SUBDIT TEKNIK
TEKNIK JEMBATAN
JEMBATAN
DIREKTORAT
DIREKTORAT BINA
BINA TEKNIK
TEKNIK
DIREKTORAT
DIREKTORAT JENDERAL
JENDERAL BINA
BINA MARGA
MARGA
Session-VII
SOP JEMBATAN
DISEMINASI
KETENTUAN TEKNIK PERENCANAAN JEMBATAN
2
SOP STUDI PENDUKUNG
• SOP Pembuatan Rencana & Program
• SOP Pengadaan Pengguna Jasa
• SOP Pembuatan UKL/UPL
• SOP Pembuatan Studi Kelayakan
• SOP Penyusunan Studi dan Kajian-Kajian
3
SOP PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN
• SOP Penyusunan KAK
• SOP Survey Pendahuluan
• SOP Survey Inventarisasi Jembatan
• SOP Survey Detail Jembatan
• SOP Survey Lalu Lintas
• SOP Survey Geodesi
• SOP Survey Geoteknik
• SOP Survey Hidrologi
• SOP Perencanaan Teknis Jembatan
• SOP Penyampaian DED
• SOP Sistematika Pelaporan Dokumen
• SOP Penyusunan Harga Satuan
• SOP Permintaan Bahan Jalan dan Jembatan
• SOP ……………………..
• SOP Pengakhiran Perencanaan Teknis
4
SOP PELAKSANAAN FISIK
• POS Pembebasan Tanah
• POS Pengadaan Penyedia Jasa (Kontraktor & Pengawas)
• POS Preaward Meeting
• POS PCM
• POS Pembayaran Monthly Sertifikat
• POS CCO
• POS Revisi Design
• POS Review Design
• POS Program Mutu
• POS PHO
• POS Eskalasi
• POS Putus Kontrak
5
SOP PEMANFAATAN
6
7
POS PENYIAPAN KAK
MAKSUD:
Dimaksudkan sebagai petunjuk umum dalam rangka penyiapan dan
penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK)
TUJUAN :
Bertujuan agar penyusunan KAK lebih sistematis dan jelas
LANDASAN HUKUM:
Acuan dasar/landasan hukum penyusunan KAK adalah:
- Keppres RI No. 80 tahun 2003 dan Perubahannya, “tentang Pedoman
Pelaksanaan pengadaan barang/Jasa pemerintah
- Peraturan Menteri PU No. 207/PRT/M/2005, “tentang Pedoman
Pengadaan Jasa Konstruksi Pemerintah Secara Elektronika”
PIHAK TERKAIT/TERLIBAT:
• Kepala Satuan Kerja
• Pejabat Pembuatan Komitmen
• Pengawas Pekerjaan (Project Officer)
• Panitia Lelang
8
POS PENYIAPAN KAK
(LANJUTAN)
PROSEDUR :
Sebelum melaksanakan pengadaan, pengguna jasa wajib menyusun
dan mempesiapkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) dengan tujuan
sebagai berikut:
a. Menjelaskan tujuan dan lingkup jasa konsultasi serta keahlian
yang diperlukan
b. Sebagai acuan dan informasi bagi para konsultan yang diundang
mengikuti pengadaan dalam rangka menyiapkan
kelengkapan administrasi, usulan teknis dan usulan biaya.
c. Sebagai acuan dalam eveluasi usulan, klarifikasi dan negosiasi
dengan calon konsultan terpilih, dasar pembuatan kontrak dan
acuan evaluasi hasil kerja konsultan.
9
POS PENYIAPAN KAK
(LANJUTAN)
ISI KAK :
1. URAIAN PENDAHULUAN, berisi antara lain : antara lain latar
belakang, maksud dan tujuan, sasaran, lingkup kegiatan, dan
keluaran.
2. DATA PENUNJANG, antara lain data dasar, standar teknis, studi-
studi terdahulu yang pernah dilaksanakan, dan lain-lain.
3. TUJUAN dan RUANG LINGKUP, memberikan gambaran mengenai
tujuan yang ingin dicapai, keluaran yang akan dihasilkan, lingkup
kewenangan, perkiraan jangka waktu penyelesaian, kualifikasi dan
jumlah tenaga ahli, perkiraan keseluruhan tenaga tenaga
ahli/tenaga pendukung yang diperlukan dan jadwal setiap setiap
tahapan pelaksanaan pekerjaan.
4. KETENTUAN dan JENIS LAPORAN,antara lain laporan
pendahuluan, laporan antara, laporan draft awal dan laporan
akhir.
10
POS PENYIAPAN KAK
(LANJUTAN)
11
POS PENYIAPAN KAK
(LANJUTAN)
SUMBER DANA
Sumber dana yang membiayai paket pekerjaan ini adalah APBN Murni
dengan nilai Rp. …………………..
TENAGA AHLI
Kebutuhan personil konsultan harus direncanakan secara teliti dan
cermat yang harus mencerminkan tingkat kesulitan pekerjaan
sedangan jumlah mencerminkan kapasitas dari konsultan serta durasi
pekerjaan sehingga pelaksanaan pekerjaan akan lebih efektif dan
efisien.
12
POS PENYIAPAN KAK
(LANJUTAN)
a. JENIS LAPORAN :
No. Jenis Laporan Pokok Bahasan
a.Metodologi dan Rencana Kerja
b.Organisasi Pekerjaan
1. Laporan Pendahuluan c.Pemahaman KAK yang dituangkan dalam konsep awal kerangka pemikiran
penyelesaian
d.Mobilasi personil konsultan
a.Draftdesain
3. Laporan Draft Awal b.Gambar rencana
c.Progres kegiatan dan rencana selanjutnya
13
POS PENYIAPAN KAK
(LANJUTAN)
b. ALOKASI WAKTU:
14
c.Kualifikasi Tenaga Ahli yang diperlukan untuk tiap-tiap jenis laporan
No. Jenis Laporan Kualifikasi
Tenaga Ahli (tergantung kebutuhan)
1. Laporan Pendahuluan a. Ketua Tim/Ahli Perencana Jembatan
a.Ketua Tim/Ahli Perencana Jembatan
b.Ahli Struktur/Teknik Jembatan
2. Laporan Antara c.Ahli Geodesi
d.Ahli Geoteknik
e.Ahli Hidrologi
16
e.Penyusunan Owner Estimate (OE)
N Keterangan
Kualifikasi
o.
Biaya Personil
L1 Tenaga Pendukung
. 1.Sekretaris
2.Operator Komputer
3.Drafter
4.Pesuruh Kantor
5.Penjaga Kantor
L2 Komputer Supply
.
L4 Biaya Telekomunikasi
. 1.Telepon
2.Fax
L5 Biaya Presentasi
. 1.Honor Pembahas
2.Penggandaan
3.Sewa Infocus
4.Konsumsi Pembahas
L6 Biaya Pelaporan
. 1.Laporan Pendahuluan
2.Laporan Antara
3.Laporan Konsep Laporan Akhir
4.Laporan Akhir
5.Executive Summary
6.Naskah Produk Akhir
7.CD Laporan Akhir
17
18
POS
SURVEY PENDAHULUAN
MAKSUD
Sebagai tahap awal untuk mendapatkan data lapangan yang diperlukan,
antara lain perkiraan biaya pekerjaan, saran yang diusulkan sebagai bagian
penting bahan kajian kelayakan teknis perencanaan jembatan.
LINGKUP KEGIATAN
Survey pendahuluan yang merupakan lanjutan setelah hasil persiapan
desain disetujui sebagai panduan pelaksanaan survey dilapangan yang
meliputi kegiatan : studi literatur, koordinasi dengan instansi terkait, dan
diskusi perencanaan di lapangan.
