Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA

STASE KEPERAWATAN DASAR

DISUSUN OLEH

NAMA : FAREN DESY DEBRINA

NPM : 1914401110006

PRODI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

TAHUN 2019/2020
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Faren Desy Debrina


NPM : 1914401110006
Ruangan/Rumah Sakit : NILAM 3 / RSUD. Dr. Moch. Ansari Saleh
Judul Laporan Pendahuluan : Hernia
Judul Asuhan Keperawatan : Hernia

Telah menyelesaikan semua laporan Stase Keperawatan Dasar diruang NILAM 3.

Banjarmasin, 6 Januari
2021
Mahasiswa,

Faren Desy Debrina

Menyetujui,

Preceptor Klinik Preceptor Akademik

(Selpy Novita, S.Kep., Ners) (Herman Ariadi, Ns., M.Kep)

NIP. 197411162000122002 NIK.


LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP PENYAKIT

1.1 Anatomi dan Fisiologi

(Alexander, Rothrock & McEwen, 2011)


a) Anatomi

Anatomi Kanalis inguinalis dibatasi dikraniolateral oleh annulus inguinalis internus


yangmerupakan bagian terbuka dari fasia transpersalis dan aponeurosis muskulo-tranversus
abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis
eksternus,bagian terbuka dari aponeurosis muskulo - oblikus eksternus. Atapnya adalah
aponeurosis muskulo-oblikus eksternus dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinal.
Kanal berisi tali sperma pada lelaki, dan ligamentumrotundum pada perempuan. Hernia
inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari peritonium
melalui anulus inguinalisinternus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior,
kemudian herniamasuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol
keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai
ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis (Sjamsuhidayat, 2004).

b) Fisiologi

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8kehamilan
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebutakan menarik
peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneumyang disebut dengan
prosesus vaginalis peritonei.

Pada bayi yang sudah lahir, umumnya proses ini telah mengalami obliterasisehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut namun dalambeberapa hal, seringkali
kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebihdahulu, maka kanalis inguinalis
kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbukamaka biasanya yang kanan juga terbuka.
Dalam keadaan normal, kanalis yangterbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan (Mansjoer,
2002).
1.2 Pengertian Hernia
Hernia atau turun berok merupakan penonjolan organ melalui celah pada
dinding atau struktur jaringan ikat perut atau abdomen yang lemah. Berdasarkan
arah penonjolannya serta struktur anatomi, hernia pada daerah lipat paha dibagi
menjadi hernia inguinalis (terjadi diatas ligamentum inguinalis) dan hernia
femoralis (terjadi melalui kanal femoralis dan terjadi dibawah ligamentum
inguinalis).

Menurut Dorlan, (1994) yang dikutip oleh Nian Afrian Nuari (2015: 229)
Hernia adalah penonjolan serat atau ruas organ atau jaringan melalui lubang yang
abnormal.

Hernia adalah penyakit yang disebabkan oleh turunnya usus kebawah selaput
perut sampai kekantung buah zakar. Penyakit ini sering terjadi pada pekerja berat
yang banyak mengangkut benda seperti kuli pelabuhan dan pekerja pabrik (Ardian
dan G.Made,2015: 101).

Hernia inguinalis lebih sering ditemukan pada laki – laki dan angka
prevalensinya meningkat seiring bertambahnya usia, lain halnya dengan hernia
femoralis yang lebih sering terjadi pada perempuan. Dari definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa hernia adalah penonjolan isi suatu organ seperti peritoneum,
lemak, usus dan kandung kemih melalui bagian yang lemah dari dinding abdomen
sehingga menimbulkan kantung berisikan material abnormal dengan penyebab
congenital ataupun yang didapat.

1.3 Etiologi Hernia


Berdasarkan etiologi atau penyebab, hernia pada daerah lipat paha dapat
terjadi akibat kelainan kongenital (bawaan lahir) atau akuisata (diperoleh pada
saat dewasa). Penyebab yang memungkinkan terjadinya hernia adalah:

a. Hernia inguinalis indirek, terjadi pada suatu kantong kongenital sisa dan
prosesus vaginalis.
b. Kerja otot yang terlalu kuat.
c. Mengangkat beban yang berat.
d. Batuk kronik.
e. Mengejan sewaktu miksi dan defekasi (Nian Afrian, 2015: 230).
1.4. Klasifikasi

Menurut buku (Nanda NIC-NOC,2015: 74),klasifikasi hernia menurut letaknya


yaitu:

1) Hernia Hiatal

Hernia yang kondisinya dimana kerongkongan (pipa tenggorokan) turun


melewati diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut
menonjol ke dada (thorak).

