Anda di halaman 1dari 51

BAB II

DESKRIPSI DATA DAN PELAKSANAAN


PEKERJAAN PRAKTIK LAPANGAN

1.1 Jenis Kegiatan Program PKL


Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan selama melaksanakan kegiatan
Praktik Kerja Lapangan pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Ruas Padang-
Sicincin pada STA 35 + 000, dapat diketahui bagaimana metode pekerjaan yang
diterapkan dalam pelaksanaan proyek pembangunan jalan tersebut. Beberapa
pekerjaan kegiatan yang diamati selama PKL, yaitu:
1. Persiapan Lahan
a. Pekerjaan Clearing
b. Pekerjaan Stripping
2. Pekerjaan Tanah Dasar
a. Galian biasa untuk timbunan
b. Timbunan
c. Timbunan granular
d. Replacement
3. Pekerjaan Drainase
a. Pekerjaan Saluran samping
4. Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat (LPA)
a. Lapis Base A
5. Pekerjaan Perkerasan
a. Lean Concrete (LC)
b. Lapisan Perkerasan
1. Dowel
2. Tie Bars
c. Pekerjaan Concrete Barrier

II | 1
2.2 Bahasan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan
2.2.1 Administrasi Kontrak
Kontrak disuatu proyek bertujuan sebagai pernyataan yang berisikan
perjanjian antara kedua belah pihak. Sistem kontrak yang digunakan dalam
Proyek Pembangunan Jalan Tol Padang-Pekanbaru Ruas Padang-Sicincin yaitu
system kontrak Fix Unit Price. Kontrak Fix Unit Price adalah pekerjaan yang
ditenderkan merupakan jumlah dari masing-masing item pekerjaan yang diberi
harga satuan dalam daftar Kwantitas Pekerjaan. Adapun datanya sebagai berikut :

Nama Proyek : Proyek Pembangunan Jalan Tol Ruas


Pekanbaru-Padang Seksi Padang-Sicincin

Lokasi Pelaksanaan : Kecamatan Batang Anai dan Kecamatan 2x11


Kayu Tanam Kabupaten Padang Pariaman,
Provinsi Sumatera Barat.

Nilai Kontrak : Rp. 4.280.879.462.694,- (Termasuk PPN)

Jenis Kontrak : Fix Unit Price

Waktu Pelaksanaan : 540hari kalender

Waktu Pemeliharaan : 730hari kalender

Sumber Daya : Penyertaan Modal Negara

Pemilik Proyek : PT. Hutama Karya Infrastruktur

Sistem Pembayaran : Monthly Certificate

Pengguna Jasa : PT. Hutama Karya (Persero)

Konsultan Supervisi : PT. Anugerah Kridapradana & PT. Egis


Internasional Indonesia

Penyedia Jasa : PT. Hutama Karya Infrastruktur

II | 2
Adapun data teknis Proyek Jalan Tol Padang-Pekanbaru Ruas Padang-
Sicinicin, antara lain :
Lokasi Pekerjaan : Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi
Sumatera Barat
Panjang Jalan : 36.6
Kecepatan Rencana : 80 km/jam
Tipe Perkerasan : Rigid
Jumlah Lajur : 2 x 2 lajur
Lebar lajur : 3.6 m
Lebar Bahu Luar : 3.0 m
Lebar Bahu Dalam : 1.5 m
Lebar Median : 2.5 m
Jumlah Interchange : 3 Gerbang
 Sta 1 + 800
 Sta 19 + 000
 Sta 35 + 800
Jumlah Overpass : 8
Jumlah Underbridge : 10
Jumlah Jembatan Sungai : 8
Jumlah Box Culvert : 102
Jumlah Box Traffic : 21
Jumlah Box Pedestrian : 5

Gambar 2. 1 Potongan Melintang Jalan

II | 3
Berikut disajikan tabel properties dari tipikal perkerasan kaku pada
Pembangunan Proyek Jalan Tol Padang-Pekanbaru Seksi I Ruas Padang-Sicincin
Zona II :
Tabel 2. 1 Tipikal Perkerasan Kaku Tol Padang-Sicincin

No Kontruksi Keterangan
.
1. Rigid Pavement 30 cm
2. Lean Concrete 10 cm
3. Aggregat Kelas A 15 cm

2.2.2 Manajemen Proyek


2.2.2.1 Struktur Organisasi Proyek beserta Tugasnya
Tugas dan kewajiban dari setiap pihak yang terlibat dalam
struktur organisasi proyek pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah
Banten dapat di jelaskan sebagai berikut :

1. Project Manager (PM)


Project Manager merupakan penanggung jawab secara
keseluruhan guna tercapainya tujuan proyek yang efektif dan efisien.
Tugas dan wewenang Project Manager (PM) yaitu :

a. Merencanakanmetode kerja.
b. Membuat anggaran pembiayaan konstruksi.
c. Mengkoordinasi semua pihak yang terkait.
d. Mengendalikan seluruh kegiatan konstruksi
e. Bertanggung jawab atas tercapainya semua tujuan proyek
2. Healthy, Safety, Environment (HSE)
Healthy, Safety, Environment (HSE) atau bisa disebut juga
Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) merupakan bidang yang
berfungsi untuk mengatur dan memberikan jaminan kesehatan serta
keselamatan kerja pada karyawan.

II | 4
Tugas dan tanggung jawab Healthy, Safety, Environment (HSE)
yaitu :

a. Membuat program pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja.


b. Melakukan kegiatan briefing harian bersama dengan pekerja sebelum
melaksanakan pekerjaanya.
c. Melakukan kegiatan safety talk setiap minggu.
d. Memastikan tepat kerja, peralatan, fasilitas, sumber daya
dan lingukangan agar tetap aman dan nyaman.

e. Membuat laporan dan analisis data kecelakaan kerja.

3. Quality Control (QC)

Quality Control (QC) merupakan bidang yang berfungsi untuk


mengontrol kualitas dari apa yang telah di hasilkan proyek, melakukan
pengecekan terhadap setiap pekerjaan dilapangan. Tugas dan wewenang
Quality Control (QC) yaitu :

a. Merencanakan inspeksi dan uji kelayakan proses pekerjaan di


lapangan.
b. Membuat laporan hasil lapangan kepada project manager.
c. Melakukan pemantauan hasil pekerjaan agar sesuai dengan gambar
kerja yang sudah ditetapkan.

4. Site Engineer Manager (SEM)


Site Engineer Manager (SEM) merupakan kewajiban dalam bidang
pengendalian operasioanal dan perencanaan teknis. Tugas dan tanggung
jawab Site Engineer Manager (SEM) yaitu :

a. Membuat rencana kerja teknis.


b. Melakukan pengawasan terhadap mutu pekerjaan.
c. Menyusun laporan kerja mingguan dan bulanan.
d. Menilai kualitas mutu dan mengidentifikasi cara untuk mencegah
agar tidak terjadi penyimpanan yang kemungkinan akan terjadi.
e. Bertanggung jawab pada pekerjaan teknis kepada project manager.

II | 5
5. Site Operational Manager (SOM)
Site Operations Manager (SOM) bertanggung jawab untuk mengelola
operasi fisik pelaksanaan proyek dan meminimalkan risiko yang mungkin
terjadi dalam proyek. Kewajiban dan tanggung jawab Site Operations
Manager (SOM) adalah sebagai berikut :

a. Mengarahkan pekerja sesuai dengan gambar kerja yang ditentukan.


b. Menjalankan pekerjaan sesuai dengan standar dan mutu yang
direncanakan.
c. Mengkoordinasikan para kepala pelaksana dan
mengendalikan pekerjaan para mandor dan subkontraktor.
d. Bertanggung jawab dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan kepada
project manager.
6. Site Administration Manager (SAM)

Site Administration Manager (SAM) merupakan bagian dari


perusahaan yang mengelola keuangan proyek agar tidak melebihi
anggaran proyek. Kewajiban dan tanggung jawab Site Management
Manager (SAM) adalah sebagai berikut :

a. Membuat catatan transaksi perusahaan.

b. Membuat jurnal/pembukuan atas transaksi perusahaan secara


tepat waktu.
c. Mengurus masalah perpajakan dan asuransi.

d. Bertanggung jawab dalam pengelolaan keuangan dan pembukuan.

7. Quantity Surveyor (QS)

Quantity Surveyor (QS) berfungsi untuk mengendalikan


pendanaan proyek agar tidak ada penyimpangan dalam
pelaksanannya. Tugas dan tanggung jawab Quantity Surveyor (QS)
yaitu :

a. Melakukan survey lapangan sebelum dilakukan


pelaksanaan pekerjaan.

II | 6
b. Menghitung jumlah bahan baku dan tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan.
c. Menentukan estimasi waktu pelaksanaan pekerjaan.
d. Melakukan survey akhir bangunan yang telah selesai.

8. Logistik

Logistik bertugas untuk memonitor material/alat yang


diperlukan, membuat laporan pengadaan barang yang masuk dan
keluar, melakukan pemesanan material kepada vendor yang telah
ditentukan.

9. Drafter

Drafter bertugas untuk membuat shop drawing berdasarkan daftar yang


telah dibuat oleh SEM, membuat as built drawing menyesuaikan dengan
ketentuan dari Site Engineering, serta bertanggung jawab kepada pelaksana
atas pembuatan gambar yang diberikan dan menyelesaikan tepat waktu
10. Pelaksana/Supervisor

Pelaksana/Supervisor bertanggung jawab dalam pekerjaan


dilapangan agar berjalan dengan lancer dan terkendali, membantu
menyelesaikan masalah yang terjadi dilapangan, serta memastikan
terlaksananya pekerjaan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

11. Surveyor

Surveyor bertanggung jawab atas pengukuran di tempat yang


dilakukan sesuai dengan metode perencanaan yang ditetapkan. Surveyor
juga menggunakan dan memelihara alat ukur yang mereka gunakan untuk
mencegah kerusakan yang dapat mengakibatkan kesalahan data.
2.2.2.2 Time Schedule Pekerjaan
Waktu pelaksanaan merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan suatu
proyek, oleh karena itu perlu adanya perencanaan waktu yang matang agar proyek
dapat berjalan efektif dan ekonomis. Agar tercapainya waktu pelaksanan tersebut,
maka diperlukan penjadwalan waktu (time schedule) dan Kurva S sebagai rencana
kerja, karena lebih mudah dipahami dan dimengerti.

