Anda di halaman 1dari 24

JUKLAK PEMBENTUKAN DTM dan KONTUR

BERIKUT QC DATA PEMBENTUKAN DTM dan KONTUR

A. Ruang Lingkup
Petunjuk pelaksanaan tahapan pembentukan DTM dan kontur ini dibatasi
penggunaannya pada pekerjaan:
1. Pengecekan personil dan peralatan
2. Pembentukan DTM
3. Kontrol kualitas pembentukan DTM
4. Pembentukan kontur
5. Kontrol kualitas pembentukan kontur

Diagram alir yang menunjukan pekerjaan yang dilakukan pada tahapan


pembentukan DTM dan kontur ditunjukkan pada Gambar 1.1.

Stereoplotting

Pembentukan DTM TIDAK

Lolos QC? Lolos QC?

YA

Dokumen QC Tahap Dokumen QC Tahap


DTM Pembentukan DTM Pembentukan DTM

QC Tahap QC Tahap
Pembentukan DTM Pembentukan DTM
YA

Pembentukan Kontur TIDAK

Lolos QC? Lolos QC?

Unsur Peta RBI untuk SKL


- Garis Pantai (LN) YA
- Hidrografi (LN, PT) Dokumen QC Tahap Dokumen QC Tahap
- Transportasi & Utilitas (LN, PT) Pembentukan Kontur dan Pembentukan Kontur dan
- Penutup Lahan (LN, PT, AN) Pemilihan Spotheight Pemilihan Spotheight
- Bangunan & Fasum (LN, PT)
- Hipsografi (LN, PT)

QC Tahap Pembentukan Kontur QC Tahap Pembentukan


Kontur
YA

Pembentukan Topologi dan Survei Kelengkapan Lapangan


Pembangunan Poligon

Gambar 1.1. Diagram Alir Tahapan Pembentukan DTM dan Kontur


BAB II
PELAKSANAAN

Pelaksanaan tahapan pembentukan DTM dan kontur terdiri dari subtahapan


pekerjaan yang masing-masing akan diuraikan sebagai berikut:

A. Penyiapan Personil dan Peralatan


Penyiapan personil dan peralatan adalah pekerjaan pertama yang harus
dilakukan pada setiap awal pekerjaan oleh koordinator pekerjaan dengan
melakukan pengisian formulir pengecekan personil dan peralatan. Hasil ini
dimaksudkan untuk menjamin bahwa personil dan peralatan yang digunakan telah
sesuai dengan rencana detil pekerjaan yang dibuat pada tahapan persiapan.
Pekerjaan ini termasuk pemberian pemahaman dan pembagian kerja kepada
operator, pengumpulan bahan dan peralatan, serta perencanaan kegiatan.
Personil yang harus disiapkan pada tahapan ini terdiri dari 1 orang koordinator
pekerjaan, 1 orang operator kepala (chief operator) dan 8 orang tim pelaksana
(operator) dengan spesifikasi teknis sesuai dengan kontrak. Adapun pembagian
kerja untuk masing-masing personil adalah sebagai berikut:
1. Koordinator bertugas:
a. Bertanggung jawab dalam pelaksanaan tahapan pekerjaan
pembentukan DTM dan kontur
b. Memberikan arahan dan mengkoordinasikan Tim Pelaksana (operator) di
bawah koordinasinya, dibantu oleh Operator Kepala (Chief Operator)
terkait pelaksanaan tahapan pekerjaan pembentukan DTM dan kontur
c. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh para Operator
dibantu oleh Operator Kepala
d. Melaksanakan monitoring dan evaluasi internal tim pelaksana sekurang-
kurangnya satu kali dalam satu minggu serta memastikan bahwa
pekerjaan pembentukan DTM dan kontur dilaksanakan sesuai dengan
rencana detail
e. Membantu Ketua Tim Pelaksana dalam melaksanakan koordinasi teknis
dengan Tim Supervisi BIG selama pelaksanaan pekerjaan
f. Melaksanakan kontrol kualitas terhadap hasil pekerjaan pembentukan
DTM dan kontur yang dilaksanakan oleh para operator dibantu oleh
Operator Kepala
g. Melaksanakan penyiapan bahan untuk penyusunan laporan pelaksanaan
pekerjaan pembentukan DTM dan kontur (laporan mingguan)
h. Melakukan koordinasi dengan Koordinator paket yang bersebelahan
terkait pekerjaan pembentukan DTM dan kontur
i. Bertanggung jawab kepada ketua tim pelaksana

