Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH SIMULASI DIGITAL

PEMBELAJARAN JARAK JAUH (E-LEARNING)

OLEH :

ZHENA YOUNANTHA VERRONIKA PUTRI

X FKK 1

TP 2019/2020
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................3
A.    Latar Belakang.................................................................................................3
B.     Rumusan Masalah..........................................................................................5
C.    Tujuan..............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................6
A.     Pengertian Sistem Belajar Jarak Jauh.............................................................6
B.     Hakekat Pendidikan Sistem Belajar Jarak Jauh...............................................7
C.     Prinsip Pendidikan Sistem Belajar Jarak jauh.................................................8
D.     Perkembangan Pendidikan Sistem Belajar Jarak Jauh...................................9
E.     Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Jarak Jauh...................................11
F.      Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)..........................12
G.    Karakteristik Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL)....................13
1.      Konstruktivisme (Constructivism).............................................................13
2.      Bertanya (Questioning).............................................................................14
3.      Menemukan (Inquiry)...............................................................................15
4.      Masyarakat belajar (Learning Community)..............................................15
5.      Pemodelan (Modeling).............................................................................15
6.      Refleksi (Reflection)..................................................................................16
BAB III PENUTUP......................................................................................................19
A.    Kesimpulan....................................................................................................19
B.     Saran.............................................................................................................21
KATA PENGANTAR................................................................................................21

2
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Persoalan pendidikan bukanlah lagi masalah yang harus diselesaikan oleh satu
pihak saja namun harus menjadi pola pikir banyak pihak, tetapi bukan berarti
semua pihak juga ikut memutuskan masalah pendidikan ini.Karena jika semua ikut
memutuskan maka “centangprenanglah” dunia pendidikan Indonesia. Banyak hal 
yang harus diselesaikan dalam tubuh pendidikan itu sendiri, terutama tuntutan
atas peran strategis pendidikan sebagai suatu pranata sosial yang kuat dan
berwibawa untuk mewujudkan pencerdasan kehidupan bangsa, telah mendorong
tumbuhnya berbagai inovasi dalam sistem pendidikan. Usaha pembangunan
pendidikan dengan cara-cara yang konvensional seperti membangun gedung-
gedung sekolah dan mengangkat guru baru, hal ini tidak lagi dapat dipandang
sebagai langkah yang mampu memecahkan masalah pendidikan.Pembaharuan
pendidikan tidak mungkin lagi dapat dilakukan dengan cara-cara yang lama
dengan menggunakan metode yang lama. Seiring dengan perkembangan di
banyak bidang yang cenderung tidak menentu, tuntutan akan peningkatan
kualitas sumber daya manusia semakin muncul kepermukaan. Kedudukan
strategis, baik disektor umum maupun swasta, menuntut sumber daya manusia
yang memiliki latar belakang pendidikan yang lebih tinggi.Sehingga wajar jika
motivasi publik untuk terus menambah pengetahuannya melalui institusi
pendidikan tinggi semakin meningkat.Namun karena intensitas pekerjaan semakin
bertambah, banyak kelompok masyarakat yang ingin menempuh pendidikan
sambil tetap bekerja. Untuk itu kita harus bisa mengembangkan sistem
pendidikan yang lebih terbuka, lebih luwes, dan dapat diakses oleh siapa saja
yang memerlukan tanpa memandang usia, jender, lokasi, kondisi sosial ekonomi,
maupun pengalaman pendidikan sebelumnya. sistem tersebut juga mampu
meningkatkan mutu pendidikan secara merata. Sistem pendidikan tersebut
adalah sistem pendidikan terbuka atau sistem belajar jarak jauh, yang merupakan
bagian dari sistem pendidikan nasional.Sistem belajar jarak jauh adalah suatu
model pembelajaran yang tidak terikat oleh segala peraturan yang mengikat
seperti pada pendidikan konvensional. Pembelajaran kontekstual adalah