ACUAN : Dokumen kontrak
PIHAK YANG TERLIBAT/TERKAIT
Pemberi Tugas
Penyedia Jasa : 1. Ketua Tim
2. Ahli Teknik Jalan Raya
3. Ahli Struktur/Teknik Jembatan
4. Ahli Teknik Geodesi
5. Ahli Teknik Geoteknik
6. Ahli Teknik Hidrologi/Hidrolika
19
POS
SURVEY PENDAHULUAN
lanjutan
PROSEDUR SURVEY
A. Surat Ijin Survai
B. Pelaksanaan Survey Pendahuluan
1. Survey Geometrik
2. Survey Topografi
3. Survey Rencana jembatan
4. Survey Geologi dan Geoteknik
5. Survey Hidrologi/Hidrolika
6. Survey Lingkungan
C. Pelaporan
1. Hasil survey pendahuluan
2. Foto dokumentasi
20
POS
SURVEY PENDAHULUAN
lanjutan
Bagan alir pelaksanaan survey
Pembuatan Laporan
21
22
POS
SURVEY LALU LINTAS
MAKSUD
Dimaksudkan sebagai pedoman untuk melakukan survai volume lalu lintas,
serta menginventarisasi jumlah setiap jenis kendaraan yang melewati ruas
jalan tertentu dalam satuan waktu, sehingga dapat dihitung lalulintas harian
rata-rata sebagai dasar perencanaan jalan dan jembatan
RUANG LINGKUP
Prosedur ini memuat penyelidikan seluruh jenis kendaraan yang lewat
pada suatu ruas jalan
ACUAN
Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
23
POS
SURVEY LALU LINTAS
LANJUTAN
PROSEDUR
A. Surat Ijin Survey
B. Pelaksanaan Survey
1.Pos-pos Perhitungan Lalu Lintas yang terbagi dalam beberapa tipe pos :
• Pos Kelas A : yaitu pos perhitungan lalau lintas yang terletak pada
ruas jalan dengan jumlah lalu lintas yang tinggi dan mempunyai LHR
> 10.000 kendaraan.
• Pos Kelas B : yaitu pos perhitungan lalu lintas yang terletak pada ruas
jalan dengan jumlah lalu lintas yang sedang dan mempunyai 5.000 <
LHR< 10.000 kendaaan.
• Pos Kelas C : yaitu pos perhitungan lalu lintas yang terletak padda ruas
jalan dengan jumlah lalu lintas yang rendah dan mempunyai LHR <
5.000 kendaraan.
24
POS
SURVEY LALU LINTAS
C. Pemilihan Lokasi Pos LANJUTAN
5a Bus Kecil
5b Bus Besar
6 Truk 2 sumbu
7a Truk 3 cumbu
7b Truk Gandengan
26
POS
SURVEY LALU LINTAS
Pengenalan ciri kendaraan : LANJUTAN
• Sepeda Kumbang: sepeda yang ditempeli mesin 75 cc (max)
• Kendaraan bermotor roda 3 antara lain: bemo dan bajaj.
• Kecuali Combi, umumnya sebagai kendaran penumpang umum
maximal 12 tempat duduk seperti mikrolet, angkot, minibus, pick- up
yang diberi penaung kanvas/pelat dengan rute dalam kota dan
sekitarnya atau angkutan pedesan.
• Umumnya sebagai kendaraan barang maximal beban sumbu belakang
3,5 ton dengan bagian belakang sumbu tunggal roda tunggal (STRT).
• Bus Kecil adalah sebagai kendaraan penumpang umum dengan
tempat duduk antara 16 s/d 26 buah, seperti kopaja, metromini, elf
dengan bagian belakang sumbu tunggal roda ganda (STRG) dan
panjang kendaraan maximal 9 m dengan sebutan bus ¾.
• Bus Besar adalah sebagai kendaraan penumpang umum dengan
tempat duduk antara 30 s/d 50 buah, sperti bus malam,bus kota, bus
antar kota yang berukuran 12 m (+) dan STRG.
• Truk 2 sumbu adalah sebagai kendaraan barang dengan beban sumbu
belakang antara 5-10 ton (MST 5,8,10 dan STRG)
• Truk 3 sumbu adalah sebagai kendaraan barang dengan 3 sumbu yang
letaknya STRT dan SGRG (sumbu ganda roda ganda).
27
POS
SURVEY LALU LINTAS
LANJUTAN
C. Pelaporan
1. Foto dokumentasi
2. Data lapangan
3. Perhitungan
28
POS
SURVEY LALU LINTAS
LANJUTAN
Bagan alir pelaksanaan survey
Pelaksanaan survey
Pembuatan Laporan
29
30
POS
SURVEY GEODESI
MAKSUD
Prosedur ini dimaksudkan sebagai pedoman untuk melakukan pemetaan
situasi sekitar lokasi jembatan terpilih.
RUANG LINGKUP
Prosedur ini memuat survey topografi dilakukan sepanjang lokasi as jalan
pada jembatan yang sesuai dengan rencana lokasi jembatan yang
dikehendaki, pertimbangan lokasi jembatan didasarkan rekomendasi dari
Studi Kelayakan.
ACUAN
Dokumen kontrak
PIHAK YANG TERLIBAT/TERKAIT
• Pemberi tugas (owner)
• Penyedia Jasa
• Team leader
• Geodetic Engineer
• Surveyor
31
POS
SURVEY GEODESI
LANJUTAN
PROSEDUR
A.Surat Ijin Survey
B.Pelaksanaan Survey
1. Pekerjaan Perintisan
2. Pekerjaan Pengukuran
1) Pengukuran Titik Kontrol Horizontal
a) Pengukuran titik kontrol dilakukan dalam bentuk polygon tertutup.
b) Sisi polygon atau jarak antara titik polygon maksimal 100 meter
diukur dengan peges ukur (meteran)
c) Patok-patok untuk titik-titik polygon adalah patok kayu, sedang
patok- patok untuk titik ikat adalah dari beton.
d) Sudut-sudut polygon diukur dengan alatukur Theodolit jenis Wild-T2.
32
POS
SURVEY GEODESI
LANJUTAN
d) Titik-titik ikat (BM) harus diukur sudutnya dengan alat yang sama
dengan alat pengukuran polygon, jaraknya diukur dengan pegas
(meteran) / jarak langsung, Ketelitian polygon adalah sebagai
berikut:
• Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10” kali akar jumlah
titik poligon.
• Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5”
• Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal proyek, dan
pada setiap jarak 5 km (kurang lebih 60 titik polygon) pada titik
akhir pengukuran.
• Pengamatan matahari pada tiap titik dilakukan dalam 4 seri (4
biasa dan 4 luar biasa).
33
POS
SURVEY GEODESI
LANJUTAN
34
POS
SURVEY GEODESI
LANJUTAN
3)Pengukuran Situasi
a) Pengukuran situasi dilakukan dengan alat Tachimetri (To).
b) Ketelitian alat yang dipakai adalah 10 “
c) Pengukuran situasi daerah sepanjang rencana jalan harus mencakup
semua keterangan yang ada di daerah tersebut.
d) Untuk tempat – tempat jembatn atau perpotongan dengan jalan lain
pengukuran harus diperluas (lihat pengukuran khusus).
e) Tempat-tempat sumber material jalan yang terdapat di sekitar jalur jalan
perlu diberi tanda di atas peta dan dan di photo (jenis dan lokasi
material).
35
POS
SURVEY GEODESI
LANJUTAN
36
POS
SURVEY GEODESI
LANJUTAN
37
POS
SURVEY GEODESI
LANJUTAN
7)Pemasangan Patok – Patok
a) Patok beton dibuat dengan ukuran 15x15x60 cm dan harus dipasang
pada awal / akhir 2 (dua) buah dan pada patok antara dipasang
dengan interval 1 km dan berpotongan rencana jalan dengan sungai 2
buah seberang – meneberang.
b) Patok beton tersebut harus ditanam kedalam tanah sepanjang kurang
lebih 45 cm (yang kelihatan di atas tanah kurang lebih 15 cm).
c) Patok-patok (BM) diberi tanda BM dan Nomor Urut.
d) Untuk memudahkan pencarian patok kembali, sebaiknya pada pohon-
pohon di sekitar patok diberi cat atau pita atau tanda-tanda tertentu
misalnya …. (nomor urut / 2003).
e) Patok polygon maupun patok stasion diberi tanda cat kuning dengan
tulisn hitam yang diletakan di sebelah kiri ke arah jalannya
pengukuran.
f) Khusus untuk profil memanjang titik-titiknya yang terletak di sumbu
jalan diberi paku yang dilingkari cat kuning sebagai tanda.