II | 7
Time schedule adalah suatu bentuk rencana kerja yang berupa table, berisis
jenis-jenis pekerjaan disertai waktu dimulainya sampai dengan berakhirnya setiap
jenis pekerjaan tersebut. Kurva S merupakan kurva yang menghubungkan antara
waktu dan kemajuan pekerjaan, yang mana waktu pelaksanaan proyek dibuat
dengan skalawaktu tiap minggu.
Penjadwalan tersebut dibuat berdasarkan volume pekerjaan dan harga item
pekerjaan. Dari hasil Kurva S nantinya akan digunakan sebagai panduan untuk
pengendalian pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
Adapun tujuan dari pembuatan time Schedule adalah :
1. Menentukan urutsn pekerjaan dengan kebutuhan dan kemampuan yang
ada, hal ini bertujuan agar pelaksanaan dapat berjalan lancer dan efisien
dengan sumbar daya yang optimal
2. Meminimalisir terjadinya keterlambatan, dengan adanya Time Schedule
kemungkinan keterlambatan dapat terdeteksi sedini mungkin, sehingga
dilakukan pencegahan atau diambil kebijakan lain yang sesuai
3. Memperkecil sumber daya yang harus disediakan untuk kelancaran
pekerjaan
2.2.2.3 Pengendalian Proyek
1. Pengendalian Waktu
Dalam pelaksanaan pengendalian waktu dilakukan dengan membuat
pelaksanaan disiplin kerja proyek sebagai patokan mulai dan selesainya
pelaksanaan pekerjaan serta Perancangan waktu pelaksanaan pekerjaan
sebagai bentuk realisasi pelaksanaan yang diterapkan.
a. Pelaksanaan Disiplin Kerja Proyek
Proyek Pembangunan Jalan Tol Padang-Pekanbaru Ruas Padang-
Sicincin memiliki peraturan untuk pekerja, karyawan, dan staff sebagai
berikut :
1. Hari / Jam Kerja
Safety Morning : 08.30 WIB
Masuk Kerja : 09.00 WIB
Istirahat : 12.00 – 13.00 WIB
Pulang Kerja : 17.0 IB

II | 8
2. Kerja Lembur
Kerja lembur merupakan waktu kerja diluar jam kerja reguler.
Pada Proyek Tol Ruas Padang-Sicincin, kerja lembur diberikan
apabila ada pekerjaan yang dikerjakan lewat dari pukul 17.00 WIB.
kerja lembur biasanya dilaksanakan 19:00 – 21:30 WIB untuk
mengerjar target pekerjaan pada jam, bahkan bisa lebih tergantung
pekerjaaan yang dilakukan.

2. Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya dapat dilakukan dengan membuatkan suatu anggaran
tentang biaya yang akan diperlukan selama proses pekerjaan berlangsung.
Anggaran tersebut dibuat oleh kontraktor yang lebih mengetahui keadaan di
lapangan, seperti pengendalian material/bahan, pengendalian sumber daya
manusia (gaji), dan pengendalian biaya peralatan.
Setelah semua anggaran biaya ditentukan, maka setelah itu dibuat
semacam evaluasi terhadap biaya yang dikeluarkan dan dibuatkan laporan
dari pekerjaan tersebut dalam jangka waktu tertentu kemudian akan
dibandingkan dengan anggaran yang telah dibuat (kontrak). Berikut akan
dijelaskan bagaimana perhitungan agar diperoleh biaya yang akan
dikeluarkan oleh pihak kontraktor perminggunya :

Nilai kontrak (tanpa PPN 10%) = Rp 9.000.000.000.-


Contoh pada bulan Oktober 2021
Jumlah bobot rencana = 2,50%
2.50 x 9.000 .000 .000 .000
Dana bulan Oktober 2021 =
100
= Rp 225.000.000.000 .-

Dari perhitungan tersebut diperoleh biaya yang harus dikeluarkan oleh


pihak kontraktor pada minggu ke-3 jika bobot pelaksanaan sesuai dengan
bobot rencana 2,50% yaitu Rp 225.000.000.000.

II | 9
3. Pengendalian Mutu Pekerjaan
Pengendalian mutu (Quality Control) pada suatu proyek dilakukan
terhadap semua item pekerjaan yang ada pada proyek tersebut. Pengendalian
mutu dilakukan agar proyek yang dilaksanakan dapat mencapai persyaratan
mutu yang telah disepakati sebelumnya di dalam kontrak. Untuk mengetahui
apakah pekerjaan yang telah dilaksanakan telah mencapai mutu yang telah
disyaratkan perlu dilakukan berbagai bentuk pengujian baik yang dilakukan
di laboratorium maupun dilapangan. Pada Proyek Pembangunan Jalan Tol
Ruas Binjai-Langsa Seksi Binjai P.Brandan Zona IV pengendalian mutu yang
dilaksanakan selama penulis kerja praktek yaitu terdiri dari:
2.2.2.4 Pengujian Sand Cone
2.2.2.5 Pungujian Proof Rolling
2.2.2.6 Pungujian Slump Beton
2.2.2.7 Laporan Proyek
1. Laporan Harian
Untuk mengetahui bobot pekerjaan yang telah terealisasikan dibantu
dengan sebuah laporan. Laporan ini dapat berisikan volume pekerjaan yang
telah dikerjakan, tenaga kerja, bahan yang digunakan, peralatan, dan laporan
cuaca selama proyek. Laporan ini nantinya akan merajuk pada realisasi
proyek sehingga kita dapat mengetahui kemajuan proyek yang telah
terlaksana. Laporan harian dibuat setiap hari secara tertulis dengan
ditandatangani oleh kontraktor dan disetujui oleh konsultan pengawas. Isi
laporan harian tersebut adalah :
1. Melaporkan berupa jumlah tenaga kerja setiap hari.
2. Melaporkan kedatangan bahan dan alat.
3. Melaporkan bahan yang telah terpakai.
4. Melaporkan keadaan cuaca di lokasi proyek.
5. Melaporkan volume dan jenis pekerjaan yang dilaksanakan.
6. Membuat catatan, instruksi dan teguan dari konsultan pengawas.

II | 10
Dengan adanya laporan harian ini maka segala kegiatan proyek yang
akan dilaksanakan dapat dimonitor. Keuntungan yang diperoleh sehubungan
dengan adanya laporan harian ini adalah bila terjadi hal-hal yang memaksa
untuk melihat kembali data-data maka diperoleh kemudahan dalam
mencapainya.

2. Laporan Mingguan
Laporan mingguan ini dibuat berdasarkan laporan harian yang telah
disusun dan direkap, yang berisi tentang uraian pekerjaan hari-hari
sebelumnya serta kemajuan pekerjaan yang telah dilaksanakan. Sama halnya
dengan laporan harian, pembuatan laporan mingguan juga dimaksudkan
untuk mengetahui keadaan proyek dan progress pekerjaan selama satu
minggu atau tujuh hari kerja (Senin-Minggu). Selain mencakup pelaporan
setiap minggunya, laporan mingguan ini juga membahas tentang
permasalahan yang lebih kompleks. Persentase kemajuan atau keterlambatan
proyek juga dapat diketahui melalui laporan mingguan ini dengan cara
membandingkan kurva S. Adapun laporan mingguan berisikan tentang hal-
hal berikut:

1. Mendapat dan melaporkan volume dan persentase pekerjaan dalam


satu minggu.
2. Mendata dan melaporkan jenis peralatan beserta jumlahnya, jumlah
tenaga kerja dan material yang digunakan beserta volumenya.
3. Hambatan-hambatan yang timbul mengenai tenaga kerja, bahan, dan
peralatan serta solusinya selama satu minggu pelaksanaan.
4. Instruksi, informasi, serta keputusan yang diperlukan kontraktor
untuk minggu berikutnya dari pihak pemberi tugas.
3. Laporan Bulanan
Laporan bulanan merupakan akumulasi dari laporan mingguan selama
satu bulan yang dilengkapi dengan foto dokumentasi sebagai gambaran
realisasi kemajuan pelaksanaan proyek, serta evaluasi kemajuan pekerjaan
terhadap rencana awal. Laporan bulanan ini dibuat agar konsultan pengawas
dapat mengontrol prestasi kerja selama satu bulan sesuai dengan kesepakatan
yang telah disepakati dalam tender proyek, serta mengetahui kemajuan

II | 11
proyek selama satu bulan. Dalam laporan bulanan berisikan seluruh kegiatan
proyek, baik pelaksanaan maupun kegiatan-kegiatn penunjangnya terdapat
dalam hal - hal berikut:
1. Data umum proyek.
2. Master schedule dan s-curve tracking.
3. Laporan progress bulanan.
4. Foto dokumentasi kemajuan proyek.
5. Permasalahan yang terjad beserta solusinya.
6. Kondisi cuaca di proyek selama satu bulan lengkap.
2.2.2.8 Tambah Kurang Item Pekerjaan
Pekerjaan tambah kurang (change order) biasa dikenal juga dengan addendum
merupakan perubahan yang meliputi menambah atau mengurangi volume
pekerjaan, jenis pekerjaan, atau bahkan megubah spesifikasi teknis pekerjaan
sesuai dengan kebutuhan lapangan yang akan berdampak terhadap waktu dan
biaya pelaksanaan proyek.

