Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL PENELITIAN

PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI MELALUI


PERMAINAN LEGO KAYU PADA KELOMPOK A TK NEGERI
PEMBINA

OLEH :

AMINAH (1701000014P)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN AL ISLAM


TUNAS BANGSA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PAUD

BANDAR LAMPUNG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. nak adalah penerus perjuangan bangsa. Mereka kelak yang akan membangun bangsa dan
negarLatar Belakang

Aa ini menjadi bangsa dan negara yang maju dan bisa berkompetisi dikancah
internasional. Oleh sebab itu, pendidikan anak usia dini merupakan investasi bangsa yang
sangat penting dan berharga bagi pendidikan di Indonesia selanjutnya.

Menurut Undang-undang RI Nomor. 20 Tahun 2003 Nasional Bab 1 Ayat 14


“Pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang tujukan kepada anak sejak anak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut.”

Anak usia dini memiliki kemampuan belajar yang luar biasa terutama pada masa
kanak- kanak. Keingintahuan anak untuk belajar menjadikan anak kreatif dan eksploratif.
Anak belajar dengan seluruh panca inderanya untuk memahami sesuatu dan dalam waktu
yang singkat beralih ke hal lain untuk dipelajari. Karakteristik anak usia dini menjadi hal
yang penting untuk dipahami agar memiliki generasi yang mampu mengembangkan diri
secara optimal mengingat pentingnya usia emas tersebut. Mengembangkan kreativitas
anak memerlukan peran penting pendidik. Anak kreatif memuaskan rasa
keingintahuannya melalui berbagai cara seperti bereksplorasi, bereksperimen, dan banyak
mengajukan pertanyaan kepada orang lain. Namun kenyataannya masih banyak anak-anak
yang memiliki kreativitas yang rendah. Keadaan tersebut disebabkan karena kurangnya
pengembangan kreativitas sejak usia dini.

Bermain merupakan sebuah sarana yang dapat mengembangkan anak secara optimal.
Bermain dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak dan lewat bermain
pula didapat pengalaman yang penting bagi dunia anak. Hal inilah yang menjadi dasar
dari inti pembelajaran anak usia dini. Bermain secara langsung mempengaruhi seluruh
area perkembangan anak dengan memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar tentang
dirinya, orang lain dan lingkungannya. Bermain juga memberikan kebebasan anak-anak
untuk berimajinasi, menggali potensi diri/bakat dan untuk mengembangkan kreativitas.
Bermain dapat dibedakan menjadi bermain dengan aturan dan bermain bebas atau tanpa
aturan. Bermain dengan aturan atau sering disebut dengan “permainan”.
Tidak jauh berbeda dengan bermain, permainan juga dapat mengembangkan seluruh
aspek perkembangan anak dan dapat meningkatkan daya cipta (kreativitas anak). Salah
satu bentuk permainan yang dapat meningkatkan kreativitas anak adalah dengan
permainan konstruktif. Permainan konstruktif anak dapat mengembangkan imajinasinya.
Anak dapat membuat sesuatu menggunakan benda-benda seperti balok, dan lego,
sedangkan bentuk permainan konstruktif menggunakan bahan alam misalnya pasir, play
dough, dan cat.

Permainan konstruktif diharapkan tidak akan membuat anak merasa bosan karena
dalam permainan konstuktif yang dipentingkan adalah kesenangan. Anak-anak akan
sangat sibuk membuat hal baru seperti menggunakan balok-balok, lego, dan plastisin.
Permainan konstruktif ini tidak akan membuat anak menjadi malas, karena dalam bermain
konstruktif anak akan terus menggunakan daya imajinasinya untuk menghidupkan
permainan ini dengan membuat hal-hal yang baru dan unik.

Dalam rangka mengembangkan kreativitas anak secara optimal, dibutuhkan


pendampingan dan perhatian yang khusus dari para pendidik atau orang tua. Hal tersebut
tidak dapat diajarkan secara instan. Kreativitas anak tidak dapat ditumbuhkan waktu yang
singkat, dibutuhkan waktu yang lama untuk meningkatkan kreativitas anak. Oleh sebab
itu, pengembangan kreativitas anak harus dimulai sejak anak masih berusia dini. Dalam
membantu anak mewujudkan kreativitasnya, guru perlu menciptakan suasana untuk
merangsang keterampilan kreatif anak sejak dini, serta menyediakan sarana dan prasarana
yang memadai. Guru yang kreatif juga sangat berperan dalam proses pengembangan
pendidikan anak usia dini. Dan guru juga sangat berperan penting dalam pengembangan
kreativitas anak.

Berdasarkan pengamatan awal 18 siswa Kelompok A TK N Pembina Blambangan


Umpu Tahun Ajaran 2018/2019, kreativitas siswa masih perlu ditingkatkan. Dari jumlah
siswa yang ada di dalam kelas, terdapat 7 anak yang pada saat menyusun pola, anak-anak
masih terlihat menyusun dengan pola terbalik pada saat ditempel belum sesuai dengan
tempat yang disediakan. Kemudian pada saat menggambar, anak-anak masih ada yang
meniru gambar milik teman yang lain dan mewarnainya sama persis dengan temannya.

Dalam kegiatan pembelajaran, anak-anak melakukan kegiatan masih mengikuti pada


contoh guru. Pada saat proses pembelajaran, guru menjelaskan masih menggunakan LKA
yang terlalu kecil yang kemungkinan membuat anak kesulitan dalam berkonsentrasi dan
kurang menarik bagi anak. Guru juga lebih menekankan pada membaca dan menulis.
Metode pembelajaran yang digunakan monoton, sehingga membuat anak bosan dan
kurang dapat memunculkan ide kreatifnya.

Pemberian Lembar Kerja Anak (LKA) yang terlalu sering juga membuat anak merasa
bosan dan jenuh. Permainan konstruktif juga masih jarang digunakan di TK N Pembina
Blambangan Umpu, dimana hal ini dapat memberikan hal baru kepada anak-anak dalam
mengembangkan kreativitas anak.

