1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Bank Indonesia merasa perlu untuk mendorong penggunaan akad ini pada
tahun 2013 secara lebih masif. Oleh karena itu, Bank Indonesia (BI)
mengeluarkan surat edaran (SE) nomor 14/ 33/DPbS tentang penerapan
kebijakan produk pembiayaan kepemilikan rumah atau KPR dan kendaraan
bermotor bagi bank umum syariah dan unit syariah. Kebijakan yang disebut
LTV atau FTV (finance to value) dalam perbankan syariah itu diperuntukkan
bagi pembiayaan pemilikan rumah (KPR) tipe lebih dari 70 meter persegi.
“FTV paling tinggi 70 persen untuk KPR lebih dari 70 meter persegi dengan
akad murabahah. FTV paling tinggi 80 persen untuk pem-biayaan KPR
dengan akad musyarakah mutanaqisah (MMQ) dan ijarah muntahiyah
bittamlik (IMBT) akan diterapkan pada bulan April 2013 ini berarti bahwa
musyarakah mutanaqisah akan menjadi pilihan yang menarik bagi lembaga
keuangan syariah di Indonesia. Fatwa DSN tidak merinci secara lengkap
teknis akad musyarakah mutanaqisah ini sehingga diperlukan kajian dan
pembahasan lebih lanjut tmengenai akad ini supaya dapat dipraktikkan secara
maksimal.
Bank syariah dan nasabah menyertakan modal atau dana dan dituangkan
dalam kontrak kerjasama tersebut, kemudian nasabah akan membayar dengan
cara mengangsur yaitu sejumlah modal/dana yang dimiliki oleh bank syariah.
Pembayaran sewa juga wajib dilakukan nasabah sebagai bentuk kompensasi
kepemilikan dan kompensasi jasa bank syariah. DSN-MUI memandang perlu
menetapkan fatwa tentang Musyarakah Mutanaqishah untuk dijadikan
pedoman. Hadis riwayat Abu Daud dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW
bersabda:
ُ ْاحبَهُ َخ َرج
ت ِم ْن ِ صَ فَإ ِ َذا خَ انَ أَ َح ُدهُ َما،ُاحبَه
ِ صَ ث ال َّش ِر ْي َك ْي ِن َما لَ ْم يَ ُخ ْن أَ َح ُدهُ َما
ُ ِ أَنَا ثَال:ُإِ َّن هللاَ تَ َعالَى يَقُوْ ل
بَ ْينِ ِه َما.
Artinya: “Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang bersyarikat selama
salah satu pihak tidak mengkhianati pihak yang lain. Jika salah satu pihak
telah berkhianat, Aku keluar dari mereka”. (HR. Abu Daud, yang dishahihkan
oleh al-Hakim, dari Abu Hurairah)
Produk pembiayaan ini dilandasi oleh fatwa DSN –MUI nomor: 73/DSN-
MUI/XI/2008 dan dapatdigunakan untuk memiliki properti baru (non indent),
properti second, maupun properti take over. Siswantoro dan Qoyyimah (2005:
94) menjelaskan bahwa pembiayaan kepemilikan rumah (KPR) berbasis
musyarakah mutanaqisah merupakan bentuk pembiayaan yang lebih baik
dibandingkan dengan KPR bank konvensional. Sejalan dengan pendapat
tersebut, Osmani dan Abdullah (2010:10) menjelaskan bahwa penerapan akad
musyarakah mutanaqisah pada pembiayaan kepemilikan rumah (KPR) lebih
maslahat dibandingkan dengan akad bai bithaman ajil. Namun, Sugema dan
Irfany (2011: 26) serta Badri (2012: 20) berpendapat bahwa pembiayaan
kepemilikan rumah (KPR) saat ini dicurigai mengandung riba implisit karena
nasabah berkewajiban untuk membayar cicilan melebihi pembiayaan yang
diberikan bank syariah dan terdapat ketidakjelasan kepemilikan. Shofni (2012:
9) menjelaskan pula bahwa dalam pembiayaan kepemilikan rumah (KPR)
yang berbasis akad musyarakah mutanaqisah terdapat ketidakjelasan tanggung
jawab atas pemeliharaan aset dan tidak adilnya distribusi risiko antara bank
syariah dan nasabah.
3. Metode Penelitian
3.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif yaitu pendekatan yang menggambarkan dan membahas keadaan
objek yang diteliti berdasarkan fakta yang ada disertai suatu analisis.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan dikantor BRI Syariah Jalan Ahmad Yani
No.59, Pinrang, Sulawesi Selatan. Waktu dilakukannya penelitian sekitar 3
bulan yang lalu dimulai dari bulan September hingga bulan November
2019.
3.3 Fokus penelitian
3.4 Jenis dan Sumber Data yang digunakan
a. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang diperoleh dari hasil wawancara
secara langsung dengan kayawan BRI Syariah Pinrang agar peneliti
dapat memperoleh data tentang akad yang digunakan dalam produk
kredit pembiayaan rumah (KPR).
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung diberikan
kepada sumber pengumpul data. Data sekunder meliputi buku-buku
yang relevan dengan topik penulisan, karya tulis ilmiah, artikel dan
jurnal.