Pada proyek pembangunan jalan tol Ruas Padang – Sicincin adendum


tambah kurang pernah dilakukan pada saat kekurangan jumlah item jumbo bag
sehingga dilakukan addendum untuk penambahan jumbo bag yang kebutuhannya
berkali lipat dari jumlah yang di pesan sebelumnya.

Selain tambah kurang item pekerjaan, adendum waktu juga digunakan pada
proyek pembangunan jalan tol Ruas Padang – Sicincin. Adendum waktu
dilakukan karena kondisi cuaca di sekitaran lokasi proyek yang disebabkan oleh
cuaca sehingga adendum penambahan waktu untuk pengerjaan sebuah item
pekerjaan dilakukan terutama pada pekerjaan rigid pavement.

2.2.3 Pengendalian Mutu (Quality Control )


Pada umumnya setiap proyek dilengkapi dengan suatu rencana kerja dan
mutu yang menjadi acuan dalam pelaksanaan dan pengendalian mutu proyek yang
dilakukan. Pengendalian Mutu (Quality Control) dilakukan terhadap semua item
pekerjaan yang ada pada proyek tersebut. Pengedalian mutu tersebut dilakukan
berdasarkan rencana kerja pada proyek, sehingga menjadi acuan dalam
pelaksanaan. Pengendalian ini dilakukan agar pelaksanaan pada proyek sesuai
persyaratan yang telah disepakati dalam kontrak.

II | 12
Adapun beberapa pengendalian mutu yang diamati pada proyek selama
PKL berlangsung,yaitu terdiri dari :

a. Pengendalian Mutu Material


1. Fabrikasi
2. Pengujian Tanah
a. Pengujian Attebert Limit
b. Pengujian California Bearing Ratio (CBR) Laboratorium
c. Pengujian Proctor
d. Pengujian Berat Jenis (Specific Gravity)
3. Pengujian Lapis Pondasi Atas (LPA)
a. Pengujian Los Angeles (LA)
b. Berat Jenis dan Penyerapan Agregat
c. Pengujian Proctor

b. Pengandalian Mutu Pekerjaan


1. Pengujian Dynamic Cone Penetrometer (DCP)
2. Kerucut Pasir (Sand Cone)
3. Proffrolling
4. CBR Lapangan
5. Slump Test
2.2.3.1 Pengendalian Mutu Material
2.2.3.1.1 Fabrikasi Besi Tulangan
1. Pelaksanaan fabrikasi besi tulangan memerlukan tempat yang
cukup luas menyimpan, memotong, dan membengkokkan besi
sehingga sesuai dengan gambar yang telah disetujui
2. Besi yang baru datang dilakukan pengecekkan spesifikasi seperti
pengecekan jenis besi, panjang besi, serta diameter besi
3. Besi diorder sesuai kebutuhan dengan gambar kerja
4. Besi yang telah difabrikasi diberi tanda sesuai dengan
penempatannya, hal ini bertujuan untuk menghindari kebingungan
saat dipasang

II | 13
2.2.3.1.2 Pengujian Tanah
A. Pengujian Attebert Limit

Atterberg limit adalah suatu pengujian tanah untuk mengetahui batas-batas


konsistensinya.Batas-batas tersebut adalah pada kondisi cair,susut,plastis. Seperti
yang ditujukkan pada Gambar 2.2. Kondisi yang paling penting adalah batas
cair dan batas plastis (disebut batas-batas Atterberg).

Pengukuran batas-batas ini dilakukan secara rutin untuk sebagian besar


penyelidikan-penyelidikan yang meliputi tanah yang berbutir halus.Karena batas-
batas ini tidak merupakan sifat-sifat fisika yang jelas maka dipakai cara empiris
untuk menentukannya. Penentuan batas-batas atterberg ini dilakukan hanya pada
bagian tanah yang melalui saringan No. 40.

Gambar 2. 2 Batas Attebert Limit

a. Batas Cair (Liquid Limit)

Batas cair adalah kadar air tanah bilamana diperlukan 25 pukulan untuk
maksud ini. Biasanya percobaan ini dilakukan terhadap beberapa contoh
dengan kadar air yang berbeda, dan banyaknya pukulan dihitung untuk masing-
masing kadar air. Dengan demikian dapat dibuat suatu grafik kadar air terhadap
banyaknya pukulan. Dari grafik ini dapat dibaca kadar air pada 25 pukulan.

1. Peralatan
1. Cassagrande
2. Groving tool’s
3. Oven
4. Timbangan digital
5. Saringan No. 40

II | 14
6. Plat kaca
7. Gelas ukur plastik
8. Pipet
9. Jangka sorong
10. Cetakan
11. Spatula
12. Kontainer
13. Cawan
14. Palu karet
2. Bahan
1. Contoh tanah lolos saringan No. 40

2. Air

3. Langkah Kerja
1. Persiapkan semua peralatan dan bahan yang dibutuhkan dalam
pengujian.

2. Ambil tanah yang telah dikeringkan dan butiran-butiranya telah


terlepas, kemudian ayak tanah tersebut dengan menggunakan
saringan No. 40.

3. Tanah hasil saringan tersebut kemudian diletakkan di atas plat kaca

4. Tambahkan air pada tanah tersebut sedikit demi-sedikit lalu aduk


dengan menggunakan spatula hingga air dengan tanah tercampur
secara merata.

5. Ambil tanah yang telah diaduk tersebut lalu masukkan ke dalam


cawa Casagrande lalu ratakan sehingga permukaan tanah sejajar
dengan dasar alat setebal ± 1 cm.

6. Buat alur pada bagian tengah tanah tersebut dengan menggunakan


groving tool’s hingga tanah tersebut terbelah menjadi 2 bagian.

7. Putar handle pada alat cassagrande dengan kecepatan 2


putaran/detik dan hitung ketukan yang dihasilkan setelah dasar

II | 15
sample menyatu sepanjang ± 1,27 cm, dan hentikan pemutaran
handle.

8. Ambil sebagian dari sample yang telah diuji tadi dan masukkan ke
dalam kontainer untuk menghitung kadar airnya. Pengujian
dilakukan sebanyak 4 kali dengan batasan jumlah ketukan

b. Batas Plastis (Plastic Limit)


batas plastis adalah kadar air pada batas bawah daerah plastis. Kadar air ini
ditentukan dengan menggiling-giling tanah pada plat kaca sehingga diameter
dari batang tanah yang dibentuk demikian, mencapai 1/8 inchi. Bilamana tanah
mulai menjadi pecah pada saat diameternya mencapai 1/8 inchi maka kadar air
tanah itu adalah batas plastis.
1. Peralatan
1. Oven
2. Timbangan Digital
3. Saringan no.40
4. Plat Kaca
5. Spatula
6. Cawan (3/kelompok)
7. Palu Karet
2. Bahan
1. Tanah sisa percobaan batas cair
2. Air
3. Langkah Kerja
1. Sediakan contoh tanah yang telah dikeringkan dan lolos saringan
no.40 atau tanah sisa percobaan batas cair, lalu letakkan di atas plat
kaca.
2. Tambahkan air sedikit demi-sedikit lalu aduk hingga campuran
menjadi merata dan homogen.
3. Setelah adukan tercampur merata, buatlah benda uji berbentuk bola
pasta dengan tangan.
4. Giling-gilingkan bola pasta tersebut di atas pelat kaca hingga bola
pasta tadi menjadi semakin panjang berbentuk tali, dengan

II | 16
diameternya adalah ± 3 mm, dan menunjukkan keadaan retak-retak
rambut.
5. Apabila sebelum mencapai diameter 3 mm benda uji menunjukkan
retak-retak rambut, berarti benda uji tersebut kekurangan air.
Sebaliknya, apabila pada saat mencapai diameter 3 mm benda uji
belum mengalami retak-retak rambut, maka benda uji tersebut
kelebihan air. Dengan demukian, percobaan harus diulangi dengan
menmbahkan tanah pada adukan sedikit demi-sedikit.
6. Jika benda uji telah menunjukkan keadaan retak-retak rambut pada
diameter 3 mm, maka masukkan benda uji kedalam kontainer yang
masing-masing kontaine berisi 5 benda uji kemudian oven selama 24
jam dengan suhu 110 ± 5º C untuk menetukan kadar airnya.

c. Plastis Indeks (Plastic Index)


Selisih antara batas cair dan batas plastis ialah daerah dimana tanah
tersebut adalah dalam keadaan plastis. Ini disebut dengan “Plasticy Index” (PI).

PI = LL - PL

B. Pengujian CBR Laboratorium


CBR adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu lapisan tanah
terhadap beban standar dan kecepatan penetrasi. CBR berarti perbandingan beban
penetrasi yang sama yaitu 0,1 dan 0,2.

Untuk pembuatan jalan baru harus diperhitungkan nilai CBR dari tanah
yang disebut “Design CBR”, dengan memperhitungkan dua faktor yaitu :

1. Tanah diambil dari lapangan dan dibawa ke laboratorium untuk


selanjutnya dilakukan pengujian.
2. Peralatan dibawa ke lapangan dengan melakukan penekanan terhadap
tanah yang akan diuji.
Pada perencanan tanah baru, tanah dasar harus dipadatkan dengan
sebaiknya untuk mendapatkan tanah yang lebih kuat dan terjamin.

