Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Populasi rentan atau populasi beresiko adalah kondisi yang mempengaruhi


kondisi seseorang atau populasi untuk menjadi sakit atau sehat (Kaakinen, Hanson,
Birenbaum dalam Stanhope & Lancaster, 2004). Pandera mengkategorikan faktor
resiko kesehatan antara lain genetik, usia, karakteristik biologi, kesehatan individu,
gaya hidup dan lingkungan. Jika seseorang dikatakan rawan apabila mereka
berhadapan dengan penyakit, bahaya, atau outcome negatif. Faktor pencetusnya berupa
genetik, biologi atau psikososial. Populasi rawan atau rentan merupakan kelompok-
kelompok sosial yang memiliki peningkatan risiko yang relatif atau rawan untuk
menerima pelayanan kesehatan.

Kenyataan menunjukan bahwa Indonesia memiliki banyak


peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Kelompok Rentan, tetapi tingkat
implementasinya sangat beragam. Sebagian undang-undang sangat
lemah pelaksanaannya, sehingga keberadaannya tidak memberi manfaat bagi
masyarakat. Disamping itu, terdapat peraturan perundang-undangan yang belum
sepenuhnya mengakomodasi berbagai hal yang berhubungan dengan kebutuhan bagi
perlindungan kelompok rentan. Keberadaan masyarakat kelompok rentan yang
merupakan mayoritas di negeri ini memerlukan tindakan aktif untuk melindungi hak-
hak dan kepentingan-kepentingan mereka melalui penegakan hukum dan tindakan
legislasi lainnya. Hak asasi orang-orang yang diposisikan sebagai masyarakat kelompok
rentan belum terpenuhi secara maksimal, sehingga membawa konsekuensi bagi
kehidupan diri dan keluarganya, serta secara tidak langsung juga mempunyai
dampak bagi masyarakat.

Mata adalah organ sensorik yang mentransmisikan rangsang melalui jaras pada otak ke
lobus oksipital dimana rasa penglihatan ini diterima, maka yang di sebut tuna netra adalah
seseorang yang memiliki indera penglihatan yang tidak berfungsi atau terganggu sehingga
menghalangi dirinya untuk berfungsi dalam pendidikan dan aktifitas rehabilitatif tanpa
menggunakan alat khusus, material khusus.

Tuna netra umumnya disebabkan oleh penyakit dan malnutrisi. Menurut perkiraan WHO
pada tahun 2002, penyebab kebutaan yang paling sering diantaranya adalah katarak (47,9%),
glaukoma (12,3%), degenerasi makular akibat usia (8,7%), opasitas kornea (5,1%), dan diabetes
retinopati (4,8%).

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan populasi rentan?

2. Apa yang dimaksud dengan tunawicara?

3. Apa yang dimaksud dengan karakteristik populasi rentan tunanetra?

4. Apa masalah yang sering muncul pada populasi rentan tunanetra?

5. Apa yang dimaksud dengan Asuhan Keperawatan Keluarga secara umum?

6. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada populasi rentan Tunanetra?


C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang populasi rentan
2. Untuk mengetahui populasi rentan tunanetra.
3. Untuk mengetahui tentang karakteristik populasi rentan tunanetra.
4. Untuk mengetahui masalahan kesehatan yang sering muncul pada kelompok populasi
rentan tunanetra.
5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan keluarga secara umum.
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan populasi rentan tunanetra.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Populasi Rentan Tunanetra


Pengertian Kelompok Rentan tidak dirumuskan secara eksplisit dalam peraturan
perundang-undangan, seperti tercantum dalam Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang No.39 Tahun
1999 yang menyatakan bahwa setiap orang yang termasuk kelompok masyarakat yang rentan
berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih berkenaan dengan kekhususannya.
Dalam penjelasan pasal tersebut disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kelompok
masyarakat yang rentan, antara lain, adalah orang lanjut usia, anakanak, fakir miskin, wanita
hamil dan penyandang cacat.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia pengertian tunanetra ialah tidak dapat melihat, buta.
Sedangkan menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa yang dimaksud dengan tunanetra adalah
seseorang yang memiliki hambatan dalam penglihatan atau tidak berfungsinya indera penglihatan.
Karena adanya hambatan dalam penglihatan serta tidak berfungsinya penglihatan(Heward & Orlansky,
1988 cit Akbar 2011).
Cacat Netra dalah Seseorang yang terhambat mobilitas gerak yang dikarenakan oleh
hilang/berkurangnya fungsi penglihatan sebagai akibat dari kelahiran, kecelakaan maupun penyakit
(Marjuki, 2009).
B. Karakteristik Populasi Rentan Tunanetra
Tunanetra :
1. Fisik
Keadan fisik anak tunanetra tidak berbeda dengan anak sebaya lainnya.perbedaan nyata diantaranya
mereka hanya terdapat pada organ penglihatannya. Gejala tunanetra yang dapat diamati dari segi fisik
antara lain: mata juling, sering berkedip, menyipitkan mata, kelopak mata merah, gerakan mata tak
beraturan dan cepat, mata selalu berair dan sebagainya.
2. Perilaku
Beberapa gejala tingkah laku pada anak yang mengalami gangguan penglihatan dini antara lain;
berkedip lebih banyak dari biasanya. menyipitkan mata, tidak dapat melihat benda-benda yang agak
jauh.Adanya keluhan-keluhan antara lain : mata gatal, panas, pusing, kabur atau penglihatan ganda.
3. Psikis
Tidak berbeda jauh dengan anak normal. Kecenderungan IQ anak tunanetra ada pda batas atas sampai
batas bawah. Kadangkala ada keluarga yang belum siap menerima anggota keluarga yang tuna netra
sehingga menimbulkan ketegangan/gelisah di antara keluarga. Seorang tunanetra biasanya mengalami
hambatan kepribadian seperti curiga terhadap orang lain, perasaan mudah tersinggung dan
ketergantungan yang berlebihan.
Penurunan penglihatan (Low vision) :
1. Menulis dan membaca dengan jarak yang sangat dekat
2. Hanya dapat membaca huruf yang berukuran besar

