Teori Keadilan/Equity Theory (John Stacy Adam, 1963)
Pada dasarnya, teori ini berasumsi bahwa setiap manusia butuh
diperlakukan adil khususnya jika berkaitan dengan kepuasan relasional dalam hal persepsi distribusi yang adil/tidak adil dari sumber daya dalam hubungan interpersonal. Teori ekuitas merupakan dasar dari konsep keadilan organisasional, yaitu keadilan distributif, keadilan prosedural dan keadilan interaksional. Berdasarkan teori ekuitas, keadilan organisasi merujuk pada persepsi karyawan terhadap keadilan dan keseimbangan antara masukan-masukan yang mereka berikan (input) dengan hasil-hasil organisasional yang mereka terima (output), serta persepsi karyawan tentang wajar atau tidaknya proses-proses yang digunakan untuk mendistribusikan hasil-hasil organisasional tersebut (1)
Teori ini menganggap bahwa individu membandingkan masukan dan
keluaran pekerjaan mereka dengan masukan atau keluaran orang lain dan kemudian berespon untuk menghapuskan setiap ketidakadilan. Keadilan telah dinyatakan sebagai cara untuk memecahkan konflik, menyeleksi pegawai, menyelesaikan perselisihan tenaga kerja, negoisasi gaji. Pendekatan yang dilakukan dengan cara yang berbeda terhadap keadilan akan sangat berguna untuk menjelaskan bermacam perilaku dalam konteks organisasi pada saat ini. Berdasarkan teori keadilan, bila karyawan mempersepsikan suatu ketidakadilan mereka dapat meramalkan untuk mengambil salah satu dari enam pilihan yaitu: mengubah masukan, mengubah keluaran, mendistorsikan persepsi mengenai diri, mendistorsi persepsi mengenai orang lain, memilih acuan yang berlainan dan meninggalkan (2).
Teori keseimbangan berfokus pada rasio input-output dalam organisasi.
Input diwakili oleh kontribusi kita terhadap organisasi. Output adalah segala sesuatu yang kita terima dari organisasi. Teori ini mengasumsikan bahwa ketika kita terlibat dalam hubungan pertukaran dengan organisasi, dan mengevaluasi keadilan dari apa yang kita dapatkan dari pertukaran ini dengan membandingkan rasio input-output kita sendiri dengan yang lain, untuk menentukan apakah kita dibayar kurang atau dibayar lebih. Konsep seperti ini baik diterapkan dalam organisasi maupun negara (3).
DAFTAR PUSTAKA
1. Ardiniamalia U, Asnawi M. Pengaruh partisipasi anggaran terhadap
budgetary slack dengan keadilan organisasi, managerial trust, dan budget goal commitment sebagai variabel intervening. Jurnal Akuntansi & Keuangan Daerah. 2017; (12)2: 60-76. 2. Raza H, Fauziah C. Analisis fairness dan incentive contracting pada kinerja berbasis anggaran atas pengujian: eksperimen (studi kasus pada mahasiswa pascasarjana di Universitas Malikussaleh tanun 2017- 2018). Jurnal Akuntansi & Keuangan. 2018; 6(2): 87-94 3. Saputra D. Analisis penerapan sistem reward dan punishment pada anggaran belanja kementerian negara/Lembaga. Skripsi; 2017