II | 17
1. Peralatan
a. Seperangkat alat CBR
b. Spatula
c. Scrapper
d. Cawan
e. Oven
2. Bahan
a. Tanah
b. Air suling
3. Langkah Kerja
1. Keluarkan tanah dari dalam kantong plastik, masukkan ke dalam
wadah benda uji.
2. Lakukan pengujian kadar air yang terdapat pada masing-masing benda
uji, apakah kadar airnya sudah sama dengan jumlah kadar air untuk
mencapai OMC atau belum.
3. Apabila jumlah kadar air yang diperoleh dari benda uji tersebut belum
mencapai OMC, maka benda uji harus ditambah air sampai kadar
airnya mencapai OMC, dan aduk hingga merata.
4. Bagi benda uji sebanyak 5 bagian untuk dimasukkan ke dalam cetakan
mould.
5. Masukkan benda uji ke dalam 3 cetakan yang masing-masing cetakan
dipadatkan sebanyak 5 lapisan.
6. Lakukan pemadatan benda uji pada masing-masing lapisan dengan
ketentuan sebagai berikut :
- Benda uji I = 10 kali tumbukan

- Benda uji II = 25 kali tumbukan

- Benda uji III = 56 kali tumbukan

7. Lakukan pengujian penetrasi dengan mesin CBR atau mesin Triaxial


sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

II | 18
II | 19
c. Uji Kepadatan Standar (Standard Proctor Test)
Uji Kepadatan Standar (Standard Proctor Test) merupakan
pengujian untuk mengidentifikasi kadai air terbaik untuk suatu tanah
tertentu dengan kepadatan yang maksimum.
1. Peralatan
1. Mold
2. Hammer
3. Tabung Ukur
4. Extruder
5. Spatula
6. Neraca Digital
7. Saringan Nomor 4
8. Cawan
9. Oven
2. Bahan
1. Tanah Lolos saringan nomor 4 sebanyak 2000gram
3. Langkah Kerja
1. Persiapkan alat dan bahan
2. Masukkan sampel hingga memenuhi 1/3 bagian tinggi mold,
lalu tumbuk sebanyak 25X dengan cara menyilang dan pada
tumbukan 25 hammer jatuh pada titik tengah cetakkan,
sebelumnya tanah dicampur air dengan jumlah tertentu.
3. Setelah itu, isi kembali hingga tanah memenuhi 2/3 tinggi
mold, lalu lakukan penumbukan dengan hammer sebanyak
25X
4. Selanjutnya, isi mold dengan tanah hingga padat dan laukan
penumbukan dengan hammer sebanyak 25X
5. Setelah penumbukan selesai dilakukan, angkat dan lepas
perpanjangan cetakan (mold), lalu kikis/potong sisa tanah
yang tersisa diatas bibir mold, sehingga sampel tanah rata
dengan bibir mold
6. Lepas mold dari plat dudukannya lalu timbang berat tanah
basah + mold

II | 20
7. Tanah mold yang masih berisi sampel, masukkan ke extruder.
Atur sedemikian rupa lalu ungkit tuas sehingga tanah keluar
dari mold lalu catat
8. Timbang berat tanah basah yang keluar perlahan dari mold
silinder
9. Bagi sampel tabung tanah basah menjadi tiga bagian atas,
tengah, dan bawah. Ambil sedikit dari masing-masing lapisan
untuk dioven, sehingga kadar airnya dapat diketahui
10. Jangan lupa timbang berat cawan+tanah basah
11. Lakukan langakh 2-10 dengan penambahan volume air yang
berbeda-beda (meningkat), sampai didapat berat tanah basah
menurun (langkah 8) dengan volume yang sama
12. Apabila berat tanah sudah turun, maka pengujian dapat
dihentikan
d. Pengujian Berat Jenis (Spesicific Gravity)
Berat jenis tanah merupakan perbandingan antara berat butir tanah dan berat
air yang ada pada/dalam tanah tersebut pada suhu tertentu. Hasil penentuan dari
berat jenis tanah dari sebagian besar tanah menunjukkan, bahwa BJ (berat jenis)
tanah biasanya berkisar antara 2,4 – 2,8 ml/gr. Berat jenis tanah ditentukan oleh
kadar kwarsa yang dikandung tanah tersebut. Makin tinggi kadar kwarsa tanah,
maka makin tinggi pula berat jenisnya.
Berat jenis tanah diperlukan untuk menghitung indeks properties tanah
(misalnya angka pori, berat isi tanah, derajat kejenuhan ) dan sifat – sifat penting
tanah lainnya. Selain itu dari nilai berat jenis tanah dapat pula ditentukan sifat
tanah secara umum,misalnya tanah organis mempunyai berat jenis yang kecil,
sedangkan adanya kandungan mineral berat lainnya (misalnya besi ) ditunjukkan
dari berat jenis tanahnya yang besar.
1. Peralatan :
1. Picnometer
2. Timbangan digital
3. Oven
4. Saringan No. 40
5. Hot Plate

II | 21
6. Waterbath
7. Thermometer
8. Mojun

2. Bahan :
1. Contoh tanah yang lolos saringan No. 40 sebanyak 25 gram dalam
kondisi kering oven.
2. Air bersih.

3. Langkah Kerja

1. Persiapkan semua peralatan dan bahan yang diperlukan dalam


pengujian
2. Ambil 2 buah picnometer, kemudian bersihkan seluruh permukaan
picnometer tersebut dan keringkan dalam oven, Timbang berat
picnometer kosong (W1)
3. Masukkan contoh tanah kering lolos saringan No.40 ke dalam
picnometer kira-kira 1/3 bagian picnometer lalu timbang berat
picnometer + tanah tersebut (W2)
4. Tambahkan air ke dalam picnometer sampai 2/3 bagian picnometer
5. Selanjutnya panaskan picnometer di atas hot plate yang telah berisi
tanah dan air, panaskan sampai mendidih atau sampai tidak
terdapat gelembung udara lagi
6. Setelah dipanaskan diatas hot plate, dinginkan picnometer dalam
desikator.
7. Lalu tambahkan air sampai tanda batas leher picnometer, kemudian
tempatkan pada waterbath, sehingga isi dari waterbath mempunyai
suhu yang sama dengan suhu piknometer.
8. Kemudian keringkan bagian luar piknometer, laluntimbang (W3).
9. Keluarkan air dan tanah dari dalam picnometer, dan bersihkan
seluruh permukaannya sampai benar-benar bersih
10. Isi kembali picnometer dengan air sampai tanda batas leher,
kemudian timbang (W4)

II | 22
11. Berat W4 yang diperoleh harus dikoreksi terhadap suhu pada
waktu pengujian, sehingga didapat (W5).
12. Tentukan berat jenis tanah dengan rumus yang telah ditentukan.

2.2.3.1.3 Pengujian Agregat Lapis Pondasi Atas (LPA)


A. Uji Keausan dengan Mesin Abrasi Los Angeles (LA)
Mesin Los Angeles disebut juga disebut dengan mesin abrasi LA pendek,
digunakan untuk menentukan abrasi dan ketahanan benturan agregat kasar dan
dengan persentase penurunan berat. Tes ini menguji degradasi standar agregat
yang mengalami abrasi dan dampak pada drum baja berputar
1. Peralatan
1. Mesin LA
2. Saringan nomor 12 (1.70 mm) dan saringan saringan lainnya
3. Timbangan digital
4. Bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4.68 cm dan berat
masing-masing 390-445 gram
5. Oven
6. Alat bantu pan dan kuas
2. Bahan
1. Benda uji sesuai dengan gradasi
2. Langkah Pengujian
Persiapan benda uji
1. Cubi dan keringkan agregat menggunakan oven
2. Pisahkan agregat dalam fraksi-fraksi yang diinginkan dengan cara
penyaringan dan lakukan penimbangan
3. Gabungkan kembali fraksi-fraksi agregat sesuai grading
4. Catat berat contoh dengan ketelitian mendekati 1 gram

Pengujian

1. Pengujian ketahanan agregat kasar terhadap keausan dapat


dilakukan dengan salah satu dari tujuh cara dalam tabel 2.4
2. Benda uji dan bola baja dimasukkan kedalam mesin LA

II | 23
3. Putar mesin dengan kecepatan 30 rpm sampai 33 rpm, jumlah
putaran gradasi A, gradasi B, gradasi C, dan gradasi D adalah 500
putaran dan untuk gradasi E, gradasi F, dan gradasi G adalah 1000
putaran
4. Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian
saring dengan saringan no. 12 (1.70 mm) butiran yang tertahan
diatasnya dicuci bersih, selanjutnya dikeringkan dalam oven
5. Jika material contoh benda uji homogen, pengujian cukup dilakukan
dengan 100 putaran dan setelah selesai pengujian disaring dengan
saringan no.12 tanpa pencucian. Perbandingan hasil pengujian
antara 100 putaran dan 500 putaran agregatagregat tertahan di atas
saringan no. 12 tanpa pencucian tidak boleh lebih besar dari 0,20

Tabel 2. 2 Daftar Gradasi dan Berat Benda Uji


Ukuran Saringan Gradasi dan berat benda uji (gram)
Lolos Tertahan
saringan Saringan A B C D E F G
mm inci mm inci
75 3,0 63 2 1/2 - - - - 2500±50 - -
63 2 1/2 50 2,0 - - - - 2500±50 - -
50 2,0 37,7 1 1/2 - - - - 5000±50 5000±50 -
37,7 1 1/2 25 1 1250±25 - - - - 5000±25 5000±25
25 1 19 3/4 1250±25 - - - - - 5000±25
19 3/4 12,5 1/2 1250±10 2500±10 - - - - -
12,5 1/2 9,5 3/8 1250±10 2500±10 - - - - -
9,5 3/8 6,3 1/4 - - 2500±10 - - - -
6,3 1/4 4,75 No.4 - - 2500±10 2500±10 - - -
No..
4,75 2,36 No.8 - - 2500±10 - - -
4
Total 5000±10 5000±10 5000±10 5000±10 10000±10 10000±10 10000±10
Jumlah bola 12 11 8 6 12 12 12
Berat bola (gram) 5000±25 4584±25 3330±20 2500±15 5000±25 5000±25 5000±25

B. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat


Kadar butir agregat adalah bahan yang didapat pada lapisan permukaan
yang berasal dari batu pecah atau dari sungai. Berat jenis adalah perbandingan
antara massa agregat dan massa air dengan volume dan suhu yang sama.
Penyerapan adalah persentase berat air yang diserap pori-pori terhadap berat
agregat kering dimana besar penyerapan tergantung pada porositas, kemampuan
suatu bahan menyerap sejumlah zat cair yang merambat melalui pori-pori yang
terdapat pada seluruh permukaan agregat.