3
terjemahan dari istilah Contextual Teaching Learning (CTL).Kata contextual
berasal dari kata contex yang berarti “hubungan, konteks, suasana, atau
keadaan”. Dengan demikian contextualdiartikan ”yang berhubungan dengan
suasana (konteks). Sehingga Contextual Teaching Learning (CTL) dapat diartikan
sebagi suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu.
Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey (1916)
yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang
dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau
peristiwa yang terjadi disekelilingnya. Pengajaran kontekstual sendiri pertama kali
dikembangkan di Amerika Serikat yang diawali dengan dibentuknya Washington
State Consortum for Contextual oleh Departemen Pendidikan Amerika Serikat.
Antara tahun 1997 sampai tahun 2001 sudah diselenggarakan tujuh proyek besar
yang bertujuan untuk mengembangkan, menguji, serta melihat efektifitas
penyelenggaraan pengajaran matematika secara kontekstual. Proyek tersebut
melibatkan 11 perguruan tinggi, dan 18 sekolah dengan mengikutsertakan 85
orang guru dan profesor serta 75 orang guru yang sudah diberikan pembekalan
sebelumnya. Penyelenggaraan program ini berhasil dengan sangat baik untuk
level perguruan tinggi sehingga hasilnya direkomendasikan untuk segera
disebarluaskan pelaksanaannya. Untuk tingkat sekolah, pelaksanaan dari program
ini memperlihatkan suatu hasil yang signifikan, yakni meningkatkan ketertarikan
siswa untuk belajar, dan meningkatkan partisipasi aktif siswa secara keseluruhan.

B.     Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, diperoleh beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:

1.      Apakah pengertian sisitempembelajran jarak jauh, prinsip-prinsip sistem


pembelajran jarak jauh dan bagaimanakah pengembangan pembelajaran jarak
jauh.
2.      Apakah defenisi Contextual Teaching and Learning (CTL), apa komponen-
komponennya dan karakteristiknya, cara penerapannya, kelemahan dan
kelebihannya?

4
C.    Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan akan tercapai, setelah membaca dan memahami
makalah ini, yakni sebagai berikut:
1.      Mengetahui pengertian pengertian apa itu pembelajaran jarak jauh
2.      Mengetahui prinsip-prinsip pengembangan sistem pembelajaran jarak jauh
jarak jauh.
3.      Mengetahui bagaimanakah penyelenggaraan pendidikan sistem
pembelajaran  jarak jauh .
4.      Dapat mengetahui dan memahami arti dan hakekat pembelajarn Contextual
Teaching and Learnig (CTL)
5.      Mampu mencari solusi ketika mengalami kesulitan dalam menerapkan salah
satu teori belajar dalam pembelajaran jarak jauh dan Contextual Teaching and
Learning (CTL)
6.      Dapat mengkombinasikan beberapa teori belajar dalam pembelajaran jarak
jauh dan Contextual Teaching and Learning (CTL)
7.      Dapat menggunakan teori belajar yang tepat dalam pembelajaran jarak jauh
dan Contextual Teaching and Learning (CTL)

5
BAB II PEMBAHASAN
A.     Pengertian Sistem Belajar Jarak Jauh
Belajar jarak jauh bukanlah suatu hal yang baru dalam dunia pendidikan
mengingat cara belajar ini sudah dikembangkan sejak tahun 1970-an. Bila
dianalisis secara gamblang saja maka dapat dikatakan belajar jarak jauh
merupakan suatu bentuk system pembelajaran yang proses pembelajarannya
jauh dari pusat penyelenggaraan pendidikan dan bersifat mandiri. Pendidikan
jarak jauh adalah suatu model pembelajaran yang membebaskan pebelajar untuk
dapat belajar tanpa terikat oleh ruang dan waktu dengan sedikit mungkin
bantuan dari orang lain. Komunikasi yang berlangsung pada system pembelajaran
ini bersifat komunikasi tidak langsung, artinya proses pembelajaran dilakukan
dengan perantaraan dalam bentuk media cetak maupun multimedia yang
dirancang khusus. Kalaupun ada kontak langsung, bukanlah suatu proses proses
pembelajaran, namun suatu kegiatan tutorial untuk menyakinkan bahwa materi
pembelajaran yang disampaikan kepada pebelajar melalui media benar-benar
mencapai tujuan pembelajaran sebagaimana yang telah dirumuskan. Menurut
HarinaYuhettu (2002) ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari
pendidikan jarak jauh antara lain:
1.      Dapat dipercepatnya usaha memenuhi kebutuhan masyarakat dan pasaran
kerja.
2.      Dapat menarik minat calon peserta yang banyak.
3.      Tidak tergangggunya kegiatan kehidupan sehari-hari karena pola jadwal
pembelajaran yang luwes.
4.      Harapan akan meningkatnya kerjasama dan dukungan pengguna lulusan
atau keluaran.

