Anda di halaman 1dari 7

REVIEW MATERI PRAKTIKUM KIMIA FARMASI

KUANTITATIF
( TOPIK 4 “PENETAPAN KADAR FERO SULFAT DENGAN
METODE PERMANGANOMETRI” )

OLEH :
GEORGIA L.S.P. NAHAK
PO.530333218117
II REGULER B

POLTEKKES KEMENKES KUPANG


JURUSAN FARMASI
2019/2020
Tablet besi (II) sulfat atau ferro sulfat merupakan preparat
yang digunakan untuk mengatasi anemia terutama anemia defisiensi
besi. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh
kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi untuk
eritropoeisis tidak cukup.
Zat besi (Fe) sangat diperlukan oleh tubuh antara lain untuk
pertumbuhan, bekerjanya berbagai macam enzim dalam tubuh dan
yang paling penting digunakan untuk pembentukan hemoglobin.
Selain itu kekurangan zat besi dapat menyebabkan gangguan
susunan syaraf pusat, dapat mengurangi prestasi kerja, kecerdasan
terhambat, menurunnya kekebalan terhadap infeksi.
1. Uraian Ferro Sulfat
a. Nama resmi : Ferrosi Sulfas
b. Nama lain : Besi (II) Sulfat
c. Rumus kimia : FeSO4
d. BM : FeSO4 7H2O = 278,01
FesO4 anjidrat = 151,90
e. Pemerian :
1) FI ed III
Serbuk; putih keabuan; rasa logam, sepat
2) FI ed IV
Hablur atau granul warna hijau kebiruan, pucat, tidak
berbau dan rasa seperti garam. Merekah di udara kering.
Segera teroksidasi dalam udara lembab, berbentuk besi
(III) sulfat berwarna kuning kecoklatan. Larutan (1 dalam
10) bereaksi asam terhadap lakmus P, pH lebih kurang
3,7.

f. Kelarutan :
1) FI ed III
Perlahan-lahan larut hampir sempurna dalam air bebas
karbondioksida
2) FI ed IV
Mudah larut dalam air; tidak larut dalam etanol; sangat
mudah larut dalam air mendidih.

Persyaratan kadar tablet ferrosi sulfat : Tablet Besi (II) Sulfat


mengandung Besi (II) Sulfat. Kadar FeSO4 tidak kurang dari 80,0%
dan tidak lebih dari 90% dari jumlah yang tertera pada etiket (FI ed
III).
2. Penetapan Kadar Ferro Sulfat
Penetapan kadar besi (II) sulfat dapat ditetapkaan dengan
banyak metode, salah satunya adalah titrimetri (iodometri,
permanganometri, serimetri, dan kompleksometri). Penetapan kadar
besi (II) sulfat menurut Farmakope Indonesia edisi IV adalah dengan
titrasi serimerti.
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan
berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Metode
titrasi ini didasarkan pada reaksi reduksi dan oksidasi (redoks) antara
KMnO4 dengan bahan tertentu yang bersifat reduktor. Kalium
permanganat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat
asam. Biasanya digunakan pada medium asam 0,1 N. Asam sulfat
merupakan asam yang paling cocok digunakan sebagai pelarutnya
karena jika digunakan asam klorida maka kemungkinan sebagian
permanganatnya digunakan untuk pembentukan klorin seperti reaksi
dibawah ini :
2 MnO4- + 16 H+ + 10 Cl-  2 Mn2+ + 5Cl2 + 8H2O

Kalium permanganat telah digunakan sebagai zat pengoksid


secara meluas, pereaksi ini mudah diperoleh, murah, dan tidak
memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat
encer. Setetes permanganat 0,1 N memberikan warna merah muda
yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini
digunakan untuk menyatakan berlebihnya pereaksi yang digunakan
(titik akhir telah tercapai). Oleh karena itu, titrasi dengan metode
permanganometri tidak diperlukan larutan indikator karena kalium
permanganat sendiri berfungsi sebagai autoindikator.