2) Hernia Epigastrik

Hernia ini terjadi di antara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di garis
tengah perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jarang
yang berisi usus. Terbentuk dibagian dinding perut yang relatif lemah, hernia
ini menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat di dorong kembali ke dalam perut
ketika pertama kali ditemukan.

3) Hernia Umbilikal

Hernia ini berkembang di dalam dan sekitar umbilikus (pusar) yang


disebabkan bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum
kelahiran, tidak menutup kelahiran, tidak menutup sepenuhnya. Orang Jawa
sering menyebutnya “wudel bodong”, jika kecil (kurang dari satu sentimeter),
hernia jenis ini biasanya menutup secara bertahap sebelum 2 tahun.

4) Hernia Inguinalis

Hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan


diselangkangan atau skrotum. Orang awam biasanya menyebut “turun bero”
atau “hernia”. Hernia inguinalis terjadi ketika dinding abdomen berkembang
sehingga usus menerobos kebawah melalui celah. Jika anda merasa ada
benjolan dibawah perut yang lembut, kecil, dan mungkin sedikit nyeri dan
bengkak. Anda mungkin terkena hernia ini. Hernia tipe ini lebih sering terjadi
pada laki-laki daripada perempuan.

5) Hernia Femoralis

Hernia ini muncul sebagai tonjolan di pangkal paha. Tipe ini lebih sering
terjadi pada wanita dibandingkan pada laki-laki.
6) Hernia Insisional

Hernia ini dapat terjadi melalui pasca operasi perut. Hernia ini muncul
sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak
menutup sepenuhnya.

7) Hernia Nukleus Pulposi (HNP)

Hernia yang melibatkan cakram tulang belakang. Diantara setiap tulang


belakang ada diskus intertebralis yang menyerap goncangan cakram dan
meningkatkan elastisitas dan mobilitas tulang belakang, karena aktivitas dan
usia terjadi herniasi diskus intervertebralis yang menyebabkan saraf terjepit
(sciatica). HNP umumnya terjadi dipunggung bawah pada tiga vertebra
lumbar bawah.

Gambar Hernia Menurut Letak

1.5 Patofisiologi dan Pathway


Patofisiologi hernia yaitu hernia inguinalis tidak langsung (hernia inguinalis
lateral) dimana prostusi keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis
internus yang teletak lateral pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk
kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, akan menonjol keluar dari
anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolon akan sampai ke
skrotum melalui jalur yang sama seperti pada saat testis bermigrasi dari rongga
perut ke skrotum pada saat perkembangan janin. Jalur ini biasanya menutup
sebelum kelahiran, tetapi mungkin tetap menjadi sisi hernia dikemudian hari (Arif
Mutaqqin dan Kumala Sari, 2011: 587).
1.6 Manifestasi Klinik

Menurut buku (Nanda NIC-NOC, 2015: 76), manifestasi klinis hernia


inguinalis lateral,yaitu :

a. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering tampak
benjolan di lipat paha (daerah selangkangan / kemaluan / lipat paha)

b. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai
perasaan mual.

c. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada
komplikasi.

d. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah


hebat serta kulit di atasnya menjadi merah dan panas.

e. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing


sehingga menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria
(kencing darah) disamping benjolan dibawah sela paha.

f. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut


disertai sesak nafas.

g. Bila klien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah
besar.

1.7 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Darah Lengkap
b. Pemeriksaan Laboratorium
c. Sinar X Abdomen, menunjukkan apakah ada abnormalnya kadar
gas dalam usus atau obstruksi usus.
d. Urinalisis, munculnya bakteri yang mengidentifikasi infeksi.
e. Elektrolit, ketidakseimbangan akan menunggu fungsi organ,
misalnya penurunan kalium akan mempengaruhi kontraktilitan
otot jantung, mengarah kepada penurunan curah jantung.
f. AGD (Analisa Gas Darah), mengevaluasi status pernafasan
terakhir.
g. Elektrokardiografi (EKG), penemuan akan sesuatu yang tidak
normal memberikan prioritas perhatian untuk memberikan
anestesi. (Suratun danLusianah,2014: 321).
1.8 Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)
Penatalaksanaan pada hernia dapat dilakukan dengan cara :
1. Konservatif
Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai
pengelolaan sementara, misalnya pemakaian korset. Tapi untuk
hernia inguinalis pamakaian korset tidak dianjurkan karena alat
ini dapat melemahkan otot dinding perut. Pada terapi konservatif
dapat pula di berikan obat anti analgetik yaitu mengurangi nyeri.