B.     Hakekat Pendidikan Sistem Belajar Jarak Jauh


Hakekat pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kepribadian dan
peningkatan kemampuan melalui berbagai kegiatan pengembangan dan
pembelajaran. Adapun hakekat pendidikan sistem belajar jarak jauh ini adalah:

1.      Pendidikan sepanjang hayat Salah satu bentuk hak azasi manusia adalah
bahwa setiap manusia mulai dari kandungan hingga lianglahat berhak untuk

6
memperoleh yang diperlukannya untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya
sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
2.      Pemberdayaan Pebelajar/ Warga Belajar Sistem pendidikan ini juga
memperhatikan kepentingan pebelajarnya, kondisi, dan karakteristik mereka.
Dengan cara menyelenggarakan berbagai pola pilihan pembelajaran, sumber
belajar dan strategi dan pengelolaannya. Hal ini sesuai dengan tuntutan dari
kebutuhan pendidikan formal, hanya saja peserta diberi kebebasan untuk
menentukan yang terbaik bagi dirinya, sehingga proses belajar mengajar dapat
berjalan dengan lancar. Kondisi dan karakterisik peserta didik adalah keadaan
pribadi dan lingkungan yang menunjukkan kemampuan, hambatan, dan peluang
yang berbeda-beda.Kondisi seperti ini tidak seharusnya dijadikan alasan untuk
tidak memberikan kesempatan belajar bagi pebelajar.
3.      Pemberdayaan Lembaga Pendidikan Pelaksanaan proses pembelajaran,
sistem pendidikan ini perlu diselanggarakan oleh lembaga pendidikan yang khusus
dirancang untuk keperluan itu. Bentuk-bentuk lembaga pendidikan yang
dikhususkan saat ini sudah terdapat Universitas Terbuka, Sekolah Dasar PAMONG,
dan SLTP terbuka.Tujuan dari adanya lembaga pendidikan ini adalah untuk
memusatkan kegiatan yang bersangkut paut dengan pelaksanaan pendidikan
ini.Hal ini dinamakan pelayanan operasional yang dilakukan secara memusat,
mencakup registrasi, penyediaan bahan pelajaran, bantuan belajar (tutorial), dan
ujian yang paling sederhana yang dilakukan melalui komunikasi pos.

C.     Prinsip Pendidikan Sistem Belajar Jarak jauh


Untuk pembuatan program ini dititikberatkan pada prinsip-prinsip pendidikan
jarak jauh, diantaranya adalah sebagai berikut :

1.      Prinsip Kemandirian Prinsip ini diwujudkan dengan adanya kurikulum yang
memungkinkan dapat dipelajari secara independent learning, pebelajar
dihadapkan pada pilihan yang terbaik bagi dirinya sendiri, dari mulai
pembentukan kelompok belajar, program pendidikan yang digunakan, pola
belajar yang disukai, mengunakan sumber belajar yang tepat sesuai dengan
kebutuhan. Penyelesaian program yang ditentukan sendiri oleh pebelajar.Bahan-
bahan pelajaran yang disediakan berupa paket-paket yang dapat dipilih oleh
pebelajar, yang didukung oleh pembimbing atau tutorial dan ujian yang dirancang
dengan pendekatan belajar tuntas.Pebelajar belajar dengan mandiri dengan
sesedikit mungkin melakukan pertemuan dengan tutor yang bersangkutan.

7
2.      Prinsip Keluwesan Prinsip ini diwujudkan dengan dimungkinkannya peserta
didik untuk memulai, mencari sumber belajar, mengatur jadwal dan kegiatan
belajar, mengikuti ujian dan mengakhiri pendidikannya di luar ketentuan waktu
dan tahun ajaran.Dikatakan luwes, pebelajar dimungkinkan untuk berpindah dari
pendidikan formal ke pendidikan non-formal atau sebaliknya dari pendidikan non-
formal ke pendidikan formal.
3.      Prinsip Keterkinian Prinsip ini diwujudkan dengan tersedianya program
pembelajaran yang pada saat ini diperlukan (just-in-time).Hal ini berbeda dengan
sistem pendidikan dan pelatihan konvensional yang program atau kurikulumnya
termasuk buku-buku yang tersedia, dirancang untuk mengantisipasi keperluan
masa mendatang (just-in-case).Kecepatan untuk memperoleh informasi yang baru
merupakan suatu peluang untuk dapat bertahan dan berkembang dalam
persaingan bebas.
4.      Prinsip Kesesuaian Prinsip ini terwujud dengan tersedianya sumber belajar
yang terkait langsung dengan kebutuhan pribadi maupun tuntutan lapangan kerja
atau kemajuan masyarakat. Sumber belajar tersebut bobotnya harus setara
dengan kompetensi yang diperlukan, tetapi disajikan dalam bentuk yang
sederhana yang dapat dipelajari sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain.
Prinsip ini disesuaikan dengan kebutuhan dan latar belakang pebelajar.
5.      Prinsip Mobilitas Prinsip ini diwujudkan dengan adanya kesempatan bagi
pebelajar untuk berpindah lokasi, jenis, jalur dan jenjang pendidikan yang setara
setelah memenuhi kompetensi yang diperlukan.
6.      Prinsip Efisiensi Prinsip ini diwujudkan dengan pendayagunaan berbagai
macam sumber daya dan teknologi yang tersedia seoptimal mungkin.
Pemberdayaan segala sumber disekeliling pebelajarakan membantu pebelajar
untuk dapat menggunakan sumber tersebut sebanyak mungkin, sehingga
pebelajar tidak merasa kerepotan mengenai sumber belajarnya.

