II | 1
2.2 Bahasan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan
2.2.1 Administrasi Kontrak
Kontrak disuatu proyek bertujuan sebagai pernyataan yang berisikan
perjanjian antara kedua belah pihak. Sistem kontrak yang digunakan dalam
Proyek Pembangunan Jalan Tol Padang-Pekanbaru Ruas Padang-Sicincin yaitu
system kontrak Fix Unit Price. Kontrak Fix Unit Price adalah pekerjaan yang
ditenderkan merupakan jumlah dari masing-masing item pekerjaan yang diberi
harga satuan dalam daftar Kwantitas Pekerjaan. Adapun datanya sebagai berikut :
II | 2
Adapun data teknis Proyek Jalan Tol Padang-Pekanbaru Ruas Padang-
Sicinicin, antara lain :
Lokasi Pekerjaan : Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi
Sumatera Barat
Panjang Jalan : 36.6
Kecepatan Rencana : 80 km/jam
Tipe Perkerasan : Rigid
Jumlah Lajur : 2 x 2 lajur
Lebar lajur : 3.6 m
Lebar Bahu Luar : 3.0 m
Lebar Bahu Dalam : 1.5 m
Lebar Median : 2.5 m
Jumlah Interchange : 3 Gerbang
Sta 1 + 800
Sta 19 + 000
Sta 35 + 800
Jumlah Overpass : 8
Jumlah Underbridge : 10
Jumlah Jembatan Sungai : 8
Jumlah Box Culvert : 102
Jumlah Box Traffic : 21
Jumlah Box Pedestrian : 5
II | 3
Berikut disajikan tabel properties dari tipikal perkerasan kaku pada
Pembangunan Proyek Jalan Tol Padang-Pekanbaru Seksi I Ruas Padang-Sicincin
Zona II :
Tabel 2. 1 Tipikal Perkerasan Kaku Tol Padang-Sicincin
No Kontruksi Keterangan
.
1. Rigid Pavement 30 cm
2. Lean Concrete 10 cm
3. Aggregat Kelas A 15 cm
a. Merencanakanmetode kerja.
b. Membuat anggaran pembiayaan konstruksi.
c. Mengkoordinasi semua pihak yang terkait.
d. Mengendalikan seluruh kegiatan konstruksi
e. Bertanggung jawab atas tercapainya semua tujuan proyek
2. Healthy, Safety, Environment (HSE)
Healthy, Safety, Environment (HSE) atau bisa disebut juga
Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) merupakan bidang yang
berfungsi untuk mengatur dan memberikan jaminan kesehatan serta
keselamatan kerja pada karyawan.
II | 4
Tugas dan tanggung jawab Healthy, Safety, Environment (HSE)
yaitu :
II | 5
5. Site Operational Manager (SOM)
Site Operations Manager (SOM) bertanggung jawab untuk mengelola
operasi fisik pelaksanaan proyek dan meminimalkan risiko yang mungkin
terjadi dalam proyek. Kewajiban dan tanggung jawab Site Operations
Manager (SOM) adalah sebagai berikut :
II | 6
b. Menghitung jumlah bahan baku dan tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan.
c. Menentukan estimasi waktu pelaksanaan pekerjaan.
d. Melakukan survey akhir bangunan yang telah selesai.
8. Logistik
9. Drafter
11. Surveyor
II | 7
Time schedule adalah suatu bentuk rencana kerja yang berupa table, berisis
jenis-jenis pekerjaan disertai waktu dimulainya sampai dengan berakhirnya setiap
jenis pekerjaan tersebut. Kurva S merupakan kurva yang menghubungkan antara
waktu dan kemajuan pekerjaan, yang mana waktu pelaksanaan proyek dibuat
dengan skalawaktu tiap minggu.
Penjadwalan tersebut dibuat berdasarkan volume pekerjaan dan harga item
pekerjaan. Dari hasil Kurva S nantinya akan digunakan sebagai panduan untuk
pengendalian pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
Adapun tujuan dari pembuatan time Schedule adalah :
1. Menentukan urutsn pekerjaan dengan kebutuhan dan kemampuan yang
ada, hal ini bertujuan agar pelaksanaan dapat berjalan lancer dan efisien
dengan sumbar daya yang optimal
2. Meminimalisir terjadinya keterlambatan, dengan adanya Time Schedule
kemungkinan keterlambatan dapat terdeteksi sedini mungkin, sehingga
dilakukan pencegahan atau diambil kebijakan lain yang sesuai
3. Memperkecil sumber daya yang harus disediakan untuk kelancaran
pekerjaan
2.2.2.3 Pengendalian Proyek
1. Pengendalian Waktu
Dalam pelaksanaan pengendalian waktu dilakukan dengan membuat
pelaksanaan disiplin kerja proyek sebagai patokan mulai dan selesainya
pelaksanaan pekerjaan serta Perancangan waktu pelaksanaan pekerjaan
sebagai bentuk realisasi pelaksanaan yang diterapkan.
a. Pelaksanaan Disiplin Kerja Proyek
Proyek Pembangunan Jalan Tol Padang-Pekanbaru Ruas Padang-
Sicincin memiliki peraturan untuk pekerja, karyawan, dan staff sebagai
berikut :
1. Hari / Jam Kerja
Safety Morning : 08.30 WIB
Masuk Kerja : 09.00 WIB
Istirahat : 12.00 – 13.00 WIB
Pulang Kerja : 17.0 IB
II | 8
2. Kerja Lembur
Kerja lembur merupakan waktu kerja diluar jam kerja reguler.