38
POS
SURVEY GEODESI
LANJUTAN
39
POS
C. Pelaporan SURVEY GEODESI
LANJUTAN
1. Data proyek.
2. Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi proyek
terhadap kota besar terdekat.
3. Kondisi morfologi sepanjang lokasi
4. Kondisi badan jalan yang ada sepanjang trase jalan
5. Batuan penyusun (stratigrafi) sepanjang trase jalan. Untuk peta
penyebaran batuan disiapkan dalam kertas HVS ukuran A3 dan
diwarnai sesuai dengan standar pewarnaan geologi dan diberi notasi
6. Hasil akhir pemeriksaan laboratorium dijadikan acuan untuk perbaikan
hasil diskripsi secara visual.
7. Penyebaran jenis tanah sepanjang trase jalan. Untuk peta penyebaran
tanah disiapkan dalam kertas kalkir ukuran A3 dan diwarnai sesuai
dengan standar pewarnaan geologi dan diberi notasi.
8. Analisis perhitungan konstruksi timbunan dan stabilitas lereng.
9. Analisis longsoran sepanjang trase jalan
10. Sumber bahan konstruksi jalan (jenisnya dan perkiraan volume
cadangan).
11. Gejala struktur geologi yang ada (kekar, sesar/patahan dsb.) beserta
lokasinya.
12. Rekomendasi
40
POS
SURVEY GEODESI
LANJUTAN
Pelaksanaan survey
Pengujuan sampel di
laboratorium
Pembuatan Laporan
41
42
POS
SURVEY GEOTEKNIK
MAKSUD
Prosedur ini dimaksudkan sebagai pedoman untuk melakukan penyelidikan
tanah disekitar lokasi rencana jembatan, sehingga diperoleh data tanah yang
cukup akurat.
RUANG LINGKUP
Prosedur ini untuk mengadakan peninjauan kembali terhadap semua data
tanah dan material yang ada, selanjutnya mengadakan penyelidikan tanah
dan material sepanjang proyek jembatan tersebut yang akan dilakukan
berdasarkan survey langsung di lapangan maupun dengan pemeriksaan di
laboratorium.
ACUAN
Dokumen Kontrak
PIHAK YANG TERLIBAT/TERKAIT
Pemberi tugas (owner)
Penyedia Jasa
Team leader
Geoteknik Engineer
Surveyor
43
POS
SURVEY GEOTEKNIK
lanjutan
PROSEDUR
A.Surat Ijin Survey
B.Survai Penyelidikan Tanah
Penyelidikan geoteknik disini merupakan bagian dari penyelidikan tanah
yang mencakup seluruh penyelidikan lokasi proyek berdasarkan klasifikasi
jenis tanah yang didapat dari hasil tes dengan mengadakan peninjauan
kembali terhadap semua data tanah dan material guna menentukan
jenis/tipe pondasi yang tepat dan sesuai tahapan kegiatannya, sebagai
berikut:
1. Mengadakan penyelidikan tanah dan material di lokasi proyek jembatan
yang akan dibangun dengan menetapkankan lokasi titik-titik bor yang
diperlukan langsung di lapangan.
2. Melakukan penyelidikan kondisi permukaan air/sub-surface sehubungan
dengan fondasi jembatan yang akan dibangun.
3. Menyelidiki lokasi sumber material yang ada di sekitar lokasi proyek
kemudian dituangkan dalam bentuk penggambaran peta termasuk
sarana lain yang ada seperti jalan pendekat/oprit, bangunan
pelengkap/pengaman dan lain sebagainya.
44
POS
SURVEY GEOTEKNIK
lanjutan
4. Pekerjaan pengambilan contoh dengan pengeboran (umumnya terhadap
undisturbed sampling) dimaksudkan untuk tujuan penyelidikan lebih lanjut
di laboratorium untuk mendapatkan informasi yang yang lebih teliti
tentang parameter-parameter tanah dari pengetesan Index Properties
(Besaran Indeks) dan Engineering Properties (Besaran Struktural Indeks).
5. Penyelidikan tanah untuk desain jembatan yang umum dilaksanakan di
lingkungan Bina Marga dengan bentang > 60 m (relatif dari 25 m s/d 60
m tergantung kondisi) digunakan bor-mesin (alat bor yang digerakkan
dengan mesin) di mana kapasitas kedalaman bor dapat mencapai 40 m
disertai alat split spoon sampler untuk Standar Penetrasion Test ( SPT )
menurut AASHTO T 206 – 74. Sedangkan untuk bentang <60m (relatif
dari 25 m s/d 60 m tergantung kondisi) digunakan peralatan utama
lapangan yang terdiri atas:
a. Alat sondir dengan bor tangan (digerakan dengan tangan).
Pengeboran harus dilakukan sampai kedalaman yang ditentukan (bila
tidak ditentukan lain) untuk mendapatkan letak lapisan tanah dan
jenis batuan beserta ukurannya dan harus mencapai tanah
keras/batu dan menembus sedalam kurang lebih 3.00 m.
45
POS
SURVEY GEOTEKNIK
lanjutan
b. Boring dan sampling harus dikerjakan dengan memakai ”Manual
Operated Auger” dengan kapasitas sampai dengan kedalaman 10 m.
c. Alat tes sondir type “Gouda” atau sejenisnya, antara lain “Dutch
Cone Penetrometer” yang memakai sistem metrik dan harus
dilengkapi dengan “Friction Jacket Cone”, kapasitas tegangan
konus minimum 250 kg/cm2 dan kapasitas kedalamannya dapat
mencapai 25 m.
6. Pada setiap jembatan, penyelidikan tanah yang dibutuhkan pada masing-
masing lokasi rencana fondasi harus sudah menetapkan penggunaan jenis
bor dan posisi lubang bor yang direncanakan serta jumlah titik bor
minimal satu titik boring, yaitu satu titik bor mesin atau satu set bor
tangan dan sondir, tergantung bentang rencana jembatannya. Hal ini
tergantung pada kondisi area (alam dan lokasi), kepentingan stuktur dan
tersedianya peralatan pengujian beserta teknisinya.
7. SPT dilakukan pada interval kedalaman 1,50 m s / d 2,00 m untuk diambil
contohnya (undisturbed dan disturbed).
46
POS
SURVEY GEOTEKNIK
lanjutan
8. Mata bor harus mempunyai diameter yang cukup untuk mendapatkan
undisturbed sample yang diinginkan dengan baik, dapat digunakan mata
bor steel bit untuk tanah clay, silt dan mata bor jenis core barrel.
9. Digunakan casing (segera) bilamana tanah yang dibor cenderung mudah
runtuh.
10. Untuk menentukan besaran index dan structural properties dari contoh-
contoh tanah, baik yang terganggu (disturbed) maupun yang asli
(undisturbed) tersebut di atas dan contoh material (quarry), maka
pengujian di laboratorium dikerjakan berdasarkan spesifikasi SNI, SK SNI,
AASHTO, ASTM, BS dengan urutan terdepan sebagai prioritas
pertamanya.
11. Laporan penyelidikan tanah dan material harus pula berisi ‘analisa dan
hasil’ daya dukung tanah serta rekomendasi jenis pondasi yang sesuai
dengan daya dukung tanah tersebut dan hasil bor log dituangkan dalam
bentuk tabel/formulir bor log dan form drilling log yang dilengkapi
dengan keterangan/data diantaranya tentang tipe bor yang digunakan,
kedalaman lapisan tanah, tinggi muka air tanah, grafik log, uraian
lithologi, jenis sample, nilai SPT, tekanan kekuatan (kg/cm2),
liquid/plastis limit, perhitungan pukulan dan lain sebagainya.