D.     Perkembangan Pendidikan Sistem Belajar Jarak Jauh


Sistem pendidikan jarak jauh ini awalnya ikut berkembang ke dalam masyarakat
Indonesia yang dimaksudkan sebagai salah satu pemecahan terhadap
menjulangnya anak putus sekolah dan anak yang belum sempat merasakan
kehidupan pendidikan.Penyelenggaraan pendidikan jarak jauh di Indonesia
sebenarnya telah berlangsung sejak lama.Menurut HARTilaar, penyelenggaraan

8
pendidikan jarak jauh sebenarnya sudah lama diterapkan di Indonesia, yaitu sejak
masuknya kolonial ke Indonesia.Namun perkembangannya terhenti tanpa
diketahui sebabnya. Pada tahun 50-an muncul kembali pendidikan jarak jauh
dalam bentuk penataran guru tertulis. Tujuan dari penataran ini adalah
meningkatkan kualifikasi guru yang mengajar pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah.Bahan belajar pada penataran ini terbatas hanya pada media cetak,
yaitu modul.Untuk umpan balik terhadap peserta, bahan ajar dikirim melalui jasa
pos. Pada awal tahun 70-an muncul prakarsa baru dalam penyelenggaraan
pendidikan jarak jauh yaitu munculnya penataran guru dengan  berbasis siaran
radio. Media utama dalam penataran ini adalah siaran radio yang dilengkapi
dengan bahan penyerta cetak yang dikirim kepada peserta. Perkembangan
selanjutnya dalam rangka memajukan pendidikan jarak jauh ini maka dibentuklah
pendidikan yang dinamai PAMONG (Pendidikan Anak oleh Masyarakat Orang Tua
dan Guru). Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan prinsip; belajar mandiri
dengan menggunakan modul, belajar dengan kelompok sebaya, kompetisi untuk
berprestasi, fungsi guru sebagai pengelola kegiatan belajar yang membantu
pebelajar dalam memecahkan masalah yang tidak dapat dipecahkannya,
menggunakan lingkungan  sebagai sumber belajar, dan meningkatkan partisipasi
masyarakat dengan melibatkan masyarakat sebagai narasumber. Dengan
dibukanya SLTP Terbuka semakin menambah semaraknya perkembangan
pendidikan jarak jauh ini pada tahun 1979.Pada tahun 1984, lembaga pendidikan
tinggi mulai membuka diri untuk melayani kebutuhan terhadap pendidikan
dengan dibukanya Universitas Terbuka.  Agak berbeda dengan pendidikan
terbuka lainnya, pada SLTP Terbuka dan Universitas Terbuka media
pembelajarannya yang digunakan lebih beragam.Mulai dari modul, siaran radio,
kaset audio video dan siaran televisi. Mulai saat itu berbagai inisiatif dilakukan
untuk menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan jarak jauh yang
diselenggarakan berbagai lembaga pendidikan.lembaga-lembaga tersebut
memanfaatkan sistem belajar jarak jauh untuk meningkatkan sumber daya
manusia yang berada dilingkungan mereka masing-masing. Namun karena
sumber-sumber yang diperlukan untuk pengembangan program belajar jarak jauh
yang baik amat terbatas dan itu pun berserakan diberbagai tempat, inisiatif itu
tidak tumbuh dengan sehat. Namun demikian, sejak berlakunya ujian akhir
9
nasional yang standar pencapaiannya menjulang tinggi, timbul kembali fenomena
baru dalam dunia pendidikan. Bagi anak-anak yang dinyatakan tidak lulus dalam
UAS ataupun UAN maka mereka dapat mengikuti ujian penyetaraan melaui
sekolah teruka. Mirisnya sekolah terbuka atau kejar paket ini dijadikan seolah-
olah pelarian.Tentunya ini mempengaruhi pamor sekolah terbuka, yang
menambah beban seolah-olah ini adalah sekolah pelarian? Namun yang lebih
mirisnya lagi masih ada juga perguruan tinggi yang “ragu-ragu” menerima surat
tanda tamat belajar dari sekolah terbuka, seolah-olah tidak percaya pada
kelegalan surat tersebut. Namun perkembangan pendidikan yang beragam, seperi
adanya “homeschooling” menambah maraknya ragam system belajar jarak jauh
yaitu dengan melibatkan internet. Seandainya sekolah system belajar jarak jauh
dapat dimaksimalkan fungsinya dan adanya “sharing” pada lembaga-lembaga
yang ada, maka dapatlah dibalikkan judul dalam artikel ini bahwa system belajar
jarak jauh tetap menjadi pilihan!