Pada Proyek Tol Ruas Padang-Sicincin, kerja lembur diberikan
apabila ada pekerjaan yang dikerjakan lewat dari pukul 17.00 WIB.
kerja lembur biasanya dilaksanakan 19:00 – 21:30 WIB untuk
mengerjar target pekerjaan pada jam, bahkan bisa lebih tergantung
pekerjaaan yang dilakukan.
2. Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya dapat dilakukan dengan membuatkan suatu anggaran
tentang biaya yang akan diperlukan selama proses pekerjaan berlangsung.
Anggaran tersebut dibuat oleh kontraktor yang lebih mengetahui keadaan di
lapangan, seperti pengendalian material/bahan, pengendalian sumber daya
manusia (gaji), dan pengendalian biaya peralatan.
Setelah semua anggaran biaya ditentukan, maka setelah itu dibuat
semacam evaluasi terhadap biaya yang dikeluarkan dan dibuatkan laporan
dari pekerjaan tersebut dalam jangka waktu tertentu kemudian akan
dibandingkan dengan anggaran yang telah dibuat (kontrak). Berikut akan
dijelaskan bagaimana perhitungan agar diperoleh biaya yang akan
dikeluarkan oleh pihak kontraktor perminggunya :
II | 9
3. Pengendalian Mutu Pekerjaan
Pengendalian mutu (Quality Control) pada suatu proyek dilakukan
terhadap semua item pekerjaan yang ada pada proyek tersebut. Pengendalian
mutu dilakukan agar proyek yang dilaksanakan dapat mencapai persyaratan
mutu yang telah disepakati sebelumnya di dalam kontrak. Untuk mengetahui
apakah pekerjaan yang telah dilaksanakan telah mencapai mutu yang telah
disyaratkan perlu dilakukan berbagai bentuk pengujian baik yang dilakukan
di laboratorium maupun dilapangan. Pada Proyek Pembangunan Jalan Tol
Ruas Binjai-Langsa Seksi Binjai P.Brandan Zona IV pengendalian mutu yang
dilaksanakan selama penulis kerja praktek yaitu terdiri dari:
2.2.2.4 Pengujian Sand Cone
2.2.2.5 Pungujian Proof Rolling
2.2.2.6 Pungujian Slump Beton
2.2.2.7 Laporan Proyek
1. Laporan Harian
Untuk mengetahui bobot pekerjaan yang telah terealisasikan dibantu
dengan sebuah laporan. Laporan ini dapat berisikan volume pekerjaan yang
telah dikerjakan, tenaga kerja, bahan yang digunakan, peralatan, dan laporan
cuaca selama proyek. Laporan ini nantinya akan merajuk pada realisasi
proyek sehingga kita dapat mengetahui kemajuan proyek yang telah
terlaksana. Laporan harian dibuat setiap hari secara tertulis dengan
ditandatangani oleh kontraktor dan disetujui oleh konsultan pengawas. Isi
laporan harian tersebut adalah :
1. Melaporkan berupa jumlah tenaga kerja setiap hari.
2. Melaporkan kedatangan bahan dan alat.
3. Melaporkan bahan yang telah terpakai.
4. Melaporkan keadaan cuaca di lokasi proyek.
5. Melaporkan volume dan jenis pekerjaan yang dilaksanakan.
6. Membuat catatan, instruksi dan teguan dari konsultan pengawas.
II | 10
Dengan adanya laporan harian ini maka segala kegiatan proyek yang
akan dilaksanakan dapat dimonitor. Keuntungan yang diperoleh sehubungan
dengan adanya laporan harian ini adalah bila terjadi hal-hal yang memaksa
untuk melihat kembali data-data maka diperoleh kemudahan dalam
mencapainya.
2. Laporan Mingguan
Laporan mingguan ini dibuat berdasarkan laporan harian yang telah
disusun dan direkap, yang berisi tentang uraian pekerjaan hari-hari
sebelumnya serta kemajuan pekerjaan yang telah dilaksanakan. Sama halnya
dengan laporan harian, pembuatan laporan mingguan juga dimaksudkan
untuk mengetahui keadaan proyek dan progress pekerjaan selama satu
minggu atau tujuh hari kerja (Senin-Minggu). Selain mencakup pelaporan
setiap minggunya, laporan mingguan ini juga membahas tentang
permasalahan yang lebih kompleks. Persentase kemajuan atau keterlambatan
proyek juga dapat diketahui melalui laporan mingguan ini dengan cara
membandingkan kurva S. Adapun laporan mingguan berisikan tentang hal-
hal berikut:
II | 11
proyek selama satu bulan. Dalam laporan bulanan berisikan seluruh kegiatan
proyek, baik pelaksanaan maupun kegiatan-kegiatn penunjangnya terdapat
dalam hal - hal berikut:
1. Data umum proyek.
2. Master schedule dan s-curve tracking.
3. Laporan progress bulanan.
4. Foto dokumentasi kemajuan proyek.
5. Permasalahan yang terjad beserta solusinya.
6. Kondisi cuaca di proyek selama satu bulan lengkap.
2.2.2.8 Tambah Kurang Item Pekerjaan
Pekerjaan tambah kurang (change order) biasa dikenal juga dengan addendum
merupakan perubahan yang meliputi menambah atau mengurangi volume
pekerjaan, jenis pekerjaan, atau bahkan megubah spesifikasi teknis pekerjaan
sesuai dengan kebutuhan lapangan yang akan berdampak terhadap waktu dan
biaya pelaksanaan proyek.
Selain tambah kurang item pekerjaan, adendum waktu juga digunakan pada
proyek pembangunan jalan tol Ruas Padang – Sicincin. Adendum waktu
dilakukan karena kondisi cuaca di sekitaran lokasi proyek yang disebabkan oleh
cuaca sehingga adendum penambahan waktu untuk pengerjaan sebuah item
pekerjaan dilakukan terutama pada pekerjaan rigid pavement.