II | 24
Penyerapan dan berat jenis memiliki hubungan berbanding terbalik dalam
artiannya jika berat jenis suatu agregat besar, maka daya serap agregat tersebut
semakin kecil dan sebaliknya. Berat jenis dan penyerapan agregat mempunyai
pengaruh terhadap beton terutama pada :
1. Kadar air dilapangan
2. Penentuan jumlah air pengaduk dan jumlah semen yang diperlukan untuk
campuran beton
3. Bleding (terpisahnya air di permukaan) pada campuran beon
Hubungan antara berat jenis dan penyerapan:
a. Menentukan klasifikasi agregat
b. Menentukan bobot dari beton yang diinginkan
c. Menentukan karakter dari beton
d. Menentukan factor air semen
e. Menentukan jumlah semen yang diinginkan
f. Menentukan jumlah air pengaduk
Dari Dalam adukan beton terdapat agregat 75% dari volume beton. Oleh
sebab mutu beton agregat untuk campuran beton sangat diperhatikan sifatnya
untuk mendapatkan mutu beton yang baik dan kuat. Agregat dibedakan menjadi 4
jenis kondisi menurut kandungan air yang terdapat dalam agregat, yaitu:
1. Agregat kering mutlak
Keadaan ini terjadi ageregat dikeringkan samapi air yang terdapat dalam
agregat itu menguap dengan cara mengoven 24 jam, butiran tersebut tidak
mengandung air baik bagian luar maupun bagian dalam
2. Agregat kering udara
Keadaan ini terjadi apabila permukaan ageregat kering, sedangkan pada
bagian tengahnya masih mengandung air atau tidak jenuh
3. Agregat kondisi SSD
Pada kondisi ini bagian dalam agregat jenuh air sedangkan bagian
permukaan kering, keadaan ini diperlukan dalam pengadukan beton karena
agregat tidak menyerap maupun mengeluarkan air sehingga tidak
mempengaruhi jumlah air dalam pengadukan bertujuan agar air yang pas.

II | 25
4. Agregat basah
Kondisi ini terjadi apabila agregat mengandung air yang biasanya disebut
air permukaan dan agregat tersebut dalam keadaan basah

Dari masing-masing kondisi memberikan pengaruh terhadap design beton


yang akan dibuat, maka untuk mendapatkan suatu design yang optimum maka
dipakai kondisi agregat dalam SSD. Standar tidak menerapkan berat jenis agregat
secara pasti hanya yang diberikan nilai pendekatan atau perlaraan. Menurut SNI –
M – 04 – 1989 – F Penyerapan agregat halus < 3% untuk campuran beton dan BJ
agregat halus < 2,5% untuk campuran
1. Peralatan
1. Kerucut abraham
2. Tongkat penumbuk
3. Oven
4. Timbangan digital
5. Spatula
6. Dryer
7. Gelas ukur
8. Saringan No. 200
9. Pan
10. Ember

2. Bahan
1. Agregat halus kering SSD
2. Air

3. Langkah Kerja
1. Menentukan agregat dalam keadaan SSD
a. Persiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan selama
praktikum
b. Benda uji dicuci dan direndam dalam air selama 24 jam

II | 26
c. Setelah 24 jam, keringkan benda uji dengan dryer secara
perlahan-lahan
d. Masukkan benda uji kedalam kerucut Abraham sebanyak 3
lapis dan masing-masing tiap lapis ditumbuk 8 kali dan
ditambah 1 tumbukan pada lapisan terakhir sehingga total
tumbukan 25 kali.
e. Angkat secara vertical dengan spontan dan lihat bentuk agregat
akan terjadi dalam bentuk:
a) Basah : keringkan kembali dengan mesin dryer dan
lakukan kembali pengujian sampai kondisi agregat
dalam keadaan SSD
b) Kering : basahi kembali sampai pengujian mendapat
hasil SSD pada benda uji
c) SSD : gunakan benda uji untuk pengujian berat jenis
selanjutnya.
2. Menentukan berat jenis dan penyerapan
a. Benda uji ditimbang sebanyak ± 500 gram dalam keadaan SSD
b. Masukkan air ke dalam gelas ukur hingga mencapai skala yang
ditentukan kemudian timbang (Bt)
c. Masukkan benda uji kedalam gelas ukur da nisi dengan skala
yang ditentukan lalu kocok dan timbang (B)
d. Buang air dan keringkan agregat dalam oven ± 24 jam dan
timbang beratnya setelah di oven (Bk)
e. Hitung berat jenis dan penyerapan

C. Pengujian Proctor
Uji Kepadatan Standar (Standard Proctor Test) merupakan
pengujian untuk mengidentifikasi kadai air terbaik untuk suatu tanah
tertentu dengan kepadatan yang maksimum.
7. Peralatan
1. Mold
2. Hammer
3. Tabung Ukur

II | 27
4. Extruder
5. Spatula
6. Neraca Digital
7. Saringan Nomor ¾ s.d 200
8. Cawan
9. Oven
4. Bahan
1. Agregat Lolos saringan nomor 3/4 tertahan saringan no.200
5. Langkah Kerja
1. Persiapkan alat dan bahan
2. Masukkan sampel hingga memenuhi 1/3 bagian tinggi mold,
lalu tumbuk sebanyak 25X dengan cara menyilang dan pada
tumbukan 25 hammer jatuh pada titik tengah cetakkan,
sebelumnya agregat dicampur air dengan jumlah tertentu.
3. Setelah itu, isi kembali hingga agregat memenuhi 2/3 tinggi
mold, lalu lakukan penumbukan dengan hammer sebanyak
25X
4. Selanjutnya, isi mold dengan agregat hingga padat dan
laukan penumbukan dengan hammer sebanyak 25X
5. Setelah penumbukan selesai dilakukan, angkat dan lepas
perpanjangan cetakan (mold), lalu kikis/potong sisa agregat
yang tersisa diatas bibir mold, sehingga sampel rata dengan
bibir mold
6. Lepas mold dari plat dudukannya lalu timbang berat agregat
basah + mold
7. Mold yang masih berisi sampel, masukkan ke extruder. Atur
sedemikian rupa lalu ungkit tuas sehingga agregat keluar dari
mold lalu catat
8. Timbang berat agregat basah yang keluar perlahan dari mold
silinder
9. Bagi sampel tabung agregat basah menjadi tiga bagian atas,
tengah, dan bawah. Ambil sedikit dari masing-masing lapisan
untuk dioven, sehingga kadar airnya dapat diketahui

II | 28
10. Jangan lupa timbang berat cawan+agregat basah
11. Lakukan langakh 2-10 dengan penambahan volume air yang
berbeda-beda (meningkat), sampai didapat berat agregat
basah menurun (langkah 8) dengan volume yang sama
12. Apabila berat sudah turun, maka pengujian dapat dihentikan

2.2.3.2 Pengendalian Mutu Pekerjaan


2.2.3.2.1 Pengujian Dynamic Cone Penetrometer (DCP)
Dynamic Cone Penetrometer (DCP) adalah pengujian untuk
menentukan nilai kepadatan tanah. Adapun hasil akhir dari pengujian
ini yaitu nilai CBR (California Bearing Ratio). Untuk mendapatkan
nilai CBR, hasil uji DCP ini dikorelasikan dengan suatu rumusan
korelasi nilai DCP-CBR. Pengujian ini secara tidak langsung dapat
dipakai untuk menentukan nilai CBR lapangan dari tanah dasar
(Subgrade).

Alat DCP pertama kali dirancang oleh Kley dan Van harden. Van Harden
mengeluarkan korelasi pada tahun 1969 dan Kley pada tahun 1983. Pengujian
DCP ini dilakukan pada pembuatan jalan raya yang sama setiap jarak tertentu.
Pada pengujian tersebut ditentukan kekerasan dari lapisan tanah yang akan
dibangun jalan di atasnya.

Rumus Dcp ;

Σ kedalaman (mm)
DCP=
Σ pukulan(blow )

a. Peralatan
1. Seperangkat alat DCP yang terdiri dari :
a) Batang besi ø 1,56 cm,
b) Beban tumbukan seberat 8 kg,
c) Tinggi jatuh beban adalah 80 cm.

II | 29
2. Langkah Kerja
1. Persiapkan peralatan yang diperlukan
2. Rangkai alat DCP
3. Letakkan alat DCP secara vertikal, berikan tumbukan awal
secukupnya (setting blow), untuk menanamkan ujung
kerucut sampai garis tengahnya yang terbesar terletak pada
permukaan tanah yang akan diuji
4. Pasang alat ukur dalam posisi vertical, bersebelahan dengan
batang penetrasi dipermukaan tanah
5. Angkat palu pada ketinggian maksimum, kemudian lepaskan
hingga jatuh beban, ukur dan catat kedalaman penetrasi
untuk setiap tumbukan
6. Lakukan percobaan sampai batang penetrometer telah masuk
keseluruhnya ke dalam tanah atau sampai mentok (bertemu
bebatuan ataupun akar tumbuhan)
7. Setelah langkah ke 6 selesai, maka keluarkan alat dari dalam
tanah dengan cara memukulkan palu dengan arah keatas
pada baut pembatas tinggi jatuh (stop nut)

2.2.3.2.2 Pengujian Kerucut Pasir (Sandcone Test)


Pengujian kerucut pasir (sand cone) merupakan salah satu jenis pengujian
yang dilakukan di lapangan untuk menentukan berat isi kering (kepadatan) tanah
asli ataupun hasil suatu pekerjaan pemadatan yang dilakukan baik pada tanah
kohesif maupun tanah non kohesif.