E.     Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Jarak Jauh


Jika Kita lihat prinsip-prinsip di atas, penggunaan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh)
dapat sangat efektif, khususnya bagi para peserta yang lebih dewasa dan memiliki
motivasi kuat untuk mengejar sukses dan senang diberi kepercayaan melakukan
proses belajar secara mandiri. Tetapi, kesuksesan Pembelajaran Jarak Jauh yang
meninggalkan ketaatan pada jadwal seperti pada proses pembelajaran tatap
muka, bukanlah merupakan suatu pilihan yang mudah baik bagi instruktur
maupun peserta didik. Maka dari itu PJJ memiliki keterbatasan sekaligus
kelebihan. Berikut kelebihan pembelajaran jarak jauh (Rusman. 2011:351) :
a.       Tersedianya fasilitas e-moderating di mana pendidik dan peserta didik dapat
berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet tanpa dibatasi oleh jarak,
tempat, waktu.
b.      Peserta didik dapat belajar atau me-review bahan pelajaran setiap saat dan
di mana saja kalau diperlukan.
c.       Bila peserta didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan
bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara mudah.
d.      Baik pendidik maupun peserta didik dapat melakukan diskusi melalui
internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
10
e.       Peserta didik dapat benar-benar menjadi titik pusat kegiatan belajar-
mengajar karena ia senantiasa mengacu kepada pembelajaran mandiri untuk
pengembangan diri pribadi.
(OemarHamalik, 1994:52) Walaupun demikian, pembelajaran jarak jauh juga tidak
terlepas dari berbagai kelemahan dan kekurangan, antara lain (Rusman.
2011:352) :
a.       Kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik atau bahkan
antarsesama peserta didik itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat
terbentuknya values dalam proses pembelajaran.
b.      Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan
sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
c.       Masalah ketepatan dan kecepatan pengiriman modul dari puast
pengelolaan pembelajaran jarak jauh kepada para peserta di daerah sering tidak
tepat waktu, dank arenanya dapat menghambat kegiatan pembelajaran.
(OemarHamalik, 1994:53)
d.      Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung
gagal.
e.       Dukungan administratif untuk proses pembelajaran jarak jauh dibutuhkan
untuk melayani jumlah peserta didik yang mungkin sangat banyak.

F.      Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)


Pembelajaran kontekstual adalah terjemahan dari istilah Contextual Teaching
Learning (CTL).Kata contextual berasal dari kata contex yang berarti “hubungan,
konteks, suasana, atau keadaan”. Dengan demikian contextualdiartikan ”yang
berhubungan dengan suasana (konteks). Sehingga Contextual Teaching Learning
(CTL) dapat diartikan sebagi suatu pembelajaran yang berhubungan dengan
suasana tertentu. Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John
Dewey (1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa
yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau
peristiwa yang terjadi disekelilingnya. Pengajaran kontekstual sendiri pertama kali
dikembangkan di Amerika Serikat yang diawali dengan dibentuknya Washington
State Consortum for Contextual oleh Departemen Pendidikan Amerika Serikat.

11
Antara tahun 1997 sampai tahun 2001 sudah diselenggarakan tujuh proyek besar
yang bertujuan untuk mengembangkan, menguji, serta melihat efektifitas
penyelenggaraan pengajaran matematika secara kontekstual. Proyek tersebut
melibatkan 11 perguruan tinggi, dan 18 sekolah dengan mengikutsertakan 85
orang guru dan profesor serta 75 orang guru yang sudah diberikan pembekalan
sebelumnya. Penyelenggaraan program ini berhasil dengan sangat baik untuk
level perguruan tinggi sehingga hasilnya direkomendasikan untuk segera
disebarluaskan pelaksanaannya. Untuk tingkat sekolah, pelaksanaan dari program
ini memperlihatkan suatu hasil yang signifikan, yakni meningkatkan ketertarikan
siswa untuk belajar, dan meningkatkan partisipasi aktif siswa secara keseluruhan.
Pembelajaran kontekstual berbeda dengan pembelajaran konvensional,
Departemen Pendidikan Nasional (2002:5) mengemukakan perbedaan antara
pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dengan pembelajaran
konvensional sebagai berikut: CTL Konvensional Pemilihan informasi kebutuhan
individu siswa; Pemilihan informasi ditentukan oleh guru; Cenderung
mengintegrasikan beberapa bidang (disiplin); Cenderung terfokus pada satu
bidang (disiplin) tertentu; Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan
awal yang telah dimiliki siswa; Memberikan tumpukan informasi kepada siswa
sampai pada saatnya diperlukan; Menerapkan penilaian autentik melalui melalui
penerapan praktis dalam pemecahan masalah; Penilaian hasil belajar hanya
melalui kegiatan akademik berupa ujian/ulang