2. Pembedahan
Prinsip dasar hernia terdiri dari herniotomy ( memotong
hernia ) dan menjepit kantung hernia ( herniorafi ). Pada bedah
elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukan, kantong diikat, dan
dilakukan bassiny plasty untuk memperkuat dinding belakang
kanalis inguinalis. Pasien yang telah dilakukan tindakan
pembedahan disarankan untuk tidak boleh mengendarai kendaran,
aktifitas dibatasi, seperti tidak boleh mengangkat benda berat,
mendorong atau menarik benda paling sedikit 6 minggu.

3. Medikasi

a) Pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri.

b) Pemberian antibiotik untuk menyembuhan infeksi.

4. Aktivitas dan Diet

a) Aktivitas, hindari mengangkat barang yang berat sebelum atau


sesudah pembedahan.

b) Diet, tidak ada diet khusus, tetapi setelah operasi diet cairan
sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan
dengan gizi seimbang. Tingkatkan masukan serat dan tinggi
cairan untuk mencegah sembelit dan mengejan selama buang air
besar. Hindari kopi, teh, coklat, minuman berkarbonasi,
minuman beralkohol, dan setiap makanan atau bumbu yang
memperburuk gejala.
1.9 Komplikasi
Menurut (Suratun dan Lusianah, 2014: 321), komplikasi yang
mungkin terjadi pada hernia yaitu :
1. Hernia berulang
2. Obstruksi usus parsial atau total
3. Luka pada usus
4. Gangguan suplai darah ke testis jika klien laki-laki
5. Perdarahan yang berlebih
6. Infeksi luka bedah
7. Fistel urin dan feses

1.10 Prognosis
Prognosis biasanya cukup baik bila hernia diterapi dengan
baik. Angka kekambuhan setelah pembedahan kurang dari 3%.
B. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a) Identitas Pasien

Pada tahap ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah,
agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status
pendidikan dan pekerjaan pasien.

b) Keluhan Utama

Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa :


sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang
bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta
batuk non produktif.

c) Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya


tanda-tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada,
berat badan menurun dan sebagainya.

d) Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu ditanyakan apakah pasienpernah menderita penyakit seperti TBC


paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya.Hal ini
diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.

e) Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-


penyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru, asma,
TB paru dan lain sebagainya.
f) Riwayat Psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara


mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya.

g) Pengkajian Pola Fungsi

1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

2. Adanya tindakan medis danperawatan di rumah sakit mempengaruhi


perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan
persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan.

3. Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alcohol dan


penggunaan obat-obatan bias menjadi faktor predisposisi timbulnya
penyakit.

4. Pola nutrisi dan metabolism

5. Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan


pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status
nutrisi pasien.

6. Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama


MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu
makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen.

7. Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien


dengan effusi pleura keadaan umumnya lemah.

h) Pola eliminasi

Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan


defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang
lemah, pasien akan lebih banyak bedrest sehingga akan menimbulkan
konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan
penurunan peristaltik otot-otot tractus digestivus.
i) Pola aktivitas dan latihan
1. Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi.
2. Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.
3. Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya
nyeri dada.
4. Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu
oleh perawat dan keluarganya.

j) Pola tidur dan istirahat


1. Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan
berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat.
2. Selain itu, akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah
yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang
mondar - mandir, berisik dan lain sebagainya.

k) Pemeriksaan Fisik
1. Status Kesehatan Umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan
pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan, anamnesa,
sikap dan perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien
untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien.
2. Sistem Respirasi
Inspeksi pada pasien efusi pleura bentuk hemithorax yang sakit
mencembung, iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan
pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum ke arah hemithorax
kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis.
Pernapasan cenderung meningkat dan pasien biasanya dyspneu.
1). Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah
cairannya > 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan
pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit.
2). Suara perkusi redup sampai pekak tegantung jumlah cairannya. Bila
cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat
batas atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung lateral atas ke
medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini disebut garis Ellis-
Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang
jelas di punggung.
3). Auskultasi suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi
duduk cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi
atelektasis dari parenkian paru, mungkin saja akan ditemukan tanda
tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di sekitar batas atas cairan.
3. Sistem Cardiovasculer
1). Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada
pada ICS-5 pada linea medio klavikula kiri selebar 1 cm.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
pembesaran jantung.
2). Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) harus
diperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung, perlu
juga memeriksa adanya thrill yaitu getaran ictuscordis.
3). Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung
terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan adakah
pembesaran jantung atau ventrikel kiri.
4). Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau
gallop dan adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala payah
jantung serta adakah murmur yang menunjukkan adanya peningkatan
arus turbulensi darah.
4. Sistem Pencernaan
1). Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau
datar, tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak,
selain itu juga perlu di inspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan atau
massa.
2). Auskultasi, mendengarkan suara peristaltik usus 5-35 kali/menit
3). Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan abdomen,
adakah massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk mengetahui
derajat hidrasi pasien, apakah hepar teraba.