Berdasarkan observasi di atas peneliti melakukan penelitian tentang Peningkatan


Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Permainan Lego Kayu pada Kelompok A TK N
Pembina Blambangan Umpu Tahun Ajaran 2018/2019.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana permainan lego kayu dapat meningkatkan
kreativitas anak di Kelompok A TK N Pembina Blambangan Umpu Tahun Ajaran
2018/2019?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui
salah satu upaya pengembangan kreativitas melalui permainan lego kayu Kelompok A TK
N Pembina Blambangan Umpu Tahun Ajaran 2018/2019.

D. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah, muncul berbagai masalah yang
teridentifikasi seperti :
1. Kreativitas anak di TK Negeri Pembina Kelompok A masih perlu ditingkatkan
lagi.
2. Anak-anak masih terlihat menyusun dengan pola terbalik pada saat ditempel
belum sesuai dengan tempat yang disediakan.
3. Anak-anak masih meniru hasil karya temannya.
4. Guru menjelaskan masih menggunakan LKA yang terlalu kecil yang kemungkinan
membuat anak kesulitan dalam berkonsentrasi dan kurang menarik bagi anak.
5. Permainan konstruktif masih kurang variatif, dimana hal ini dapat memberikan hal
baru kepada anak-anak dalam mengembangkan kreativitas anak yang dimodifikasi
dalam permainan lego kayu.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta dapat dijadikan
bahan kajian bagi para pembaca, khususnya untuk meningkatkan kreativitas anak
melalui permainan lego kayu.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Meningkatkan kreativitas
2) Memperoleh pengalaman langsung mengenai permainan lego kayu.
b. Bagi Guru
1) Sebagai masukan dalam menggunakan media pembelajaran untuk
meningkatkan kreativitas.
2) Meningkatkan keterampilan guru dalam mengembangkan dan melaksanakan
media pembelajaran yang bervariasi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kreativitas Anak Usia Dini

1. Pengertian Kreativitas

Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru atau untuk
menyelesaikan suatu persoalan dengan caranya sendiri. Terdapat banyak batasan
tentang kreativitas, seperti National Advisory Committee on Creative and
Cultural Education (NACCE-1999) atau Komite Nasional Penasehat Bidang
Kreativitas dan Pendidikan Budaya (Inggris) menyebutkan kreativitas sebagai
bentuk aktivitas imajinatif yang mampu menghasilkan sesuatu yang bersifat asli
(original). Craft (2003) dalam Suratno (2005:24) menyebutkan bahwa kretivitas
sebagai hasil dari pikiran yang berdaya. Seorang pemikir yang berdaya
menemukan sekaligus menyelesaikan persoalan. Sejalan dengan batasan tersebut,
Degraff dan Lawrence (Suratno, 2005:24) menyatakan bahwa kreativitas adalah
suatu aktivitas yang bertujuan, menghasilkan produk yang bernilai, jasa atau ide
baru.

Batasan tersebut secara eksplisit bahwa individu yang kreatif akan ditandai
dengan pikirannya yang berdaya dan menghasilkan produk orisinal. Merujuk
pengertian kreativitas yang telah disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Kreativitas merupakan aktivitas imajinatif yang mampu menghasilkan sesuatu


yang orisinal.
2. Kreativitas merupakan proses perwujudan (manifestasi) dari kecerdikan dalam
pencarian sesuatu yang bernilai.
3. Kreativitas merupakan hasil dari pikiran yang berdaya.
4. Kreativitas merupakan aktivitas yang bertujuan menghasilkan sesuatu (produk)
yang baru.

Pada umumnya kreativitas menurut pendapat Munandar (dalam Suratno,


2005:28), sangat penting untuk dikembangkan sejak dini. Secara operasional
kreativitas dapat dirumuskan dalam 4 (empat) isitlah, yakni pribadi (person),
proses (process), dorongan (press) lingkungan, dan produk (produck) yang
mampu mendorong individu untuk berperilaku kreatif, dalam artian kemampuan
yang mendorong individu untuk berperilaku dalam memperoleh pikiran yang
baru yang merupakan hasil dari interaksi individu, perasaan, sikap dan perilaku
yang dihasilkan. Torancee menjelaskan hubungan diantara keempat P tersebut
sebagai berikut: dengan berfokus pada proses kreatif dapat ditanyakan jenis
pribadi, lingkungan, dan produk.

a. Pembentukan Pribadi Kreatif

Teori Carl Rogers (dalam Suratno, 2005:33) menyebutkan adanya tiga kondisi internal
dari sosok pribadi yang kreatif, yaitu:

1. Keterbukaan terhadap pengalaman


2. Kemampuan menilai situasi
3. Kemampuan untuk berskperimen

Orang yang memiliki ketiga ciri tersebut di atas dengan baik menandakan
bahwa orang tersebut memiliki kondisi kesehatan psikologis yang baik pula.
Orang yang berkesehatan psikologis baik akan mampu menghasilkan karya kreatif
dan hidup secara kreatif pula.

b. Dorongan (press)

Menurut teori ini, dorongan dari dalam diri seseorang (motivasi intrinsik) dan
dorongan dari luar diri (motivasi ekstrinsik) merupakan pendorong munculnya
kreativitas. Tanpa adanya dorongan intrinsik ataupun ekstrinsik tidak
memungkinkan diharapkan munculnya kreativitas seseorang.

1. Motivasi Intrinsik
Setiap orang mempunyai dorongan untuk diakui keberadaannya oleh orang
lain. Hal ini juga sudah ada pada anak usia dini, khususnya usia prasekolah.
Untuk itu ia akan mewujudkan potensinya, mewujudkan dirinya, untuk
berkembang menjadi matang, untuk mengungkapkan dan mengaktifkan
semua kapasitasnya.
2. Motivasi Ekstrinsik
Kreativitas memang tidak dapat dipaksakan tetapi harus dimungkinkan
untuk tumbuh. Bibit unggul bakat dan kreativitas memerlukan kondisi
yang memungkinkan tumbuh dan berkembang. Bibit unggul tersebut harus
dipupuk dan dikembangkan sehingga potensi tersebut dapat diaktualkan.
Untuk memupuk bakat dan kreativitas tersebut diperlukan kondisi eksternal yang
merupakan motivasi ekstrinsik bagi individu yang menerimanya.

c. Proses Kreatif

Menurut teori Wallas (dalam Suratno, 2005:36) proses kreatif meliputi empat tahap
yaitu, persiapan, inkubasi, iluminasi dan verifikasi.