G.    Karakteristik Pendekatan Contextual Teaching Learning


(CTL)
Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama dari pembelajaran
produktif yaitu :konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning),
menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan
(Modelling), refleksi (Reflection) dan penilaian yang sebenarnya (Authentic
Assessment) (Depdiknas, 2003:5).

1.      Konstruktivisme (Constructivism) Setiap individu dapat membuat


struktur kognitif atau mental berdasarkan pengalaman mereka maka setiap
individu dapat membentuk konsep atau ide baru, ini dikatakan sebagai
konstruktivisme (Ateec, 2000).Fungsi guru disini membantu membentuk konsep

12
tersebut melalui metode penemuan (self-discovery), inquiri dan lain sebagainya,
siswa berpartisipasi secara aktif dalam membentuk ide baru. Menurut Piaget
pendekatan konstruktivisme mengandung empat kegiatan inti, yaitu :
a.       Mengandung pengalaman nyata (Experience);
b.      Adanya interaksi sosial (Social interaction);
c.       Terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan (Sense making);
d.      Lebih memperhatikan pengetahuan awal (Prior Knowledge).
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual,
yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap diambil atau
diingat.Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna
melalui pengalaman nyata. Berdasarkan pada pernyataan tersebut, pembelajaran
harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
(Depdiknas, 2003:6). Sejalan dengan pemikiran Piaget mengenai kontruksi
pengetahuan dalam otak.Manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya,
seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-
beda. Setiap kotak itu akan diisi oleh pengalaman yang dimaknai berbeda-beda
oleh setiap individu. Setiap pengalaman baru akan dihubungkan dengan kotak
yang sudah berisi pengalaman lama sehingga dapat dikembangkan. Struktur
pengetahuan dalam otak manusia dikembangkan melalui dua cara yaitu asimilasi
dan akomodasi.

2.      Bertanya (Questioning) Bertanya merupakan strategi utama dalam


pembelajaran kontekstual.Kegiatan bertanya digunakan oleh guru untuk
mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa sedangkan bagi
siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan
pembelajaran yang berbasis inquiry. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif,
kegiatan bertanya berguna untuk :
a.       Menggali informasi, baik administratif maupun akademis;
b.      Mengecek pengetahuan awal siswa dan pemahaman siswa;

13
c.       Membangkitkan respon kepada siswa;
d.      Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa;
e.       Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru;
f.       Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa;
g.      Menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
3.      Menemukan (Inquiry) Menemukan merupakan bagian inti dari
pembelajaran berbasis CTL.Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan
sendiri (Depdiknas, 2003). Menemukan atau inkuiri dapat diartikan juga sebagai
proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses
berpikir secara sistematis. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui
beberapa langkah, yaitu :
a.       Merumuskan masalah ;
b.      Mengajukan hipotesis;
c.       Mengumpulkan data;
d.      Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan;
e.       Membuat kesimpulan. Melalui proses berpikir yang sistematis, diharapkan
siswa memiliki sikap ilmiah, rasional, dan logis untuk pembentukan kreativitas
siswa.
4.      Masyarakat belajar (Learning Community) Konsep Learning
Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama
dengan orang lain. Hasil belajar itu diperoleh dari sharing antarsiswa,
antarkelompok, dan antar yang sudah tahu dengan yang belum tahu tentang
suatu materi.Setiap elemen masyarakat dapat juga berperan disini dengan
berbagi pengalaman (Depdiknas, 2003).

5.      Pemodelan (Modeling) Pemodelan dalam pembelajaran kontekstual


merupakan sebuah keterampilan atau pengetahuan tertentu dan menggunakan
model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu atau
guru memberi contoh cara mengerjakan sesuau. Dalam arti guru memberi model

14
tentang “bagaimana cara belajar”. Dalam pembelajaran kontekstual, guru
bukanlah satu-satunya model.Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
Menurut Bandura dan Walters, tingkah laku siswa baru dikuasai atau dipelajari
mula-mula dengan mengamati dan meniru suatu model. Model yang dapat
diamati atau ditiru siswa digolongkan menjadi : Kehidupan yang nyata (real life),
misalnya orang tua, guru, atau orang lain.; Simbolik (symbolic), model yang
dipresentasikan secara lisan, tertulis atau dalam bentuk gambar ; Representasi
(representation), model yang dipresentasikan dengan menggunakan alat-alat
audiovisual, misalnya televisi dan radio.