47
POS
SURVEY GEOTEKNIK
lanjutan
C. Pengolahan data dan pengujian laboratorium
1. Hasil pelaksanaan survai berdasarkan data yang didapat dilakukan
pengujian laboratorium yang telah memenuhi persyaratan.
2. Jenis pengujian tanah sampel ditunjukkan pada Tabel 1.
D. Pelaporan
1. Data proyek.
2. Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi proyek
terhadap kota besar terdekat.
3. Kondisi morfologi sepanjang lokasi
4. Kondisi badan jalan yang ada sepanjang trase jalan
5. Batuan penyusun (stratigrafi) sepanjang trase jalan. Untuk peta
penyebaran batuan disiapkan dalam kertas HVS ukuran A3 dan diwarnai
sesuai dengan standar pewarnaan geologi dan diberi notasi
6. Hasil akhir pemeriksaan laboratorium dijadikan acuan untuk perbaikan
hasil diskripsi secara visual.
7. Penyebaran jenis tanah sepanjang trase jalan. Untuk peta penyebaran
tanah disiapkan dalam kertas kalkir ukuran A3 dan diwarnai sesuai
dengan standar pewarnaan geologi dan diberi notasi.
8. Analisis perhitungan konstruksi timbunan dan stabilitas lereng.
48
POS
SURVEY GEOTEKNIK
lanjutan
9. Analisis longsoran sepanjang trase jalan
10. Sumber bahan konstruksi jalan (jenisnya dan perkiraan volume
cadangan).
11. Gejala struktur geologi yang ada (kekar, sesar/patahan dsb.) beserta
lokasinya.
12. Rekomendasi
49
POS
SURVEY GEOTEKNIK
lanjutan
Tabel 1. Spesifikasi Pengujian Tanah di Laboratorium.
NO PENGUJIAN ACUAN KETERANGAN
.
SIFAT INDEKS
50
POS
9 Carbonate Content K.H. Head, Vol I, 1984
SURVEY GEOTEKNIK
lanjutan
10 Sulphate Content K.H. Head, Vol. 1, 1984
SIFAT KUAT
GESER TANAH
SIFAT
PEMAMPATAN
TANAH
12 Swelling ASTM D 4546-90 - Fresh Condition- Dioven 40 oC dan 70 oC selama
satu hari
KEPADATAN
13 Pemadatan
SIFAT
KELULUSAN
14 Permeabilitas KH Head Vol. 2 1984 Manual of Soil Laboratory Testing. Gunakan metode
Falling Head
51
POS
SURVEY GEOTEKNIK
lanjutan
Pelaksanaan survey
Pengujuan sampel di
laboratorium
Pembuatan Laporan
52
53
POS
SURVEY HIDROLOGI
MAKSUD
Dokumen ini dimaksudkan sebagai pedoman untuk melakukan pengumpulan
data hidrologi dan karakter/perilaku aliran air pada bangunan air yang ada
(sekitar jembatan), guna keperluan analisis hidrologi, penentuan debit banjir
rencana (elevasi muka air banjir), perencanaan drainase dan bangunan
pengaman terhadap gerusan, river training (pengarah arus) yang diperlukan.
RUANG LINGKUP
Dokumen ini memuat penyelidikan data curah hujan, data bangunan
pengaman yang ada dan menentukan curah hujan rencana guna memberikan
masukan dalam proses perencanaan yang aman.
ACUAN
Proses analisa perhitungan harus mengacu pada standar nasional Indonesia
(SNI) No: 03-3424-1994 atau Standar Nasional Indonesia (SNI) No: 03-
1724-1989 SKBI-1.3.10.1987 (Tata Cara Perencanaan Hidrologi dan
Hidrolika untuk Bangunan di Sungai)
54
POS
SURVEY GEOTEKNIK
PIHAK YANG TERLIBAT/TERKAIT lanjutan
Pemberi Tugas
Penyedia Jasa :
• Ketua Tim
• Ahli Hidrologi/Hidrolika
• Surveyor
PROSEDUR
A.Surat Ijin Survey
B.Pelaksanaan Survey
Survey hidrologi lengkap digunakan untuk melengkapi parameter-parameter
desain jembatan yang dalam hal ini jembatan yang dimaksud adalah
jembatan di atas lalu-lintas sungai atau saluran air, untuk ini pengumpulan
data untuk analisa hihrologi perlu diperhatikan sebagai berikut:
1.Karakteristik daerah aliran (Catchment Area) dari setiap gejala aliran
yang harus dipelajari dengan cermat dari peta topografi maupun
pemeriksaan langsung di tempat yang meliputi data curah hujan, tata
guna lahan, jenis permukaan tanah, kemiringan dan lain-lain.
2.Karakteristik sungai yang meliputi:
55
POS
SURVEY GEOTEKNIK
lanjutan
3. Analisa hidrologi yang diperlukan untuk jembatan yang melintas sungai,
sebelum tahap perhitungan/perencanaan hidrolika dari alur sungai, adalah
untuk menentukan:
a. Debit banjir dalam alur sungai jembatan atau debit maksimum sungai
selama periode ulang banjir rencana yang sesuai.
b. Perkiraan tinggi maksimum muka air banjir yang mungkin terjadi dan
semua karakteristiknya.
c. Kedalaman air: air banjir, air rendah dan air normal.
4. Untuk menentukan elevasi tinggi muka jembatan diperlukan suatu
perkiraan tinggi maksimum banjir yang mungkin terjadi, ditetapkan dan
diperhitungkan dengan periode ulang banjir rencana atau dalam kurun
waktu rencana sebagai berikut:
• Untuk jembatan panjang/besar (konstruksi khusus) diperhitungkan
dengan periode ulang 100 tahunan.
• Untuk jembatan biasa/tetap termasuk gorong-gorong
diperhitungkan dengan periode ulang 50 tahunan.
• Untuk jembatan sementara, perlintasan saluran air dan jembatan
yang melintas di atasnya diperhitungkan dengan periode ulang 25
tahunan.
56
POS
SURVEY GEOTEKNIK
lanjutan
• Untuk keperluan analisa hidrologi ditetapkan dengan periode ulang 50
tahunan.
• Untuk perhitungan scouring berdasarkan jenis tanah dasar sungai dan debit
serta kecepatan aliran arus sungai.
• Dalam menentukan besar debit banjir maksimum dalam kurun waktu
rencana tersebut, dipakai pendekatan berdasarkan analisa frekuensi dari
suatu data curah hujan lebat. Di sini perlu ditinjau hubungan/korelasi antara
curah hujan dan aliran sungai.
• Metode untuk menentukan besar debit banjir tersebut diklasifikasikan 3
cara yaitu:
1) Cara statistik/kemungkinan-kemungkinan;
2) Cara hidrograf/sintetik;
3) Rumus empiris/metode rasional;
5.Analisa drainase ditetapkan dengan kala ulang (return period) 25 tahun
dan 50 tahun yang pemilihannya terlebih dulu dikonsultasikan
dengan pihak Pemberi Tugas.
6.Dari hasil survey dan analisa yang dilakukan, antara lain dapat
ditentukan elevasi jembatan dan bangunan pengaman terhadap
gerusan, tumbukan air dan debris.
57
POS
SURVEY GEOTEKNIK
lanjutan
C. Pelaporan
Laporan mengenai survey dan analisis hidrologi, yang meliputi :
1. Data proyek.
2. Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi proyek
terhadap kota besar terdekat, pos pencatat curah hujan.