2. Operator Kepala (Chief Operator) bertugas :


a. Membantu Koordinator dalam pelaksanaan tahapan pekerjaan
pembentukan DTM dan kontur
b. Membantu Koordinator dalam memberikan arahan teknis kepada para
operator dibawah koordinasinya terkait pelaksanaan tahapan pekerjaan
pembentukan DTM dan kontur
c. Membantu Koordinator dalam mengawasi pelaksanaan pekerjaan
pembentukan DTM dan kontur yang dilakukan oleh para operator. Satu
orang Operator Kepala bertanggung jawab atas 5 orang Operator
d. Membantu Koordinator dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi
internal tim pelaksana sekurang-kurangnya satu kali dalam satu minggu
e. Membantu Koordinator dalam pelaksanaan kontrol kualitas terhadap
hasil pekerjaan pembentukan DTM dan kontur berdasarkan blok area
kerja yang menjadi tanggungjawabnya dengan membuat laporan harian
tentang pelaksanaan kegiatan (logbook)
f. Membantu Koordinator dalam penyiapan bahan untuk penyusunan
laporan pelaksanaan pekerjaan pembentukan DTM dan kontur
g. Bertanggung jawab kepada koordinator.

3. Operator bertugas:
a. melaksanakan seluruh pekerjaan dalam tahapan pembentukan DTM dan
kontur sesuai dengan rencana detail yang sudah dibuat
b. Mengoperasikan peralatan dengan benar,
c. Menjaga kebersihan, kondisi, dan keamanan peralatan,
d. Melaporkan ke chief operator apabila peralatan rusak/perlu diperbaiki
e. Bertanggung jawab terhadap chief operator

Sedangkan peralatan utama dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan


pekerjaan ini yaitu:
1. Perangkat lunak yang digunakan adalah software GIS dalam hal ini sebagai
contoh digunakan ArcGIS Dekstop 10.1 (extension 3D analyst dan conversion
tools) dan perangkat keras yaitu komputer workstation yang mendukung
sehingga mampu menampilkan gambar 3D dengan cukup baik untuk melakukan
generate data 3D.
2. Data masukan yang digunakan untuk proses pembentukan DTM harus
memperhatikan ketentuan berikut:
a. Data hasil stereoplotting sudah lulus QC Stereoplotting dan disimpan
dalam format geodatabase (gdb) dengan sistem koordinat UTM
b. Unsur pembentuk DTM yang digunakan adalah mass point hasil
stereoplotting dengan mengikutsertakan breakline seperti punggung
bukit (HIPSOGRAFI_DEM_PT dan HIPSOGRAFI_DEM_LN), unsur
perairan baik sungai (centerline maupun garis tepi sungai), unsur
perairan lainnya (garis tepi danau, dsb), garis batas darat dan laut
(PERAIRAN_LN) serta batas blok.
c. Data minimal yang dapat dibentuk DTM adalah satu blok peta RBI skala
1:5000 (gabungan 2 NLP).
d. Perlu dilakukan edgematching data DTM antar blok yang bersebelahan,
agar dihasilkan DTM yang seamless dalam satu paket pelaksanaan
pekerjaan.
e. Data blok yang berbatasan dengan paket pekerjaan lain dilebihkan (di
extend) datanya 50 meter.
f. Hasil dari tahapan pekerjaan ini berupa data DTM format *.bil 32 bit float
dengan ukuran cell 2m.
3. Data masukan yang digunakan untuk proses pembentukan kontur, yaitu:
a. Data DTM dengan format *tin yang merupakan hasil pembentukan DTM
b. Pembentukan kontur dapat dilakukan dengan catatan bahwa DTM yang
digunakan sudah lulus QC Pembentukan DTM
c. Data ketelitian Geometri Peta RBI sesuai dengan perka BIG Nomor 15
Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Ketelitian Peta, interval kontur
yang digunakan pada peta RBI skala 1:5.000 adalah 2 meter, sedangkan
interval kontur indeks adalah 10m. Pada daerah yang relatif datar
dibuat garis kontur bantu dengan interval 1m.
d. Data minimal DTM yang dapat digunakan untuk membuat kontur adalah
DTM satu blok peta RBI skala 1:5000 (gabungan 2 NLP).
e. Perlu dilakukan edgematching data DTM antar blok yang bersebelahan,
agar dihasilkan DTM yang seamless dalam satu paket pelaksanaan
pekerjaan.
f. Data blok DTM yang berbatasan dengan paket lain dilebihkan (di extend)
datanya 50 meter.
g. Hasil dari tahapan pekerjaan ini berupa data kontur format geodatabase
dalam skema yang ditentukan oleh Pemberi Kerja.