II | 12
Adapun beberapa pengendalian mutu yang diamati pada proyek selama
PKL berlangsung,yaitu terdiri dari :
II | 13
2.2.3.1.2 Pengujian Tanah
A. Pengujian Attebert Limit
Batas cair adalah kadar air tanah bilamana diperlukan 25 pukulan untuk
maksud ini. Biasanya percobaan ini dilakukan terhadap beberapa contoh
dengan kadar air yang berbeda, dan banyaknya pukulan dihitung untuk masing-
masing kadar air. Dengan demikian dapat dibuat suatu grafik kadar air terhadap
banyaknya pukulan. Dari grafik ini dapat dibaca kadar air pada 25 pukulan.
1. Peralatan
1. Cassagrande
2. Groving tool’s
3. Oven
4. Timbangan digital
5. Saringan No. 40
II | 14
6. Plat kaca
7. Gelas ukur plastik
8. Pipet
9. Jangka sorong
10. Cetakan
11. Spatula
12. Kontainer
13. Cawan
14. Palu karet
2. Bahan
1. Contoh tanah lolos saringan No. 40
2. Air
3. Langkah Kerja
1. Persiapkan semua peralatan dan bahan yang dibutuhkan dalam
pengujian.
II | 15
sample menyatu sepanjang ± 1,27 cm, dan hentikan pemutaran
handle.
8. Ambil sebagian dari sample yang telah diuji tadi dan masukkan ke
dalam kontainer untuk menghitung kadar airnya. Pengujian
dilakukan sebanyak 4 kali dengan batasan jumlah ketukan
II | 16
diameternya adalah ± 3 mm, dan menunjukkan keadaan retak-retak
rambut.
5. Apabila sebelum mencapai diameter 3 mm benda uji menunjukkan
retak-retak rambut, berarti benda uji tersebut kekurangan air.
Sebaliknya, apabila pada saat mencapai diameter 3 mm benda uji
belum mengalami retak-retak rambut, maka benda uji tersebut
kelebihan air. Dengan demukian, percobaan harus diulangi dengan
menmbahkan tanah pada adukan sedikit demi-sedikit.
6. Jika benda uji telah menunjukkan keadaan retak-retak rambut pada
diameter 3 mm, maka masukkan benda uji kedalam kontainer yang
masing-masing kontaine berisi 5 benda uji kemudian oven selama 24
jam dengan suhu 110 ± 5º C untuk menetukan kadar airnya.
PI = LL - PL
Untuk pembuatan jalan baru harus diperhitungkan nilai CBR dari tanah
yang disebut “Design CBR”, dengan memperhitungkan dua faktor yaitu :
II | 17
1. Peralatan
a. Seperangkat alat CBR
b. Spatula
c. Scrapper
d. Cawan
e. Oven
2. Bahan
a. Tanah
b. Air suling
3. Langkah Kerja
1. Keluarkan tanah dari dalam kantong plastik, masukkan ke dalam
wadah benda uji.
2. Lakukan pengujian kadar air yang terdapat pada masing-masing benda
uji, apakah kadar airnya sudah sama dengan jumlah kadar air untuk
mencapai OMC atau belum.
3. Apabila jumlah kadar air yang diperoleh dari benda uji tersebut belum
mencapai OMC, maka benda uji harus ditambah air sampai kadar
airnya mencapai OMC, dan aduk hingga merata.
4. Bagi benda uji sebanyak 5 bagian untuk dimasukkan ke dalam cetakan
mould.
5. Masukkan benda uji ke dalam 3 cetakan yang masing-masing cetakan
dipadatkan sebanyak 5 lapisan.
6. Lakukan pemadatan benda uji pada masing-masing lapisan dengan
ketentuan sebagai berikut :
- Benda uji I = 10 kali tumbukan
II | 18
II | 19
c. Uji Kepadatan Standar (Standard Proctor Test)
Uji Kepadatan Standar (Standard Proctor Test) merupakan
pengujian untuk mengidentifikasi kadai air terbaik untuk suatu tanah
tertentu dengan kepadatan yang maksimum.
1. Peralatan
1. Mold
2. Hammer
3. Tabung Ukur
4. Extruder
5. Spatula
6. Neraca Digital
7. Saringan Nomor 4
8. Cawan
9. Oven
2. Bahan
1. Tanah Lolos saringan nomor 4 sebanyak 2000gram
3. Langkah Kerja
1. Persiapkan alat dan bahan
2. Masukkan sampel hingga memenuhi 1/3 bagian tinggi mold,
lalu tumbuk sebanyak 25X dengan cara menyilang dan pada
tumbukan 25 hammer jatuh pada titik tengah cetakkan,
sebelumnya tanah dicampur air dengan jumlah tertentu.