6.      Refleksi (Reflection) Refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang
baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah kita lakukan di
masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur
pengetahuan yang baru. Struktur pengetahun yang baru ini merupakan
pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.Refleksi merupakan respon
terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahun yang baru diterima (Depdiknas,
2003). Pada kegiatan pembelajaran, refleksi dilakukan oleh seorang guru pada
akhir pembelajaran. Guru menyisakan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan
refleksi yang realisasinya dapat berupa : Pernyataan langsung tentang apa-apa
yang diperoleh pada pembelajaran yang baru saja dilakukan.; Catatan atau jurnal
di buku siswa; Kesan dan saran mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.

7.      Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) Penilaian autentik


merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa agar guru dapat memastikan apakah siswa telah
mengalami proses belajar yang benar. Penilaian autentik menekankan pada
proses pembelajaran sehingga data yang dikumpulkan harus diperoleh dari
kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran.
Karakteristik authentic assessment menurut Depdiknas (2003) di antaranya:
dilaksanakan selama dan sesudah proses belajar berlangsung, bisa digunakan
untuk formatif maupun sumatif, yang diukur keterampilan dan sikap dalam
belajar bukan mengingat fakta, berkesinambungan, terintegrasi, dan dapat
digunakan sebagai feedback. Authentic assessment biasanya berupa kegiatan
yang dilaporkan, PR, kuis, karya siswa, prestasi atau penampilan siswa,
15
demonstrasi, laporan, jurnal, hasil tes tulis dan karya tulis. Menurut Depdiknas
untuk penerapannya, pendekatan kontektual (CTL) memiliki tujuah komponen
utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya
(Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan (modeling),
refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic). Adapaun
penjelasannya sebagai berikut:

a.          Konstruktivisme (constructivism). Kontruktivisme merupakan landasan


berpikir CTL, yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal,
mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana
siswa sendiri aktif secara mental mebangunpengetahuannya, yang dilandasi oleh
struktur pengetahuanyang dimilikinya.

b.        Menemukan (Inquiry). Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan


pembelajaran berbasis kontekstual Karen pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi
hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah
siklus yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning),
mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering),
penyimpulan (conclusion).

c.         Bertanya (Questioning). Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu


dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis
kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk :
1) menggali informasi,
2) menggali pemahaman siswa,
3) membangkitkan respon kepada siswa,
4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa,
5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa,
6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru,
7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan
kembali pengetahuan siswa.

16
d.        Masyarakat Belajar (Learning Community). Konsep masyarakat belajar
menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain.
Hasil belajar diperolah dari ‘sharing’ antar teman, antar kelompok, dan antar yang
tau ke yang belum tau. Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi dua
arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran
saling belajar.

e.          Pemodelan (Modeling). Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang


dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya untuk
belajar dan malakukanapa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam
pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat
dirancang dengan ,elibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar.

f.          Refleksi (Reflection). Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang
apa yang baru dipelajari aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah
dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu
sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang
apa yang diperoleh hari itu.

g.        Penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assessment). Penialaian adalah


proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai
perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran
perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa
siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada
penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan
terhadap proses maupun hasil.

H.      Kelebihan & Kekurangan Contextual Teaching And Learning

Kelebihan:

a.       Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk
dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan
kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan
materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu

17
akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan
tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.

b.      Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep


kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme,
dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri.
Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui
”mengalami” bukan ”menghafal”.

Kelemahan :

a.       Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru
tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas
sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan
ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang
berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat
perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian,
peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa
kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar
sesuai dengan tahap perkembangannya.

b.      Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau


menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan
dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar.
Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan
yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang
diterapkan semula.