3. Data curah hujan untuk setiap pos yang diambil
4. Analisis/perhitungan
5. Penentuan dimensi dan jenis bangunan air
6. Daftar lokasi bangunan air yang direncanakan
58
POS
SURVEY GEOTEKNIK
lanjutan
Pelaksanaan survey
Pembuatan Laporan
59
60
POS
PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN
MAKSUD
Dokumen ini dimaksudkan sebagai pedoman teknis agar pelaksanaan
pekerjaan perencanaan struktur jembatan dapat terlaksana dengan baik dan
sesuai dengan standar persyaratan teknis.
TUJUAN
Tujuannya adalah dengan adanya pedoman ini diharapkan pelaksanaan
pekerjaan jembatan mulai dari tahap perencanaan struktur jembatan
sampai pada tahap pembangunan jembatan dapat berlangsung sesuai
ketentuan dan peraturan yang berlaku.
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup yang akan dijelaskan dalam dokumen ini meliputi:
• Ketentuan umum dan teknis perencanaan teknis jembatan.
• Tahapan perencanaan teknis jembatan
• Perencanaan struktur atas
• Perencanaan struktur bawah dan pondasi
• Perencanaan bangunan pelengkap
61
POS
PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN
lanjutan
PIHAK YANG TERLIBAT/TERKAIT
Pemberi Tugas
Penyedia Jasa :
Ketua Tim
Ahli Teknik Jalan Raya
Ahli Struktur/Teknik Jembatan
Ahli Geodesi
Ahli Geoteknik
Ahli Hidrologi
Ahli Struktur Beton dan Ahli Struktur Baja
Ahli Pondasi
Ahli Kuantiti dan Anggaran Biaya
Ahli Spesifikasi Teknik
62
POS
PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN
lanjutan
PRINSIP PERENCANAAN :
1. Perencana harus berpengalaman dan kompeten dibidang perencanaan
jembatan, dibuktikan dengan sertifikasi keahlian yang diterbitkan oleh
organisasi atau lembaga yang berwenang dan terakreditasi.
2. Perencana harus bertanggungjawab penuh pada hasil perencanaannya,
termasuk apabila menggunakan produk standar suatu komponen
struktur jembatan yang dibuat pihak lain, kecuali bila dapat menunjukan
sertifikat kelayakan yang diterbitkan oleh lembaga yang berwenang di
bidang jembatan untuk komponen tersebut. Pertanggungjawaban harus
dinyatakan dengan cara menandatangani setiap lembar gambar rencana
dan setiap dokumen pelaporan perhitungan atau analisis yang
mendukungnya.
3. Hasil perencanaan dan perhitungan harus disetujui dan disahkan oleh
instansi yang berwenang, seperti Departemen Pekerjaan Umum
atau Dinas Pekerjaan Umum di daerah. Bila perlu dapat dimintakan
untuk diteliti banding atau diverifikasi oleh pihak ketiga yang independen,
sebelum dilakukan persetujuan dan pengesahan oleh instansi yang
berkompeten.
63
POS
PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN
lanjutan
64
POS
PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN
lanjutan
Pokok-Pokok Perencanaan
Perencanaan jembatan dapat dilakukan menggunakan dua pendekatan dasar
untuk menjamin keamanan struktural yang diizinkan, yaitu Rencana
Tegangan Kerja (WSD) dan Rencana Keadaan Batas (Limit State). Struktur
jembatan yang berfungsi paling tepat untuk suatu lokasi tertentu adalah yang
paling baik memenuhi pokok-pokok perencanaan berikut ini :
• Kekuatan dan stabilitas struktur
• Kenyamanan bagi pengguna jembatan
• Ekonomis
• Keawetan dan kelayakan jangka panjang
• Kemudahan pemeliharaan
• Estetika
• Dampak lingkungan pada tingkat yang wajar dan cenderung minimal
65
POS
PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN
lanjutan
66
POS
PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN
lanjutan
• KRITERIA PERENCANAAN
• ANALISA STRUKTUR
67
POS
PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN
lanjutan
C. Penentuan bentang dan lebar jembatan
Profil topografi
Kendala banjir tertinggi 50 tahun terakhir
Teknolgi konstruksi (kemudahan dalam pelaksanaan)
Faktor ekonomis
Kebutuhan lalu lintas berdasarkan hasil survey lalu lintas
Prediksi lalu lintas masa depan
Kemungkinan dan kemudahan pelebaran jembatan pada masa yang akan datang
D. Pemilihan bentuk struktur jembatan
Kendala geometri
Kendala material dan ketersediannya.
Kecepatan pelaksanaan
Kesulitan perencanaan dan pelaksanaan
Pemeliharaan jembatan
Biaya konstruksi
68
POS
PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN
lanjutan
A.Perencanaan struktur atas jembatan
Perencanaan struktur atas jembatan harus direncanakan sesuai dengan
aturan-aturan yang ditentukan dalam Peraturan Perencanaan Jembatan
(Bridge Design Code) BMS ’92 atau peraturan lain yang relevan yang
disetujui oleh pemberi tugas. Prinsip-prinsip dasar untuk perencanaan
struktur jembatan adalah Limit States atau Rencana Keadaan Batas, dengan
memperhatikan beberapa faktor berikut ini:
1. Pembebanan pada struktur atas jembatan harus dihitung berdasarkan
kombinasi dari semua jenis beban yang secara fisik akan bekerja pada
komponen struktur jembatan.
2. Kekuatan struktur atas jembatan harus direncanakan berdasarkan
analisis struktur dan cara perhitungan gaya-gaya dalam yang ditetapkan
di dalam standar/peraturan yang disebut diatas dan khususnya
berhubungan dengan material yang dipilih.
69
POS
PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN
lanjutan
3. Deformabiliti, lawan lendut dan lendutan dari struktur atas jembatan
harus dihitung dengan cermat, baik untuk jangka pendek maupun
jangka panjang agar tidak melampaui nilai batas yang diizinkan oleh
standar/peraturan yang digunakan.
4. Umur layan jembatan harus direncanakan berdasakan perilaku jangka
panjang material dan kondisi lingkugan di lokasi jembatan yang
diaplikasikan pada rencana komponen struktur jembatan khususnya
selimut beton, permeabilitas beton, atau tebal elemen baja, terhadap
resiko korosi ataupun potensi degradasi meterial.
70
POS
PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN
F.Perencanaan struktur bawah jembatan lanjutan
Struktur bangunan bawah harus direncanakan secara benar terhadap
aspek kekuatan dukung dan stabilitas, sebagai akibat beban struktur atas
dan tekanan tanah vertikal ataupun horisontal dan harus mengikuti
aturan-aturan yang ditentukan dalam Peraturan Perencanaan Jembatan
(Bridge Design Code) BMS ’92, faktor-faktor yang perlu diperhatikan
adalah:
1. Struktur bawah jembatan harus direncanakan untuk menanggung
beban struktur atas melalui komponen tumpuan, yang sudah
merupakan kombinasi terbesar dari semua beban struktur atas,
beserta beban-beban yang bekerja pada struktur bawah yaitu :
tekanan tanah lateral, gaya-gaya akibat aliran air, tekanan air,
gerusan, tumbukan serta beban-beban sementara lainnya yang
dapat bekerja pada komponen struktur bawah.
2. Kekuatan struktur bawah harus ditentukan berdasarkan analisis
struktur dan cara perencanaan kekuatan yang ditetapkan di dalam
peraturan yang berhubungan dengan material yang digunakan.
71
POS
PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN
lanjutan
3. Perletakan jembatan harus direncanakan berdasarkan asumsi yang
diambil di dalam modelisasi struktur dengan memperhatikan kekuatan
dan kemampuan deformasi komponen perletakan seperti karet
elastomer yang mengacu kepada SNI 03-4816-1998 “Spesifikasi
bantalan karet untuk perletakan jembatan”
4. Deformasi yang potensial terjadi khususnya penurunan harus
diperhatikan di dalam perencanaan struktur bawah. Penurunan harus
diantisipasi dan dihitung dengan cara analisis yang benar berdasarkan
data geoteknik yang akurat, untuk mana pengaruh dari potensial
penurunan diferensial dari struktur bawah, bila ada harus
diperhitungkan dalam perencanaan struktur atas.