Formulir hasil pemeriksaan dilakukan pemindaian (scan) kemudian disimpan


sesuai dengan Petunjuk Pembuatan Struktur Folder dan Penamaan File
sebagaimana juknis penyusunan folder.

B. Pembentukan DTM
Untuk melakukan pembentukan DTM dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
a) Pembuatan Model Triangulated
Irregular Network (TIN)
DTM dibentuk dari geodatabase HIPSOGRAFI_DEM_PT,
HIPSOGRAFI_DEM_LN dan PERAIRAN_LN hasil stereoplotting. Data
geodatabase yang dapat diproses pembentukan DTMnya yaitu minimal sudah
selesai stereoplotting sebanyak 2 NLP dan lulus QC tahap stereoplotting.
Tahapan teknis pembuatan model TIN di ArcGIS 10.1 adalah sebagai berikut:

1. Buka ArcMap (Software ArcGIS 10.1)


Gambar 2.1. Tampilan awal modul ArcMap (Software ArcGIS 10.1)

2. Aktifkan extension 3D Analyst. Buka menu Customize  Extension 


Pilih 3D Analyst
Gambar 2.2. Tampilan pengaktifan extension 3D Analyst

3. Buka geodatabase (gdb) unsur pembentuk DTM yaitu


HIPSOGRAFI_DEM_PT, HIPSOGRAFI_DEM_LN dan PERAIRAN_LN.
Pada area yang berbatasan dengan paket pekerjaan lain, data unsur
pembentuk DTM harus ditambah 50 meter.

Gambar 2.3. Tampilan gdb unsur pembentuk DTM dengan batas


framenya

4. Buka ArcToolbox di menu Geoprocessing

Gambar 2.4. ArcToolbox di menu Geoprocessing

5. Pilih extension 3D Analyst  Data Management  TIN  Create TIN


Gambar 2.5. Tool Create TIN di extension 3D Analyst

6. Akan muncul kotak dialog Create TIN seperti di bawah ini


 Output TIN : isikan nama file hasil pemrosesan TIN
 Coordinate System : isikan sistem koordinat yang digunakan
 Input Feature Class : isikan feature class unsur pembentuk TIN
(HIPSOGRAFI_DEM_PT, HIPSOGRAFI_DEM_LN dan
PERAIRAN_LN)
 Constrained Delaunay: isikan default (tidak perlu dicentang). Setelah
semua kolom diisi

Gambar 2.6. Kotak dialog Create TIN

7. Klik Tool Environments  Processing Extent  Isikan Extent


berdasarkan data frame batas blok pekerjaan  OK  OK
Gambar 2.7. Kotak dialog Environment Setting