Nilai berat isi tanah kering yang diperoleh dari percobaan ini biasanya
digunakan untuk mengevaluasi hasil perkerjaan pemadatan di lapangan (degree of
compaction) yaitu perbandingan antara γd hasil pengujian kerucut pasir dengan
γdmax hasil percobaan pemadatan di laboratorium.

II | 30
Tujuan dari pemadatan adalah untuk memperoleh stabilitas tanah dan
memperbaiki sifat-sifat teknisnya. Oleh karena itu, sifat teknis timbunan sangat
penting untuk diperhatikan, tidak hanya kadar air dan berat keringnya.

Besarnya kepadatan yang harus dicapai adalah antara minimal 95% untuk
tanah timbunan dan 100% untuk Top Subgrde serta Lapis Pondasi. Apabila
derajat kepadatan yang didapat kecil dari yang telah ditentukan, maka material
perlu dipadatkan kembali. Jika dengan pemadatan kembali, material yang
dihampar tidak mencapai kepadatan yang sesuai ketentuan, maka dilakukan
penggantian material.
1. Peralatan dan Bahan
1. Alat perata (Scraper).
2. Sekop kecil.
3. Kerucut yang dilengkapi dengan kran pengunci.
4. Botol
5. Paku
6. Timbangan
7. Wadah
8. Palu
9. Oven
10. Pasir Ottawa
11. Spiritus
2. Langkah Pengujian
a) Menentukan volume (Isi botol) :
1. Siapkan semua peralatan serta bahan-bahan yang diperlukan
dalam pengujian.
2. Timbang berat botol + corong dalam keadaan kosong (W1).
3. Buka kran pada corong kemudian isi air kedalam corong
sampai penuh.
4. Tutup kembali kran tersebut lalu balikkan botol agar air yang
tersisa pada corong keluar.
5. Timbang berat botol beserta corong yang berisi air (W2).
6. Hitung volume botol atau tabung, dengan rumus :

II | 31
W 2 - W1
Vbotol = γ air

b) Menentukan Berat Isi Pasir


1. Keluarkan air dari dalam botol, keringkan botol tersebut.
2. Masukkan pasir ke dalam botol sampai penuh kemudian
timbang (W3).
3. Berat isi pasir diperoleh dengan rumus :

W 3 - W1
γ pasir =
Vol . botol

c) Menentukan Berat Pasir dalam Corong


1. Masukkan pasir secukupnya minimal ½ botol timbang (W4).
2. Balikkan botol pada tempat yang rata, buka kran pada corong
sehingga pasir mengalir melalui corong.
3. Corong atau kerucut yang telah terisi penuh dengan pasir, bila
pasir dalam botol tidak bergerak lagi kunci kembali kran pada
corong/kerucut lalu botol ditegakkan kembali.
4. Tentukan berat botol beserta kerucut yang berisi sisa pasir
(W5).
5. Tentukan berat pasir dalam corong = W4 – W5

d) Menenrukan Berat Isi Tanah di Lapangan


1. Tentukan lokasi tempat pengujian tanah, bersihkan permukaan
dari material-material lain yang dapat menghambat selama
pengujian.
2. Ratakan permukaan tanah tersebut, kemudian letakkan plat
dasar di atasnya.
3. Buat lubang sesuai dengan diameter pada plat dasar dengan
kedalaman yang hampir sama dengan diameter lubang.

II | 32
4. Tanah hasil galian dimasukkan ke dalam plastik, timbang dan
tentukan kadar airnya dengan cara mengambil sampel minimal
100 gram lalu dibakar menggunakan spiritus
5. Siapkan botol yang telah berisi pasir ± 2/3 dari tinggi botol lalu
timbang (W6).
6. Letakkan botol di atas lubang dengan posisi kerucut
menghadap ke dalam lubang, buka kran kerucut sehingga pasir
mengalir mengisi lubang hingga penuh.
7. Timbang sisa pasir dalam botol (W7)
8. Hitung berat pasir dalam lubang dan kerucut (W8) :
W8 = W6 – W7
9. Hitung berat pasir dalam lubang (W9) :
W9 = W 8 – W6
10. Hitung volume galian :

Berat pasir
Vol = γ pasir

2.2.3.2.3 Pengujian Proof Rolling

Gambar 2. 3 Proof Rolling Test Top Subragde

Proof Rolling Test adalah pengujian secara visual terhadap kepadatan tanah
top timbunan dan base A. Pengujian ini dilakukan untuk mengetes kelendutan
tanah dengan cara dilewati oleh kendaraan Dump Truck yang dibebani material.
Apabila terjadi kelendutan pada lapisan tanah, maka harus dipadatkan kembali
hingga mencapai stabilitas dan kepadatan sesuai spesifikasi yaitu lendutan yang
terjadi tidak boleh lebih dari 3 cm.

II | 33
Gambar 2. 4 Proof Rolling Base A

Gambar 2. 5 Terjadi lendutan atau Penurunan saat Proofrolling

2.2.3.2.4 Pengujian CBR Lapangan

Pengujian CBR Lapangan digunakan untuk menentukan kekuatan relatif


terhadap bahan standar dari tanah dasar lapis pondasi bawah dan lapis fondasi
sesuai kondisi pada saaat dilakukannya pengujian tersebut. Hasilnya dapat
langsung diaplikasikan. CBR lapangan dapat digunakan untuk perencanaan pada
kondisi material yang mempunyai kadar air dan kepadatan yang stabil. Peralatan
yang digunakan yakni alat CBR Lapangan dan Excavator.

II | 34
Gambar 2. 6 Pengujian CBR Lapangan

a. Langkah Kerja
1. Tentukan titik pengujian.
2. Siapkan area permukaan sesuai kedalaman lapisan yang akan diuji
dengan memindahkan material lepas dan buatlah area tersebut menjadi
datar.
3. Tempatkankan excavator di lokasi titik pengujian.
4. Sambungkan ring penguji pada ujung dongkrak. Kemudian hubungkan
sejumlah pipa tambahan pada torak penetrasi dan ikat dongkrak pada
tempatnya.
5. Letakkan pelat beban di bawah torak penetrasi sehingga torak penetrasi
dapat masuk kedalam lubang pelat beban.
6. Pasang dial pengukur penetrasi pada torak dan atur agar dial
menunjukkan angka nol.
7. Penempatan alat CBR dibawah excavator tepat di titik pengujian.
8. Putar tuas pada dongkrak dan catat pembacaan beban.
2.2.3.2.5 Pengujian Slump
Pengujian slump beton dilakukan untuk menentukan kelecekan adukan
beton. Percobaan slump tersebut dari plat kerucut terpancang dengan ukuran
diatasnya berdiameter 10 cm, bawah berdiameter 20 cm, dan tinggi 30 cm, disebut
juga dengan kerucut Abraham. Pengujian dapat dilakukan dengan cara yaitu
adukan buatan harus diambil langsung dari mesin pengaduk dengan ember atau
benda lainnya yang tidak mengisap air.

II | 35
Tabel 2. 3 Spesifikasi Tinggi jatunya Slump

Slump Beton
Jenis Konstruksi
Maksimum Minimum
Pondasi Dinding dan Pondasi Telapak Beton Bertulang 75.0 mm 25.0 mm
Pondasi Telapak Beton Tak Bertulang, Caisson dan
75.0 mm 25.0 mm
Konstruksi Bawah Tanah
Pelat Lantai, Balok, dan Dinding Beton Bertulang 100.0 mm 25.0 mm
Kolom Beton Bertulang 100.0 mm 25.0 mm
Perkerasan Jalan 75.0 mm 25.0 mm
Pembetonan Massal 50.0 mm 25.0 mm

Jenis-jenis slump dengan pengujian:


1. Slump Sejati
Yaitu adukan beton diuji pada kerucut Abraham yang adukan tersebut
tidak mengalami penurunan yang signifikan
2. Slump Geser
Yaitu adukan beton yang diuji pada kerucut Abraham yang adukan beton
tersebut mengalami penurunan yang besar dikarenakan adukan tersebut
kekurangan air
3. Slump Runtuh
Yaitu adukan yang diuji pada kerucut Abraham yang adukan tersebut
mengalami yang sampai tidak membentuk dari kerucut abrahaman,
dikarenakan asukan terlalu banyak air

Gambar 2. 7 Slump Test

II | 36
1. Alat
1. Tongkat pemadat dengan Ø 16 mm dan panjang 60 cm
2. Mesin pengaduk (molen)
3. Pan
4. Sendok Semen
5. Stopwatch
6. Sendok spesi
7. Mistar
8. Cawan
9. Pen dan ember
10. Sendok semen
2. Bahan ( Sesuai Rangcangan Campuran)

II | 37
1. Campuran beton

3. Langkah Kerja
1. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
pengujian
2. Mengaduk semen, kerikil, pasir, dan air di dalam mesin
pengaduk hingga seluruh bahan tercampur secara merata.
Pencampuran air pada saat pengadukan bahan harus sedikit
dami sedikit hingga tercapai nilai slump yang diinginkan
3. Sementara itu letakkan cetakan kerucut Abraham pada pan
dengan posisi lobang Ø20 cm kerucut menumpu pada pan
4. Kemudian ambil adukan beton dari mesin pengaduk dengan
menggunakan sendok semen dan masukkan ke dalam kerucut
Abraham sebanyak 3 lapis. Setiap lapisan ditumbuk dengan
tongkat pemadat sebanyak 10 kali
5. Setelah itu ratakan permukaan atas kerucut dengan tongkat
pemadat dan biarkan selama 30 detik
6. Kemudian lakukan pengukuran terhadap keruntuhan tang
terjadi dari 3 sisi dengan cara membalikkan kerucut Abraham
180° lalu letakkan tongkat penumbuk diatasnya, lalu ukurlah
nilai slump tiga sisi
7. Rata-ratakan data beda tinggi yang diperoleh.
8. Jika nilai slump yang diinginkan belum tercapai, ulangi
pengadukan dengan menambah kadar air secara sedikit demi
sedikit serta lakukan pengujian slump hingga tercapai nilai
slump yang diinginkan.
2.2.4 Kesehatan, Keselamatan Kerja, dan Lingkungan (K3L)

Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau biasa disebut dengan K3, yaitu
sebuah upaya sebuah upaya maupun usaha untuk mencegah terjadinya suatu
resiko kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, peledakan, kebakaran bahkan
pencemaran lingkungan.