5. Jika gerusan dapat mengakibatkan terkikisnya sebagian tanah timbunan
di atas atau di samping suatu bagian struktur bawah jembatan maka
pengaruh stabilitas dari massa tanah harus diperhitungkan secara teliti.
6. Umur layan rencana struktur bawah harus direncanakan berdasarkan
perilaku jangka panjang material dan kondisi lingkungan khususnya bila
berada di bawah air yang diaplikasikan pada rancangan komponen
struktur bawah khususnya selimut beton, permeabiitas beton atau tebal
elemen baja terhadap resiko korosi ataupun potensi degradasi material.
72
POS
PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN
lanjutan
G. Perencanaan pondasi jembatan
Struktur bangunan bawah harus direncanakan secara benar terhadap
aspek kekuatan dukung dan stabilitas, sebagai akibat beban struktur
atas dan beban struktur atas dan harus mengikuti aturan-aturan yang
ditentukan dalam Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design
Code) BMS ’92, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah:
1. Analisis dapat dilakukan terpisah atau terintegrasi dengan analisis
struktur jembatan. Penggunaan paket software komersil, harus
dilakukan validasi terlebih dahulu dengan menggunakan contoh dari
text book dan dicek secara manual untuk mendapatkan keyakinan.
2. Pondasi jembatan pada umumnya dapat dipilih dari jenis:
• Pondasi dangkal/pondasi telapak
• Pondasi caisson
• Pondasi tiang pancang (jenis end bearing atau
friction)
• Pondasi Tiang Bor
• Pondasi jenis lain yang dianggap sesuai.
73
POS
PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN
lanjutan
3. Penentuan jenis dan kedalaman pondasi dilakukan berdasarkan kondisi
lapisan tanah dan kebutuhan daya dukung untuk struktur bawah serta
batasan penurunan pondasi. Secara umum kondisi dan kendala lapangan
yang harus dipertimbangkan adalah:
• Pembebanan dari struktur jembatan
• Daya dukung pondasi yang dibutuhkan
• Daya dukung dan sifat kompresibelitas tanah atau batuan
• Penurunan yang diizinkan dari struktur atas/bwah jembatan
• Tersedianya alat berat dan material pondasi
• Stabilitas tanah yang mendukung pondasi
• Kedalaman permukaan air tanah
• Perilaku aliran air tanah
• Perilaku aliran air sungai serta potensi gerusan dan sedimentasi
• Potensi penggalian atau pengerukan di kemudian hari yang berdekatan
dengan pondasi
74
POS
PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN
lanjutan
4. Khususnya untuk penggunaan pondasi tiang penentuan jenis dan
panjang tiang harus dilakukan berdasarkan kondisi lapangan di lokasi
rencana jembatan khususnya kondisi planimetri serta berdasarkan atas
evaluasi yang cermat dari berbagai informasi karakteristik tanah yang
tersedia, perhitungan kapasitas statik vertikal dan lateral, dan/atau
berdasarkan riiwayat/pengalaman sebelumnya.
H. Perencanaan jalan pendekat
1. Perencanaan jalan pendekat jembatan termasuk komponen plat injak
harus memperhatikan kesinambungan ukuran dan ketinggian
jembatan. Apabila jalan pendekat dibuat dari tanah urugan maka
harus diperhatikan potensi penurunan jangka panjang dari lapisan
tanah pendukung/atau urugan tanah yang menjadi tumpuan
perkerasan jalan pendekat.
2. Potensi penurunan tanah harus dihitung secara cermat berdasarkan
hasil penyelidikan tanah.
3. Perencanaan jalan pendekat harus mengacu kepada ketentuan yang
telah dijelaskan bagian VIII.2.
75
POS
PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN
lanjutan
I. Perencanaan Bangunan Pelengkap dan Pengaman
1.Perencanaan komponen bangunan pelengkap dan pengaman dalam
pekerjaan perencanaan jembatan harus mengikuti aturan-aturan yang
ditentukan di dalam acuan :
a. Undang-undang RI No.14 tahun 1992 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan
b. Pedoman marka jalan, Pd T-12-2004-B
2.Perencanaan komponen pelengkap dan pengaman jembatan meliputi :
1. Rambu dan marka pada jembatan
2. Pagar pengaman jembatan
3. Lampu penerangan pada jembatan
4. Struktur pengaman pada pilar jembatan terutama untuk
menghindar tumbukan langsung dengan pilar jembatan (seperti
fender pengaman atau sejenisnya)
76
POS
PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN
J. Penggambaran lanjutan
Gambar rencana harus ditampilkan dalam format yang sesuai dengan
petunjuk dari pengguna jasa dan/atau instansi yang berkompeten untuk
pengesahan dokumen perencanaan. Gambar rencana harus ditampilkan
dalam format A3 untuk dokumen lelang dan Format A1 untuk keperluan
kegiatan pelaksanaan konstruksi di lapangan. Gambar rencana harus
terdiri dari urutan sebagai berikut :
1. Sampul luar dan sampul dalam
2. Daftar isi
3. Peta lokasi jembatan yang dilengkapi dengan peta jaringan jalan
eksisiting dan petunjuk arah utara mata angin
4. Daftar simbol (legenda) dan singkatan
5. Daftar rangkuman volume pekerjaan
6. Potongan memanjang, potongan melintang dan denah jembatan
dengan skala 1:100
7. Gambar detail dengan skala 1:20, yang mencakup pelat lantai
kendaraan, struktur atas, struktur bawah dan pondasi jembatan.
8. Gambar standar.
77
POS
PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN
K. Spesifikasi Teknik lanjutan
Penyusunan spesifikasi teknik harus mengacu kepada gambar rencana
dan harus memperhatikan semua aspek pelaksanaan konstruksi serta
dapat menjelaskan secara rinci metode dan urutan pelaksanaan termasuk
jenis dan mutu material yang digunakan
I. Volume Pekerjaan dan Rencana Anggaran Biaya
Penyusunan jenis item pekerjaan harus sesuai dengan spesifikasi yang
digunakan, perhitungan volume pekerjaan harus dilakukan secara rinci
berdasarkan daftar item pekerjaan yang dibuat sesuai dengan gambar
rencana dan tabel perhitungan harus mencakup semua jenis pekerjaan.
M. Pelaporan dan Penyiapan Dokumen Lelang
1. Dokumen Lelang
Bab I: Instruksi Kepada Peserta Lelang.
Bab II : Bentuk Penawaran, Informasi
Kualifikasi dan Perjanjian
Bab III : Syarat-syarat Kontrak.
Bab IV : Data Kontrak
Bab V : Spesifikasi
Bab VI : Gambar - gambar.
Bab VII : Daftar Kuantitas.
Bab VIII: Bentuk-Bentuk Jaminan 78
POS
PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN
2. Pelaporan lanjutan
Laporan-laporan yang harus dibuat untuk pekerjaan perencanaan teknis
jembatan adalah sebagai berikut:
1. Laporan Bulanan
2. Laporan Antara, antara lain berisi :
• Laporan Survai Pendahuluan
• Laporan Survey Topografi
• Laporan Survey Geoteknik
• Laporan Survey Hidrologi
• Laporan survey Lingkungan
3. Laporan Draft Awal
4. Laporan Akhir, termasuk di dalamnya adalah dokumen lelang.
79
80
POS
PENYAMPAIAN DED
MAKSUD
Dokumen ini merupakan pedoman bagi perencana untuk menyampaikan hasil
perencanaaan teknis struktur jembatan yang berkualitas dan juga menjadi
pegangan bagi aparatur pemerintah yang berkompeten dalam proses
persetujuan/pengesahan hasil perencanaan.