3. Setelah itu, isi kembali hingga tanah memenuhi 2/3 tinggi
mold, lalu lakukan penumbukan dengan hammer sebanyak
25X
4. Selanjutnya, isi mold dengan tanah hingga padat dan laukan
penumbukan dengan hammer sebanyak 25X
5. Setelah penumbukan selesai dilakukan, angkat dan lepas
perpanjangan cetakan (mold), lalu kikis/potong sisa tanah
yang tersisa diatas bibir mold, sehingga sampel tanah rata
dengan bibir mold
6. Lepas mold dari plat dudukannya lalu timbang berat tanah
basah + mold
II | 20
7. Tanah mold yang masih berisi sampel, masukkan ke extruder.
Atur sedemikian rupa lalu ungkit tuas sehingga tanah keluar
dari mold lalu catat
8. Timbang berat tanah basah yang keluar perlahan dari mold
silinder
9. Bagi sampel tabung tanah basah menjadi tiga bagian atas,
tengah, dan bawah. Ambil sedikit dari masing-masing lapisan
untuk dioven, sehingga kadar airnya dapat diketahui
10. Jangan lupa timbang berat cawan+tanah basah
11. Lakukan langakh 2-10 dengan penambahan volume air yang
berbeda-beda (meningkat), sampai didapat berat tanah basah
menurun (langkah 8) dengan volume yang sama
12. Apabila berat tanah sudah turun, maka pengujian dapat
dihentikan
d. Pengujian Berat Jenis (Spesicific Gravity)
Berat jenis tanah merupakan perbandingan antara berat butir tanah dan berat
air yang ada pada/dalam tanah tersebut pada suhu tertentu. Hasil penentuan dari
berat jenis tanah dari sebagian besar tanah menunjukkan, bahwa BJ (berat jenis)
tanah biasanya berkisar antara 2,4 – 2,8 ml/gr. Berat jenis tanah ditentukan oleh
kadar kwarsa yang dikandung tanah tersebut. Makin tinggi kadar kwarsa tanah,
maka makin tinggi pula berat jenisnya.
Berat jenis tanah diperlukan untuk menghitung indeks properties tanah
(misalnya angka pori, berat isi tanah, derajat kejenuhan ) dan sifat – sifat penting
tanah lainnya. Selain itu dari nilai berat jenis tanah dapat pula ditentukan sifat
tanah secara umum,misalnya tanah organis mempunyai berat jenis yang kecil,
sedangkan adanya kandungan mineral berat lainnya (misalnya besi ) ditunjukkan
dari berat jenis tanahnya yang besar.
1. Peralatan :
1. Picnometer
2. Timbangan digital
3. Oven
4. Saringan No. 40
5. Hot Plate
II | 21
6. Waterbath
7. Thermometer
8. Mojun
2. Bahan :
1. Contoh tanah yang lolos saringan No. 40 sebanyak 25 gram dalam
kondisi kering oven.
2. Air bersih.
3. Langkah Kerja
II | 22
11. Berat W4 yang diperoleh harus dikoreksi terhadap suhu pada
waktu pengujian, sehingga didapat (W5).
12. Tentukan berat jenis tanah dengan rumus yang telah ditentukan.
Pengujian
II | 23
3. Putar mesin dengan kecepatan 30 rpm sampai 33 rpm, jumlah
putaran gradasi A, gradasi B, gradasi C, dan gradasi D adalah 500
putaran dan untuk gradasi E, gradasi F, dan gradasi G adalah 1000
putaran
4. Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian
saring dengan saringan no. 12 (1.70 mm) butiran yang tertahan
diatasnya dicuci bersih, selanjutnya dikeringkan dalam oven
5. Jika material contoh benda uji homogen, pengujian cukup dilakukan
dengan 100 putaran dan setelah selesai pengujian disaring dengan
saringan no.12 tanpa pencucian. Perbandingan hasil pengujian
antara 100 putaran dan 500 putaran agregatagregat tertahan di atas
saringan no. 12 tanpa pencucian tidak boleh lebih besar dari 0,20
II | 24
Penyerapan dan berat jenis memiliki hubungan berbanding terbalik dalam
artiannya jika berat jenis suatu agregat besar, maka daya serap agregat tersebut
semakin kecil dan sebaliknya. Berat jenis dan penyerapan agregat mempunyai
pengaruh terhadap beton terutama pada :
1. Kadar air dilapangan
2. Penentuan jumlah air pengaduk dan jumlah semen yang diperlukan untuk
campuran beton
3. Bleding (terpisahnya air di permukaan) pada campuran beon
Hubungan antara berat jenis dan penyerapan:
a. Menentukan klasifikasi agregat
b. Menentukan bobot dari beton yang diinginkan
c. Menentukan karakter dari beton
d. Menentukan factor air semen
e. Menentukan jumlah semen yang diinginkan
f. Menentukan jumlah air pengaduk
Dari Dalam adukan beton terdapat agregat 75% dari volume beton. Oleh
sebab mutu beton agregat untuk campuran beton sangat diperhatikan sifatnya
untuk mendapatkan mutu beton yang baik dan kuat. Agregat dibedakan menjadi 4
jenis kondisi menurut kandungan air yang terdapat dalam agregat, yaitu:
1. Agregat kering mutlak
Keadaan ini terjadi ageregat dikeringkan samapi air yang terdapat dalam
agregat itu menguap dengan cara mengoven 24 jam, butiran tersebut tidak
mengandung air baik bagian luar maupun bagian dalam
2. Agregat kering udara
Keadaan ini terjadi apabila permukaan ageregat kering, sedangkan pada
bagian tengahnya masih mengandung air atau tidak jenuh
3. Agregat kondisi SSD
Pada kondisi ini bagian dalam agregat jenuh air sedangkan bagian
permukaan kering, keadaan ini diperlukan dalam pengadukan beton karena
agregat tidak menyerap maupun mengeluarkan air sehingga tidak
mempengaruhi jumlah air dalam pengadukan bertujuan agar air yang pas.