2.2.4.1 Alat Pelindung (APD, APK, dan Alat Angkut )

II | 38
a. Alat Pelindung Diri (APD)
b. Helm Proyek
Helm Proyek merupakan alat pelindung diri khusus kepala dari benda
yang jatuh yang akan menyebabkan cidera serius. Selain itu, dalam
sebuah proyek helm juga sebagai penanda jabatan seseorang pada
sebuah proyek.

Gambar 2. 8 Helm

c. Sepatu Safety
Sepatu Safety berguna melindungi kaki ketika tersandung benda keras,
menginjak benda tajam, terhimpit beban berat. APD ini juga berfungsi
melindungi kaki dari luka bakar ketika mengelas.

Gambar 2. 9 Sepatu Safety

II | 39
d. Rompi Safety
Rompi Safety berguna mengurangi risiko kecelakaan kerja, terutama
dalam pelaksanaan proyek di malam hari. Rompi tersebut memiliki
bahan polyester yang didesain khusus, dan dilengkapi reflector atau
pemantul cahaya.

Gambar 2. 10 Rompi

e. Kacamata Safety
Kacamata Safety berguna melindungi mata dari debu, serbuk kayu,
percikan logam, bahan kimia, serta partikel lain yang membahayakan.

Gambar 2. 11 Kacamata Safety

f. Sarung Tangan

II | 40
Sarung tangan berguna melindungi tangan agar tidak lecet atau terluka
karena gesekan bahan material bangunan. Sarung tangan berperan
penting dalam pekerjaan konstruksi seperti pengerjaan pembesian
fabrikasi dan penyetelan, mengelas, atau ketika membawa barang
berbahaya dan korosif seperti asam dan alkali

Gambar 2. 12 Sarung Tangan

g. Rambu Jalan Proyek


Rambu ini bertujuan memberi tanda terhadap pengguna jalan terhadap
adanya potensi bahaya.Dengan begitu, pengguna jalan bisa lebih bisa
waspada berkendara sebelum memasuki area pekerjaan jalan.Akan
tetapi rambu tersebut tidak bisa sembarangan dalam memasang rambu
di lokasi proyek.

II | 41
Gambar 2. 13 Rambu Keselamatan

h. Rambu Tata Tertib Proyek dan APD


Rambu ini merupakan kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja
sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja dan
orang disekelilingnya. Alat pelindung diri wajib dipakai selama
bekerja. Kewajiban memakai alat pelindung diri ini sudah disepakati
oleh pemerintah, sehingga sudah adanya aturan baku dalam
menggunakan alat pelindung diri (APD).

Gambar 2. 14Rambu Tata Tertib

2.2.4.2 Budaya Keutamaan Keselamatan Kerja


Lima elemen untuk membentuk Budaya K3 yang kuat versi International
Association of Oil & Gas Producers:
1. Budaya untuk Mencari Informasi (Informed Culture)
Tetap mendapatkan informasi dapat membantu organisasi untuk mencegah
ketidakwaspadaan dalam ketiadaan kecelakaan kerja. Organisasi dengan
budaya K3 yang kuat selalu waspada dan percaya bahwa kondisi yang aman

II | 42
dapat bermasalah.Jika orang-orang tidak melihat apapun yang bermasalah,
mereka akan berasumsi bahwa tidak akan muncul masalah sehingga mereka
tidak diharuskan untuk bertindak apapun. Ini adalah hal yang tidak tepat
sehingga perlu usaha-usaha untuk mengikis asumsi tersebut.
Oleh karena itu, dalam ketiadaan kejadian kecelakaan kerja dan dalam
usaha untuk mempromosikan perhatian keselamatan kerja yang terjadi,
sebuah organisasi harus membuat sebuah sistem informasi yang
mengumpulkan, menganalisa dan membagikan informasi tentang manusia,
technical, organisasi dan faktor lingkungan.

2. Budaya Melaporkan (Reporting Culture)


Organisasi dalam industri yang beresiko tinggi sedang meningkatkan
kepemahaman mereka tentang keselamatan kerja melalui laporan dan
investigasi kecelakaan. Keengganan untuk menyelidiki dan berdiskusi tentang
kecelakaan dapat mengakibatkan kehilangan peluang untuk mencegah
bencana di masa depan dan dapat diterjemahkan sebagai tanda bahwa
produksi dihargai lebih daripada keselamatan kerja.
Keengganan untuk melaporkan kecelakaan dapat terjadi ketika proses
pelaporan terlalu rumit atau terdapat ketidakpercayaan di antara berbagai
macam lapisan dalam organisasi. Ini bisa diatasi dengan memperkenalkan
sistem pelaporan di mana identitas dari pelapor hanya diketahui oleh badan
yang dipercayai biasanya adalah departemen HSE. Lebih lanjut, nilai dari
pelaporan haruslah terlihat dari aksi perbaikan, penyebaran pelajaran yang
dapat diambil dari pelaporan serta umpan balik ke pelapor. Ini membutuhkan
sumber daya yang cukup dan kompeten yang siap sedia untuk investigasi
kecelakaan secara efektif.
3. Budaya Belajar (Learning Culture)
Budaya belajar adalah sebuah perpanjangan alami dari budaya pelaporan
karena sebuah laporan tidak akan bisa efektif kecuali apabila organisasi
belajar dari pelaporan yang karyawan buat. Sebuah organisasi dengan budaya
belajar yang kuat akan mengumpulkan informasi dari berbagai macam

II | 43
sumber, mengambil pelajaran yang berguna, membagi pelajaran yang di dapat
dan menindaklanjuti proses pengembangan keselamatan kerja.
Organisasi pembelajar akan mencari pandangan yang berlawanan untuk
mencari kesempatan belajar dengan lebih efektif. Mereka terbuka akan berita
yang buruk sehingga informasi tidak “dikecilkan” begitu sampai ke manager.
Laporan yang ada merupakan laporan yang valid karena sistem pelaporan
berdasarkan kejujuran dan kepercayaan. Karena organisasi secara jelas
merespon laporan, karyawan merasa terdorong untuk terus melapor sehingga
menghasilkan budaya pelaporan yang efektif.
4. Budaya Fleksibel (Flexibility Culture)
Budaya fleksibel dalam sebuah organisasi akan memungkinkan organisasi
untuk mempertahankan koordinasi dalam level yang efektif dan perhatian
yang tepat mengingat terdapat perbedaan dalam proses pengambilan
keputusan karena perbedaan tingkat urgensi dan kehandalan dalam orang-
orang yang terlibat. Budaya fleksibel ditandai dengan kemampuan untuk
mengganti struktur organisasional dari hierarki konvensional ke struktur
operasional yang lebih setara (flat) tanpa harus kehilangan kualitas dalam
pengambilan keputusan. Ciri budaya fleksibel adalah responsif, melibatkan
dan beradaptasi serta berfokus pada kemampuan seseorang sebagai sebuah
individu untuk terlibat dalam pemecahan masalah ketimbang kemampuan
orang tersebut sebagai bagian dari struktur organisasi.
5. Budaya Adil (Just Culture)
Budaya Adil merupakan sarana yang kuat untuk elemen-elemen lain dalam
budaya k3. Harapan yang jelas, implementasi yang konsisten terhadap semua
peraturan, proses investigasi yang adil serta respons yang adil terhadap
mereka yang melanggar peraturan akan menjadi pesan yang kuat bagi seluruh
karyawan tentang hak dan kewajiban mereka yang benar. Penting untuk
sebuah organisasi agar menetapkan batasan-batasan yang tidak jelas.
Misalnya pada masalah kekerasan dalam tempat kerja atau kecanduan
alcohol, batasan tersebut secara terus menerus bergerak dan dinegosiasi
kembali. Bahkan, kasus-kasus pelanggaran yang seharusnya jelas seperti
kecanduan narkoba, pengendalian yang dilakukan oleh organisasi dapat
bervariasi. Organisasi bisa saja menghukum pencandu narkoba atau justru

II | 44
mengirimnya ke pusat rehabilitasi sebagai bentuk dukungan untuk karyawan
dalam keadaan sulit tersebut.
2.2.4.3 Identifikasi Risiko Bahaya di Proyek
Menurut PMBOK edisi keenam (2017) , identifikasi risiko merupakan
proses berulang, sebab risiko-risiko individual proyek yang baru kemungkinan
akan muncul ketika proyek sedang berlangsung selama siklus hidupnya dan risiko
proyek secara keseluruhan juga akan berubah, frekuensi pengulangan dan siapa
personil yang terlibat dalam siklus identifikasi risiko akan sangat bervariasi
tergantung akan situasi, dan ini akan direncanakan dalam manajemen risiko.
Menurut godfey (1996) , terdapat berbagai cara yang dapat digunakan dalam
mengidentifikasi risiko, berikut adalah risiko dan solusi yang terjadi di lapangan
diantaranya :

Tabel 2. 4 Identifikasi Risiko


No Kelompok Jenis Resiko Solusi
Resiko
1 Lokasi kerja Pekerja Tim K3L yang berkeliling ke lokasi kerja
Sakit membawa alat-alat dan obat obatan P3K
dan memberikan pertolonga pertama.

