PENDAHULAN
1.3 Tujuan
Agar dapat mengetahui apa sebenaranya yang dimaksud dengan lingkungan sosial
budaya terhadap penyakit terutama berhubungan dangan pengaruhnya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah
segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi.
Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan,
hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri).
Sosial merupakan bagian yang tidak utuh dari sebuah hubungan manusia
sehingga membutuhkan pemakluman atas halhal yang bersifat rapuh di dalamnya.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
2
Taylor memberikan definisi kebudayaan sebagai keseluruhan yang komleks
yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan dan kemampuan
kesenian.moral hukam adat istiadat dan kemampuan lain serta kebiasaankebiasaan yang
didapat manusia sebagai anggota masyarakat.
Sedangkan menurut, Koentjaraningrat mendefinisikan bahwa kebudayaan
adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang
haus didapatkannya dengan belajar dan yang semuanya tesusun dalam kehidupan
masyarakat.
Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang
menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang
dipengaruhinya. Untuk menyembuhkan penyakit, orang-orang biasa berkonsultasi dengan
seorang dokter.
3
Contoh: udara, air, makanan dan sebagainya.
4. Vektor
b. Sosial budaya,
c. Ekonomi,
d. Prilaku,
e. Keturunan, dan
f. Pelayanan kesehatan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari banyak suku
bangsa yang mempunyai latar budaya yang beraneka ragam. Lingkungan budaya tersebut
sangat mepegaruhi tingkah laku manusia yang memiliki budaya tersebut, sehingga
dengan beranekaragam budaya, menimbulkan variasi dalam perilaku manusia dalam
segala hal, termasuk dalam perilaku kesehatan.
4
1. Kesatuan sosial merupakan bentuk dan susunan dari kesatuankesatuan individu yang
berinteraksi dengan kehidupan masyarakat.
2. Pranata sosial adalah himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar
pada suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat. Norma-norma tersebut
memberikan petunjuk bagi tingkah laku seseorang yang hidup dalam masyarakat.
5
kesehatan, hal-hal di atas mengindikasikan bahwa kesehatan umat manusia
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terjadi di luar batas kemampuan daya dukung
ruang lingkungan dimana mereka hidup.
Dalam skala global, selama seperempat abad ke belakang, mulai tumbuh
perhatian serius dari masyarakat ilmiah terhadap penyakit-penyakit yang terkait
dengan masalah lingkungan, seperti kanker yang disebabkan racun tertentu (toxin
related cancers), kelainan reproduksi atau gangguan pernapasan dan paru-paru
akibat polusi udara. Secara institusional International Human Dimensions
Programme on Global Environmental Change (IHDP) membangun kerjasama riset
dengan Earth System Science Partnership dalam menyongsong tantangan
permasalahan kesehatan dan Dampak dari perubahan sosial dan budaya.
Pengaruh perubahan iklim global terhadap kesehatan umat manusia bukan
pekerjaan mudah. Dibutuhkan kerja keras dan pendekatan inter-disiplin diantaranya
dari studi evolusi, biogeografi, ekologi dan ilmu sosial. Di sisi lain kemajuan teknik
penginderaan jauh (remote sensing) dan aplikasi-aplikasi sistem informasi geografis
akan memberikan sumbangan berarti dalam melakukan monitoring lingkungan
secara multi-temporal dan multispatial resolution. Dua faktor ini sangat relevan
dengan tantangan studi dampak perubahan sosial dan budaya terhadap kesehatan
lingkungan yang memerlukan analisa historis keterkaitan dampak perubahan sosial
dan budaya dan kesehatan serta analisa pengaruh perubahan sosial dan budaya di
tingkat lokal, regional hingga global.
2. Aspek sosial budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan status kesehatan
Selanjutnya dijelaskan beberapa aspek sosial budaya yang mempengaruhi
perilaku kesehatan dan status kesehatan.yang pertama yaitu:
a. Umur
6
Dilihat dari aspek golongan menurut jenis kelamin, dikalangan wanita
lebih banyak menderit kanker payudara, sedangkan pada pria, lebih banyak
menderita kanker prosat.
c. Pekerjaan
7
3) Pengaruh identifikasi kelompok sosialnya terhadap perilaku kesehatan
Identifikasi kelompok kecilnya sangat penting untuk memberikan
keamanan psikologis dan kepuasan dalam pekerjaan mereka.
b. Sikap fatalisme
c. Nilai
d. Ethnocentrisme
Pengaruh tradisi adalah pengaruh yang telah lama dilakukan dan sudah menjadi
bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Ada beberapa tradisi di dalam
masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan masyarakat.