II | 25
4. Agregat basah
Kondisi ini terjadi apabila agregat mengandung air yang biasanya disebut
air permukaan dan agregat tersebut dalam keadaan basah
2. Bahan
1. Agregat halus kering SSD
2. Air
3. Langkah Kerja
1. Menentukan agregat dalam keadaan SSD
a. Persiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan selama
praktikum
b. Benda uji dicuci dan direndam dalam air selama 24 jam
II | 26
c. Setelah 24 jam, keringkan benda uji dengan dryer secara
perlahan-lahan
d. Masukkan benda uji kedalam kerucut Abraham sebanyak 3
lapis dan masing-masing tiap lapis ditumbuk 8 kali dan
ditambah 1 tumbukan pada lapisan terakhir sehingga total
tumbukan 25 kali.
e. Angkat secara vertical dengan spontan dan lihat bentuk agregat
akan terjadi dalam bentuk:
a) Basah : keringkan kembali dengan mesin dryer dan
lakukan kembali pengujian sampai kondisi agregat
dalam keadaan SSD
b) Kering : basahi kembali sampai pengujian mendapat
hasil SSD pada benda uji
c) SSD : gunakan benda uji untuk pengujian berat jenis
selanjutnya.
2. Menentukan berat jenis dan penyerapan
a. Benda uji ditimbang sebanyak ± 500 gram dalam keadaan SSD
b. Masukkan air ke dalam gelas ukur hingga mencapai skala yang
ditentukan kemudian timbang (Bt)
c. Masukkan benda uji kedalam gelas ukur da nisi dengan skala
yang ditentukan lalu kocok dan timbang (B)
d. Buang air dan keringkan agregat dalam oven ± 24 jam dan
timbang beratnya setelah di oven (Bk)
e. Hitung berat jenis dan penyerapan
C. Pengujian Proctor
Uji Kepadatan Standar (Standard Proctor Test) merupakan
pengujian untuk mengidentifikasi kadai air terbaik untuk suatu tanah
tertentu dengan kepadatan yang maksimum.
7. Peralatan
1. Mold
2. Hammer
3. Tabung Ukur
II | 27
4. Extruder
5. Spatula
6. Neraca Digital
7. Saringan Nomor ¾ s.d 200
8. Cawan
9. Oven
4. Bahan
1. Agregat Lolos saringan nomor 3/4 tertahan saringan no.200
5. Langkah Kerja
1. Persiapkan alat dan bahan
2. Masukkan sampel hingga memenuhi 1/3 bagian tinggi mold,
lalu tumbuk sebanyak 25X dengan cara menyilang dan pada
tumbukan 25 hammer jatuh pada titik tengah cetakkan,
sebelumnya agregat dicampur air dengan jumlah tertentu.
3. Setelah itu, isi kembali hingga agregat memenuhi 2/3 tinggi
mold, lalu lakukan penumbukan dengan hammer sebanyak
25X
4. Selanjutnya, isi mold dengan agregat hingga padat dan
laukan penumbukan dengan hammer sebanyak 25X
5. Setelah penumbukan selesai dilakukan, angkat dan lepas
perpanjangan cetakan (mold), lalu kikis/potong sisa agregat
yang tersisa diatas bibir mold, sehingga sampel rata dengan
bibir mold
6. Lepas mold dari plat dudukannya lalu timbang berat agregat
basah + mold
7. Mold yang masih berisi sampel, masukkan ke extruder. Atur
sedemikian rupa lalu ungkit tuas sehingga agregat keluar dari
mold lalu catat
8. Timbang berat agregat basah yang keluar perlahan dari mold
silinder
9. Bagi sampel tabung agregat basah menjadi tiga bagian atas,
tengah, dan bawah. Ambil sedikit dari masing-masing lapisan
untuk dioven, sehingga kadar airnya dapat diketahui
II | 28
10. Jangan lupa timbang berat cawan+agregat basah
11. Lakukan langakh 2-10 dengan penambahan volume air yang
berbeda-beda (meningkat), sampai didapat berat agregat
basah menurun (langkah 8) dengan volume yang sama
12. Apabila berat sudah turun, maka pengujian dapat dihentikan
Alat DCP pertama kali dirancang oleh Kley dan Van harden. Van Harden
mengeluarkan korelasi pada tahun 1969 dan Kley pada tahun 1983. Pengujian
DCP ini dilakukan pada pembuatan jalan raya yang sama setiap jarak tertentu.
Pada pengujian tersebut ditentukan kekerasan dari lapisan tanah yang akan
dibangun jalan di atasnya.
Rumus Dcp ;
Σ kedalaman (mm)
DCP=
Σ pukulan(blow )
a. Peralatan
1. Seperangkat alat DCP yang terdiri dari :
a) Batang besi ø 1,56 cm,
b) Beban tumbukan seberat 8 kg,
c) Tinggi jatuh beban adalah 80 cm.
II | 29
2. Langkah Kerja
1. Persiapkan peralatan yang diperlukan
2. Rangkai alat DCP
3. Letakkan alat DCP secara vertikal, berikan tumbukan awal
secukupnya (setting blow), untuk menanamkan ujung
kerucut sampai garis tengahnya yang terbesar terletak pada
permukaan tanah yang akan diuji
4. Pasang alat ukur dalam posisi vertical, bersebelahan dengan
batang penetrasi dipermukaan tanah
5. Angkat palu pada ketinggian maksimum, kemudian lepaskan
hingga jatuh beban, ukur dan catat kedalaman penetrasi
untuk setiap tumbukan
6. Lakukan percobaan sampai batang penetrometer telah masuk
keseluruhnya ke dalam tanah atau sampai mentok (bertemu
bebatuan ataupun akar tumbuhan)
7. Setelah langkah ke 6 selesai, maka keluarkan alat dari dalam
tanah dengan cara memukulkan palu dengan arah keatas
pada baut pembatas tinggi jatuh (stop nut)
Nilai berat isi tanah kering yang diperoleh dari percobaan ini biasanya
digunakan untuk mengevaluasi hasil perkerjaan pemadatan di lapangan (degree of
compaction) yaitu perbandingan antara γd hasil pengujian kerucut pasir dengan
γdmax hasil percobaan pemadatan di laboratorium.