3. Memicingkan mata atau mengerutkan kening terutama di cahaya terang atau saat mencoba melihat
sesuatu.

C. Masalah Yang Muncul Pada Kelompok Tunanetra


1. Kesulitan dalam kehidupan sehari-hari
Mereka tidak seperti kita yang mudah saja melakukan aktifitas dengan bebas.
Penyandang Tunanetra menggantungkan hidupnya kepada orang disekitarnya. Contoh
kecilnya seperti mengambil makan/minum, mengambil pakaian, menyebrang jalan,
rawan mendapat tindak kejahatan, dll.
2. Kesulitan dalam hal pendidikan
Sebagaimana adanya penyandang Tunanetra memang tidak memiliki daya lihat seperti
orang normal lainnya. Jadi, apabila penyandang Tunanetra dibiarkan tidak mengenal
huruf braile maka mereka akan mengalami kesulitan dalam hal pendidikan sebab
membaca adalah kesulitan terbesar bagi penyandang Tunanetra.
3. Masalah penyesuaian diri
Masalah ini berkaitan dengan masalah berhubungan dengan orang-orang sekitarnya.
Apalagi jika tidak mendapat dukungan dari sekitar bisa jadi penyandang Tunanetra akan
mengalami rasa tersundutkan, tersingkir, minder, dll.
4. Masalah penyaluran ke tempat kerja
Minimnya lapangan kerja untuk penyandang Tunanetra membuat mereka kesulitan
untuk mendapat pekerjaan. Namun masalah ini masih bisa di atasi apabilla mereka
memiliki suatu ketrampilan. Misalnya, menjadi tukang pijat, bermain music, dll.
5. Masalah emosional
Masalah ini timbul ketika mereka berada di tempat yang asing untuk mereka, sebab
ditempat tersebut mereka akan mengalami rasa takut yang berlebihan, cepat marah, dan
curiga.
D. Asuhan Keperawatan Keluarga
Teori umum dalam asuhan keperawatan keluarga terdiri dari
1. Pengkajian
a. Pengkajian Keluarga
- Identifikasi data demografi dan sosiokultural
- Riwayat & tahap perkembangan keluarga
- Lingkungan
- Struktur keluarga
- Fungsi keluarga
- Stres dan mekanisme koping
- Pemfis (head to toe)
- Harapan keluarga
b. Pengkajia Anggota Keluarga
- Fisik
- Mental
- Emosional
- Social
- Spiritual
2. Analisa Data
a. Perumusan diagnose
b. Validasi diagnose
c. Prioritas diagnose
3. Perencanaan
a. Menetapkan tujuan
b. Identifikasi sumber daya keluarga
c. Memilih intervensi yang sesuai
d. Prioritaskan intervensi

4. Implementasi
Melalui sumber-sumber yang dimiliki keluarga
5. Evaluasi
a. Kemampuan keluarga melakukan 5 tugas kesehatan keluarga
b. Tingkat kemandirian keluarga
c. Budaya hidup sehat keluarga
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TUNANETRA

A. Pengkajian

1. Aktivitas / Istirahat : Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
2. Makanan / Cairan : Mual, muntah
3. Neurosensori : Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan
kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang
gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,
kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Perubahan kacamata/pengobatan tidak
memperbaiki penglihatan.

Tanda :
Pupil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan.
Peningkatan penyebab katarak mata.
4. Nyeri / Kenyamanan : Ketidaknyamanan ringan/mata berair, nyeri tiba-tiba/berat menetap atau
tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala.
5. Penyuluhan / Pembelajaran
Riwayat keluarga glaukoma, DM, gangguan sistem vaskuler.

Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena),


ketidakseimbangan endokrin. Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin

B. Diagnosa keperawatan

1. DX 1: Gangguan persepsi sensori: penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori


dari organ penerima

2. DX 2: Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit

3. DX 3: Resiko jatuh berhubungan dengan keterbatasan lapang pandang

4. DX 4: Resiko Cedera berhubungan dengan keterbatasan lapang pandang.

C. Perencanaan keperawatan

RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA
TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
DX KEPERAWATAN

1 Gangguan persepsi NOC : NIC


sensori: penglihatan
 Vision compensation behavior Pencapaian Komunikasi: Defisit
berhubungan dengan
 Kriteria hasil: Penglihatan
gangguan penerimaan
 Memakai kaca mata atau
sensori dari organ  Kaji reaksi pasien terhadap
lensa dengan benar
penerima, penurunan penglihatan
 Memakai huruf braile
 Ajak pasien ntuk menentukan
 Memakai penyinaran/
tujuan dan belajar melihat
cahaya yang sesuai
dengan cara yang lain
 Deskripsikan lingkungan
disekitar pasien
 Jangan memindahkan sesuatu di
ruangan pasien tanpa memberi
informasi pada pasien
 Bacakan surat atau koran atau
info lainnya
 Sediakan huruf braile
 Informasikan letak benda-benda
yang sering diperlukan pasien

Manajemen Lingkungan

 Ciptakan lingkungan yang aman


bagi pasien
 Pindahkan benda-benda
berbahaya dari lingkungan
pasien
 Pasang side rail
 Sediakan tempat tidur yang
rendah
 Tempatkan benda +benda pada
tempat yang dapat dijangkau
pasien

2. Kurang Pengetahuan NOC : NIC :


berhubungan dengan
 Kowlwdge : disease process Teaching : disease Process
kurangnya  informsi
 Kowledge : health Behavior
mengenai penyakit  Berikan penilaian tentang
 Kriteria Hasil :
tingkat pengetahuan pasien
 Pasien dan keluarga
tentang proses penyakit yang
menyatakan pemahaman
spesifik
tentang penyakit, kondisi,
 Jelaskan patofisiologi dari
prognosis dan program
penyakit dan bagaimana hal ini
pengobatan
berhubungan dengan anatomi
 Pasien dan keluarga
dan fisiologi, dengan cara yang
mampu melaksanakan
tepat.
prosedur yang dijelaskan
 Gambarkan tanda dan gejala
secara benar
yang biasa muncul pada
 Pasien dan keluarga
penyakit, dengan cara yang
mampu menjelaskan
tepat
kembali apa yang
 Gambarkan proses penyakit,
dijelaskan perawat/tim
dengan cara yang tepat
kesehatan lainnya
 Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengna cara yang
tepat
 Sediakan informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara
yang tepat
 Hindari harapan yang kosong
 Sediakan bagi keluarga atau SO
informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat
 Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di
masa yang akan datang dan atau
proses pengontrolan penyakit
 Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
 Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
 Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat
 Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
 Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat.

3. Resiko jatuh berhubungan NOC NIC : Environment Management


dengan keterbatasan (Manajemen lingkungan)
 Risk Kontrol
lapang pandang
 Kriteria Hasil :  Sediakan lingkungan yang aman
 Klien terbebas dari cedera untuk pasien
 Klien mampu menjelaskan  Identifikasi kebutuhan
cara/metode keamanan pasien, sesuai dengan
untukmencegah kondisi fisik dan fungsi kognitif 
injury/cedera pasien dan riwayat penyakit
 Klien mampu menjelaskan terdahulu pasien
factor resiko dari  Menghindarkan lingkungan
lingkungan/perilaku yang berbahaya (misalnya
personal memindahkan perabotan)
 Mampumemodifikasi gaya  Memasang side rail tempat tidur
hidup untukmencegah  Menyediakan tempat tidur yang
injury nyaman dan bersih
 Menggunakan fasilitas  Menempatkan saklar lampu
kesehatan yang ada ditempat yang mudah dijangkau
 Mampu mengenali pasien.
perubahan status kesehatan  Membatasi pengunjung
 Memberikan penerangan yang
cukup
 Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien.
 Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
 Memindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan
 Berikan penjelasan pada pasien
dan keluarga atau pengunjung
adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab
penyakit.

4. Resiko Cedera NOC:  NIC : Environment Management


berhubungan dengan (Manajemen lingkungan)
 Risk Kontrol
keterbatasan lapang
 Kriteria Hasil :  Sediakan lingkungan yang aman
pandang
 Klien terbebas dari cedera untuk pasien
 Klien mampu menjelaskan  Identifikasi kebutuhan
cara/metode keamanan pasien, sesuai dengan
untukmencegah kondisi fisik dan fungsi kognitif 
injury/cedera pasien dan riwayat penyakit
 Klien mampu menjelaskan terdahulu pasien
factor resiko dari  Menghindarkan lingkungan
lingkungan/perilaku yang berbahaya (misalnya
personal memindahkan perabotan)
 Mampumemodifikasi gaya  Memasang side rail tempat tidur
hidup untukmencegah  Menyediakan tempat tidur yang
injury nyaman dan bersih
 Menggunakan fasilitas  Menempatkan saklar lampu
kesehatan yang ada ditempat yang mudah dijangkau
 Mampu mengenali pasien.
perubahan status kesehatan  Membatasi pengunjung
 Memberikan penerangan yang
cukup
 Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien.
 Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
 Memindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan
 Berikan penjelasan pada pasien
dan keluarga atau pengunjung
adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab
penyakit.

Anda mungkin juga menyukai