1. Tahap persiapan
Sebelum sesorang dapat memecahkan masalah ia akan belajar,berpikir,
bertanya kepada siapa saja, membaca buku dansebagainya. Tahap
berlanjut sampai akhirnya ia merasa cukup dengan pencariannya.
2. Tahap inkubasi
Setelah merasa cukup dalam penerimaannya, maka pada tahap kedua ini
ia akan berhenti seolah-olah tidak memikirkan persoalan yang akan ia
pecahkan. Tahap ini penting artinya dalam proses timbulnya inspirasi
sebagai titik awal dari suatu penemuan yang barasal dari keadaan alam
pikiran dibawah sadar.
3. Tahap iluminasi
Pada tahap ini mulai timbulnya inspirasi atau gagasan baru beserta
proses-proses psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya
inspirasi atau gagasan baru tersebut.
4. Tahap verifikasi
Suatu tahapan dimana ide baru atau gagasan baru yang dihasilkan itu
harus diujui dalam alam nyata atau realitis. Tahapan ini merupakan
pembalikan pemikiran dari pemikiran kreatif yang devergen ke pemikiran
kritis yang konvergen.

d. Produk Kreatif

Produk kreatif akan dihasilkan oleh pribadi kreatif. Pribadi kreatif akan dapat
mewujudkan produk kreatif jika kondisi pribadi (faktor pribadi) dan lingkungan
yang menunjang (faktor pendorong), serta lingkungan di tempat ia berada (faktor
proses) memberi kesempatan untuk bersibuk secara kreatif.

2. Faktor Pendukung Menumbuhkembangkan Kreativitas Anak

Setiap anak memiliki potensi yang kreatif dalam derajat yang berbeda-
beda dan dalam bidang yang berbeda-beda. Potensi ini perlu dipupuk sejak dini
agar dapat diwujudkan. Untuk itu diperlukan kekuatankekuatan pendukung baik
diluar (lingkungan) maupun dari diri anak sendiri sehingga perlu diciptakan
kondisi lingkungan yang dapat memupuk kreativitas anak.

Ada beberapa faktor pendukung dalam menumbuhkembangkan kreativitas anak


menurut Muhammad Subhi Abdussalam (Abdussalam, 2009:50) diantaranya:

a. Faktor lingkungan keluarga


Keluarga harus memberikan pendampingan terus menerus terhadap anak, baik
ketika berada dirumah ataupun disekolah
b. Faktor pendamping belajar anak disekolah
Pendamping harus menggunakan metode pendampingan anak yang mendorong
anak menjadi kreatif, bebas dan mandiri walaupun anak tidak keluar dari pola-
pola lama
c. Faktor kurikulum pendidikan anak
Isi kurikulum harus diperhatikan dapat mendorong anak berpikiran mandiri,
aktif dan kreatif.
d. Faktor lingkungan belajar atau manajemen pembelajaran disekolah
Sistem manajemen disekolah dalam proses belajar anak sistem yang
memerhatikan kemajemukan kemampuan dan bakat anak. Sekolah harus
memberikan fasilitas yang mendorong anak untuk mandiri dan bertanggung
jawab.
e. Faktor ingkungan fisik sekolah
Ruang kelas harus mencukupi dan mendukung untuk belajar anak, dimana
meja dan kursi dapat digeser kesana kemar untuk membuat variasi tempat
duduk ketika anak belajar. Lingkungan belajar diluarruangan kelas juga
harus kondusif. Harus ada lingkungan yang nyaman dan tempat-tempat
khusus yang disiapkan untuk kegiatankegiatan anak. Yang penting adalah
tersedianya tempat yang nyaman
3. Ciri-ciri Anak yang Kreatif

Dalam kehidupan sehari-hari bersama anak kita dapat melihat ada anak
yang diam saja selalu minta dibantu orang lain, tetapi ada juga yang banyak akalnya,
banyak idenya sehingga tidak terlalu tergantung pada orang lain. Dilihat secara
sepintas anak yang disebutkan terakhir ini termasuk golongan anak yang
kreatif.Suratno (2005:10) menyebutkan anak kreatif sebagai berikut:
a. Anak kreatif, adalah anak yang pikirannya berdaya, penuh inisiatif dan tidak
selalu bergantung pada orang lain. Ketika anak mengekspresikan pikirannya
atau kegiatannya yang berdaya cipta, berinisiatif sendiri, dengan cara-cara
original, maka kita mengatakan bahwa mereka itu adalah anak yang kreatif.
b. Anak yang kreatif adalah anak yang mampu memberdayakan pikirannya
untuk menghasilkan suatu produk secara kreatif. Dengan demikian ia juga
merupakan pemikir yang kreatif.

Sedangkan Montolalu (2010:3.5), mengatakan bahwa anak kreatif memiliki:

1. Kelancaran untuk mengemukakan gagasan


2. Kelenturan untuk mengemukakan berbagai alternatif pemecahan masalah
3. Orisinalitas dalam menghasilkan pemikiran-pemikiran
4. Elaborasi dalam gagasan
5. Keuletan dan kesabaran atau kegigihan dalam menghadapi rintangan dan
situasi yang tidak menentu
4. Menumbuhkembangkan Kreativitas Anak

Kreativitas anak adalah kreativitas alamiah yang dibawa dari sejak lahir
dan merupakan kemampuan untuk menghasilkan pemikiran yang asli, tidak biasa,
dan sangat fleksibel dalam merespon dan mengembangkan pemikiran dan aktivitas.
Kreativitas alami seorang anak terlihat dari rasa ingin tahunya yang besar. Selain
itu, anak juga senang mengutak-atik alat mainannya sehingga tidak tahan lama dan
cepat rusak hanya karena rasa ingin tahu terhadap proses kejadian.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kreativitas


anak menurut Muhammad Subhi Abdussalam (Abdussalam, 2009:64) diantaranya:

a. Berikan kedamaian jiwa bagi anak


Bantulah anak agar dapat bersikap percaya diri atas keunggulannya. Berikan
apresiasi ketika anak mengungkapkan gagasannya dan berproses menjadi
pribadi yang kreatif. Anak membutuhkan kedamaian jiwa untuk
mengekspresikan gagasannya dengan metode yang baru dan spontan.
b. Berikan kesempatan bagi anak untuk merancang kegiatannya sendiri. Jika anak
diberi kesempatan untuk membuat pilihan dan keputusan sendiri, maka dia akan
merasa bahwa pemikirannya dihargai.
c. Berikan kesempatan pada anak untuk melakukan eksperimenBerikan dukungan
dan dorongan anak untuk lebih sensitif terhadap lingkungan, berani
melemparkan pertanyaan dan melakukan berbagai eksperimen
d. Ajarkan kepada anak tentang makna kegagalan
Berikan kesempatan melakukan segala kegiatan dan percobaan, sehingga
anak paham bahwa tidak setiap percobaan selalu sukses dan ketidaksuksesan
bukan berarti kegagalan.
e. Setiap saat anak telah siap dengan pengalaman baru
Pengalaman baru bagi anak adalah tantangan untuk membuatnya menjadi
kreatif dan aktif. Hal-hal yang baru dapat meningkatkan atau merangsang
imajinasi anak sehingga kreativitas anak semakin meningkat.
f. Permainan-permainan edukatif
Sediakan fasilitas yang mendukung kreativitas anak. Misalnya, mainan
bongkar pasang, balok susun dan puzzle. Kettika bermain permainan ini,
anak akan masuk pada imajinasinya sendiri. Hal ini akan sangat merangsang
proses berpikir dan kreativitas anak.
g. Mendorong anak merefleksikan pengalaman barunya
Berikan dorongan kepada anak untuk memberikan penilaian terhadap
pengalaman barunya.
h. Berikan waktu anak untuk berkreasi sendirian
Berikan kepada anak waktu istimewa untuk berkreasi. Biarkan dia memilih
tempat dan waktu yang kondusif untuk beraktivitas sendiri tanpa ditemani oleh
siapapun. Biasanya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-
kanak (TK) lebih memfokuskan kegiatan bersama, sehingga tidak ada
kesempatan bagi si anak untuk melakukan kreativitas sendiri tanpa orang lain
i. Berikan dukungan kepada anak untuk mengikuti jalan pikirannya
Berikan dukungan dan dorongan kepada anak untuk mengikuti jalan
pemikirannya sendiri. Dengan dukungan dan dorongan yang diberikan maka
anak akan terbangun rasa percaya dirinya dan bersemangat untuk
menyelesaikan kreativitasnya.

B. Permainan Lego

1. Pengertian Lego

Menurut Jasa Ungguh Muliawan (Muliawan, 2009:189) Permainan lego


merupakan sejenis alat permainan bongkah plastik kecil dengan berbagai macam
warna berbentuk balok yang dapat disusun sesuai dengan kreasi anak, sehingga
menimbulkan kreativitas dari anak tersebut saat membuatnya.

Lego pertama kali diciptakan oleh Ole Kirk Christiansen di Denmark.


Pada tahun 1932 Ole menemukan ide untuk menghasilkan uang. dengan membuat
mainan dari kayu. Ia menamainya dengan LEGO yang dalam bahasa Denmark
disebut dengan “leg godt” yang berarti menyatukan secara bersama-sama. Pada
tahun 1935 Ole mulai menjual mainan Lego pertamanya dengan model bebek-
bebekan. Ternyata, mainan Ole ini cukup disukai. Karena itu, usaha mainannya pelan
tapi pasti makin berkembang. Inilah yang kemudian mendasarinya mendirikan
sebuah perusahaan Lego.Ternyata perusahaan Lego yang ia bangun tidak berjalan
dengan mulus. Pada tahun 1944 pabrik Lego miliknya hangus terbakar. Namun,
pengalaman pahitnya membuat ia pantang putus asa. Ole mampu bangkit dengan
membangun pabriknya kembali pada tahun 1947. Untuk mengembangkan
usahanya, Ole mengluarkan permainan lego yang terbuat dari plastik. Permainan ini
pun berkembang luas. Pada tahun 1957 permainan lego sudah merambah ke
wilayah Eropa seperti Prancis, Belgium, dan Inggris.

Kini permainan lego sudah mendunia dengan berbagai macam model yang
menarik. Sebuah permainan yang mengasah kreativitas ternyata merupakan buah
hasil kerja keras dari seorang tukang kayu untuk mengatasi kesulitan hidup.
Secara sederhana permainan lego adalah permainan anak berupa kepingan atau
balok kecil dan besar yang dapat dirangkai, disusun dan dirakit menjadi bentuk
tertentu sesuai dengan imajinasi anak.

Lego dipakai oleh anak-anak yang berkemampuan sama melaui tahap


yang sama pula. Ukuran lego pada umumnya berukuran kecil tetapi lego ukuran
besar biasanya dipakai untuk anak yang berusia dibawah empat tahun dengan
nama “Pre-School”. Lego dapat dijadikan sebagai tambahan media yang sesuai
untuk melengkapi media permainan pada sentra dan latar belakang balok.

2. Manfaat Permainan Lego

Mainan lego dapat membantu mengasah bakat anak untuk menjadi


seorang arsitektur kelak pada saat mereka dewasa. Seni menciptakan dan membangun
berbagai bentuk sehingga menyerupai seperti bangunan yang aslinya. Dengan
bermain anak juga akan belajar untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan anak
yang lain, belajar untuk menguasai diri dan egonya, belajar menahan diri, mampu
mengatur emosi, dan belajar untuk berbagi dengan sesama. Jasa Ungguh Muliawan
(Muliawan, 2009:189) menyebutkan manfaat dari permainan lego ini adalah :

a. Belajar menciptakan visi


Bagaimana hasil bangunan yang dikehendaki, beberapa lantai, beberapa jumlah
kamar/jendela, beberapa jumlah garasi. Biasanya, visi ini dinyatakan dulu di
awal agar menjadi pedoman dalam proses pembuatannya nanti (start from
the end).
b. Belajar mengerti fondasi
Langkah awal pembuatan lego adalah pembangunan fondasi. Fondasi ini
akan menentukan kekuatan bangunan yang akan dibuat.
c. Belajar mengerti alat bantu
Ada beberapa cara untuk membuat konstruksi/rangka yang kuat, dan kadang
membutuhkan alat bantu sebagai penyangga untuk memperkuat konstruksi.
d. Belajar berkomunikasi dan sharing ide
Pembuatan bangunan pada lego membutuhkan komunikasi yang konstruktif
apabila dilakukan bersama-sama. Ide yang dimiliki harus berani disampaikan
dan dicoba bersama.
e. Melatih ketekunan, ketelitian, dan kerajinan anak
f. Belajar resource allocation
Jumlah bricks pada lego terbatas untuk masing-masing jenisnya, sehingga
perlu dipikirkan keterbatasan jumlah bricks namun bangunan dapat sesuai dengan
yang direncanakan.
g. Belajar seni
Memahami dan mengerti tentang seni dan keindahan serta belajar bersabar.
3. Kelebihan Permainan Lego