II | 30
Tujuan dari pemadatan adalah untuk memperoleh stabilitas tanah dan
memperbaiki sifat-sifat teknisnya. Oleh karena itu, sifat teknis timbunan sangat
penting untuk diperhatikan, tidak hanya kadar air dan berat keringnya.
Besarnya kepadatan yang harus dicapai adalah antara minimal 95% untuk
tanah timbunan dan 100% untuk Top Subgrde serta Lapis Pondasi. Apabila
derajat kepadatan yang didapat kecil dari yang telah ditentukan, maka material
perlu dipadatkan kembali. Jika dengan pemadatan kembali, material yang
dihampar tidak mencapai kepadatan yang sesuai ketentuan, maka dilakukan
penggantian material.
1. Peralatan dan Bahan
1. Alat perata (Scraper).
2. Sekop kecil.
3. Kerucut yang dilengkapi dengan kran pengunci.
4. Botol
5. Paku
6. Timbangan
7. Wadah
8. Palu
9. Oven
10. Pasir Ottawa
11. Spiritus
2. Langkah Pengujian
a) Menentukan volume (Isi botol) :
1. Siapkan semua peralatan serta bahan-bahan yang diperlukan
dalam pengujian.
2. Timbang berat botol + corong dalam keadaan kosong (W1).
3. Buka kran pada corong kemudian isi air kedalam corong
sampai penuh.
4. Tutup kembali kran tersebut lalu balikkan botol agar air yang
tersisa pada corong keluar.
5. Timbang berat botol beserta corong yang berisi air (W2).
6. Hitung volume botol atau tabung, dengan rumus :
II | 31
W 2 - W1
Vbotol = γ air
W 3 - W1
γ pasir =
Vol . botol
II | 32
4. Tanah hasil galian dimasukkan ke dalam plastik, timbang dan
tentukan kadar airnya dengan cara mengambil sampel minimal
100 gram lalu dibakar menggunakan spiritus
5. Siapkan botol yang telah berisi pasir ± 2/3 dari tinggi botol lalu
timbang (W6).
6. Letakkan botol di atas lubang dengan posisi kerucut
menghadap ke dalam lubang, buka kran kerucut sehingga pasir
mengalir mengisi lubang hingga penuh.
7. Timbang sisa pasir dalam botol (W7)
8. Hitung berat pasir dalam lubang dan kerucut (W8) :
W8 = W6 – W7
9. Hitung berat pasir dalam lubang (W9) :
W9 = W 8 – W6
10. Hitung volume galian :
Berat pasir
Vol = γ pasir
Proof Rolling Test adalah pengujian secara visual terhadap kepadatan tanah
top timbunan dan base A. Pengujian ini dilakukan untuk mengetes kelendutan
tanah dengan cara dilewati oleh kendaraan Dump Truck yang dibebani material.
Apabila terjadi kelendutan pada lapisan tanah, maka harus dipadatkan kembali
hingga mencapai stabilitas dan kepadatan sesuai spesifikasi yaitu lendutan yang
terjadi tidak boleh lebih dari 3 cm.
II | 33
Gambar 2. 4 Proof Rolling Base A
II | 34
Gambar 2. 6 Pengujian CBR Lapangan
a. Langkah Kerja
1. Tentukan titik pengujian.
2. Siapkan area permukaan sesuai kedalaman lapisan yang akan diuji
dengan memindahkan material lepas dan buatlah area tersebut menjadi
datar.
3. Tempatkankan excavator di lokasi titik pengujian.
4. Sambungkan ring penguji pada ujung dongkrak. Kemudian hubungkan
sejumlah pipa tambahan pada torak penetrasi dan ikat dongkrak pada
tempatnya.
5. Letakkan pelat beban di bawah torak penetrasi sehingga torak penetrasi
dapat masuk kedalam lubang pelat beban.
6. Pasang dial pengukur penetrasi pada torak dan atur agar dial
menunjukkan angka nol.
7. Penempatan alat CBR dibawah excavator tepat di titik pengujian.
8. Putar tuas pada dongkrak dan catat pembacaan beban.
2.2.3.2.5 Pengujian Slump
Pengujian slump beton dilakukan untuk menentukan kelecekan adukan
beton. Percobaan slump tersebut dari plat kerucut terpancang dengan ukuran
diatasnya berdiameter 10 cm, bawah berdiameter 20 cm, dan tinggi 30 cm, disebut
juga dengan kerucut Abraham. Pengujian dapat dilakukan dengan cara yaitu
adukan buatan harus diambil langsung dari mesin pengaduk dengan ember atau
benda lainnya yang tidak mengisap air.
II | 35
Tabel 2. 3 Spesifikasi Tinggi jatunya Slump
Slump Beton
Jenis Konstruksi
Maksimum Minimum
Pondasi Dinding dan Pondasi Telapak Beton Bertulang 75.0 mm 25.0 mm
Pondasi Telapak Beton Tak Bertulang, Caisson dan
75.0 mm 25.0 mm
Konstruksi Bawah Tanah
Pelat Lantai, Balok, dan Dinding Beton Bertulang 100.0 mm 25.0 mm
Kolom Beton Bertulang 100.0 mm 25.0 mm
Perkerasan Jalan 75.0 mm 25.0 mm
Pembetonan Massal 50.0 mm 25.0 mm
II | 36
1. Alat
1. Tongkat pemadat dengan Ø 16 mm dan panjang 60 cm
2. Mesin pengaduk (molen)
3. Pan
4. Sendok Semen
5. Stopwatch
6. Sendok spesi
7. Mistar
8. Cawan
9. Pen dan ember
10. Sendok semen
2. Bahan ( Sesuai Rangcangan Campuran)
II | 37
1. Campuran beton
3. Langkah Kerja
1. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
pengujian
2. Mengaduk semen, kerikil, pasir, dan air di dalam mesin
pengaduk hingga seluruh bahan tercampur secara merata.