4). Perkusi abdomen normal tympani, adanya massa padat atau cairan
akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesikaurinarta, tumor).

5. Sistem Neurologis

Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping itu juga


diperlukan pemeriksaan GCS, apakah composmentis atau somnolen atau
comma. Pemeriksaan refleks patologis dan refleks fisiologisnya.Selain itu
fungsi-fungsi sensoris juga perlu dikaji seperti pendengaran, penglihatan,
penciuman, perabaan dan pengecapan.

6. Sistem Muskuloskeletal

Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial.Selain itu,


palpasi pada kedua ekstremetas untuk mengetahui tingkat perfusi perifer
serta dengan pemerikasaan capillary refiltime. Dengan inspeksi dan
palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot kemudian dibandingkan
antara kiri dan kanan.

7. Sistem Integumen

Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya


lesi pada kulit, pada pasien dengan efusi biasanya akan tampak cyanosis
akibat adanya kegagalan sistem transport oksigen. Pada palpasi perlu
diperiksa mengenai kehangatan kulit (dingin, hangat, demam). Kemudian
tekstur kulit (halus-lunak- kasar) serta turgor kulit untuk mengetahui
derajat hidrasi seseorang.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa yang lazim muuncul pada pasien dengan Hernia menurut


NANDA (2013) yaitu sebagai berikut :

a. Pre Operasi Hernia


1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik.
2) Mual berhubungan dengan regurgitasi usus akibat obstruksi usus
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah, gangguan peristaltic usus
4) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan luka post operasi
5) Kerusakan Integritas jaringan berhubungan dengan tindakan
operatif
6) Deficit pengetahuan berhubungan dengan potensial komplikasi
gastrointestinal dan kurangnya informasi.

b. Post Operasi Hernia


1) Nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat
tindakan operasi.
2) Kerusakan Integritas jaringan berhubungan dengan tindakan
operatif
3) Risiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
4) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan luka post operasi
4. IMPLEMENTASI

Implementasi adalah berkesinambungan dan interaktif dengan komponen


lain dari proses keperawatan. Selama implementasi, perawat mengkaji kembali
pasien, modifikasi rencana asuhan, dan menuliskan kembali hasil yang
diharapkan sesuai kebutuhan. Untuk implementasi yang efektif, perawat harus
berpengetahuan banyak tentang tipe-tipe intervensi, proses implementasi dan
metode implementasi. Ada tiga fase implementasi keperawatan yaitu :

a) Fase persiapan, meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi rencana,


pengetahuan dan keterampilan mengimplementasikan rencana, persiapan
pasien dan lingkungan.

b) Fase operasional, merupakan puncak implementasi dengan berorientasi


dengn tujuan. Implementasi apat dilakukan dengan intervensi indeoenden,
dependen atau interdependen

c) Fase terminasi, merupakan terminasi perawat dengan pasien setelah


implementasi dilakukan. (potter and pery, 2005).

5. EVALUASI

Tujuan evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencanaa keperawatan,


menilai dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan melalui perbandingan
pelayanan keperawatan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan serta hasilnya
dengan standar yang telah ditentukan terebih dahulu

Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional dengan


pengertian S (subjektif) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari
pasien setelah tindakan diberikan. O (objektif) adalah informasi yang didapat
berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat
setelah tindakan dilakukan. A (analisis) adalah membandingkan antara informasi
subjektif dan objektif dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil
kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi. P
(planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan
hasil analisa (Kozier, 2011)
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda
Nic-Noc Jilid 2.Jogjakarta : MediAction
Bulechek, Butcher, Dochterman, Wagner. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi ke-6.
Jakarta: Mocomedia
Dermawan. 2010. Keperawatan medikal bedah (sistem pencernaan). Yogyakarta: Gosyen Publishing
Hartini. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Operasi Hernia Hari Ke-1. Surakarta
Kemenkes RI, 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
Kozier. 2011. Fundamental Keperawatan (Konsep, Proses, Dan Praktik). Jakarta: EGC
Moorhead, Johnson, Meridean, Swanson. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi ke-5.
Jakarta: Mocomedia
Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
NIC NOC Jilid 1. Jakarta:EGC
N. van Veenendaal, M. P. Simons, M. D. Burg. International Guideines for Groin Hernia Management.
The HerniaSurge Group. 2018. Halaman 122 – 125.

Anda mungkin juga menyukai