Bermain lego memiliki beberapa nilai kelebihan yang bisa bermanfaat


untuk mengasah imajinasi, kreativitas, dan memicu pengemarnya untuk memiliki
rasa gembira, belajar dan mau peduli dengan sesama.

Berikut ini adalah beberapa kelebihan dalam bermain lego,

a. Imajinasi
Dalam menyusun suatu permainan lego diperlukan imajinasi. Imajinasi harus
dikembangkan dalam memainkan permainan lego.
b. Kreativitas
Dari imajinasi dalam otak, diwujudkan dalam suatu kreativitas nyata saat
memainkan permainan lego ini. Sekali lagi tak ada batasan dalam hal kreativitas.
c. Kegembiraan
Kegembiraan bisa timbul karena rasa nyaman saat bermain permainan lego
ini. Permainan lego memang adiktif tapi adiktif dalam arti positif. Namun
dijamin dari waktu ke waktu saat memainkan permainan lego ini akan
dipenuhi oleh rasa kegembiraan tersendiri.
d. Belajar dan Kerja Sama
Permainan lego tidak hanya bisa dimainkan sendiri, justru akan lebih
menyenangkan jika dimainkan juga oleh keluarga. Jika bermain lego
bersama tentu akan ada kerja sama tersendiri, tercipta juga komunikasi
antara satu dengan yang lain, sehingga kedekatan emosi akan semakin erat.
f. Peduli
Mengenai keinginan untuk membuat perbedaan dalam segi kehidupan dari
anak-anak dimana sehari-hari terlibat didalamnya dengan mempertimbangkan
perspektif atau penilaian mereka dalam semua hal yang kita lakukan.
4. Pengaruh Permainan Lego Dalam Kreativitas Anak

Permainan lego adalah permainan yang memacu kreativitas anak,


permainan berbentuk balok-balok plastik berwarna-warni ukuran mini yang dapat
disusun menjadi beragam bentuk tergantung pada imajinasi dan kreativitas anak
dan permainan ini berasal dari Denmark yang telah berusia lebih dari setengah
abad. Lego bukan semata-mata mainan tetapi merupakan alat permainan yang
mengacu kreativitas anak.

Kreativitas adalah kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban


terhadap suatu masalah. Kreativitas juga menciptakan atau menghasilkan sesuatu
yang baru dengan kegiatan kreatif. Bermain merupakan pengalaman belajar yang
berharga bagi anak-anak. Sepanjang masa kanakkanak, bermain sangat
mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak. Pengaruh ini mungkin
sedikit berbeda dari satu tingkat perkembangan ke tingkat perkembangan lainnya.

Anak yang sedang tumbuh memerlukan sarana dan fasilitas yang cukup untuk
bisa mengembangkan imajinasi dan kreativitasnya. Bentuk-bentuk permainan
yang memberi banyak peluang kepada pemainnya untuk menjelmakan berbagai
karya dari tingkat yang paling lengkap merupakan stimulan yang sangat berharga
dalam upaya menumbuhkan kreativitas anak. Permainan lego juga meransang
kreativitas. Melalui kegiatan permainan lego, anak menggunakan berbeagai benda
yang ada untuk menciptakan suatu hasil karya tertentu.

Dengan demikian bermain lego sangat erat kaitannya dengan kreativitas,


bahkan merupakan awal tumbuhnya kreativitas. Dengan bermain gembira
melalui suasana aman dan bebas, anak tampil dengan gagasan-gagasannya yang
unik dan lain dari pada yang lain, ia berani bertanya, berani mencoba, tidak takut
salah dan berani mengekspresikan pendapat-pendapat. Semua ini merupakan awal
dari tumbuhnya kreativitas.

C. Penelitian Yang Relevan

Beberapa hasil penelitian tentang kreativitas anak usia dini dan permainan
lego adalah sebagai berikut:

1. Isnaini Atik Marliana (2011) dengan judul “Upaya Peningkatan Kreativitas Anak
melalui Permainan Lego Pada Anak Usia Dini Di TK Aisiyah Mendungan”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kreativitas anak
melalui permainan lego pada pokok bahasan menyusun menjadi bentuk monas,
hotel, mobil, bus, kereta dan menjadi bentuk bebas. Penerima tindakan adalah anak
kelas B TK Aisyiyah mendungan yang berjumlah 15 anak. Subjek pelaksanaan
tindakan adalah anak. Pelaksanaan ini dilakukan dalam dua siklus setiap siklus 3
pertemuan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode obsevasi,
wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis kristis terhadap kelemahan dan
kelebihan kinerja anak dalam proses pembelajaran yang terjadi didalam kelas
selama penelitian berlangsung.
Hasil penelitian adalah terjadi peningkatan anak melalui bermain
menyusun lego. Peningkatan kreativitas siswa dalam: a) Kreativitas
mengemukakan ide sebelum tindakan 23,52% (4 anak), Siklus I 35,29% (6 anak),
Siklus II 47,05% (8 anak), b) Kreativitas ketepatan menggunakan alat peraga sebelum
tindakan 29,41% (5 anak), Siklus I 47,05% (8 anak), Siklus II 64,70% (11 anak), c)
Kreativitas keaktifan bertanya sebelum tindakan 29,41% (5 anak), Siklus I 41,17% (7
anak), Siklus II 58,88% (10 anak), d) Kreativitas dalam kemandirian sebelum tindakan
36,29% (6 anak), Siklus I 52,94% (9 anak), Siklus II 76,47% (13 anak).
2. Esa Lusiana (2014) dengan judul “Meningkatkan Kreativitas Anak Dengan
Bermain Lego”.
Penelitian ini di latar belakangi oleh kurangnya kreativitas anak kelompok
B TK Nuru Hikmah. Anak masih belum berani mengungkapkan idenya dalam
berkreativitas, sering meniru hasil karya orang lain, tidak percaya diri, serta
kurangnya media pembelajaran dan pemilihan metode pembelajaran yang kurang
tepat. Menurut Beetlelestone kreativitas sangat penting bagi perkembangan semua
anak. Kreativitas merupakan unsur yang penting dalam kesuksesan anak.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kodisi objektif anak di
TK Nurul Hikmah sebelum penerapan bermain lego, dan untuk mengetahui
peningkatan kreativitas setelah penerapan bermain lego. Penelitian ini menggunakan
Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari dua
tindakan. Lokasi di TK Nurul Hikmah dengan subjek sebanyak 14 anak. Hasil
penelitian, data kemampuan kreativitas anak pada observasi awal ditemukan
kategori cukup 35%, kategori kurang 65%, tak satu pun anak yang berada pada
kategori baik, pada akhir siklus I kategori baik 14,3%, kategori cukup 64,3% dan
kategori kurang 21,4%. Sedangkan pada akhir siklus II kategori baik 83,4%,
cukup 16,6%, dan kurang 0%. Kesimpulan penerapan bermain lego dapat
meningkatkan kreativitas pada anak TK Nurul Hikmah. Rekomendasi berdasarkan
penelitian ini, kepada guru agar menggunakan metode sesuai dengan kebutuhan
dan karakteristik anak, penerapan bermain lego merupakan salah satu upaya
dalam meningkatkan kreativitas anak. Bagi lembaga perlu adanya dukungan
kepada guru untuk mengikuti pelatihan dalam rangka meningkatkan kreativitas
dan memfasilitasi pembelajaran, baik dalam pengadaan media ataupun kegiatan.
3. Bagus Candra Perdana (2015) dengan judul “Peningkatan Kreativitas Anak Usia Dini
Dengan Permainan Lego Untuk Kelompok B TK Permata Bunda”.
Penelitian ini dilatar belakangi pada rendahnya Kreativitas anak kelompok
B di TK Permata Bunda Malang. Hal ini disebabkan pembelajaran pada
peningkatan kreativitas anak belum maksimal. Anak biasanya hanya dikenalkan
bangunan geometri dengan LKS dan gambar dipapan tulis saja, maka diperlukan
media yang dapat meningkatkan kreativitas anak yaitu media lego. Penelitian ini
menggunakan rumusan masalah, 1) Apakah tingkat kraetivitas anak setelah bermain
lego di TK Permata Bunda?. 2) Bagaimanakah penerapan media lego dapat
meningkatkan potensi kreatif anak di TK Permata Bunda. Dengan bermain lego
tingkat kreativitas anak di TK Permata Bunda Sawojar Mengalami peningkatan
dan penerapan media lego berhasil meningkatkan kreativitas anak kelompok B di
TK Permata Bunda Sawojajar Malang.
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan, peneliti dapat memberikan saran
sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. Bagi pihak sekolah dan
peneliti selanjutnya supaya menggunakan alternative lain dalam mengatas
permasalahan yang ada dalam pembelajaran anak usia dini. Pembelajaran bagi
anak usia dini hendaknya dapat ditingkatkan di berbagai bidang dengan
menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik anakusia dini.

Dari beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa ada berbagai


macam permainan yang dapat mengembangkan kreativitas anak. Bermain
merupakan proses belajar yang menyenangkan. Bermain akan membantu anak
mengenal dunianya, mengembangkan konsep-konsep baru, mengambil resiko dan
membentuk perilaku.

D. Kerangka Berfikir

Permaianan lego adalah seperangkat mainan susun bangun yang terbuat dari plastik
berbentuk persegi panjang dan bergerigi sehingga dapat disatukan.Sedangkan kreativitas
adalah suatu aktivitas imajinatif yang memanifestasikan kecerdikan dari pikiran yang
berdaya untuk menghasilkan suatu produk atau untuk menyelesaikan suatu persoalan
dengan caranya sendiri. Berdasarkan landasan teori diatas, maka kerangka berpikir
dari data penelitian ini adalah:

Kondisi Awal Kreativitas anak kurang maksimal

Tindakan Aplikasi Permainan Lego

Kondisi Akhir
Pengembangan Kreativitas Anak

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,


dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya.
Berdasarkan rumusan masalah, kajian pustaka maka hipotesis tindakan yang diajukan
dalam penelitian ini adalah permainan lego dapat mengembangkan kreativitas anak
kelompok A TK N Pembina Blambangan Umpu Way Kanan.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action


Research). Menurut Mulyasa (2009: 11), Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu
upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan
sebuah tindakan (treatment). Tindakan tersebut dilakukan oleh guru bersama-sama
dengan peserta didik, atau oleh peserta didik di bawah bimbingan dan pengarahan dari
guru dengan maksud untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif antara guru kelas, dan peneliti.
Mahasiswa sebagai peneliti dan guru kelas sebagai kolaborator yang sekaligus
mengajar di dalam kelas. Kolaborator diwujudkan untuk menyamakan pemahaman,
kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan, dan melahirkan kesamaan
tindakan (action) bertujuan untuk meningkatkan keaktivan dan kreatifitas anak usia dini.
Kegiatan penelitian meliputi: perencanaan (planning), pelaksanaan (action),
pengumpulan data (observing), dan menganilisis data/ informasi untuk memutuskan
sejauh mana kelebihan atau kekurangan tindakan tersebut (reflecting).