Terjadi Posko K3L menyediakan alat pemadam


Kebakaran kebakaran APAR

Terjadi adanya rambu dan peringatan area yang


Banjir sering banjir

Tabel 2. 5 Lanjutan Tabel Identifikasi Risiko


No Kelompok Jenis Resiko Solusi
Resiko
Pekerja tersandung Adanya arahan mengenai area
alat atau tertimpa pengumpulan alat dan bahan
material yang jatuh

II | 45
terkena benda tajam K3L memberikan APD (Alat
atau pentalan Pelindung Diri) yang sesuai
material, terpeleset, standar
terperosok
2 Jalan Akses Excavator terguling Terdapat rambu peringatan dan
helper memberikan arahan
kepada operator mengenai area –
area berbahaya
Truck mengalami tersedia rambu segitiga darurat
kerusakan untuk setiap truck dan
mealakukan pemeriksaan rutin
terhadap truck yang digunakan
Truck Terperosok Menempatkan satu petugas
penjaga pada area rawan
kecelakaan truck
Tim survey terkena K3L memberikan rambu-rambu
longsoran peringatan ada tumpukan
material dan kelengkapan APD
(Alat Pelindung Diri) untuk
setiap orang
3 Clearing Pekerja tertimpa K3L memberikan rambu
& pohon hasil peringatan ada pekerjaan
clearing
Striping clearing K3L memberikan perlengkapan
APD (Alat Pelindung Diri) yang
sesuai standar
Pekerja mengirup K3L menyediakan masker serta
debu/mata terkena kacamata safety untuk pekerja
debu

Tabel 2. 6 Tabel Lanjutan Identifikasi Risiko


No Kelompok Jenis Resiko Solusi
Resiko
Lalu lintas umum K3L memberikan rambu serta
berada pada area memasang pagar pembatas agar
pekerjaan tidak tidak menggangu lalu lintas

II | 46
memiliki pembatas
4 Pekerjaan Pekerja terkena K3L memasang rambu
Galian longsoran tebing galian peringatan ada tebing galian
Pekerja terperosok K3L memasang rambu
masuk ke dalam lubang peringatan ada perkejaan galian
galian
Jalan raya licin akibat K3L secara rutin menyiram
material sisa pada roda jalanan yang di lalui dump truck
dum truk dengan water tank
Pekerja terkena swing Pekerja diwajibkan memakai
alat berat APD (Alat Pelindung Diri)
Pekerjaan Pekerja terserempet/ Pemberian pengarahan oleh K3L
Timbunan tertabrak kendaraan alat kepada pekerja untuk selalu
berat fokus saat bekerja
Jalan menjadi berdebu dilakukan menyiram jalanan
yang di lalui dump truck dengan
water tank
Pekerjaan Pekerja terkena besi Tersedianya APD (Alat
Pekerasan tulangan Pelindung Diri) dan APK (Alat
Pelindung Kerja) yang sesuai
standar kepada setiap pekerja

Pekerja menghirup abu K3L menyediakan masker untuk


semen para pekerja

Tabel 2. 7 Tabel Lanjutan Identifikasi Risiko


No Kelompok Jenis Resiko Solusi
Resiko
Pekerja terkena K3L menyiapkan APD (Alat
cairan aspal panas Pelindung Diri) serta sarung
tangan khusus anti panas

II | 47
Pekerja terkena K3L menyiapkan APD (Alat
concrete cutter Pelindung Diri) dan APK
mechine (Alat Pelindung Kerja) yang
sesuai standar kepada setiap
pekerja
Pekerja terperosok Memberikan rambu-rambu
ke dalam area peringatan serta safety line
pengecoran tanda dilarang melintasi area
tersebut
2.2.5 Daftar Kegiatan PKL
Adapun daftar kegiatan PKL terlampir.

2.3 Kendala/Masalah Kerja dan Solusi/Pemecahannya.

Suatu proyek kontruksi tidak luput dari kesalahan-kesalahan yang terjadi


di lapangan maupun saat perencanaan. Kesalahan-kesalahan yang sering kita
jumpai dilapangan seperti metoda kerja yang tidak tidak sesuai dengan
perencanaan, penggunaan alat-alat yang tepat, penggunaan material yang tidak
sesuai dengan standarnya, dan masalah-masalah lainnya.

Berikut adalah pengelompokkan permasalahan di lapangan

1. Lahan
2. Sumber Daya
3. Pekerjaan
4. K3L

Tabel 2. 8 Kendala dan Solusi

No. Topik Kendala dan Masalah Solusi dan Pemecahan


Masalah

1. Lahan Proyek tol Padang – Sicincin Bersosialisasi dan membuat

II | 48
banyak permasalahan pada kesepakatan dengan
pembebasan lahan sehingga masyarakat tentang luas tanah,
proyek tidak berjalan karena harga tanah dan bangunan di
jalan akses material ditutup atasnya yang terpakai untuk
dan di stop warga. pembanungan jalan dan
melunasi semua keuangan
yang disepakati.

orang yang mengaku sebagai Melakukan pengecekan ke


pemilik tanah saling Badan Pertanahan Nasiaonal
menggugat ke pengadilan, (BPN) lalu Transaksi
belum ada berita acara pembelian dan penggantian
konsinyasi, sudah ada tanah harus dilakukan segera
penilaian ulang, namun masih mungkin dan manyiapkan
tahap musyawarah hingga semua berkas-berkas yang
masalah lainnya. diperlukan.

Selain jalan tol itu sendiri Membuat kesepakatan dengan


terjasi masalah jalan akses kepala desa atau wali nagari
yang dilewati truk pembawa ditempat untuk kompensasi
material yang merusak jalan sejumlah uang ganti rugi dan
warga dan mengganggu kontrak janji atas jalan yang
kenyamanan langkungan rusak oleh truk material.
setempat.

2. Sumber Sumber daya alam yang ada Mendatang material dari lokasi
daya di lokasi tidak mencukupi lain yang terdapat material
untuk pembangunan jalan tol memenuhi spesifikasi lapisan
padang sicincin. perkerasan jalan.

Tabel 2. 9 Tabel Lanjutan Kendala dan Solusi

No. Topik Kendala dan Masalah Solusi dan Pemecahan Masalah

Alat berat yang tersedia di Mendatangakan mekanik alat


lapangan mangalami berat memperbaiki kerusakan

II | 49
kerusakan sehingga proyek alat berat.
terhenti.

Pengambilan dan Supaya proses pengambilan


penggalian material di melakukan penggalian material
ditolak warga karena dengan merata dan tidak
menggangu ketentraman meninggalkan lubang,
bermasyarakat seperti bunyi menyiram jalan akses supaya
alat getaran, dan debu debu tidak berterbagan saat
disepanjang jalan. dilalui kendaraan.

3. Pekerja Kebutuhan tenaga kerja Membuka lowongan pekerjaan,


terus meningkat seiring mulai dari mandor, tukang dan
bertambahnya ruas baru pekerja yang diutamakan dari
yang akan mulai beroperasi. tenaga kerja lokal setempat
terlebih dahulu sebelum
mendatangkan tenaga kerja
dari daerah lain.

Banyaknya pekerja yang Memberhentikan pekerja


tidak tahu kerja dan tidak tersebut dan mencari pengganti
berpengalam dalam bidang yang lebih baik .
pekerjaannya.

Banyaknya pekerja yang Mandor harus selalu berada di


lalai dalam bekerja dan lokasi proyek mangatur dan
melanggar peraturan K3L di memantau kinerja tukang dan
lapangan. selalu memberi peringatan
terhadap pekerja yang
melanggar.

Tabel 2. 10 Tabel Lanjutan Kendala dan Solusi

No. Topik Kendala dan Masalah Solusi dan Pemecahan Masalah

4. K3L Rendahnya pengawasan dan Pihak K3L selalu mengawasi


kesadaran perkerja dan memantau pekerja pekerja

II | 50
konstruksi dalam di lapangan dan memberikan
mengutamakan keamanan , peringatan terhadap yang
dan keselamatan kerja (K3). melanggar.

Musim hujan yang panjang Mendirikan tenda di lokasi


sehingga proyek tidak paroyek dan melaksanakan
berjalan dengan lancar. pekerjaan yang bisa dilakukan
di bawah tenda.

Tanah timbunan sering Memberikan penutup pada


tergerus air hujan dan tanah yang baru saja ditimbun
hanyut ke perairan warga seperti geotekstil, untuk
setempat. menahan air hujan

Munculnya binatang buas di Semua manusia menjauh dari


lokasi pekerjaan karena lokasi dan melaporkan kepada
habitat mereka terganggu. pihak yang berwenang untuk
penanganan lebih lanjut.

Pekerja hanyut dibawa arus Tim K3L bekerja sama dengan


sungai karena bekerja tidak Tim SAR melakukan pencarian
mementingkan keselamatan perkerja yang hanyut.
diri.

II | 51

Anda mungkin juga menyukai