8. Hasil pembentukan TIN di ArcGIS 10.1

Gambar 2.8. Hasil pembentukan DTM format TIN

b) Editing Model Triangulated Irregular


Network (TIN)
TIN yang dibentuk menggunakan data hasil stereoplotting
(HIPSOGRAFI_DEM_PT, HIPSOGRAFI_DEM_LN dan PERAIRAN_LN)
seringkali masih kasar (bergerigi) atau bahkan memiliki kesalahan/ error
terutama dari nilai Z vertice/ vertex masing-masing layer. TIN yang terlihat
masih bergerigi dapat diperbaiki dengan cara mengatur jarak dan distribusi
persebaran mass point terhadap breakline atau perairan. Sedangkan
kesalahan yang diakibatkan oleh nilai Z vertice/ vertex layer dapat diperbaiki
dengan mengubah (menaikkan/ menurunkan) nilai Z hingga sesuai dengan
nilai Z vertice/ vertex sekitarnya. Setelah selesai proses editing dan data gdb
unsur pembentuk DTM bersih dari kesalahan, selanjutnya di bentuk ulang
model TINnya. Editing data DTM ini dapat dilakukan apabila kesalahan yang
ditemukan berupa kesalahan minor, apabila kesalahan yang ada masih
berupa kesalahan mayor maka harus didicek lagi data pembentuk DTMnya di
model (tahap stereoplotting).
Tahapan teknis editing mengubah nilai Z vertice/ vertex yang masih
mengandung kesalahan :

1. Buka ArcMap  Add Data feature class HIPSOGRAFI_DEM_PT,


HIPSOGRAFI_DEM_LN dan PERAIRAN_LN dan data TIN.

Gambar 2.9. Tampilan unsur pembentuk DTM dan data TIN awal

2. Cari data yang masih memiliki kesalahan. Contoh : feature class


PERAIRAN_LN nilai Z vertice/vertexnya masih naik turun.

Gambar 2.10. Tampilan unsur PERAIRAN_LN yang nilai Z vertice/vertexnya


masih ada kesalahan

3. Pilih Editor  Start Editing feature class PERAIRAN_LN  akan muncul tool
Edit Vertices
Gambar 2.11. Tampilan tool Edit Vertices

4. Select feature class PERAIRAN_LN  Select vertice/vertex yang salah 


Klik kanan Sketch Properties

Gambar 2.12. Cara menampilkan tool Sketch Properties

5. Akan muncul kotak dialog Edit Sketch Properties  Ubah nilai Z


vertice/vertex yang salah dengan menyesuaikan nilai Z vertice/vertex
disekitarnya yang benar. Contoh : nilai Z vertice/vertex dari 503.234
dinaikkan 603.234.

Gambar 2.13. Mengubah nilai Z vertice/vertex yang masih salah

6. Lakukan editing dengan cara yang sama untuk data yang nilai Z
vertice/vertexnya masih salah baik di feature class HIPSOGRAFI_DEM_PT,
HIPSOGRAFI_DEM_LN maupun PERAIRAN_LN.

7. Setelah semua unsur pembentuk DTM yang diedit selanjutnya TIN dibangun
ulang dengan data yang sudah clean atau bersih dari kesalahan.
8. Hasil dari editing TIN

nilai Z belum diperbaiki nilai Z sudah diperbaiki


Gambar 2.14. Tampilan TIN sebelum dan sesudah diperbaiki data unsur
pembentuk DTMnya

c) Konversi DTM format TIN ke BIL


DTM yang dibentuk dengan format TIN perlu dikonversi menjadi format BIL
sesuai dengan KAK. DTM format BIL akan disimpan dengan spesifikasi 32 bit
float dan cellsize 2 m.
Tahapan teknis konversi DTM format TIN ke BIL:

1. Buka ArcMap  Add Data TIN yang sudah clean atau bersih dari kesalahan

Gambar 2.15. Tampilan data TIN yang sudah bersih dari kesalahan

2. Buka menu TIN to Raster di ArcToolbox  3D Analyst Tools  Conversion


 From TIN  TIN to Raster
Gambar 2.16. Tool TIN to Raster di extension 3D Analyst

3. Akan muncul kotak dialog TIN to Raster dengan kolom :


Input TIN : Isikan data masukan yaitu data TIN yang sudah
bersih dari kesalahan
Output Raster : Isikan nama file raster hasil konversi
Output Data Type : Isikan default (FLOAT)
Method : Isikan default (LINEAR)
Sampling Distance : Pilih CELLSIZE dengan diganti ukurannya 2
Z Factor : Isikan default (1)

Gambar 2.17. Kotak dialog TIN to Raster

4. Hasil dari konversi TIN to Raster


Gambar 2.18. Tampilan data Raster hasil konversi dari TIN

5. Konversi data raster ArcGIS ke format BIL dilakukan dengan menu Raster
To Other Format (multiple) di ArcToolbox  Conversion Tools  To Raster
 Raster To Other Format (multiple)