TUJUAN
Dokumen ini bertujuan menyeragamkan kualitas penyampaian hasil
perencanaan teknis struktur jembatan sehingga memudahkan proses
persetujuan/pengesahan.
ACUAN
Undang-Undang No.18 Tahun 1999, tentang Jasa Konstruksi
yang berkaitan dengan kegagalan bangunan.
Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 Pasal 9 ayat (5),
tentang Pedoman Pelaksanaan Barang/Jasa Pemerintah.
Peraturan Pemerintah No.34 Tahun 2006 Pasal 86 ayat (1)
tentang Jalan.
81
POS
PENYAMPAIAN DED
lanjutan
LINGKUP KEGIATAN
Dokumen ini memuat tata cara penyiapan perencanaan struktur jembatan
dalam rangka persetujuan dari instansi yang berwenang, dalam hal ini
Subdit Teknik Jembatan, terutama dari segi teknis dan administrasi, antara
lain berisi penjelasan mengenai kelengkapan serta materi berkas
perencanaan struktur, batasan-batasan dalam analisis perencanaan
struktur, metode uji beban dan kriteria penilaian berkas perencanaan
struktur.
Mengimplementasikan fungsi dan tugas Direktorat Bina Teknik (Subdit
Teknik Jembatan) menyangkut pembinaan teknik jembatan secara mantap
dan memenuhi tuntutan pembangunan khususnya untuk jembatan-
jembatan dengan bentangan besar (mayor bridge) ≥ 100 meter.
82
POS
PENYAMPAIAN DED
lanjutan
Ketentuan Umum
Wewenang Merencana dan Mengetahui
a. Penyiapan DED melalui kontrak
Melakukan/
No Jenis Bangunan Atas Mengetahui Keterangan
Menyetujui
Rangka, Gelagar Dua
1 Tumpuan & Jembatan Sistem P2JJ Balai -
Lantai.
Gelagar Menerus, Pelengkung
Penyiapan Rencana Teknis
& Jembatan Sistem Kabel
2 P2JJ Bintek dibantu Tim Teknis/ Konsultan
serta Jembatan Non-Standar
Independent Proof Checker *)
lainnya
Penyiapan Rencana Teknis
Semua Jenis Jembatan
Subdit Teknik dapat dibantu Tim Teknis/
3 termasuk dengan Sumber Bintek
Jembatan Konsultan Independent Proof
Dana Loan
Checker *)
*) tergantung pada kompleksitas struktur jembatan dan yang disiapkan dalam format Engineering
Procurement Contract/Turn-key.
83
POS
b. Penyiapan DED melalui kegiatan swakelola PU PENYAMPAIAN DED
lanjutan
Melakukan/
No Jenis Bangunan Atas Mengetahui Keterangan
Menyetujui
84
POS
PENYAMPAIAN DED
lanjutan
• Memilih komponen-komponen yang akan dipakai dalam sistem dan
pengumpulan informasi/rekomendasi dari pemasok.
• Membantu pemasok dalam pengadaan komponen sistem sesuai
spesifikasi yang ditentukan dan sebagai bahan acuan dalam penyusunan
dokumen kontrak.
• Menyiapkan dan mendokumentasikan desain lay-out, daftar harga satuan
bahan dan upah, standar-standar dll.
• Melakukan penaksiran melalui pendekatan prediksi, analisis, dan
mereview kinerja desain secara periodik.
• Mengembangkan model-model engineering dan prototype untuk maksud
mengevaluasi sistem.
• Pemilihan software untuk menghasilkan produk desain yang optimal.
• Mengembangkan pengujian spesifikasi dan prosedur untuk
pengembangan sistem dan komponennya; dan menuntaskan pengujian
khusus untuk menjamin bahwa seluruh desain memenuhi
ketentuan/persyaratan.
• Melakukan/membuat modifikasi desain seperlunya untuk memperbaiki
kekurangan/kesalahan-kesalahan dan atau mengembangkan sistem.
85
POS
PENYAMPAIAN DED
lanjutan
Tanggung Jawab Perencana
• Perencana harus profesional dan beritikad baik
• Perencana harus mengikuti peraturan-peraturan dan kaidah-kaidah
teknik yang berlaku.
• Perencana harus berpengalaman dan kompeten di bidang
perencanaan jembatan, dibuktikan dengan sertifikasi
keahlian yang diterbitkan oleh organisasi atau lembaga yang
berwenang dan terakreditasi.
• Perencana harus bertanggungjawab penuh pada hasil
perencanaannya, termasuk apabila menggunakan produk standar
suatu komponen struktur jembatan yang dibuat pihak lain, kecuali
bila dapat menunjukan sertifikat kelayakan yang diterbitkan oleh
lembaga yang berwenang di bidang jembatan untuk komponen
tersebut. Pertanggungjawaban harus dinyatakan dengan cara
menandatangani setiap lembar gambar rencana dan setiap dokumen
pelaporan perhitungan atau analisis yang mendukungnya.
• Terbuka terhadap perkembangan teknis.
86
POS
PENYAMPAIAN DED
lanjutan
Ketentuan khusus
A.Kriteria Perencanaan
• Peraturan-peraturan yang dipergunakan, terutama untuk perencanaan
bangunan atas, bangunan bawah dan pondasi jembatan.
• Mutu material yang dipergunakan.
• Metode dan asumsi pada perhitungan.
• Metode dan asumsi dalam penentuan pemilihan type bangunan atas,
bangunan bawah dan pondasi.
• Metode pengumpulan data lapangan.
• Program komputer yang dipergunakan.
• Metode pengujian pondasi.
87
POS
PENYAMPAIAN DED
lanjutan
88
POS
PENYAMPAIAN DED
Panduan Perencanaan lanjutan
• Agar tingkat standar kualitas perencanaan tertentu sesuai persyaratan
dapat dicapai, maka panduan atau Manual Perencanaan Jembatan
(Bridge Design Manual) BMS ’92 harus menjadi pegangan dalam
menetapkan:
• Metodologi Perencanaan
• Pemilihan dan Perencanaan Struktur Jembatan
• Perencanaan Elemen Struktur Jembatan
• Perencanaan Fondasi, Dinding Penahan Tanah dan Slope Protection
• Dan lain sebagainya
Peraturan Pembebanan Jembatan
Beban-beban harus direncanakan berdasarkan aturan-aturan
yang ada dalam Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge
Design Code) BMS ’92, dan harus merupakan kombinasi dari:
• Beban berat sendiri
• Beban mati tambahan
• Beban hidup
• Beban sementara
• Beban-beban sekunder
89
POS
PENYAMPAIAN DED
lanjutan
Tahapan Perencanaan Teknis Jembatan
90
POS
PENYAMPAIAN DED
lanjutan
Kelengkapan Dokumen
91
POS
PENYAMPAIAN DED
lanjutan
Laporan Perencanaan
1. Laporan perhitungan detail harus dalam bahasa Indonesia, jika
diperlukan bisa dalam bahasa Inggris.
2. Ringkasan dan Penjelasan dari laporan perhitungan harus dalam
bahasa Indonesia.
3. Laporan perhitungan harus jelas dan sistimatis, diberi nomor halaman
dan daftar isi agar mudah dibaca dan diikuti jalan pikiran dari
perencana.
4. Perencana harus konsisten, dimana dalam melakukan perhitungan
harus sesuai dengan penjelasan yang diberikan pada awal laporan
perhitungan struktur ataupun penjelasan singkat.
5. Pada perencanaan yang bersifat perubahan terhadap desain yang
pernah diajukan, selain perhitungan baru yang disampaikan, bagian
laporan lama yang terkait wajib disertakan berikut penjelasan secara
sistematik mengenai hal-hal yang berubah dan pertimbanga yang ada.
92
POS
PENYAMPAIAN DED
lanjutan
Laporan hasil perencanaan teknis, antara lain berisi:
1. Hasil pengumpulan data primer
2. Hasil survey detail/primer
3. Hasil kajian
4. Hasil analisa struktur
5. Hasil perencanaan teknik yang meliputi lokasi jembatan, alinyemen,
geometri, bentuk bangunan atas, bentuk bangunan bawah, pondasi,
utilitas, komponen pelengkap.