B. Tahap Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pengembangan dari
model Kemmis dan Mc Taggart dalam Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama (2011:
12) yang meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Dalam penelitian ini, peneliti melaksanakan tindakan dalam 2 siklus. Setiap siklus
terdiri dari empat tahapan yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)pengamatan,
dan (4) refleksi. Dengan demikian satu siklus adalah dari tahap penyusunan
rancangan sampai dengan refleksi atau evaluasi. Dalam penelitian ini langkah-langkah
yang dilakukan adalah:

1. Pra Tindakan
Sebelum melakukan rencana tindakan terlebih dahulu peneliti melakukan
beberapa langkah pra tindakan agar dapat berjalan lancar dan sesuai dengan
tujuan yang diinginkan. Langkah-langkah tersebut adalah:
a. Peneliti berdiskusi dengan guru kelas Kelompok A TK N Pembina
Blambangan Umpu mengidentifikasi masalah kreativitas anak yang masih
rendah kemudian membaut kesepakatan untuk melakukan tindakan.
b. Berdiskusi dengan guru kelas mengenai cara melakukan tindakan.
c. Melakukan pre-test dengan fotmat penilaian ktreativitas dan format
penilaian parmainan konstruktif
2. Siklus
a. Perencanaan
1. Membuat RKH (Rencana Kegiatan Harian) dan skenario mengenai
materi yang akan diajarkan sesuai dengan model pembelajaran yang
digunakan, yaitu model pembelajaran klasikal. RKH berguna sebagai
pedoman guru dalam melakukan pembelajaran di kelas.
2. Mempersiapkan sarana pembelajaran yang mendukung terlaksananya
tindakan. Sarana pembelajaran ini dapat berupa media pembelajaran,
alat dan bahan yang digunakan, dan LKA (Lembar Kerja Anak).
Dalam hal ini media pembelajaran yang digunakan adalah adalah alat-
alat yang dipergunakan dalam permainan konstruktif.
3. Mempersiapkan instrumen penelitian, misalnya lembar observasi untuk
mengamati kegiatan belajar mengajar.
b. Pelaksanaan tindakan
Guru kelas melaksanakan tindakan menggunakan RKH yang telah
disusun oleh peneliti dan tindakan ini dilakukan dengan menggunakan
panduan perencanaan yang telah dibuat dan dalam pelaksanaannya bersifat
fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi selama
proses pembelajaran.
c. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat semua hal yang
tejadi selama tindakan berlangsung. Kegiatan ini dilakukan peneliti
dengan menggunakan lembar observasi menurut aspek-aspek identifikasi,
waktu pelaksanaan, pendekatan, metode dan tindakan yang dilakukan
peneliti, tingkah laku anak, serta kelemahan dan kelebihan yang ditemukan.
d. Refleksi
Tahapan refleksi ini dimaksudkan untuk mengkaji secara keseluruhan
tentang tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang terkumpul,
kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.
Refleksi ini mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil
pengamatan atas tindakan yang dilakukan.
C. Setting Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kelompok A TK N Pembina Blambangan Umpu yang


beralamat di Jln. Radin Jambat, Blambangan Umpu Way Kanan. Waktu penelitian
dilakukan selama bulan Mei - bulan Juni 2019.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah 18 siswa Kelompok Kelompok A TK N Pembina


Blambangan Umpu Tahun Ajaran 2018/2019.

E. Metode Pengumpulan Data

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 126) metode pengumpulan data adalah cara-cara
yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Alat-alat yang dapat
digunakan dalam penelitian meliputi tes, angket, observasi, wawancara, skala rating,
dan dokumentasi. Metode Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi dan dokumentasi.

1. Metode Observasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 133), observasi adalah kegiatan


pengamatan terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera.
Observasi dibagi menjadi dua, yaitu observasi sistematis dan observasi non
sistematis. Observasi sistematis adalah suatu pengamatan yang dilakukan dengan
menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan, sedangkan observasi non
sistematis adalah suatu pengamatan yang dilakukan dengan tidak menggunakan
pedoman pengamatan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi sistematis dengan


lembar observasi yang berisi tentang poin-poin indikator yang menjadi acuan pada
saat penelitian. Sesuai dengan karakteristik kreativitas yang ada, aspek yang diamati
dalam penelitian ini adalah anak kreatif belajar dengan cara yang eksploratif, rentang
lama perhatian, kemampuan mengorganisasikan, seudut pandang yang berbeda,
belajar dengan pengalaman, dan bercerita. Dalam penelitian ini peneliti mengamati
kreativitas anak dalam melakukan permainan lego.

Tabel. 1 Kisi-kisi Observasi Kreativitas


Variabel Subvariabel Deskripsi
Kreativitas Anak Cara Belajar Anak dapat membuat bentuk
dari benda yang pernah
dilihatnya
Rentang lama perhatian Anak dapat membuat bentuk
lebih dari 15 menit
Kemampuan Mengorganisasikan Anak dapat membuat bentuk
secara berkelompok
Sudut Pandang Berbeda Anak dapat membuat bentuk
yang berbeda dengan lainnya
Pengalaman Anak dapat mencoba
pengalaman baru saat membuat
bentuk
Bercerita Anak dapat menceritakan hasil
karyanya saat membuat bentuk

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulkan data tentang peristiwa atau


kejadian-kejadian masa lalu yang telah didokumentasikan (Mulyasa, 2009: 69).
Dokumentasi merupakan metode untuk memperoleh data dengan cara memotret dan
merekam suatu kejadian pada saat proses penelitian. Dalam hal ini peneliti
mendokumtasikan kegiatan anak saat melakukan permainan lego yang berupa foto-
foto. Foto-foto tersebut berfungsi untuk merekan kegiatan penting yang
dilakukan anak-anak pada saat proses pembelajaran yang menggambarkan
kegiatan anak dalam melakukan permainan lego.