Gambar 2.19. Tool Raster To Other Format (multiple) di Conversion Tools

6. Akan muncul kotak dialog Raster To Other Format (multiple) dengan kolom :
Input Raster : Isikan data masukan yaitu data raster hasil konversi
TIN
Output Workspace : Isikan folder tempat penyimpanan nama file BIL
Raster Format : Pilih BIL
Selanjutnya klik OK

Gambar 2.20. Kotak dialog Raster To Other Format (multiple)

7. Hasil konversi DTM format BIL

Gambar 2.21. Tampilan DTM format BIL (32 bit float, cellsize 2 m)

C. Kontrol Kualitas Pembentukan DTM


QC pembentukan DTM digunakan untuk mengetahui kualitas data DTM yang
dibentuk dari data mass point, breakline dan perairan hasil stereoplotting dalam
format *.bil. Komponen kualitas data yang ditekankan pada QC tahapan
pembentukan DTM ini dapat dibagi menjadi:
 Telah lolos QC Stereoplotting

 Kesesuaian data yang digunakan dalam pembentukan DTM

 Kesesuaian peralatan yang digunakan dalam pembentukan DTM

 Metode Pengolahan DTM


 Penilaian kualitas DTM; kualitas secara matematis dan kualitas secara
visual

 Kesesuaian penamaan data

Penjelasan item dalam kontrol kualitas pembentukan DTM sebagai berikut:

Parameter QC Penjelasan Cara QC / Contoh Tampilan

Dokumen Acuan QC: Sebelum melakukan QC pembentukan DTM,


a. QC Stereoplotting harus sudah dilakukan proses QC stereoplotting
terlebih dahulu, dibuktikan dengan adanya form
QC stereoplotting.

Persiapan data unsur QC pada bagian ini menilai keberadaan data


pembentuk DTM: yang digunakan dalam pembentukan DTM
apakah sudah sesuai atau belum.
a. Perairan_LN

b. Hipsografi_LN

c. Hipsografi_PT

d. Frame lembar peta

Peralatan pembentuk DTM: QC pada bagian ini menuliskan perangkat lunak


berikut Serial Number yang digunakan dalam
a. Perangkat lunak pembentuk
pembentukan DTM.
DTM

b. S.N (Serial Number)

Pengolahan DTM: QC pada bagian ini berupa identifikasi metadata


terhadap DTM yang sudah dihasilkan, berupa:

a. Metode Interpolasi a. Metode interpolasi yang digunakan apakah


sudah sesuai? (TIN)
b. Format DTM
b. Format DTM apakah sudah dalam fomat .bil
32 bit float
c. Ukuran cell
c. Ukuran cell apakah sudah 2m per cell
d. Shader DTM

d. Shader DTM yang digunakan menunjukkan


gradasi perbedaan tinggi, seperti “Elevation #1
atau Elevation #2”

Informasi tersebut dapat dilihat dari metadata


properties data DTM yang dihasilkan misal pada
Parameter QC Penjelasan Cara QC / Contoh Tampilan

software Global Mapper maupun ArcGIS.

Penilaian Kualitas DTM:

a. Kualitas secara matematis


1. Tubuh air mempunyai
1.Dicek dengan melihat ketinggian vertex dari
ketinggian yang sama
tubuh air, hal tsb dilihat dengan men-select
objek tubuh air dan lihat ketinggian dari setiap
vertex yang ada.

2. DTM di sepanjang arah 2.DTM di sepanjang arah aliran air (sungai, alur)
aliran air (sungai, alur) mengalir secara smooth, untuk melihat apakah
mengalir secara smooth aliran sudah smooth dapat dicek dengan
membuat penampang melintang dari DTM
yang dihasilkan.

b. Kualitas secara visual


1. Menilai kehalusan DTM secara visual
1. Kehalusan DTM
dilakukan dengan memastikan tidak terdapat
DTM bergerigi dan tidak smooth.
2. Menilai kesesuaian nilai elevasi maksimum
2. Elevasi Maximum dan minimum dilakukan dengan
3. Elevasi Minimum membandingkan nilai ketinggian maksimum
dan minimum dari data titik tinggi (masspoint
dan spotheight).