18
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan
Seperti pada pembahasan di atas menerangkan bahwa pembelajaran jarak jauh
merupakan pembelajaran yang berciri khas kemandirian.Pembelajaran jarak jauh
merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi suatu masalah dalam
pembelajaran.Misalnya, memberikan kemudahan bagi siswa yang mengalami
kesulitan untuk mengakses pembelajaran karena jarak yang yang jauh. Dalam
pelaksanaannya, pembelajaran jarak jauh ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan, misalnya interaksi, pengalaman,dll.selain itu juga dalam
pembelajaran jarak jauh terdapat 9 prinsip dan unsur-unsur yang perlu
diperhatikan. Pada pembahasan di atas juga menjabarkan teori belajar mana yang
ada dan sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaranjarak jauh, yakni teori
behavioristik, kognitif, dan psikomotor.Teori behaviorisme menjadi rujukan dalam
mengembangkan desain pembelajaran khususnya dalam bentuk pemberian
umpan balik dalam latihan soal dan petunjuk praktis dalam tugas.Teori
kognitivisme menjadi acuan dalam mengembangkan dan mengorganisasi materi
serta aktivitas pembelajaran.Dan Teori konstruktivisme menjadi inspirasi dalam
mengembangkan bahan ajar, tugas dan diskusi agar mengandung muatan-muatan
yang bersifat kontekstual dan memberikan pengalaman belajar peserta didik.
Sistem belajar jarak jauh merupakan suatu alternatif untuk memperoleh
kesempatan belajar bagi pebelajar atau warga belajar yang karena berbagai
alasan tidak dapat mengikuti pendidikan pada sistem pendidikan formal atau
konvensional.  Pendidikan jarak jauh ini merupakan sistem pendidikan yang bebas
untuk diikuti oleh siapa saja tanpa terikat pada batasan tempat, jarak, waktu,
usia, jender dan batasan non akademik lainnya. Sistem ini memberikan kebebasan
kepada pebelajar atau warga belajar untuk mengikuti kegiatan pembelajaran
secara bebas dan mandiri.Keberhasilan dari program pendidikan jarak jauh ini
sangat tergantung pada pihak-pihak yang saling membantu, baik itu dari
pebelajarsendiri, lembaga pendidikan yang menyelenggara, anggota masyarakat.
Selain itu kita juga harus lebih perduli terhadap perkembangan Sistem belajar
jarak jauh ini meski telah merupakan kegiatan yang sudah sejak lama sudah

19
dilakukan oleh dinas pendidikan. Pembelajaran kontekstual adalah terjemahan
dari istilah Contextual Teaching Learning (CTL).Kata contextual berasal dari kata
contex yang berarti “hubungan, konteks, suasana, atau keadaan”. Dengan
demikian contextualdiartikan ”yang berhubungan dengan suasana (konteks).
Sehingga Contextual Teaching Learning (CTL) dapat diartikan sebagi suatu
pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu. Pembelajaran
kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey (1916) yang
menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari
terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang
terjadi disekelilingnya. Pengajaran  kontekstual sendiri pertama kali
dikembangkan di  Amerika Serikat yang diawali dengan dibentuknya Washington
State Consortum for Contextual oleh Departemen Pendidikan Amerika Serikat.
Antara tahun 1997 sampai tahun 2001 sudah diselenggarakan tujuh proyek besar
yang bertujuan untuk mengembangkan, menguji, serta melihat efektifitas
penyelenggaraan pengajaran matematika secara kontekstual. Proyek tersebut
melibatkan 11 perguruan tinggi, dan 18 sekolah dengan mengikutsertakan 85
orang guru dan profesor serta 75 orang guru yang sudah diberikan pembekalan
sebelumnya. Penyelenggaraan program ini berhasil dengan sangat baik untuk
level perguruan tinggi sehingga hasilnya direkomendasikan  untuk  segera
disebarluaskan pelaksanaannya.

B.     Saran
Mudah-mudaham makalah kami ini menjadi bahan masukan dan menjadi
referensi bagi teman-teman sekalian khususnya dalam materi Sistem
Pembelajaran Jarak Jauh dan Contextual Teaching and Learning.

KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT., atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis
dapat menyelesaikan penulisan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat dan
salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Rasulullah, Muhammad Saw. atas
bimbingannya kepada kita semua untuk senantiasa berada pada jalan kebajikan,
jalan islam yang mulia Dalam penulisan makalah ini, Penulis mencoba
menguraikan berbagai hal yang berkaitan dengan system belajar jarak jauh dalam

20
dunia pendidikan yang mencakup pada pengertian system belajar jarak jauh dan
apa itu Contextual Teaching and Learning (CTL). Penulis sangat menyadari
akanterterbatasan dan kekurangan wawasan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki.
Oleh karena demikian, Penulis sangat mengharapkan kontribusi kritik dan saran
dari rekan-rekan pembaca yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan
makalah ini bahkan penyempurnaan makalah-makalah yang akan disusun
selanjutnya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
demi menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kita semua.

21

Anda mungkin juga menyukai