Bila klien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah
besar.
2. Pembedahan
Prinsip dasar hernia terdiri dari herniotomy ( memotong
hernia ) dan menjepit kantung hernia ( herniorafi ). Pada bedah
elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukan, kantong diikat, dan
dilakukan bassiny plasty untuk memperkuat dinding belakang
kanalis inguinalis. Pasien yang telah dilakukan tindakan
pembedahan disarankan untuk tidak boleh mengendarai kendaran,
aktifitas dibatasi, seperti tidak boleh mengangkat benda berat,
mendorong atau menarik benda paling sedikit 6 minggu.
3. Medikasi
b) Diet, tidak ada diet khusus, tetapi setelah operasi diet cairan
sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan
dengan gizi seimbang. Tingkatkan masukan serat dan tinggi
cairan untuk mencegah sembelit dan mengejan selama buang air
besar. Hindari kopi, teh, coklat, minuman berkarbonasi,
minuman beralkohol, dan setiap makanan atau bumbu yang
memperburuk gejala.
1.9 Komplikasi
Menurut (Suratun dan Lusianah, 2014: 321), komplikasi yang
mungkin terjadi pada hernia yaitu :
1. Hernia berulang
2. Obstruksi usus parsial atau total
3. Luka pada usus
4. Gangguan suplai darah ke testis jika klien laki-laki
5. Perdarahan yang berlebih
6. Infeksi luka bedah
7. Fistel urin dan feses
1.10 Prognosis
Prognosis biasanya cukup baik bila hernia diterapi dengan
baik. Angka kekambuhan setelah pembedahan kurang dari 3%.
B. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a) Identitas Pasien
Pada tahap ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah,
agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status
pendidikan dan pekerjaan pasien.
b) Keluhan Utama
h) Pola eliminasi
k) Pemeriksaan Fisik
1. Status Kesehatan Umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan
pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan, anamnesa,
sikap dan perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien
untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien.
2. Sistem Respirasi
Inspeksi pada pasien efusi pleura bentuk hemithorax yang sakit
mencembung, iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan
pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum ke arah hemithorax
kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis.
Pernapasan cenderung meningkat dan pasien biasanya dyspneu.
1). Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah
cairannya > 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan
pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit.
2). Suara perkusi redup sampai pekak tegantung jumlah cairannya. Bila
cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat
batas atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung lateral atas ke
medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini disebut garis Ellis-
Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang
jelas di punggung.
3). Auskultasi suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi
duduk cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi
atelektasis dari parenkian paru, mungkin saja akan ditemukan tanda
tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di sekitar batas atas cairan.
3. Sistem Cardiovasculer
1). Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada
pada ICS-5 pada linea medio klavikula kiri selebar 1 cm.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
pembesaran jantung.
2). Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) harus
diperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung, perlu
juga memeriksa adanya thrill yaitu getaran ictuscordis.
3). Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung
terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan adakah
pembesaran jantung atau ventrikel kiri.
4). Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau
gallop dan adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala payah
jantung serta adakah murmur yang menunjukkan adanya peningkatan
arus turbulensi darah.
4. Sistem Pencernaan
1). Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau
datar, tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak,
selain itu juga perlu di inspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan atau
massa.
2). Auskultasi, mendengarkan suara peristaltik usus 5-35 kali/menit
3). Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan abdomen,
adakah massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk mengetahui
derajat hidrasi pasien, apakah hepar teraba.
4). Perkusi abdomen normal tympani, adanya massa padat atau cairan
akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesikaurinarta, tumor).
5. Sistem Neurologis
6. Sistem Muskuloskeletal
7. Sistem Integumen
5. EVALUASI
Amin Huda Nurarif.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda
Nic-Noc Jilid 2.Jogjakarta : MediAction
Bulechek, Butcher, Dochterman, Wagner. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi ke-6.
Jakarta: Mocomedia
Dermawan. 2010. Keperawatan medikal bedah (sistem pencernaan). Yogyakarta: Gosyen Publishing
Hartini. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Operasi Hernia Hari Ke-1. Surakarta
Kemenkes RI, 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
Kozier. 2011. Fundamental Keperawatan (Konsep, Proses, Dan Praktik). Jakarta: EGC
Moorhead, Johnson, Meridean, Swanson. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi ke-5.
Jakarta: Mocomedia
Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
NIC NOC Jilid 1. Jakarta:EGC
N. van Veenendaal, M. P. Simons, M. D. Burg. International Guideines for Groin Hernia Management.
The HerniaSurge Group. 2018. Halaman 122 – 125.