Sebelum titrasi (tidak berwarna) Titik akhir titrasi (warna


pink)
Titrasi permanganometri harus dilakukan dalam larutan yang
bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi bolak balik,
sedangkan potensial elektroda sangat tergantung pada pH.
Kalium permanganat dibakukan dengan menggunakan asam
oksalat sebagai standar primernya. Reaksi yang terjadi pada proses
pembakuan kalium permanganat adalah:
½ Reaksi oksidasi :C
2-
2O4  2
CO2 + 2 e I
mol asam
oksalat
 2 mol e
BE asam oksalat = ½ x BM = 12 x 126 = 63

½ Reaksi reduksi : MnO4- +


8 H+ + 5 e  Mn2+ + 4 H2O
1 mol kalium permanganat 
5 ml e
BE kalium permanganat = 1/5 x BM = 1/5 x 158 = 31,6)

Reaksi redoks :
5 C2O42- + 2 MnO4- + 16 H+ 10 CO2 + 2 Mn2+ +8 H2O

Reaksi yang terjadi antara permanganat dengan besi (II) pada


proses titrasi permanganometri adalah :
½ Reaksi oksidasi : Fe2+  Fe3+ + e
1 mol Ferro  1 mol e, BE = BM

½ Reaksi reduksi : MnO4- + 8

H+ + 5 e  Mn2+ + 4 H2O

Reaksi redoks :
4 5 Fe2+ + MnO - + 8 H+  52 Fe3+ + Mn2+ + 4 H O

Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda


yang disebabkan kelebihan permanganat

Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi


oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi
oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku
tertentu.
Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan
titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti
Fe2+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya (Anonim).
Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi-reduksi dipergunakan
secara luas dalam analisa titrimetrik. Ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir
dalam kondisi oksidasi yang berbeda-beda, menghasilkan kemungkinan terjadi
banyak reaksi redoks. Banyak dari reaksi-reaksi ini memenuhi syarat untuk
digunakan dalam analisa titrimetrik, dan penerapan-penerapannya cukup
banyak (Underwood, 2002 : 287).
Kalium permanganat telah banyak dipergunakan sebagai agen
pengoksidasi selama lebih dari 100 tahun. Reagen ini dapat diperoleh dengan
mudah, tidak mahal, dan tidak membutuhkan indikator terkecuali untuk larutan
yang amat encer. Satu tetes 0,1 N permanganat memberikan warna merah
muda yang jelas pada volume dari larutan yang biasa dipergunakan dalam
sebuah titrasi. Warna ini dipergunakan untuk mengindikasi kelebihan reagen
tersebut. Permanganat menjalani beragam reaksi kimia, karena mangan dapat
hadir dalam kondisi-kondisi oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7. Reaksi yang
paling umum ditemukan dalam laboratorium adalah reaksi yang terjadi dalam
larutan- larutan yang bersifat amat asam, 0,1N atau lebih besar:

MnO4-+ 8H+ + 5e → Mn2+ + 4 H2O E0 = + 1,51 V


Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi
berdasarkan reaksi ini, namun beberapa substansi membutuhkan pemanasan
atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Permanganat
adalah agen unsur pengoksidasi yang cukup kuat untuk mengoksidasi Mn(II)
menjadi MnO2 sesuai persamaan: 3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O → 5MnO2(s) +
4H+

Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi
cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2.
Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan
permanganat. Mangan dioksida mengkatalisis dekomposisi larutan
permanganat. Jejak-jejak dari MnO2 yang semula ada dalam permanganat, atau
terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak dari agenagen
pereduksi di dalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan-tindakan ini
biasanya berupa larutan Kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan
substansi-substansi yang dapat direduksi, dan penyaringan melalui asbestos
atau gelas yang disinter (filterfilter non pereduksi) untuk menghilangkan
MnO2. Larutan tersebut kemudian distandarisasi, dan jika disimpan dalam
gelap dan tidak diasamkan, konsentrasinya tidak akan berubah selama
beberapa bulan (Underwood, 2002 : 290).
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/7057901/LAPORAN_KIMIA_ANALITIK_II_TITRASI_PERM
ANGANOMETRI

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/11/DAFIS-DAN-
KIMIA-FARMASI.pdf

Anda mungkin juga menyukai