Pencampuran air pada saat pengadukan bahan harus sedikit
dami sedikit hingga tercapai nilai slump yang diinginkan
3. Sementara itu letakkan cetakan kerucut Abraham pada pan
dengan posisi lobang Ø20 cm kerucut menumpu pada pan
4. Kemudian ambil adukan beton dari mesin pengaduk dengan
menggunakan sendok semen dan masukkan ke dalam kerucut
Abraham sebanyak 3 lapis. Setiap lapisan ditumbuk dengan
tongkat pemadat sebanyak 10 kali
5. Setelah itu ratakan permukaan atas kerucut dengan tongkat
pemadat dan biarkan selama 30 detik
6. Kemudian lakukan pengukuran terhadap keruntuhan tang
terjadi dari 3 sisi dengan cara membalikkan kerucut Abraham
180° lalu letakkan tongkat penumbuk diatasnya, lalu ukurlah
nilai slump tiga sisi
7. Rata-ratakan data beda tinggi yang diperoleh.
8. Jika nilai slump yang diinginkan belum tercapai, ulangi
pengadukan dengan menambah kadar air secara sedikit demi
sedikit serta lakukan pengujian slump hingga tercapai nilai
slump yang diinginkan.
2.2.4 Kesehatan, Keselamatan Kerja, dan Lingkungan (K3L)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau biasa disebut dengan K3, yaitu
sebuah upaya sebuah upaya maupun usaha untuk mencegah terjadinya suatu
resiko kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, peledakan, kebakaran bahkan
pencemaran lingkungan.
II | 38
a. Alat Pelindung Diri (APD)
b. Helm Proyek
Helm Proyek merupakan alat pelindung diri khusus kepala dari benda
yang jatuh yang akan menyebabkan cidera serius. Selain itu, dalam
sebuah proyek helm juga sebagai penanda jabatan seseorang pada
sebuah proyek.
Gambar 2. 8 Helm
c. Sepatu Safety
Sepatu Safety berguna melindungi kaki ketika tersandung benda keras,
menginjak benda tajam, terhimpit beban berat. APD ini juga berfungsi
melindungi kaki dari luka bakar ketika mengelas.
II | 39
d. Rompi Safety
Rompi Safety berguna mengurangi risiko kecelakaan kerja, terutama
dalam pelaksanaan proyek di malam hari. Rompi tersebut memiliki
bahan polyester yang didesain khusus, dan dilengkapi reflector atau
pemantul cahaya.
Gambar 2. 10 Rompi
e. Kacamata Safety
Kacamata Safety berguna melindungi mata dari debu, serbuk kayu,
percikan logam, bahan kimia, serta partikel lain yang membahayakan.
f. Sarung Tangan
II | 40
Sarung tangan berguna melindungi tangan agar tidak lecet atau terluka
karena gesekan bahan material bangunan. Sarung tangan berperan
penting dalam pekerjaan konstruksi seperti pengerjaan pembesian
fabrikasi dan penyetelan, mengelas, atau ketika membawa barang
berbahaya dan korosif seperti asam dan alkali
II | 41
Gambar 2. 13 Rambu Keselamatan
II | 42
dapat bermasalah.Jika orang-orang tidak melihat apapun yang bermasalah,
mereka akan berasumsi bahwa tidak akan muncul masalah sehingga mereka
tidak diharuskan untuk bertindak apapun. Ini adalah hal yang tidak tepat
sehingga perlu usaha-usaha untuk mengikis asumsi tersebut.
Oleh karena itu, dalam ketiadaan kejadian kecelakaan kerja dan dalam
usaha untuk mempromosikan perhatian keselamatan kerja yang terjadi,
sebuah organisasi harus membuat sebuah sistem informasi yang
mengumpulkan, menganalisa dan membagikan informasi tentang manusia,
technical, organisasi dan faktor lingkungan.
II | 43
sumber, mengambil pelajaran yang berguna, membagi pelajaran yang di dapat
dan menindaklanjuti proses pengembangan keselamatan kerja.
Organisasi pembelajar akan mencari pandangan yang berlawanan untuk
mencari kesempatan belajar dengan lebih efektif. Mereka terbuka akan berita
yang buruk sehingga informasi tidak “dikecilkan” begitu sampai ke manager.
Laporan yang ada merupakan laporan yang valid karena sistem pelaporan
berdasarkan kejujuran dan kepercayaan. Karena organisasi secara jelas
merespon laporan, karyawan merasa terdorong untuk terus melapor sehingga
menghasilkan budaya pelaporan yang efektif.
4. Budaya Fleksibel (Flexibility Culture)
Budaya fleksibel dalam sebuah organisasi akan memungkinkan organisasi
untuk mempertahankan koordinasi dalam level yang efektif dan perhatian
yang tepat mengingat terdapat perbedaan dalam proses pengambilan
keputusan karena perbedaan tingkat urgensi dan kehandalan dalam orang-
orang yang terlibat. Budaya fleksibel ditandai dengan kemampuan untuk
mengganti struktur organisasional dari hierarki konvensional ke struktur
operasional yang lebih setara (flat) tanpa harus kehilangan kualitas dalam
pengambilan keputusan. Ciri budaya fleksibel adalah responsif, melibatkan
dan beradaptasi serta berfokus pada kemampuan seseorang sebagai sebuah
individu untuk terlibat dalam pemecahan masalah ketimbang kemampuan
orang tersebut sebagai bagian dari struktur organisasi.