6. Gambar rencana teknik jembatan
7. Spesifikasi Teknik
8. Hasil perhitungan volume pekerjaan dan rencana anggaran biaya
93
POS
PENYAMPAIAN DED
lanjutan
A.Gambar-Gambar
1. Sampul luar dan sampul dalam
2. Daftar isi
3. Peta lokasi jembatan yang diengkapi dengan peta jaringan jalan
eksisiting dan petunjuk arah utara mata angin
4. Daftar simbol (legenda) dan singkatan
5. Daftar rangkuman volume pekerjaan
6. Denah dan potongan memanjang jembatan dengan skala 1:100
7. Potongan melintang (cross section) dibuat dengan skala
horisontal 1:100, dalam gambar potongan melintang harus
mencakup:
8. Gambar detail dengan skala 1:20, yang mencakup pelat lantai
kendaraan, bangunan atas, bangunan bawah dan pondasi
jembatan
94
POS
PENYAMPAIAN DED
lanjutan
Legalisasi DED
95
POS
PENYAMPAIAN DED
lanjutan
Penjelasan-Penjelasan yang Harus Disampaikan
• Kondisi sekitar lokasi rencana jembatan
• Metodologi perencanaan, baik asumsi-asumsi yang digunakan maupun
hal-hal yang dianggap penting untuk diketahui oleh Tim Pemeriksa
• Apabila perhitungan struktur jembatan menggunakan program
komputer maka harus dijelaskan input data maupun outputnya.
• Agar dijelaskan secara ringkas mengenai kelengkapan perhitungan
detail.
• Asumsi-asumsi yang digunakan pada perhitungan struktur bangunan
atas jembatan, bangunan bawah jembatan dan pondasi jembatan.
• Metode pelaksanaan pondasi jembatan
• Metode pelaksanaan struktur atas jembatan
96
97
POS
SISTEMATIKA PELAPORAN
DOKUMEN
1. UMUM
1.1 Perlunya Proyek
1.2 Kondisi Lokasi
1.3 Sumber Daya
1.4 Dan Lain-Lain
2. KONSEP PERENCANAAN
2.1 Kriteria Perencanaan
2.2 Pendekatan Perencanaan Teknis
2.3 Konsep Desain Elemen Struktur
2.4 Load Factor for Construction
2.5 Load Factor Strength Design (ULS)
2.6 Load Factor Serviceability Design (SLS)
2.7 Faktor Tekuk Batang Tekan
2.8 Minor Axis
2.9 Major Axis
2.10 Perencanaan Elemen Kabel
2.11 Aspek Aerodinamis Jembatan
2.12 Wind Tunnel Test (jika diperlukan)
98
POS
SISTEMATIKA PELAPORAN
DOKUMEN
3. SPESIFIKASI PEMBEBANAN lanjutan
3.1Permanent Loads and Actions
3.1.1 Self Weight
3.1.2 Superimposed Dead Loads
3.2Traffic Loads
3.2.1Design Vehicle Load
3.2.2Lane Load
3.2.3Lateral Distribution of ‘D’ Loading
3.2.4Truck Loading
3.2.5Dynamic Load Allowance
3.2.6Braking Force
3.2.7Pedestrian Loading
3.3Environment Actions
3.3.1Temperature Effect
3.3.2Wind Forces
3.3.3Earthquake Effect
3.3.3.1Equivalent Static Horizontal Load
3.3.3.2Equivalent Static Vertical Load
3.4Load Combinations 99
POS
SISTEMATIKA PELAPORAN
DOKUMEN
4.SPESIFIKASI MATERIAL lanjutan
4.1 Structural Cable
4.2 Cast Iron Steel
4.3 Structural Steel
4.4 Structural Connection
4.5 Reinforced Concrete
4.6 Dan lain-lain
5.STRUKTUR & KOORDINAT
5.1 Model Struktur: Alasan dan asumsi
5.2 Pendekatan Penyelesaian Desain
5.3 Dan lain-lain
6.MODEL KOMPUTER & IDENTIFIKASI ELEMEN
6.1 Node Numbering
6.2 Elemen Numbering
6.3 Member Properties
6.4 Restrained
6.5 Validasi Software
6.6 Dan lain-lain
100
POS
SISTEMATIKA PELAPORAN
DOKUMEN
7. BEBAN RENCANA PADA MODEL lanjutan
7.1 Dead Loading
7.1.1 Concrete deck = ……….
7.1.2 Trotoar = ……….
7.1.3 Handrail, etc = ……….
7.1.4 Aspal (faktor 2x) = ……….
7.1.5 Stringer = ……….
7.1.6 Kombinasi beban (1) + (2) + (3) + (4) + (5)
7.1.7 Others load as directed to gravity load
7.1.8 Loading per-node (3D) = ……….
7.2 Live Loading
7.2.1 UDL = 8 x (0.5 + 15/L) = ……….
7.2.2 Loading per-node (3D) = ……….
7.2.3 KEL = ……….
7.2.4 Loading per-node (3D) = ……….
7.2.5 Braking Load
7.2.6 Bekerja pada permukaan lantai = ……….
7.2.7 Loading per-node (3D) = ……….
7.2.8 Dan lain-lain
101
POS
SISTEMATIKA PELAPORAN
DOKUMEN
lanjutan
7.3 Earthquake
7.3.1 Loading per-node of arch (3D) = ……….
7.4 Wind Load
7.4.1 At arch level (w/o vehicular)
7.4.2 Loading per-node of arch truss (3D) = ……….
7.4.3 At deck level (w/ vehicular)
7.4.4 Loading per-node of deck level (3D) = ……….
7.4.5 Temperature
7.4.6 Uniform
7.4.7 Gradient
8. DESAIN STRINGER & CROSS GIRDER
9. DESAIN LANTAI KENDARAAN
10.GAYA-GAYA DALAM
10.1 Penyajian Grafis
10.2 Summary Output Komputer
102
POS
SISTEMATIKA PELAPORAN
DOKUMEN
11.DESAIN BATANG lanjutan
11.1 Kekuatan/Strength
11.2 Kekakuan/Serviceability
11.3 Fatik
11.4 Dan lain-lain
12.DESAIN SAMBUNGAN
12.1 Baut (Friksi, Tumpu, dan Geser)
12.2 Pelat Buhul
12.3 Dan lain-lain
13.DESAIN BEARING SUPPORT & EXPANSION JOINT
13.1 Desain Bearing
13.2 Desain Expansion Joint
14.DESAIN CAMBER
14.1 Camber Fabrikasi
14.2 Camber Deadload
14.3 Camber Service
103
POS
SISTEMATIKA PELAPORAN
DOKUMEN
15.METODE KONSTRUKSI lanjutan
15.1 Analisis
15.2 Rencana Ereksi/Assembly
16.SUMMARY SUPPORT REAKSI UNTUK DESAIN FONDASI
17.BANGUNAN BAWAH & FONDASI
17.1 Soil investigasi
17.2 Pertimbangan Tumbukan Ponton
17.3 Pertimbangan Korosivitas Lingkungan
17.4 Pemilihan Jenis Tiang
17.5 Daya Dukung Tanah terhadap Tiang
17.6 Desain Pilar
17.7 Desain Pile-Cap
17.8 Desain Fondasi
17.9 Rencana Pemancangan
17.10Dan lain-lain
104
POS
SISTEMATIKA PELAPORAN
DOKUMEN
lanjutan
18. DESAIN FENDER
18.1 Resiko Tumbukan (Domain ponton, Sungai dan User)
18.2 Energi Tumbukan
18.3 Sistem Fender Rencana
19. LAMPIRAN-LAMPIRAN
19.1 Detail Output Komputer
19.2 Konsep Gambar
105
106