4. Menilai ada tidaknya ketinggian di bawah nol


4. Tidak ada ketinggian di (0), dilakukan dengan melihat nilai
bawah nol (0) ketinggian minimum di elevation legend.

Menilai ada tidaknya dan kesesuaian cekungan


5. Cekungan (depressions) (depressions) dan spikes dilakukan dengan
melihat visualisasi secara 3D, pastikan tidak
6. Spikes terdapat beda tinggi yang ekstrim.

Penamaan Data Penamaan file data DTM dilakukan per NLP


1:5.000 dengan extensi .bil misalnya: 1209-
File DTM
3124D.bil
D. Pembentukan Kontur
a) Pembuatan Kontur
Pembuatan kontur dilakukan dengan cara generate data DTM format *.tin yang
sudah lulus QC Pembentukan DTM. Interval kontur sesuai dengan perka BIG
Nomor 15 Tahun 2014 tentang pedoman teknis ketelitian peta dasar adalah 2m
untuk skala 1:5000, sedangkan interval kontur indeks adalah 10m. Pada daerah
yang relatif datar dibuat garis kontur bantu dengan interval 1m. Tabel ketelitian
geometri peta RBI dan ketentuan ketelitian geometri peta RBI dapat dilihat di Tabel
2.1. dan Tabel 2.2.

Tabel 2.1. Ketelitian Peta RBI

Tabel 2.2. Ketentuan Ketelitian Geometri Peta RBI berdasarkan Kelas

Tahapan teknis pembuatan kontur menggunakan DTM format *.tin :


1. Buka data TIN di modul ArcMap (Software ArcGIS 10.1)
Gambar 2.22. Data DTM format TIN

2. Buka ArcToolbox  3D Analyst Tools  Triangulated Surface  Surface


Contour

Gambar 2.23. Menu Surface Contour di Arctoolbox

3. Akan muncul kotak dialog Surface Contour dengan kolom :


Input Surface : Isikan data masukan yaitu data TIN yang sudah
bersih dari kesalahan
Output Feature Class : Isikan nama feature class hasil pembuatan
kontur
Contour Interval : Isikan 2m
Base Contour : Isikan default (0)
Contour Field : Isikan default (Contour)
Contour Field Precision : Isikan default (0)
Index Interval : Isikan 10m
Index Interval Field : Isikan default (Index_Cont)
Z Factor : Isikan default (1)
Pyramid Level Resolution : Isikan default (0)
Gambar 2.24. Kotak dialog Surface Contour

4. Hasil pembuatan kontur

Gambar 2.25. Hasil pembentukan kontur dari data DTM

b) Editing Kontur
Editing kontur yang dilakukan dalam tahap ini yaitu menghaluskan kontur
(smooth contour). Kontur dihaluskan dengan toleransi 1m (setengah interval
kontur) agar tidak mengubah kualitas kontur secara geometri.
Tahapan teknis menghaluskan kontur yaitu :
1. Membuka data kontur di ArcMap (Software ArcGIS)

Gambar 2.25. Tampilan data kontur yang akan di haluskan

2. Buka ArcToolbox  Cartographic Tools  Generalization  Smooth Line

Gambar 2.26. Menu Smooth Line di ArcToolbox

3. Akan muncul kotak dialog Smooth Line dengan kolom :


Input Surface : Isikan data kontur yang akan dihaluskan
(smooth)
Output Feature Class : Isikan nama feature class hasil smooth kontur
Smooth Algorithm : Isikan default (PAEK)
Handling Topological Errors : Isikan default (NO_CHECK)
Gambar 2.27. Kotak dialog Smooth Line

5. Hasil Smooth Line kontur

Hasil setelah Smooth Line

Sebelum Smooth Line

Gambar 2.28. Perbandingan sesudah dan sebelum smoothing

Garis biru hasil smoothing garis kontur dengan smothing tolerance 1 meter
(0.5 x interval kontur)

Gambar 2.29. Garis kontur hasil smoothing


E. Kontrol Kualitas Pembentukan Kontur
QC pembentukan kontur digunakan untuk mengetahui kualitas garis kontur yang
sudah dibentuk dari data DTM dengan format *.tin. Dengan asumsi data DTM sudah
bagus, maka kontur yang dibentuk seharusnya juga sudah bagus. Hal-hal pokok
yang perlu diperhatikan dalam QC pembentukan kontur antara lain:

 Telah lolos QC Pengolahan DTM

 Kesesuaian data yang digunakan dalam pembentukan kontur

 Kesesuaian peralatan yang digunakan dalam pembentukan kontur

 Penilaian kualitas kontur; antara lain kesesuaian interval kontur indeks,


interval kontur selang, interval kontur bantu, kahalusan kontur yang
dibentuk, segmen kontur, kesesuaian bentuk geometri kontur terhadap
unsur lainnya (PERAIRAN_LN dan HIPSOGRAFI_DEM_LN), garis kontur
dengan elevasi yang sama tidak memotong sungai yang sama lebih dari
satu kali, dan lainnya.

 Kesesuaian penamaan data

Penjelasan item dalam kontrol kualitas pembentukan DTM sebagai berikut:

Parameter QC Penjelasan Cara QC / Contoh Tampilan

Dokumen Acuan QC: Sebelum melakukan QC pembentukan kontur,


a. QC Pengolahan DTM harus sudah dilakukan proses QC pengolahan
DTM terlebih dahulu, dibuktikan dengan adanya
form QC pengolahan DTM.

Persiapan data unsur QC pada bagian ini menilai keberadaan data


pembentuk kontur: yang digunakan dalam pembentukan kontur
apakah sudah sesuai atau belum.
a. Perairan_LN

b. Hipsografi_LN

c. Hipsografi_PT

d. Frame lembar peta

Peralatan pembentuk QC pada bagian ini menuliskan perangkat lunak


kontur: berikut Serial Number yang digunakan dalam
pembentukan kontur.
a. Perangkat lunak pembentuk

kontur

b. S.N (Serial Number)

Penilaian Kualitas Kontur:


Parameter QC Penjelasan Cara QC / Contoh Tampilan

a. Interval kontur indeks a. Menilai kesesuaian nilai garis kontur indeks


terhadap skala 1:5.000 yang dihasilkan mulai
dari 10m, 20m, dst.

b. Interval kontur selang b. Menilai kesesuaian nilai garis kontur selang


terhadap skala 1:5.000 yang dihasilkan mulai
dari 2m, 4m, 6m, dst.
c. Interval kontur bantu c. Menilai kesesuaian nilai garis kontur bantu
apakah sudah benar 1m.

d. Tidak ada kontur yang d. Dilakukan dengan menampilkan data


Hipsografi_LN dan Bangunan_AR lalu dicek
memotong/melewati apakah ada garis kontur yang memotong
bangunan (untuk area yang bangunan. Untuk area yang padat dan tidak
memungkinkan dilakukan editing garis kontur
tidak padat objek bangunan maka hal tsb menjadi pengecualian.

e. Kontur bantu ditampilkan e. sudah jelas


pada daerah datar dan
Seperti ini yang tidak boleh
pantai
f. Kontur tidak boleh masuk
sungai
hanya ke dalam salah satu
garis tepi sungai

Seperti ini yang tidak boleh

g. Garis kontur dengan elevasi sungai


yang sama tidak memotong
sungai yang sama lebih dari
satu kali

h. Garis kontur tidak h. sudah jelas


memotong garis tepi
perairan (danau, empang,
air rawa, dan pantai)

i. Perpotongan garis kontur hulu


dengan sungai/anak sungai
maka pola kontur cenderung hilir

menjorok ke arah hulu


Parameter QC Penjelasan Cara QC / Contoh Tampilan

j. Garis kontur pada punggung


bukit yang tajam membentuk
huruf V menghadap pada
bagian yang lebih tinggi

k. Garis kontur pada curah


yang sempit membentuk
huruf V menghadap pada
bagian yang lebih rendah

Penamaan Data

a. File Kontur a. Penamaan file data kontur harus sesuai


dengan schema geodatabase, yaitu
dimasukkan ke HIPSOGRAFI_LN.

b. Kesesuaian kode unsur b. Mengecek apakah kode unsur garis kontur


dengan domain sudah sesuai dengan domain yang ada di
schema geodatabase.

Anda mungkin juga menyukai