Misalnya Seorang ibu yang baru saja melahirkan mendapat pantangan untuk
memakan telur, daging, dan sebagainya. Ibu tersebut hanya diperbolehkan
memakan nasi dan garam serta kecap saja dengan alasan gatal – gatal dan alasan
lain, hal ini sudah dilakukan turun temurun dan membudaya di lingkungan
masyarakat tersebut. Seharusnya adalah ibu yang baru melahirkan memakan
makanan bergizi agar mempercepat proses penyembuhan jaringan dalam tubuh ibu
tersebut. Karna hal tersebut sudah merupakan kebiasaan pada msyarakat setempat
sehingga ibu yang melahirkan melaksanakan anjuran tersebut.
b. Pengaruh Fatalistis
8
sakit atau mati adalah takdir, sehingga masyarakat kurang berusaha untuk segera
mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya.
c. Sikap Etnosentris
9
Ada tiga alur tingkatan pengaruh perubahan sosial dan budaya terhadap
kesehatan. Pengaruh ini dari urutan atas ke bawah menunjukkan peningkatan
kompleksitas dan pengaruhnya bersifat semakin tidak langsung pada kesehatan.
Pada alur paling atas, terlihat bagaimana perubahan pada kondisi mendasar
lingkungan fisik (contohnya: suhu ekstrim atau tingkat radiasi ultraviolet) dapat
mempengaruhi biologi manusia dan kesehatan secara langsung (misalnya sejenis
kanker kulit). Alur pada dua tingkatan lain, di tengah dan bawah, mengilustrasikan
prosesproses dengan kompleksitas lebih tinggi, termasuk hubungan antara kondisi
lingkungan, fungsi-fungsi ekosistem, dan kondisi sosial-ekonomi.
Alur tengah dan bawah menunjukkan tidak mudahnya menemukan
korelasi langsung antara perubahan lingkungan dan kondisi kesehatan. Akan tetapi
dapat ditarik benang merah bahwa perubahan-perubahan lingkungan ini secara
langsung atau tidak langsung bertanggung jawab atas faktor-faktor penyangga
utama kesehatan dan kehidupan manusia, seperti produksi bahan makanan, air
bersih, kondisi iklim, keamanan fisik, kesejahteraan manusia, dan jaminan
keselamatan dan kualitas sosial. Para praktisi kesehatan dan lingkungan pun akan
menemukan banyak domain permasalahan baru di sini, menambah deretan
permasalahan pemunculan toksi-ekologi lokal, sirkulasi lokal penyebab infeksi,
sampai ke pengaruh lingkungan dalam skala besar yang bekerja pada gangguan
kondisi ekologi dan proses penyangga kehidupan ini. Jelaslah bahwa resiko terbesar
dari dampak perubahan sosial dan budaya atas kesehatan dialami mereka yang
paling rentan lokasi geografisnya atau paling rentan tingkat sumber daya sosial dan
ekonominya.
10
antisipasi terhadap wabah, kesigapan peanggulangannya sampai pada penanganan
para penderita yang kurang mampu. Merebaknya wabah di kawasan urban juga
menyiratkan kerentanan kondisi lingkungan dan kerentanan sosial-ekonomi. Hal ini
terkait dengan patron penggunaan lahan, kepadatan penduduk, urbanisasi,
meningkatnya kemiskinan di kawasan urban, selain faktor lain seperti rendahnya
pemberantasan nyamuk vektor penyakit sejak dini, atau resistensi nyamuk sampai
kemungkinan munculnya strain atau jenis virus baru.
Pada dekade lalu penelitian ilmiah yang menghubungkan pengaruh
perubahan iklim global terhadap kesehatan dapat dirangkum dalam tiga katagori
besar. Pertama, studi-studi empiris untuk mencari saling-hubungan antara
kecenderungan dan variasi iklim dengan keadaan kesehatan. Kedua, studi-studi
untuk mengumpulkan bukti-bukti munculnya masalah kesehatan sebagai akibat
perubahan iklim. Ketiga, studi-studi pemodelan kondisi kesehatan di masa depan.
Penelitian empiris jenis pertama dan kedua dimanfaatkan untuk mengisi kekosongan
pengetahuan serta memperkirakan kondisi kesehatan sebagai tanggapan terhadap
perubahan iklim dan lingkungan (scenario-based health risk assessment).
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Reservoir
3.2 Saran
Dalam makalah ini penulis berkeinginan supaya makalah ini
bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah pengetahuan tentang Pengaruh
Lingkungan Terhadap Penyakit
12
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/379450887/Pengaruh-Lingkungan-Sosial-Terhadap-
Penyakit
13