F. Instrumen Pengumpulan Data


Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 136), instrumen penelitian adalah alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya
lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis
sehingga lebih mudah diolah. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah
lembar observasi dan daftar dokumentasi.
1. Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan catatan tentang perkembangan anak yang
diharapkan dalam proses pembelajaran. Peneliti menggunakan check list dengan
memberi tanda centang (√) sebagai alat penilaian perkembangan kreativitas anak.
Tabel 2. Rubrik Penilaian Kreativitas Anak

Aspek yang Diamati Skor Deskripsi


Eksploratif 3 Anak sudah dapat membuat bentuk sendiri dengan baik
2 Anak dapat membuat bentuk dengan dibantu oleh guru
1 Anak tidak dapat membuat bentuk dan dibantu oleh
guru
Rentang lama 3 Anak dapat membuat bentuk dalam waktu 11-15 menit
2 Anak belum dapat membuat bentuk dalam waktu 6-10
memperhatikan
menit
1 Anak tidak dapat membuat bentuk dalam waktu 0-5
menit
Kemampuan 3 Anak dapat membuat bentuk secara berkelompok
mengorganisasikan dengan baik
2 Anak dapat membuat bentuk secara berkelompok
namun pasif
1 Anak tidak dapat membuat bentuk secara berkelompok
Sudut pandang berbeda 3 Anak dapat membuat bentuk sendiri yang berbeda
dengan baik
2 Anak dapat membuat bentuk sendiri yang berbeda,
namun bertanya kepada guru atau teman
1 Anak tidak dapat membentuk sendiri yang berbeda dan
masih dibantu oleh guru
Pengalaman 3 Anak dapat mencoba pengalaman baru dalam membuat
bentuk sendiri dengan baik
2 Anak dapat mencoba pengalaman baru dalam membuat
bentuk namun masih dibantu oleh guru
1 Anak tidak mau mencoba pengalaman baru dalam
membuat bentuk dan masih dibantu oleh guru
Bercerita 3 Anak dapat menceritakan sendiri pengalamannya saat
membuat bentuk dengan baik
2 Anak dapat menceritakan sendiri pengalamannya saat
membuat bentuk namun masih dibantu guru
1 Anak tidak dapat menceritakan pengalamannya saat
membuat bentuk dan masih dibantu oleh guru

2. Daftar dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa


berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang
(Sugiyono, 2012: 82). Dalam penelitian ini daftar dokumentasi yang digunakan
adalah:

Tabel 3. Daftar Dokumentasi

No Aspek Dokumentasi
.
1. Surat Izin Penelitian
2. Rencana Kegiatan Harian
3. Instrumen Penelitian
4. Penilaian Kreativitas Anak
5. Dokumentasi

G. Teknik Analisis Data

Pada Penelitian Tindakan Kelas ini, data dianalisis sejak tindakan pembelajaran
dilakukan dan dikembangkan selama proses refleksi sampai penyusunan laporan.
Penelitian dilakukan dengan mengambil Kelompok A TK N Pembina Blambangan Umpu
dengan kisaran usia di antara 5-6 tahun.

Menurut Miles dan Huberman (1992: 15-19) teknik analisis data kualitatif adalah
suatu teknik atau cara yang digunakan untuk mendeskripsikan data yang telah
dikumpulkan dengan menggunakan kata-kata atau narasi dan bukan menggunakan
angka. Teknik analisis data kualitatif terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan
menarik kesimpulan/verifikasi. Sedangkan Suharsimi Arikunto (2006:239), data
kuantitatif adalah data yang diperoleh berupa angka-angka

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan berupa analisi data kualitatif
dan analisis data kuantitatif. Analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisis
data dalam bentuk kalimat yang bermakna. Sedangkan analisis datakuantitatif
digunakan untuk mengetahui persentase kreativitas anak menggunakan statistik.

1. Reduksi data
Menurut Miles dan Huberman (1992: 16) reduksi data adalah sebagai proses
pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan
transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan
dan proses ini berlangsung secara terus menerus selama proyek yang berorientasi
kualitatif berlangsung. Selama pengumpulan data berlangsung terjadilah tahapan
reduksi data adalah membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat
gugus-gugus, membuat partisi, dan menulis memo. Reduksi data berlanjut terus
sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun.
Selanjutnya Miles dan Huberman (1992: 16) menjelaskan bahwa reduksi data
merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang data yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian
rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
2. Penyajian data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang


memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan sehingga
lebih mudah dipahami. Dalam penelitian kualitatif penyajian data yang
digunakan adalah bentuk naratif. Untuk mengetahui ketuntasan siswa digunakan
rumus dari Zainal Aqip (dalam Susilowati, 2012: 57) adalah sebagai berikut:

𝑝 =𝑛/ 𝑁 × 100%

Keterangan:

n=Jumlah siswa yang tuntas belajarnya

N=Jumlah seluruh siswa yang hadir

Kemudian data tersebut diinterprestasikan dalam 4 kriteria yang


mengembangkan dari kriteria penilaian menurut Zainal Aqip (2009: 41).

a. Kriteria bintang 4, yaitu 76% -100%


b. Kriteria bintang 3, yaitu 56%-75%
c. Kriteria bintang 2, yaitu 45%-55%
d. Kriteria bintang 1, yaitu 0-44%
3. Menarik kesimpulan/verifikasi

Penarikan kesimpulan/verifikasi merupakan pengambilan keputusan dengan


didukung bukti yang valid dan konsisten. Dalam peneltian ini setelah penyajian data
kemudian dilakukan penyimpulan dalam bentuk kalimat yang singkat, padat, dan
bermakna.

H. Indikator Keberhasilan Penelitian

Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dinyatakan berhasil apabila terjadi


perubahan yaitu meningkatnya kreativitas anak di Kelompok A TK N Pembina
Blambangan Umpu setelah diadakan Penelitian Tindakan Kelas dibandingkan sebelum
diadakan penelitian berupa peningkatan kteativitas yang diperoleh anak. Untuk
menentukan keberhasilan dan keefektifan dalam penelitian ini, maka dirumuskan
kedalam indikator kinerja yang digunakan sebagai acuan keberhasilan. Adapun
keberhasilan dalam penelitian ini adalah kreativitas anak didik mengalami
peningkatan lebih dari 76% dari keseluruhan jumlah siswa yaitu dari 18 siswa yang
mendapat nilai dengan kriteria bintang 4 sebanyak 14 siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. ProsedurPenelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rhineka


Cipta

Aqib, Zainal. 2012. Pendidikan Karakter Di Sekolah Membangun Karakter Kepribadian


Anak. Bandung: Yrama Widya.

E. Mulyasa. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosdakarya.

Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
PT INDEKS.

Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber
Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UIP.

Montolalu B.E.F. 2010.Bermain dan Permainan Anak.Jakarta : Universitas Terbuka.

Muliawan, Jasa, Ungguh. 2009. Manajemen Play group dan Taman Kanak-kanak. Jogjakarta:
Diva Press.

Suratno. (2005). Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Jakarta. Depdiknas.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Undang-undang RI Nomor. 20 Tahun 2003

Anda mungkin juga menyukai