5. Budaya Adil (Just Culture)
Budaya Adil merupakan sarana yang kuat untuk elemen-elemen lain dalam
budaya k3. Harapan yang jelas, implementasi yang konsisten terhadap semua
peraturan, proses investigasi yang adil serta respons yang adil terhadap
mereka yang melanggar peraturan akan menjadi pesan yang kuat bagi seluruh
karyawan tentang hak dan kewajiban mereka yang benar. Penting untuk
sebuah organisasi agar menetapkan batasan-batasan yang tidak jelas.
Misalnya pada masalah kekerasan dalam tempat kerja atau kecanduan
alcohol, batasan tersebut secara terus menerus bergerak dan dinegosiasi
kembali. Bahkan, kasus-kasus pelanggaran yang seharusnya jelas seperti
kecanduan narkoba, pengendalian yang dilakukan oleh organisasi dapat
bervariasi. Organisasi bisa saja menghukum pencandu narkoba atau justru
II | 44
mengirimnya ke pusat rehabilitasi sebagai bentuk dukungan untuk karyawan
dalam keadaan sulit tersebut.
2.2.4.3 Identifikasi Risiko Bahaya di Proyek
Menurut PMBOK edisi keenam (2017) , identifikasi risiko merupakan
proses berulang, sebab risiko-risiko individual proyek yang baru kemungkinan
akan muncul ketika proyek sedang berlangsung selama siklus hidupnya dan risiko
proyek secara keseluruhan juga akan berubah, frekuensi pengulangan dan siapa
personil yang terlibat dalam siklus identifikasi risiko akan sangat bervariasi
tergantung akan situasi, dan ini akan direncanakan dalam manajemen risiko.
Menurut godfey (1996) , terdapat berbagai cara yang dapat digunakan dalam
mengidentifikasi risiko, berikut adalah risiko dan solusi yang terjadi di lapangan
diantaranya :
II | 45
terkena benda tajam K3L memberikan APD (Alat
atau pentalan Pelindung Diri) yang sesuai
material, terpeleset, standar
terperosok
2 Jalan Akses Excavator terguling Terdapat rambu peringatan dan
helper memberikan arahan
kepada operator mengenai area –
area berbahaya
Truck mengalami tersedia rambu segitiga darurat
kerusakan untuk setiap truck dan
mealakukan pemeriksaan rutin
terhadap truck yang digunakan
Truck Terperosok Menempatkan satu petugas
penjaga pada area rawan
kecelakaan truck
Tim survey terkena K3L memberikan rambu-rambu
longsoran peringatan ada tumpukan
material dan kelengkapan APD
(Alat Pelindung Diri) untuk
setiap orang
3 Clearing Pekerja tertimpa K3L memberikan rambu
& pohon hasil peringatan ada pekerjaan
clearing
Striping clearing K3L memberikan perlengkapan
APD (Alat Pelindung Diri) yang
sesuai standar
Pekerja mengirup K3L menyediakan masker serta
debu/mata terkena kacamata safety untuk pekerja
debu
II | 46
memiliki pembatas
4 Pekerjaan Pekerja terkena K3L memasang rambu
Galian longsoran tebing galian peringatan ada tebing galian
Pekerja terperosok K3L memasang rambu
masuk ke dalam lubang peringatan ada perkejaan galian
galian
Jalan raya licin akibat K3L secara rutin menyiram
material sisa pada roda jalanan yang di lalui dump truck
dum truk dengan water tank
Pekerja terkena swing Pekerja diwajibkan memakai
alat berat APD (Alat Pelindung Diri)
Pekerjaan Pekerja terserempet/ Pemberian pengarahan oleh K3L
Timbunan tertabrak kendaraan alat kepada pekerja untuk selalu
berat fokus saat bekerja
Jalan menjadi berdebu dilakukan menyiram jalanan
yang di lalui dump truck dengan
water tank
Pekerjaan Pekerja terkena besi Tersedianya APD (Alat
Pekerasan tulangan Pelindung Diri) dan APK (Alat
Pelindung Kerja) yang sesuai
standar kepada setiap pekerja
II | 47
Pekerja terkena K3L menyiapkan APD (Alat
concrete cutter Pelindung Diri) dan APK
mechine (Alat Pelindung Kerja) yang
sesuai standar kepada setiap
pekerja
Pekerja terperosok Memberikan rambu-rambu
ke dalam area peringatan serta safety line
pengecoran tanda dilarang melintasi area
tersebut
2.2.5 Daftar Kegiatan PKL
Adapun daftar kegiatan PKL terlampir.
1. Lahan
2. Sumber Daya
3. Pekerjaan
4. K3L
II | 48
banyak permasalahan pada kesepakatan dengan
pembebasan lahan sehingga masyarakat tentang luas tanah,
proyek tidak berjalan karena harga tanah dan bangunan di
jalan akses material ditutup atasnya yang terpakai untuk
dan di stop warga. pembanungan jalan dan
melunasi semua keuangan
yang disepakati.
2. Sumber Sumber daya alam yang ada Mendatang material dari lokasi
daya di lokasi tidak mencukupi lain yang terdapat material
untuk pembangunan jalan tol memenuhi spesifikasi lapisan
padang sicincin. perkerasan jalan.
II | 49
kerusakan sehingga proyek alat berat.
terhenti.
II | 50
konstruksi dalam di lapangan dan memberikan
mengutamakan keamanan , peringatan terhadap yang
dan keselamatan kerja (K3). melanggar.
II | 51